Elite Janisary untuk Al-Mustaqbal.net
MALI - Kedua pejabat keamanan Mali dan juru bicara Ansar al-Din, telah mengkonfirmasi bahwa pejuang (baca : Mujahid) asing terus berdatangan memasuki Mali Utara, di mana Jamaah jihad yang berafiliasi dengan al Qaeda yaitu Movement for Oneness and Jihad in West Africa (MUJOA), Ansar al-Din, dan AQIM telah memegang kendali sejak Februari. seperti dilansir Magharebia
Mujahid asing mulai tiba di Mali, dalam rangka menyambut pasukan militer Afrika yang akan datang untuk merebut kembali Mali dari tangan Mujahidin.
"Ratusan pejuang (baca : Mujahid), sebagian besar dari Sudan dan Sahrawi [Afrika dari Sahara Barat], telah tiba untuk memberikan bantuan militer kepada Mujahidin dalam menghadapi serangan pasukan boneka Mali dan sekutu mereka," dikutip AFP dari Pasukan keamanan Mali yang mengatakan pada Selasa (ke-22).
"Mereka (Mujahid) bersenjata lalu menjelaskan bahwa mereka telah datang untuk membantu saudara-saudara Muslim mereka melawan orang-orang kafir," kata seorang warga Timbuktu.
Sanad Ould Bouamama, juru bicara resmi untuk Ansar al-Din,mengatakan, "Kedatangan ratusan mujahidin muda dari daerah yang berbeda di seluruh dunia Islam untuk mendukung kami dalam perang melawan orang-orang kafir dan salibis ini bukan suatu hal yang aneh ataupun mengejutkan."
"Hal yang sama terjadi di Afghanistan, Pakistan, Chechnya, Somalia dan Irak," kata Ansar al-Din resmi kepada Magharebia.
Ould Bouamama menambahkan, "Perang melawan kami telah direncanakan oleh dunia, dan melawan kami adalah perang melawan Islam dan semua yang berhubungan dengan Islam. Tujuannya adalah untuk memerangi Syariah Allah, oleh karena itu, semua mujahidin harus berdiri di samping kami..
Satu bulan lalu, AFP melaporkan bahwa para pejuang asing (baca : Mujahid) dari negara-negara Afrika Barat seperti Togo, Benin, Niger, Nigeria, Guinea, Senegal, dan Pantai Gading, serta Mesir, Aljazair, dan Pakistan, telah mengisi jajaran tiga kelompok jihad utama di Mali. Selain itu, setidaknya dua kamp pelatihan telah didirikan di Gao, kota terbesar di Mali utara.
Sementara itu, PBB, Uni Eropa, Uni Afrika, Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat, dan Amerika Serikat masih mencoba untuk mencari tahu bagaimana menghadapi situasi yang memburuk di Mali utara. Semua indikasi bahwa tidak ada aksi militer yang akan terjadi sampai sekitar tahun 2013. Dan Uni Afrika telah menunjukkan bahwa hal itu "akan meninggalkan pintu dialog terbuka bagi kelompok-kelompok jihad Mali yang bersedia untuk bernegosiasi."(al-mustaqbal.net)