Showing posts with label JIHAD. Show all posts
Showing posts with label JIHAD. Show all posts

Saturday, December 29, 2012

kIsAH JihAd aMwAL(hArTa)....



Pada suatu hari, saya dikunjungi seorang kawan yang amat saya kasihi. Wajahnya keruh diselaputi kesedihan dan keresahan yang tidak dapat saya duga puncanya. Dengan rasa cemas saya bertanya: “Apa yang telah terjadi? Anta sakitkah?” Dia menggelengkan kepala. Saya bertanya lagi, meneka sesuatu yang lain pula:

“Ada sesuatu yang berlaku di rumahmu? Anak anta kemalangan? Anta kesuntukan wang?”

Setiap soalan yang saya ajukan, dijawab dengan gelengan kepala. Saya kehilangan idea untuk meneka, apa sebenarnya yang dialami oleh kawan saya ini. Walaupun ditanya bertalu-talu dia enggan menceritakan masalahnya. Namun akhirnya dia akur apabila saya tidak putus-putus mendesak agar dia meluahkan apa yang terbuku di benaknya.

Apabila dia mula membuka bicara, hati saya segera terusik, seluruh tubuh saya bergoncang dan mata saya terbeliak kagum dan terpegun!

Dia berkata:

“Ya akhi, sebenarnya saya memperuntukkan sebahagian daripada pendapatan bulanan saya untuk Allah. Pada setiap bulan, apabila saya menerima gaji saya terus saya keluarkan sebagai sedekah dakwah saya. Saya tidak pernah mengabaikannya seperti saya tunaikan perkara yang wajib. Bagi saya ia cukai jihad ke atas saya.”

Saya berkata kepadanya:

“Apa yang anta lakukan itu memang sesuatu yang sangat baik. Saya berdoa mudah-mudahan Allah terima amalmu. Tetapi apa yang merunsingkan anta sekarang?”

Dia menjawab:

“Bulan ini saya terlewat membayar cukai jihad bulanan saya beberapa hari. Pada hari saya terima gaji, saya terus pulang ke rumah. Kerana sibuk dengan pelbagai urusan, saya terlupa untuk membayar apa yang saya lakukan setiap bulan. Beberapa hari berlalu, saya menjadi lebih leka dan lemah semangat. Pada masa yang sama, gaji yang saya terima semakin berkurangan.”

Saya memberikan pandangan:

“Kalau begitu, anta boleh bayar selepas dua hari, tiga hari, empat hari atau lima hari. Kalau anta kesuntukan wang, kami saudara-saudaramu, sahabat-sahabatmu dan teman-temanmu akan bantu.”

Dia berkata lagi:

“Sesungguhnya semenjak saya menanam azam dalam diri saya dan berjanji akan mengeluarkan sebahagian daripada gaji saya setiap bulan pada hari saya menerimanya, saya akan menerima amaran langsung daripada Allah sekiranya saya terlewat melakukannya. Allah akan mengutus kepada saya telegram berupa amaran dan persoalan, mana hak dakwahmu? Mana jihadmu?

Sekarang, soalan-soalan itu muncul lagi dan berlaku di depan mata ku di atas jasad anak-anakku. Dua hari lepas, yang seorang terkena demam panas membahang, yang lain pula menggigil kesejukan. Kereta aku mula rosak secara tiba-tiba yang tidak aku jangka. Pelbagai masalah yang memerlukan belanja lebih dalam bulan ini berlaku tanpa di jangka. Maka belanja yang terpaksa dikeluarkan untuk dua tiga hari lepas pun meningkat.

Maha Suci Allah! Keadaan akan bertukar. Dengan aku tidak mengeluarkan sedikit daripada gajiku untuk jihad, aku terpaksa menanggung perbelanjaan yang lebih tinggi untuk ubat anakku dan keperluan-keperluan lain. Aku telah terlewat membayar. Maka telegram pun tiba.

Inilah yang mendorong aku segera datang untuk melunaskan tanggungjawabku. Dan itulah sebabnya anta melihat saya sedih dan sugul. Saya telah terlewat membayar bahagian yang diperuntukkan untuk jihad daripada gaji bulanan saya!”sumber

“KSATRIA MUDA” (KISAH HARU DI MEDAN JIHAD)


Ibnu Jauzi dalam shifatus Shofwah, dan Ibnu Nahas dalam Masyaariqul ‘Asywaaq mengisahkan dari seorang salih yang bernama Abu Qudamah as-Syami’ (saya kira yang dimaksud pemuda dalam judulnya adalah Abu Qudamah).Abu Qudamah , konon adalah orang yang hatinya dipenuhi kecintaan akan jihad fii sabilillah. Tak pernah dia mendengar akan jihad fii sabilillah, atau adanya perang antara kaum muslimin dengan orang kafir, kecuali ia selalu mengambil bagian bertempur di pihak kaum muslimin. Suatu ketika saat ia sedang duduk-duduk di Masjidil Haram, ada seorang yang menghampirinya seraya berkata, ” Hai, Abu Qudamah, ceritakanlah peristiwa paling ajaib yang pernah kamu alami dalam berjihad.” “Baiklah, aku akan menceritakannya bagi kalian,” kata Abu Qudamah.


“Suatu ketika aku berangkat bersama beberapa sahabatku untuk memerangi kaum salibis di beberapa pos penjagaan dekat perbatasan. Dalam perjalanan itu aku melalui kota Raqqah (sebuah kota di Irak, dekat dengan eufrat)”. Disana aku membeli seekor unta yang akan kugunakan untuk membawa persenjataanku. Disamping itu aku mengajak warga kota lewat masjid-masjid, untuk ikut serta dalam jihad dan berinfak fi sabilillah”. Menjelang malam harinya, ada seorang yang mengetuk pintu. Tatkala kubukakan, ternyata ada seorang wanita yang menutupi wajahnya dengan gaunnya.

AQ:”Apa yang anda inginkan?”

W:”Andakah yang bernama Abu Qudamah?”

AQ:”Benar”

W:”Andakah yang hari ini mengumpulkan dana untuk membantu jihad di perbatasan?”

Maka wanita itu menyerahkan secarik kertas dan sebuah bungkusan terikat, kemudian berpaling sambil menangis.Pada kertas itu tertulis: “Anda mengajak kami untuk berjihad, namun aku tak sanggup untuk itu. Maka kupotong dua buah kucir rambut kesayanganku agar anda jadikan sebagai tali kuda Anda. Kuharap bila Allah melihatnya pada kuda Anda dalam jihad, Dia mengampuni dosaku karenanya”(dari kucir rambut inilah kisah selanjutnya terjadi)
“Demi Alah, aku kagum atas semangat dan kegigihanya untuk ikut berjihad, demikian pula kerinduannya untuk mendapat ampunan Alah dan surga-Nya” kata Abu Qudamah.

Kesekoan harinya, aku bersama sahabtku beranjak meninggalkan Raqqah. Tatkala kami tiba di benteng Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seorang penunggang kuda yang memanggil-manggil.

“Hai Abu Qudamah…Hai Abu Qudamah…tunggulah sebentar, semoga Allah merahmatimu,” teriak orang itu.

“Kalian berangkat saja duluan, biar aku yang mencaritahu tentang orang ini” perintahku pada para sahabatku.

Ketika aku hendak menyapanya, orang itu mendahuluiku dan mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang mengizinkanku untuk ikut bersamamu, dan tidak menolak keikutsertaanku”.

“Apa yang kau inginkan” tanyaku.

“Aku ingin ikut bersamamu memerangi orang-orang kafir”, jawabnya.

“Perlihatkan wajahmu, aku ingin lihat, kalau engkau cukup dewasa dan wajib berjihad, akan aku terima. Namun jika masih kecil dan tidak wajib berjihad terpaksa kutolak” kataku.

Ketika ia menyingkap wajahnya, tampaklah olehku wajah yang putih bersinar bak bulan purnama. Ternyata ia masih muda belia dan umurnya baru 17 tahun.

“Wahai anakku, apakah kamu memiliki ayah?” tanyaku.

“Ayahku terbunuh di tangan kaum salibis dan aku ingin ikut bersamamu untuk memerangi orang yang membunuh ayahku” jawabnya.

“Bagaimana dengan ibumu, masih hidupkah dia?” tanyaku lagi.

“Ya” jawabnya.

“Kembalilah ke ibumu dan rawatlah ia baik-baik, karena surga ada dibawah telapak kakinya” pintaku kepadanya.

“Kau tak kenal ibuku?” tanyanya.

“Tidak” jawabku.

“Ibuku ialah pemilik titipan itu,”katanya.

“Titipan yang mana” tanyaku.

“Dialah yang menitipkan tali kuda itu” jawabanya.

“Tali kuda yang mana” tanyaku keheranan.

“Subhanallah..!! Alangkah pelupanya Anda ini, tidak ingatkah Anda dengan wanita yang datang tadi malam menyerahkan seutas tali kuda dan bingkisan?”

“Ya, aku ingat” jawabku.

“Dialah ibuku! dia menyuruhku untuk berjihad bersamamu dan mengambil sumpah dariku supaya aku tidak kembali lagi,” katanya.

“Ibuku berkata,”Wahai anakku, jika kamu telah berhadapan dengan musuh, maka janganlah kamu melarikan diri. Persembahkan jiwamu untuk Allah. Mintalah kedudukan disisiNya, dan mintalah agar engkau ditepatkan bersama ayah dan paman-pamanmu di jannah. Jika Allah mengaruniamu mati syahid, maka mintalah syafaat bagiku”.

Kemudian ibu memelukku lalu menengadahkan kepala ke langit seraya berkata “Ya Allah..ya Ilahi…inilah puteraku, buah hati dan belahan jiwaku, kupersembahkan ia untukmu, maka dekatkanlah ia dengan ayahnya.”.

“Aku benar-benar takjub dengan anak ini”. Kata abu Qudamah, lalu anak itu pun segera menyela,

“Karenanya, kumohon atas nama Allah, janganlah kau halangi aku untuk berjihad bersamamu. InsyaAllah akulah asy-syahid putera asy-syahid. Aku telah hafal Al-Quran. Aku juga jago menunggang kuda dan memanah. Maka janganlah meremehkanku hanya karena usiaku yang masih belia” kata anak itu memelas.

Setelah mendengar uraiannya aku tak kuasa melarangnya maka kusertakan ia bersamaku.

Demi Allah, ternyata tak pernah kulihat orang yang lebih cekatan darinya. Ketika pasukan bergerak, dialah yang tecepat. ketika kami singgauh untuk beristirahat, dialah yang paling sibuk mengurus kami, sedang lisanya tak pernah berhenti dari dzikrullah sama sekali. Kemudian, kamipun singgah disuatu tempat dekat pos perbatasan. Saat itu matahari hampir tenggelam dan kami dalam keadaan berpuasa. Maka ketika kami hendak menyiapkan hidangan untuk berbuka dan makan malam, bocah itu bersumpah atas nama Allah bahwa ialah yang akan menyiapkanya. Tentu saja kami melarangnya karena ia baru saja kecapaian selama perjalanan panjang tadi. Akan tetapi bocah itu bersikeras menyiapkan hidangan bagi kami. Maka ketika kami beristirahat disuatu tempat, kami katakan kepadanya, “Menjauhlah sedikit agar asap kayu bakarmu tidak mengganggu kami”.

Maka bocah itupun mengambil tempat yang agak jauh dari kami untuk memasak. Akan tetapi bocah itu tak kunjung tiba. Mereka merasa bahwa ia agak terlambat menyiapkan hidangan mereka.
“Hai Abu Qudamah, temuilah bocah itu. ia sudah terllau lama memasak. Ada apa denganya?” pinta seseorang kepadaku. lalu aku bergegas menemuinya, maka kudapatkan bocah itu telah menyalakan api unggun dan memasak sesuatu diatasnya. tapi karena terlalu lelah, ia pun tertidur sambil menyandarkan kapalanya pada sebuah batu. Melihat kondisinya yang seperti itu, sungguh demi Allah aku tak sampai hati mengganggu tidurnya, namun aku juga tak mungkin kembali kepada mereka dengan tangan hampa, karena sampai sekarang kami belum menyantap apa-apa. Akhirnya kuputuskan untuk menyiapkan makanan itu sendiri. Aku pun mulai meramu masakanya, dan sembari menyiapkan masakan , sesekali aku melirik bocah itu. Suatu ketika terlihat olehku bahwa bocah itu tersenyum. Lalu perlahan senyumanya makin lebar dan mulailah ia tertawa lebar kegirangan. Aku merasa takjub melihat tingkahnya tadi, kemudian ia tersentak dari mimpinya dan terbangun.

Ketika melihatku menyiapkan masakan sendirian, ia nampak gugup dan buru-buru mengatakan, “Paman, maafkan aku, nampaknya aku terlambat menyiapkan makanan bagia kalian.”

“Ah tidak, kamu tidak terlambat ko,” jawabku.

“Sudah, tinggalkan saja masakan ini. Biar aku yang menyiapkanya, aku adalah pelayan kalian selama jihad.” kata bocah itu.

“Tidak,” sahutku, “Demi Allah,kau tak kuizinkan menyiapkan apa-apa lagi bagi kami sampai kau ceritakan kepadaku apa yang membuatmu tertawa sewaktu tidur tadi? keadaanmu sungguh mengherankan,” lanjutku.

“Paman, itu sekedar mimpi yang kulihat sewaktu tidur,” kata si bocah.

“Mimpi apa yang kau lihat?” tanyaku.

“Sudahah, tak usah bertanya tentangnya, ini masalah pribadi antara aku dengan Allah,” sahut bocah itu.

“Tidak bisa, kumohon atas nama Allah agar kamu menceritakanya,” kataku.

“Paman, dalam mimpi itu tadi aku melihat seakan-akan aku berada di Jannah, kudapati Jannah itu dalam segala keindahanya dan keagunganya, sebagaiana yang Allah ceritakan dalam Al-Quran”.

Sembari aku jalan-jalan didalamnya dengan penuh terkagum-kagum tiba-tiba tampaklah olehku sebuah istana megah yang berkilauan, dindingnya dari emas dan perak, terasnya dari mutiara dan batu permata, dan gerbangnya dari emas.

Di teras itu ada kerai-kerai yang terjuntai, lalu perlahan-lahan kerai itu tersingkap dan tampaklah gadis-gadis belia nan cantik jelita, wajah mereka bersinar bak rembulan.” Kutatap wajah-wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, sungguh, kecantikannya yang luar biasa,gumamku, lalu muncullah seorang gadis lain yang lebih cantik dari mereka, dengan telunjuknya ia memberi isyarat kepada gadis yang berada disampingnya, seraya mengatakan “Inilah (calon) suami al-Mardhiyah…ya..dialah calon suaminya, benar, dialah orangnya!”. Aku tak paham siapa itu al-Mardhiyyah, maka aku bertanya kepadanya, “kamukah al-mardhiyyah..??
“Aku hanyalah satu diantara dayang-dayang al-mardhiyyah…” katanya. “Anda ingin bertemu dengan al-Mardhiyyah..?” tanya gadis itu.

“Kemarilah..masuklah kesini, semoga Allah merahmatimu,” serunya.

Tiba-tiba diatasnya ada sebuah kamar dari emas merah.. dalam kamar itu ada dipan yang bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih yang berkilauan. Dan diatasnya , seorang gadis belia dengan wajah bersinar laksana surya!! Kalaulah Allah tidak memantapkan hati dan penglihatanku, niscaya butalah mataku dan hilanglah akalku karena tak kuasa menatap kecantikanya!! Tatkala ia menatapku, ia menyambutku seraya berkata, “Selamat datang, hai wali Allah dan kekasih Nya. Aku diciptakan untukmu, dan engkau adalah milikku.”
Mendengar suara merdu itu, aku berusaha mendekatinya dan menyentuhnya..namun sebelum tanganku sampai kepadanya, ia berkata,”Wahai kekasihku dan tambatan hatiku…semoga Allah menjauhkanmu dari segala kekejian…urusanmu didunia masih tersisa sedikit…InsyaAllah besok kita akan bertemu selepas Ashar.”

Akupun tersenyum dan senang mendengarnya”.

Abu Qudamah melanjutkan, “usai mendengar cerita si bocah yang indah tadi, aku berkata kepadanya, “InsyaAllah mimpimu merupakan pertanda baik.”

Lalu kami pun menyantap hidangan tadi bersama-sama,kemudian meneruskan perjalanan kami menuju pos perbatasan. Setibanya di pos perbatasan, kami menurunkan semua muatan dan bermalam disana. Keeseokan harinya setelah menunaikan sholat fajar, kita bergerak ke medan pertempuran untuk menghadapi musuh. Sang komandan bangkit untuk mengatur barisan. Ia membaca permulaan surah al-Anfaal. Ia mengingatkan akan besarnya pahala jihad fi sabiilillah dan mati syahid, sembari terus mengobarkan semangat jihad kaum muslimin.”

Abu Qudamah mengisahkan, “Tatkala kuperhatikan orang-orang disekitarku, kudapatkan masing-masing mereka mengumpulkan sanak kerabatnya disekitarnya. Adapun si bocah, ia tak punya ayah yang memanggilnya atau paman yang mengajaknya dan tidak pula saudara yang mendampinginya.
Akupun terus mengikuti dan memperhatikan gerak-geriknya, lalu tampaklah olehku bahwa ia berada di barisan terdepan. Maka segeralah ku kejar ia, kusibak barisan demi barisan hingga sampai kepadanya, kemudian aku berkata, “Wahai anakku, adakah engkau memiliki pengalaman berperang?”

“Tidak…tidak pernah. Ini justru pertempuranku yang pertama kali melawan orang kafir,” jawab si bocah.

“Wahai anakku, sesungguhya perkara ini tidak segampang yang kau bayangkan, ini adalah peperangan. Sebuah pertumpahan darah ditengah gemerincingnya pedang, ringkikan kuda dan hujan panah.

Wahai anakku, sebaiknya engkau ambil posisi di belakang saja. Jika kita menang kau pun ikut menang, namun jika kita kalah kau tak jadi korban pertama.” pintaku kepadanya.
Lalu dengan tatapan penuh keheranan ia berkata,”paman, engkau berkata seperti itu kepadaku?”

“Ya, aku mengatakan seperti itu kepadamu,” jawabku.

“Paman…apa engkau menginginkan aku jadi penghuni neraka..?” tanyanya

“‘Auudzubillah! sungguh, bukan begitu. kita semua tidak berada di medan jihad seperti ini karena lari dari neraka dan memburu surga,” jawabku.

Lalu kata si bocah, “sesunggunya Allah berfirman,
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa kemurkaan Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya itu” (Qs Al-Anfal 15-16).

“Adakah paman menginginkan aku berpaling membelakangi meeka sehingga tempat kembaliku adalah neraka?”

Akupun heran dengan kegigihanya dan sikapnya yang memegang teguh ayat tersebut. Kemudian aku berusaha menjelaskan, “Wahai anakku, ayat itu maksudnya bukan seperti yang kau katakan.”.

Namun tetap saja ia bersikeras tak mau pindah ke belakang. Aku pun menarik tanganya secara paksa,membawa ke akhir barisan. Namun justru ia menarik lengannya kembali seakan ingin melepaskan diri dari genggamanku. Lalu perang pun dimulai dan aku terhalang oleh pasukan berkuda darinya.

Dalam kancah pertempuran itu terdengarlah derap kaki kuda, diiringi gemerincing pedang, dan hujan panah, lalu mulailah kepala-kepala berjatuhan satu persatu. Bau anyir darah tercium dimana-mana. Tangan dan kaki bergelimpangan. Dan tubuh tak bernyawa tergeletak bersimbah darah.

Demi Allah, perang itu telah menyibukkan tiap orang akan dirinya sendiri dan melalaikan orang lain. Sabetan dan kilatan pedang diatas kepala yang tak henti-hentinya, menjadikan suhu memuncak, seakan akan ada tungku tanur yang menyala diatas kami. Perang pun kian memuncak, kedua pasukan bertempur habis-habisan hingga matahari tergelincir dan masuk zhuhur. Ketika itulah Allah berkenan manganugerahkan kemenangan bagi kaum muslimin dan pasukan salib lari tunggang langgang.

Setelah mereka terpukul mundur, aku berkumpul bersama bebrapa orang sahabatku untuk menunaikan sholat dzuhur. Selepas sholat, mulailah masing-masing dari kita mencari sanak saudaranya diantara para korban. Sedangkan si bocah…maka tak seorangpun mencarinya atau mencari kabarnya. Maka kukatakan dalam hati “Aku harus mencarinya dan menyelidiki keadaanya, barangkali ia terbunuh, terluka atau jatuh dalam tawanan musuh?”

Akupun mulai mencarinya di tengah para korban, aku menoleh ke kanan dan ke kiri kalau-kalau ia terlihat olehku. Disaat itulah aku mendengar suara lirih dibelakakngku yang mengatakan,”Saudara-saudara…tolong…panggilkan pamanku Abu Qudamah kemari!”

Aku menoleh ke arah suara tadi, ternyata tubuh itu adalah tubuh si bocah dan ternyata puluhan tombak telah menusuk tubuhnya. Ia babak belur terinjak pasukan berkuda. Dari mulutnya keluar darah segar. Dagingnya tercabik-cabik dan tulangnya remuk total.
Ia tergeletak seorang diri ditengah padang pasir. Maka aku segera bersimpuh dihadapanya dan berteriak sekuat tenagaku, “Akulah Abu Qudamah!! Aku disampingmu!!”.

“Segala puji bagi Allah yang masih menghidupkanku hingga aku dapat berwasiat kepadamu…maka dengarlah baik-baik wasiatku ini..!” kata si bocah.

Abu Qudamah mengatakan, sungguh demi Allah, tak kuasa menahan tangisku. Aku teringat akan segala kebaikanya, sekaligus sedih akan ibunya yang tinggal di Raqqah. Tahun lalu ia dikejutkan dengan kematian suaminya dan saudara-saudaranya, lalu sekarang dikejutkan dengan kematian anaknya.

Aku menyingsingakan sebagian kainku dan mengusap darah yang menutupi wajah polos itu. Ketika ia merasakan sentuhanku ia berkata, “Paman…usaplah darah dengan pakaianku, dan jangan kau usap dengan pakaianmu”

Demi Allah, tak kuasa aku menahan tangisku dan tak tahu harus berkata apa. Sesaat kemudian bocah itu berkata dengan suara lirih, “Paman…berjanjilah sepeninggalku nanti kau akan kembali ke Raqqah, dan memberi kabar gembira kepada ibuku bahwa Allah telah menerima hadiahnya, dan bahwa anaknya telah gugur di jalan Allah dalam keadaan maju dan pantang mundur. Sampaikan pula padanya jikalau Allah menakdirkan aku sebagai syuhada, akan kusampaikan salamnya untuk ayah dan paman pamanku di Jannah.

Paman…aku khawatir nanti kalau ibuku tak mempercayai ucapanmu. MAka ambillah pakaianku yang berlumur darah ini, karena bila ibu melihatnya ia akan yakin bahwa aku telah terbubuh, dan insyaAllah kami akan bertemu kembali di Jannah.

Paman…setibanya engaku di rumahku, akan kau dapati seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Ia adalah saudariku…tak pernah aku masuk rumah kecuali ia sambut dengan keceriaan,dan tak pernah aku pergi kecuali diiringi isak tangis dan kesedihanya. ia sedemikian kaget ketika mendengar kematian ayah tahun lalu, dan sekarang ia kaget mendengar kematianku.
Ketika melihat mengenakan pakain safar ia berkata dengan berat hati, “Kak, jangan kau tinggal kami lama-lama…segeralah pulang…!!”

Paman…Jika kamu bertemu denganya maka hiburlah hatinya dengan kata-kata yang manis. Katakan kepadanya bahwa kakakmu mengatakan, “Allahlah yang akan menggantikanku mengurusmu”.

Abu Qudamah melanjutkan, “Kemudian bocah itu berusaha menguatkan dirinya, namun napasnya mulai sesak dan bicaranya tak jelas. Ia berusaha menguatkan dirinya untuk kedua kalinya dan berkata “Paman…demi Allah…mimpi itu benar…mimpi itu sekarang menjadi kenyataan. Demi Allah, saat ini aku benar-benar sedang melihat al-Mardhiyyah dan mencium bau wanginya.”

Lalu bocah itu mulai sekarat, dahinya berkeringat, napasnya tersengal-sengal dan kemudian wafat di pangkuanku.”

Abu Qudamah berkata,”Maka kulepaslah pakaianya yang berlumuran darah, lalu kuletakkan dalam sebuah kantong, kemudian ku kebumikan dia. Usai mengebumikannya, keinginan terbesarku ialah segera kembali ke Raqqah dan menyampaikan pesanya kepada ibunya.

Maka Akupun kembali ke Raqqah. Aku tak tahu siapa nama ibunya dan dimana rumah mereka. Tatkala aku menyusuri jalan-jalan di Raqqah, tampak olehku sebuah rumah. Didepan rumah itu ada gadis kecil berumur sembilan tahun yang berdiri menunggu kedatangan seseorang. ia melihat-lihat setiap orang yang berlalu didepanya. Tiap kali melihat orang yang baru datang dari bepergian ia bertanya,

“Paman…anda datang darimana?”

“Aku datang dari jihad…” kata lelaki itu

“Kalau begitu kakakku ada bersamamu…?” tanyanya

“Aku tak kenal, siapa kakakmu..” kata lelaki itu sambil berlalu.

Lalu lewatlah orang kedua, dan tanyanya
“Akhi…anda datang darimana?”

“Aku datang dari jihad,” jawabnya.

“Kakakku ada bersamamu?”, tanya gadis itu.

“Aku tak kenal, siapa kakakmu.” jawabnya sambil berlalu.

Lalu lewatlah orang ketiga, kempat, kelima dan demikian seterusnya. Lalu setelah putus asa menanyakan saudaranya, gadis itu menangis sambil tertunduk dan berkata,”Mengapa mereka semua kembali dan kakakku tak kunjung kembali?”

Melihat ia seperti itu, akupun datang menghampirinya. Ketika ia melihat bekas-bekas safar padaku dan kantong yang kubawa, ia bertanya,
“Paman…anda datang darimana?”

“Aku datang dari jihad,” jawabku.

“Kalau begitu kakakku ada bersamamu?”.

“Ibumu dimana?”tanyaku

“Ibu ada dalam rumah,” jawabnya,

“sampaikan kepadanya agar ia keluar menemuiku,” perintahku kepadanya.

Ketika perempuan tua itu keluar, ia menemuiku dengan wajah tertutup gaunnya. Ketika aku mendengar suaranya dan ia mendengar suaraku, ia bertanya,
“Hai Abu Qudamah, engkau datang hendak berbela sungkawa atau memberi kabar gembira?”

Maka aku tanya,”Semoga Allah merahmatimu. Jelaskanlah kepadaku apa yang kau maksud dengan bela sungkawa dan kabar gembira itu?”

“Jika engkau hendak mengatakan bahwa anakku telah gugur di jalan Allah, dalam keadaan maju dan pantang mundur berarti engkau datang membawa kabar gembira untukku, karena Allah telah menerima hadiahku yang kusiapkan untuk Nya sejak tujuh belas tahun silam. Namun jika engkau hendak mengatakan bahwa anakku kembali dengan selamat dan membawa ghanimah, berarti engkau datang untuk berbela sungkawa kepadaku, karena Allah belum berkenan menerima hadiah yang kupersembahakan untuk Nya,” jelas si perempuan itu.

Maka kataku, “Kalau begitu aku datang membawa kabar gembira untukmu. Sesungguhnya anakmu telah terbunuh fi sabilillah dalam keadaan maju pantang mundur. ia bahkan masih menyisakan sedikit kebaikan, dan Allah berkenan untuk mengambil sebagian darahnya hingga ia ridha”.

“Tidak, kurasa engkau tidak berkata jujur,” kata si Ibu sembari melirik kepada kantong yang kubawa, sedang puterinya menatapku dengan seksama.

Maka kukeluarkan isi kantong tersebut, kutunjukkan kepadanya pakaian puteranya yang berlumuran darah. Nampak serpihan wajah anaknya berjatuhan dari kain itu. diikuti tetesan darah yang tercampur dengan beberapa helai rambutnya.

“Bukankah ini adalah pakaianya..dan ini surbanya…lalu ini gamisnya yang kau kenakan pada anakmu sewaktu berangkat jihad…?” kataku.

“Allaahu Akbar…!!! teriak si ibu kegirangan.

Adapun gadis kecil tadi, ia justru berteriak histeris lalu jatuh terkulai tak sadarkan diri . Tak lama kemudian ia mulai merintih, “Aakh! Aakh..” (Kakak….kakak…)

Sang ibu merasa cemas, ia bergegas masuk kedalam mengambil air untuk puterinya, sedang aku duduk disamping kepalanya, mengguyurkan air kepadanya.

Demi Alah, dia tidak sedang merintih, ia tak sedang memanggil kakaknya..Akan tetapi ia sedang sekarat!! napasnya semakin berat..dadanya kembang kempis…lalu perlahan rintihanya terhenti. Ya, gadis itu telah tiada.

Setelah puterinya tiada, ia mendekapnya lalu membawanya kedalam rumah dan menutup pintu dihadapanku. Namun sayup sayup terdengar suara dari dalam,
“Ya Allah, aku telah merelakan kepergian suamiku, saudaraku dan anakku di jalan Mu. Ya Allah, kuharap engkau meridhaiku dan mengumpulkanku bersama mereka di JannahMu.”

Abu Qudamah berkata,”Maka ku ketuk pintu rumahnya dengan harapan ia akan membukakan. Aku ingin memberinya sejumlah uang, atau menceritakan kepada orang-orang perihal kesabaranya hingga kisahnya menjadi teladan. Akan tetapi sungguh, ia tak membukakan atau menjawab seruanku.

“Sunguh demi Allah, tak pernah kualami kejadian yang lebih menakjubkan dari ini,” kata Abu Qudamah mengakhiri kisahnya.sumber

Pengenalan Ringkas Tentang Jihad Peperangan.




Briged Al-Qassam
Hari ini, umat Islam di Palestin terus diganyang tanpa simpati oleh Zionis, jihad masih berterusan tanpa ada rasa lelah, demi membebaskan bumi bertuah yang dirampas musuh Allah juga musuh umat Islam.
Kisah di Palestin telah berlarutan berpuluh tahun, namun keyakinan mestilah disemat dijiwa yang Islam tetap akan menguasainya kembali. Usaha harus diteruskan.
Jihad dalam Islam.
Secara umumnya, semua agama membincangkan tentang peperangan, dan Islam sudah tentu tidak terkecuali membincangkannya, disudut disiplin, tatacara, adab dan kaedah peperangan.
Malah, kita sebagai umat Islam bukan sahaja dituntut berjihad disudut peperangan fizikal sahaja, bahkan disudut rohani juga jihad mesti diteruskan, kerana musuh rohani adalah lebih nyata walaupun tidak kelihatan dimata kasar, iaitu syaitan. Firman Allah swt :
إنه لكم عدو مبين
Maksudnya : “sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang nyata” [yasin ; 60 ]
Peperangan fizikal.
Ia terbahagi kepada dua :
1- jihad menyerang ;
iaitu melancarkan peperangan keatas orang kafir di Negara mereka, tujuannya adalah untuk menghapuskan mereka yang menyekat orang lain dari memeluk Islam. Namun sebelum jihad dilancarkan ;
 -mestilah dihantar terlebih dahulu perwakilan agar menerima dakwah Islam.
-Jika dakwah ditolak, maka diminta agar membayar cukai(Jizyah) kepada kerajaan Islam, dan negara itu menjadi sebahagian dari wilayah Islam.
-Jika enggan membayar, barulah diperangi.
Kesimpulannya, bukan secara semberono diserang sesebuah Negara itu. Peperangan yang ingin dilancarkan juga mestilah dibawah arahan pemerintah(samada pemerintah yang adil mahupun zalim), bukannya secara gerila. Ia mestilah dilancarkan dibawah panji Islam.
Maka jika dilihat situasi dan senario umat Islam pada hari ini, jihad menyerang tidak mampu dilaksanakan, kerana apa? Tidak perlu disebut disini, kerana aku yakin semua telah maklum.
2- Jihad bertahan.
Ia bermaksud menghalang kaum kafir dari memasuki dan menguasai wilayah Islam.
Jihad bertahan adalah wajib keatas semua individu di Negara tersebut. Sehinggakan anak tidak perlu meminta izin dari ibu bapanya untuk dia berjihad. Contohnya pada hari ini, adalah jihad umat Islam di Palestin.
Mungkin timbul persoalan, adakah boleh kita pergi secara individu atau berkumpulan, membantu umat Islam memerangi dan berjihad menentang zionis disana?
Secara umumnya, tiada contoh dan petunjuk dari generasi salafussoleh mahupun sekalian sahabat ra, yang keluar berjihad tanpa arahan dari pemerintah umat Islam(yang adil mahupun zalim). Mereka tidak akan keluar berjihad secara individu mahupun gerila, tetapi mereka keluar berjihad dibawah panji Islam.
Justeru, apa yang lebih baik adalah berdoalah untuk kemenangan Islam, dan menyumbanglah di sudut kewangan!
“Menjadi debu di medan peperangan adalah lebih baik dari duduk menonton filem dan drama sambil makan cekodok”sumber

ZikruLLAH Sumber Kekuatan Jihad; Kisah Perang Pejuang Sufi Chechnya - Aslan Maskadov

Aslan Maskadov
(Petikan temuramah Majalah 'The Muslim'* dengan Aslan Mashkadov, Presiden Chechen yang disiarkan pada tahun 1999. Tajuk artikel ini ialah "Zikrullah, Sumber Kekuatan Jihad)".

Presiden Aslan Mashkadov bertanya: "Tahukah anda berapa orang tentera kami semasa kami menumpaskan Russia? Jumlah keseluruhan tentera Mujahidin tidak lebih dari 4,000 orang di seluruh Chechya. Hanya 837 Mujahidin sahaja berada di Grozny, ibu kota Chechya. Tentera Russia yang mengepung Grozny berjumlah 12,0000 orang! 837 Mujahidin telah menewaskan 12,0000 orang tentera Russia!"

Beliau terus bertanya: "Bagaimana ini boleh berlaku? Allah menyatakan dalam Al-Quran bahawa dengan bantuan Allah, SubhanalLah, sekecil manapun jumlah kamu, kamu boleh mengalahkan ribuan dan ribuan orang kuffar."

Sambung beliau: "Tahukah kamu kenapa kami begitu berjaya, mengalahkan tentera Russia dengan hanya sejumlah kecil tentera? Islam datang kepada kami di Chechya, Daghestan, Russia dan Tataristan serta negara-negara di sini melalui kaum sufi. Dan Islam telah terpelihara semasa zaman Komunis dari generasi ke generasi dalam masa yang panjang adalah kerana Tasawuf. Tahukah kamu bagaimana ia dipelihara? Melalui zikrullah dan selawat ke atas Nabi sallaLlahu alaihi wassalam. Kami ini kaum Qadiri dan Naqshabandi di Chechya. 

 Sebelum kami bertolak ke mana-mana medan tempur, kami akan duduk dalam bulatan dan mengalunkan Qasidah Burdah Al-Bushiri. Kami mengalunkannya dalam satu suara, dengan KUAT – kamu akan mendengarnya sebagai satu suara, kemudian kami akan berselawat kepada Nabi sallaLalhu alaihi wassalam, kemudian zikir, kemudian kami akan keluar dan berperang, dengan barakah selawat-selawat ini ke atas Nabi sallaLlahu alaihi wassalam, dan zikrulLah ini."

  ...* ketika saya di Cyprus Turki dahulu, saya sempat berkawan dengan seorang sahabat bekas pejuang Chechnya yang merupakan pengikut Qadiri dan Naqshbandi dan menyatakan bahawa perang yang awal dahulu memang merupakan perang jihad yang suci dan disertai semua murideen turuq di sana... Kemudian meletusnya perang yang dipropaganda pengikut Wahhabi Ekstremis kemudiannya yang tidak disertai mereka kerana kurang keberkatannya... " 

WALLAHU A"LAM...sumber

Kisah PENGANTIN PERGI KE MEDAN JIHAD



Teringat kepada suatu kisah, perkahwinan Hanzalah bin Abu Amir. Pernikahan Hanzalah dengan sepupunya, Jamilah binti Ubay sudah siap diatur. Kebetulan pula, hari berlangsungnya perkahwinan Hanzalah bertembung dengan hari peperangan tentera Islam menentang musuh di Bukit Uhud.


Hanzalah bin Abu Amir mendekati Rasulullah s.a.w., “Saya bercadang menangguhkan sahaja perkahwinan saya malam nanti.” Pada masa itu, Nabi Muhammad s.a.w. dan tentera-tentera Islam di kota Madinah sibuk membuat persiapan akhir untuk berperang. “Tidak mengapa, teruskan sahaja perkahwinan ini,” balas Rasulullah s.a.w.. “Tetapi saya sungguh berhajat bagi menyertainya, ” Hanzalah bertegas. Rasulullah s.a.w. berkeras supaya Hanzalah meneruskan perkahwinannya dan memberi cadangan supaya Hanzalah menyusuli tentera Islam di Bukit Uhud pada keesokan hari, setelah selesai upacara perkahwinan.


Hanzalah mendiamkan diri.


Ada benarnya saranan Nabi Muhammad itu; perkahwinan ini bukan sahaja melibatkan dirinya bahkan bakal isterinya juga. Pada malam Jumaat yang hening, perkahwinan antara Hanzalah bin Abu Amir dan Jamilah binti Ubay dilangsungkan secara sederhana. Suasana yang hening dan sunyi itu tidak tenang hingga ke pagi.


Kota Madinah tiba-tiba dikejutkn dengan paluan gendang yang bertubi-tubi. Paluan gendang mengejutkan para pejuang bersama laungan menyebarkan berita. “Bersegeralah! Kita bersegera perangi musuh Allah.” “Berkumpul segera! Keluarlah! Rebutlah syurga Allah!” “Perang akan bermula!” Pukulan gendang dan laungan jihad itu mengejutkan pasangan pengantin yang baru sahaja dinikahkan. Hanzalah bingkas dari tempat tidurnya, “Saya harus menyertai mereka.” “Bukankah malam ini malam perkahwinan kita dan Nabi Muhammad mengizinkan kanda berangkat esok?” Soal isterinya. Hanzalah menjawab tegas, “Saya bukanlah orang yang suka memberi alasan bagi merebut syurga Allah.” Jamilah terdiam dan hanya mampu memerhatikan suaminya bersiap memakai pakaian perang dan menyelitkan pedang ke pinggangnya. Hanzalah menoleh ke arah isterinya, “Janganlah bersedih, doakan pemergian saya semoga saya beroleh kemenangan.” Suami isteri itu berpelukan dan bersalaman. Berat hati Jamilah melepaskan lelaki yang baru sahaja menjadi suaminya ke medan perang. Namun, Jamilah menguatkan hatinya dan melepaskannya dengan penuh redha. “Saya mendoakan kanda beroleh kemenangan.” Hanzalah melompat ke atas kudanya dan terus memecut tanpa menoleh ke belakang.


Akhirnya, dia berjaya bergabung dengan tentera Islam yang tiba lebih awal daripadanya. Di medan perang, jumlah tentera musuh adalah seramai tiga ribu orang yang lengkap bersenjata manakala jumlah tentera Islam hanyalah seramai seribu orang. Perbezaan itu tidak menggugat sanggar wibawa tentera Islam termasuklah Hanzalah. Dia menghayun pedangnya menebas leher-leher musuh yang menghampiri dan apabila dia terpandang Abu Sufyan, panglima tentera Quraisy, Hanzalah menerkam Abu Sufyan umpama singa lapar. Mereka berlawan pedang dan bergelut; akhirnya Abu Sufyan sungkur ke tanah.

Tatkala Hanzalah mengangkat pedang mahu menebas leher Abu Sufyan, dengan kuat panglima tentera Quraisy itu menjerit menarik perhatian tentera Quraisy. Tentera-tentera Quraisy menyerbu Hanzalah dan Hanzalah tewas, rebah ke bumi. Sebaik sahaja perang tamat, tentera Islam yang tercedera diberikan rawatan. Mayat-mayat yang bergelimpangan dikenalpasti dan nama-nama mereka, tujuh puluh orang kesemuanya, dicatat. Sedang Nabi Muhammad yang tercedera dan patah beberapa batang giginya diberi rawatan, beliau mengatakan sesuatu yang menyentak kalbu, “Saya terlihat antara langit dan bumi, para malaikat memandikan mayat Hanzalah dengan air daripada awan yang diisikan ke dalam bekas perak.” Abu Said Saidi, antara tentera yang berada dekat dengan Nabi Muhammad bingkas mencari jenazah Hanzalah. “Benar kata-kata Nabi Muhammad. Rambutnya masih basah bekas dimandikan!” Abu Said Saidi menyaksikan ketenangan wajah Hanzalah walaupun beliau cedera parah di seluruh badannya. Rambutnya basah dan titisan air mengalir di hujung rambutnya sedang ketika itu matahari terik memancar.


http://rushsina.blogspot.com/2011/12/kisah-pengantin-pergi-ke-medan-jihad.html
sumber

Friday, December 28, 2012

Jihadnya Perempuan

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Kita mungkin akan terkejut jika mengetahui sabda Rasulullah yang dengan tegas menyebutkan bahwa pahala menjadi istri yang baik itu sama dengan pahala berjihad di jalan Allah.

Dalam Kanz al-‘Ummah disebutkan sebuah riwayat cukup panjang dari Abu Hurairah.

Suatu hari, saat Rasulullah sedang bersantai, Ali bin Abi Thalib, Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah, ‘Utsman bin Affan, Abu Bakar, dan Abdurrahman bin ‘Auf datang menghampiri beliau. Ketika melihat mereka berkumpul di depannya, beliau tersenyum seraya bersabda, “Apakah kalian datang menghadapku untuk menanyakan sesuatu? Aku akan memberi tahu kalian sesuatu jika kalian mau. Tapi, jika kalian ingin bertanya, silakan bertanya.”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah. Beri tahukan kepada kami.”

Beliau lalu bersabda, “Jika kalian menanyakan siapakah yang berhak mengerjakan barang-barang kerajinan, sesungguhnya yang berhak adalah pekerja yang beragama dan ahli di bidangnya. Jika kalian bertanya tentang jihad yang kecil, sesungguhnya itu adalah haji dan umrah. Jika kalian bertanya tentang jihadnya perempuan, sesungguhnya itu adalah melayani suami dengan baik. Dan jika kalian bertanya tentang asal-muasal rezeki, sesungguhnya Allah tidak akan melimpahkan rezeki kepada hamba-Nya kecuali melalui jalan yang tidak disangka-sangka olehnya.”

Rasulullah juga menyebutkan, jihadnya perempuan adalah menunaikan ibadah haji dan umrah ke tanah suci. Pion ini menjadi salah satu titik perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam Sunan Ibnu Majah, bab “Haji adalah Jihadnya Perempuan”, disebutkan sebuah riwayat dari Aisyah binti Thalhah, Aisyah binti Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, apakah perempuan wajib berjihad?”. Beliau bersabda, “Ya, perempuan wajib berjihad tanpa harus mengangkat senjata, yaitu menunaikan ibadah haji dan umrah.”

Dalam Shahih al-Bukhari, bab “Jihadnya Perempuan”, disebutkan sebuah riwayat dari Aisyah seraya berkata, “Aku meminta izin kepada Nabi SAW untuk berjihad.” Beliau lalu bersabda, “Jihad kalian adalah pergi haji.” Dalam kitab yang sama disebutkan sebuah riwayat dari Aisyah, “Rasulullah pernah ditanya oleh para istrinya tentang jihad.” Beliau lalu bersabda, “Jihad itu adalah pergi haji.”

Dalam Kanz al-‘Ummah disebutkan sebuah hadits dengan redaksi, “Haji adalah jihadnya stiap orang yang lemah.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ummu Salamah. Dalam Munad al-Imam Ahmad disebutkan sebuah riwayat tentang Aisyah yang bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasullah, apakah perempuan wajib berjihad?” Beliau bersabda, “Haji dan umrah adalah jihadnya perempuan.”

Adapun dalam Majma’ al-Zawa’id disebutkan sebuah riwayat dari ‘Utsman bin Sulaiman dari kakeknya menceritakan, seorang perempuan datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Sesungguhnya aku ingin berjihad di jalan Allah.” Beliau bersabda, “Bukankah sudah aku tunjukan kepadamu jihad tanpa mengangkat senjata?” Perempuan itu menjawab, “Benar.” Beliau bersabda lagi, “Jihad itu adalah pergi haji ke tanah suci.” [hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabrani, dan salah satu sanadnya bernama al-Wahid bin Abu Tsaur—yang dianggap dha’if (lemah periwayatannya) oleh Abu Zar’ah]

Rasulullah juga menyebutkan jenis jihad lain bagi perempuan, yakni menjadi istri yang baik, tulus melayani suami, dan menaati perintahnya. Hadits-hadits tentang persoalan ini bisa ditemukan dalam kitab Majma’ al-Zawa’id, bab “Ganjaran Bagi Perempuan yang Taat kepada Suaminya dan Menjaga Harta Bendanya”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, seorang perempuan bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, aku mewakili kaum perempuan datang menghadapmu. Jihad diwajibkan Allah kepada kaum laki-laki. Jika menang, maka mereka akan mendapat pahala, dan jika gugur, mereka hidup di sisi Tuhan dan memperoleh limpahan rezeki. Sementara kami, kaum perempuan, senantiasa menemani merek a disaat suka dan duka. Lalu, apa yang kami dapatkan?”

Rasulullah kemudian bersabda, “Sampaikanlah pada setiap perempuan yang engkau temui, bahwa menaati suami dan memenuhi hak-haknya bisa menyamai pahala jihad. Tapi, hanya sedikit di antara kalian yang melakukannya.” [hadits ini diriwatakan oleh al-Bazzar, dan salah satu sanadnya adalah Rusydain bin Kuraib, dia itu dha’if]

Fikih Wanita- Dr.’Abdul Qadir Manshur (hal 184-187)

Sumber : http://aisyahelmasyitoh.wordpress.com/2012/05/20/jihadnya-perempuan/

===========================================
Dalam pepatah Arab ada ungkapan berbunyi Al-Ummu madrasah (ibu adalah sekolah). Benar, saudaraku. Seorang ibu merupakan sekolah pertama bagi setiap anak. Ibulah yang pertama kali mengajarkan banyak pelajaran awal tentang kehidupan kepada anak. Apalagi di zaman penuh fitnah seperti sekarang dimana al-ghazwu al-fikri (perang pemikiran/ perang budaya/ perang ideologi) datang menyerbu rumah-rumah kaum muslimin. Serbuan itu datang dari berbagai penjuru. Bisa dari televisi, internet, facebook, buku bacaan, komik, majalah, nyanyian, musik, pergaulan bahkan dari sekolah formal…! Maka kehadiran seorang ibu yang memiliki wawasan pengetahuan luas menjadi laksana penjaga benteng terakhir bagi anak-anaknya. Ibulah yang bertugas membentengi, memfilter dan mengarahkan anak-anak menghadapi berbagai serbuan perang budaya tadi.

Di masa kita dewasa ini saat mana faham ateisme, materialisme, sekularisme, liberalisme dan pluralisme begitu dominan mewarnai kehidupan masyarakat dunia, maka kehadiran seorang ibu sendirian mendampingi anak-anaknya kadang dirasa kurang memadai. Sehingga kerjasama antara ayah-mukmin dan ibu-mukminah sangat diperlukan. Dalam dunia modern anak-anak kita sangat perlu pengarahan yang sangat kokoh dan kompak dari kedua orang-tuanya sekaligus untuk meng-counter serangan musuh-musuh Islam yang pengaruh buruknya semakin hari semakin hegemonik.

Wahai kaum wanita, ikhlaslah dan sabarlah menjaga pos jihad kalian. Didiklah generasi masa depan calon-calon mujahidin dan mujahidat fii sabilillah harapan ummat….!


Silakan di baca juga artikel yg berjudul : Wasiat dan Pesan Istri Dr. Aiman Az-Zawahiri Untuk Para Muslimah untuk menambah motivasi para muslimah dalam berjihad.

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=382185178541448&set=a.382830151810284.92850.272977956128838&type=3&src=http%3A%2F%2Fsphotos-h.ak.fbcdn.net%2Fhphotos-ak-ash4%2F282836_382185178541448_1537433609_n.jpg&size=400%2C400

Sunday, October 7, 2012

jihad

|MALAY|
Jihad melawan musuh Allah boleh dilakukan dengan banyak cara...
Saudara kita di Syria melaksanakan bahagian mereka dengan kudrat tenaga...

Kita di sini jangan malas....kita mampu menulis dan publish sebanyak yang boleh dan sertakan iringan Do’a bersama.

|INDONESIAN|
Jihad melawan musuh Allah bisa dalam beberapa bentuk....
Saudara-saudara kita di Syria sedang melakukan bagiannya....

Ayo, jangan malas.... kita bisa menulis dan mempublikasikan lebih banyak dan jangan lupa untuk berDo’a.

Sunday, September 9, 2012

One of the mujahids of the jihaad in Bosnia


The History Of Jihad In Bosnia: A Piece Of The Story Of
The Muslimahs' Struggle Under The Brutality Of Crusades

The war imposed in Serbia (a continuation of the Crusade – ed.) had changed the face of Bosnia-Hezergovina. Jornia Toliba village, near the Sava river was devastated. The houses of the villagers transformed into charred debris. Only blackened branches remained of the trees which used to be green. Only Piles of scattered bricks are left of a Masjid. The Serbs only left alone a mimbar and board that reads "Muhammad, SAW".

The Serb militias called “Chetniks” aimed the muzzles of their automatic weapons at the doors and windows of the Masjid when the jama'ahs were performing solat inside. The rattles of gunshots instantly barked out without a pause, overlapped with the bangs of the grenades. The Masjid soon after lost its shape. After that, the Chetniks looked through the rubbles for bodies of their victims, and then poured wine on the remains of the bodies that were no longer intact, and incised two intersecting lines (cross) on their bodies.

On the following day, the corpses of the victims of that barbarous massacre were collected and then put in the coffins by the Muslims who survived. A woman stood near those coffins while weeping. All the members of her family were inside the coffins. All vanished in one day. She herself survived, because when the incident took place, she was in another village.

How did to Serbian Chetniks recognize the Muslims, whereas they dressed the same way as the Serb ethnic? Easy. The Serb militias denuded the people whom they suspected. If the person clearly had circumcision, then he is Muslim. A method like this was used by them in Bilina. The people who were found to be circumsized would be killed by them. They incised two intersecting lines (cross) with knives on the bodies of the Muslims.

In a Masjid in Bilina, they picked two people from the jama'ah (group of worshipers) of the Masjid and tortured them. After that, they spewed bullets at the other jama'ah. On that day, 40,000 population of Bilina were immediately displaced.

In every area which the Serbs managed to seized, prison camps for young Muslimahs were set up. The honor of the Muslimahs were made halal in a condition of war like that.
oOo

Witnessing the massacre of her father, mother and siblings in front of her eyes was Madihah Hiyanutis, a Bosnian Muslimah aged 24, she had two siblings. Her female sibling was 22 years old, while the male was 15 years old. Madihah had already been engaged to her uncle's son named Adib. What happened to this lady who was in the process of waiting for her wedding day?

At that time, her family had already shut the door of their house, because her father, an imam of a Masjid, told them so. Madihah's father reminded them that the Chetnik group began directing their targets into areas which were the bases of Islam and they began killing every male, as well as arresting all of the women.

Madihah was at her neighbor's house, when she suddenly heard the sounds of gunfire, followed by screams from the direction of her house. Her neighbors stopped Madihah from getting out of the house so as not to become a victim. The Serb militias had a list of names of the imam, ulama's and teachers of religious schools. So the address of Madihah's house was looked for. When the Chetniks found the house, they right away shot at the door of the house. They treated Madihah father heinously and with contempt without caring the screams from Madihah's mother and siblings. At that time, Adib came to Madihah's house. The Serb militias then arrested him and tied him together with Madihah's father, mother and brother. After that they dragged Madihah's sister out so that she could witness the fate that would befall her parents.

Those Chetniks poured wine on the body of that Masjid imam, and then incised two intersecting lines (cross) on his forehead, and eventually slaughtered him. They did the same heinous act to Adib, Madihah's brother and finally her mother. All this was done in front of her sister's eyes. The massacre could not prolong as the Muslim fighters soon came storming, so the Chetniks escaped.

The misfortunes as experienced by Madihah's family were also experienced by thousands of other Muslim families, it's just that the stories vary. Nuha Kamaluddin, a student of a higher institution in Sarajevo witnessed the detention of young women in Sarajevo and the terror in every corner of the city. In the ravaged capital of Bosnia, the Serbian National Party handed out flyers that read, "Return to the embrace of the Lord to avoid the sacred thing". What's referred as "sacred thing" was the massacre.

Nuha Kamaluddin ran away from Sarajevo along with her mother by leaving her father and brother in the burning city. Nuha set off in the middle of the night together with other flocks of refugees. They travelled great distances through the high plains, with their backs laden with bags and luggages and suffused with worries about a sudden ambush by the Serb militias. A long journey, with flogging hunger and exhaustion, towards an expectation that was uncertain, was surely not an easy journey for the group which were made up of old people, women - in which some of them were pregnant, and children.

A few hours after they left Sarajevo, a woman who was pregnant suffered bleeding due to the unbearable exhaustion. She was immediately assisted by fellow evacuees from among the women, while her two children aged 5 and 3 years, added to the panic with their cries. A few hours later, the woman gave birth, and although she was still in the state of being very weak and exhausted, she must immediately proceed on with the journey along with the group, as delaying the journey for a long time was a big risk for the whole group. However, after only a few kilometres of continuing with the journey, she was not able to move her feet further. She died and was buried on the journey. The newborn that she had just given birth to and had only felt the warmth of the mother's embrace for a few moments in the middle of the biting cold mountain air, cried non-stop. A woman tried to suckle the baby, but the tiny baby who was in a very weak condition refused. As a result, a few hours later the baby followed after the mother. Now the two children of the almarhumah (the deceased) remained, who wailed in their cluelessness.

In the end, with the remaining available strength, the flocks of refugees arrived in the city of Dirfanta which was controlled Muslim fighters. However, these people who had travelled a long journey in the cold, hunger and exhaustion, were greeted with the bombings by the Serbs. Many of them died, including one of the two children whose mother had just died.

The rest of the refugees who were still capable of making a move, moved on to leave Dirfanta. The child who had just been left alone by the dead mother and two siblings, survived, although with a wounded arm. He was then treated in the Salafushi Barud Hospital. Not only his arm was wounded, but he had lost his memories. Even if he recovered later, God knows where would he end up.

Some missionary organizations were willing to help and educate the displaced Bosnian children, but where were the fellow brothers in iman? Why was the Islamic world turning mute? Why were the helps, food and financial aids only coming from the private Islamic organizations? Why didn't anyone get to the hospitals to help the Bosnian children from the injuries that they had suffered and help to save their aqeedah?

There were a lot of baffling questions. If real aid could not be immediately given, do'a must be continually offered for our brothers who were in the midst of launching the jihad, in prostration, in the morning and evening and at any time. They were now drawing up the ranks and always ready to confront the Serbs.

The doctors turned several houses that were no longer intact into makeshift hospitals. Our sisters, the Muslimahs, served as nurses, whether in the hospitals, or in the battlefields. Their shi'ar is the determination to get one of the two goods, VICTORY or DIE SHAHEED.

oOo

Copied from : The Book "Jihad in Bosnia (transl.)" by Muhammad Abdul Mun'im, Yayasan Al-Mukmin East Java publication, year 1992. 

Monday, August 6, 2012

Tidak Sedekah dan Tidak Jihad, Dengan Apa Kamu Masuk Surga?


Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Syurga itu mahal harganya. Kenikmatannya tak tertandingi. Sedikit saja kenikmatannya melebihi seluruh kenikmatan dunia dan seisinya. Siapa yang mau masuk syurga maka –pada dasarnya- harus membelinya dengan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةُ

"Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah syurga." (HR. Al-Tirmidzi, beliau berkata: hadits hasan. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami': 6222)

Sil'ah adalah barang yang ditawarkan dalam perdagangan. Sedangkan Allah 'Azza wa Jalla telah tawarkan surga kepada hamba-hamba-Nya agar mereka membelinya dengan jiwa dan harta mereka. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah: 111)

Al-'Imad ibnu Katsir berkata: "Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dia memberi ganti dari jiwa dan harta benda para hamba-Nya yang beriman dengan syurga kerana mereka telah rela mengorbankannya di jalan-Nya. ini merupakan karunia, kemuliaan dan kebaikan-Nya." Oleh kerananya al-Hasan al-Bashri dan Qatadah mengatakan: "Allah telah membeli mereka, demi Allah, Dia menghargai mereka sangat mahal."

Al-Hasan berkata lagi, "Dengarkan jual-beli yang menguntungkan yang telah Allah ajak setiap mukmin melakukan jual-beli ini." Dalam perkataan beliau yang lain, "Sesungguhnya Allah telah memberikan dunia kepadamu maka belilah syurga dengan sebahagiannya." (Dinukil dari tafsir al-Baghawi)


Apa yang harus diberikan oleh seorang mukmin agar dapat syurga? Mereka menyerahkan jiwa dan harta mereka untuk Allah dengan berjihad di jalan-Nya melawan musuh-musuh-Nya untuk meninggikan kalimat-Nya dan memenangkan agama-Nya. "Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh." (QS. Al-Taubah: 111)

Allah Ta'ala berfirman lagi tentang jual beli yang menguntungkan ini,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS. Al-Shaff: 10-12)

Ini merupakan pesan dan arahan Dzat Mahapenyayang kepada hamba-hamba-nya yang beriman, supaya mereka melakukan jual beli menguntungkan yang bisa menyelamatkan dari azab yang neraka yang pedih dan mendapatkan kenikmatan yang abadi. Jual beli tersebut adalah "Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya."

Iman yang sempurna adalah pembenaran terhadap perintah-perintah Allah dalam hati yang diikuti dengan ketundukan anggota badan mengerjakan amal-amal shalih. Dan di antara amal shalih yang paling agung adalah berjihad di jalan-Nya. Oleh kerananya Allah berfirman sesudahnya, "dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu." Yaitu dengan menginfakkan sebahagian harta dan mengorbankan jiwa untuk menghadapi musuh-musuh Islam dengan tujuan untuk menolong agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya. 

Pada ringkasnya untuk mendapatkan kenikmatan syurga dan dihindarkan dari siksa neraka seseorang harus beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lalu berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa-Nya. Lalu kenapa masih ada orang yang bercita-cita masuk syurga tapi masih kedekut dengan hartanya dan terlalu sayang dengan jiwanya dari berjihad di jalan Allah?

Al-Hakim telah meriwayatkan dalam Mustadraknya (no. 2421) dari hadits Basyir bin al-Khashashiyyah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam untu berbai'at masuk Islam. Maka beliau mensyaratkan kepadaku:

تَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَتُصَلِّي الْخَمْسَ ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ وَتُجَاهِدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

"Engkau bersaksi tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, engkau shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, mengeluarkan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berjihad di jalan Allah."

Dia melanjutkan, "Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, ada dua yang aku tidak mampu; Yaitu zakat karena aku tidak memiliki sesuatu kecuali sepuluh dzaud (sepuluh ekor unta) yang merupakan titipan dan kendaraan bagi keluargaku. Sedangkan jihad, orang-orang yakin bahwa yang lari (ketika perang) maka akan mendapat kemurkaan dari Allah, sedangkan aku takut jika ikut perang lalu aku takut mati dan ingin (menyelamatkan) diriku."

Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menggenggam tangannya lalu menggerak-gerakkannya. Lalu bersabda,

لَا صَدَقَةَ وَلَا جِهَادَ فَبِمَ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟

"Tidak shadaqah dan tidak jihad? Dengan apa engkau masuk syurga?"

Basyir berkata, "Lalu aku berkata kepada Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, aku berbaiat kepadamu, maka baitlah aku atas semua itu." (Imam al-Hakim berkata: Hadits shahih. Al-Dzahabi menyepakatinya.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan pelajaran berharga kepada Basyir, juga kepada kita semua, tentang hakikat baiat atas Islam. Bahwa Islam tidak mencukupkan bagi pemeluknya untuk memperhatikan diri pribadinya sendiri, berleha-leha setelah ikrar atas keislaman. Tapi ia harus memperhatikan agamanya dan memperjuangkan syriatnya dengan harta dan jiwanya. Kerananya kita lihat, saat Basyir mengajukan keberatan atas dua syarat yang berkaitan dengan pengorbanan jiwa dan hartanya –padahal ia siap menerima syarat-syarat lainnya-, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menggenggamkan tangannya dan tidak mau menerima baiat, kerana barang dagangan Allah itu mahal harganya. Oleh kerananya beliau menyampaikan, "Orang yang tidak mau mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah, maka dengan apa ia masuk syurga?" Wallahu Ta'ala A'lam. 
[PurWD/voa-islam.com]

SUMBER : http://www.voa-islam.com/islamia/jihad/2012/06/22/19598/tidak-sedekah-dan-jihad-dengan-apa-kamu-masuk-surga/

Saturday, July 28, 2012

Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu meresa berat dan ingin tinggal ditempatmu ” (At Taubah : 38)

Thai, Melayu dan English

Thai, Melayu dan English - SHARE THIS

ประชาชาติอิสลามตื่นเถิด!!! การยีฮาดในปัจจุบันนั้นไร้พรมแดน มีกองกำลังกระจายเป็นองค์กรลับหลายองค์กร มีการขยายตัวไปยังประเทศที่มีประชากรอิสลามทั่วโลก มีการสะสมกำลังเเละอาวุธมากมาย และมีอำนาจตัดสินใจปฏิบัติการโดยอิสระมากขึ้น... JIHAD FI SABILILLAH...ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR...

Kepada semua negara negara Islam !! Untuk mengenal pasti sempadan dan kelebihan kita semua. Terdapat pelbagai organisasi rahsia dan rasmi yang mempunyai angkatan bersenjata yang bertebaran diseluruh dunia Islam. Kita mempunyai senjata dan laskar sendiri, dan keputusan untuk operasi berjihad adalah bebas terletak ditangan kalian sendiri.... JIHAD FI SABILILLAH...ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR...

To all Islamic Nations !!! To identify the current boundaries in the hostel There are many secret organizations are distributing force organization. With the expansion to countries with Islamic populations worldwide. We have many weapons and forces, and decision makers more freely operating ... JIHAD FI SABILILLAH...ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ...


~we need some correction for english section~
 —

Monday, July 9, 2012

Samantha Lewthwaite Menjadi Perekrut dan Melatih Pasukan Jihad di Somalia


Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Tersangka "teroris" perempuan, Samantha Lewthwaite, saat ini diduga berada di Somalia untuk merekrut dan melatih para perempuan yang akan dijadikan pasukan jihad.

Lewthwaite, yang merupakan istri salah seorang pelaku pengeboman 7/7 di London, England, dilaporkan terbang ke kota pesisir Kenya, Mombasa, pada Desember tahun lalu setelah pihak berkuasa  mengungkap rencana penyerangan terhadap hotel dengan bom kimia.

Sejak itu perempuan berusia 28 tahun ini tak pernah menampakkan diri. Lewthwaite diburu oleh pihak berkuasa England, Kenya, dan Interpol.

Seperti dikutip sebuah blog Muslim Youth Centre, sebuah gerakan pro-jihad di Kenya, Lewthwaite berada di Somalia berkaitan dengan serangan di wilayah Afrika timur.

Blog yang ditulis seorang perempuan Tanzania simpatisan gerakan itu menyatakan Lewthwaite dikenal di lingkungan mereka sebagai "Dada Mzungu", yang berarti "saudari putih" dalam bahasa Swahili.

"Lebih dari lima kali "Dada Mzungu" mengalahkan kaum kafir di Kenya dan Tanzania,” perempuan itu menulis seperti dikutip Daily Telegraph, hari minggu kemarin (8/7).

Dia menulis, "Dada Mzungu" menyerahkan hidupnya sebagai tentara Allah. Di Somalia, dia menulis, Lewthwaite memimpin "pasukan mujahid yang seluruhnya perempuan" serta mengendalikan operasi melawan kaum kafir.

Sumber di kepolisian Mombasa mengatakan, menurut intelijen mereka, Lewthwaite berada di Somalia selatan. Dia dilindungi oleh pejuang al-Shabaab Somalia.

“Kami tidak bisa mengatakan dia terkait dengan serangan teroris di Kenya, tapi ini sesuai dengan informasi kami bahwa dia bersama al-Shabaab di Somalia,” ujar seorang pejabat senior lembaga anti-teror Mombasa.

“Bahkan jika dia melatih orang di sana untuk jihad, dia akan menyedari kami menunggunya di sini dan dia tidak akan berhasil,” ujarnya.

Dalam catatan harian milik Lewthwaite yang ditemukan Maret silam terungkap dia menginginkan anaknya menjadi "mujahid". Hal itu terungkap setelah dia menyaksikan suaminya, Habib Saleh Ghani, yang diburu pihak berkuasa Kenya, berbincang dengan kedua anaknya.

“Dia bertanya kepada putra saya yang berusia lapan tahun dan puteri saya yang berusia lima tahun mau menjadi apa setelah besar nanti. Keduanya punya banyak jawaban, tapi keduanya setuju menjadi seorang mujahid,” tulisnya.(fq/telegraph)
http://www.eramuslim.com/berita-samantha-lewthwaite-menjadi-perekrut-dan-melatih-pasukan-jihad-di-somalia.html
 —

Saturday, June 2, 2012

Jihad pada hari ini adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu.

Jihad pada hari ini adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Oleh sebab itu, setiap Muslim yang ingin mematuhi perintah Allah, adalah kewajiban kita untuk menemukan cara-cara untuk berjihad dan mendukung jihad.

44 Cara Mendukung Jihad

1. Meluruskan Niat

Setiap Muslim yang ingin menjadi seorang mujahidin harus meluruskan niatnya, apa tujuannya berjihad. Rasulullah swt berkata, "Siapa saja diantara kamu yang mati dan tidak berjuang atau tidak berniat untuk berjuang, maka ia mati dalam keadaan munafik," (HR Muslim).

Salah satu tanda apakah seseorang itu niat seseorang untuk berjihad itu murni atau tidak, adalah persiapan yang dilakukan orang yang bersangkutan. Allah swt berfirman, "Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu ... (QS 9;46) dan syarat-syarat untuk Jihad al-Dafi' (jihad untuk mempertahankan diri) menurut para ulama seperti Abu Qudamah, sedikitnya ada lima syarat antara lain, harus beragama Islam, sudah akil balig, memiliki kemampuan finansial, berbadan sehat dan tidak cacat tubuh. Jika seseorang yang ingin berjihad tidak memiliki kemampuan finansial atau tidak bisa mencari orang yang membiayainya, atau menderita penyakit, atau menderita cacat tubuh, maka orang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk berjihad.

Tapi Allah swt berfirman tentang orang-orang yang tidak mampu pergi berjihad pada saat perang Tabu, "Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu supaya kamu memberi mereka kendaraan lalu kamu berkata, 'aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu' sedang mata mereka bercucuran airmata karena kesedihan lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan."

2. Berdoa pada Allah agar memberikan mati syahid.

Rasulullah saw bersabda,"Siapa saja diantara kamu yang berdoa pada Allah agar diberi mati syahid, Allah akan memberikan pahala mati syahid bahkan jika orang itu wafat di atas tempat tidurnya," (HR Muslim).

Allah senang dengan hambanya yang berdoa agar mati dalam keadaan syahid, karena itu menunjukkan bahwa kita rela mengorbankan hidup kita untuk Allah swt. Tapi berhati-hatilah, jangan sampai doa itu hanya manis di dbibir saja. Seseorang yang benar-benar mengucapkan syahadat akan memenuhi panggilan jihad kapanpun ia mendengar panggilan itu dan benar-benar akan mencari kematian di jalan Allah.

Salah satu alasan mengapa musuh-musuh Allah sukses mengalahkan sekelompok umat Islam dan mengambilalih tanah mereka, itu karena sekelompok umat Islam itu kehilangan cinta menjadi seorang yang gugur syahid.

Rasulullah bersabda,"Bangsa-bangsa akan menyerang kalian seperti sekelompok manusia yang sedang makan dalam satu piring." Kemudian sahabat berkata, "Apakah itu karena jumlah kita yang sedikit?". Rasulullah menjawab,"Bukan, jumlah kalian banyak. Tapi kalian seperti buih di laut, dan Allah akan menyingkirkan rasa takut dari dalam dada musuh-musuhmu terhadapmu dan Allah akan menempatkan dalam hatimu 'wahan'. Sahabat bertanya lagi, "Apa itu wahan, ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Wahan adalah rasa cinta pad dunia dan takut mati" (HR Abu Dawud).
Budaya mati syahid, kata Syaikh Awlaki, harus dipupuk kembali karena musuh-musuh Allah tidak takut dengan apapun, kecuali takut dengan kecintaan kita pada mati syahid.

3. Berjihadlah dengan Hartamu

Jihad harta menekankan pentingnya kita mengorbankan harta benda kita, karena jihad itu sendiri membutuhkan dana yang besar. Dengan kata lain, tidak ada uang, tidak ada jihad dan jihad membutuhkan modal yang besar. Itulah sebabnya, al-Qurtubi dalam tafsirnya mengatakan, memberikan uang untuk sedekah pahalnya 10 kali lipat. Tapi memberikan uang untuk berjihad pahalanya 700 kali kali lipat!

Allah swt berfirman: "Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki (QS 2;261)

Bagi umat Islam yang tinggal di Barat, yang paling penting bagi mereka menurut Syaikh Awlaki, adalah berjihad dengan harta-harta mereka karena dalam banyak kasus, para mujahidin lebih membutuhkan banyak dana dan bukan sumberdaya manusia. Dalam hal ini Syaikh Awlaki mengutip ucapan Syaikh Abdullah Azzam yang mengatakan,"manusia membutuhkan jihad dan jihad membutuhkan dana."

4. Menggalang Dana untuk Para Mujahidin

Selain menafkahkan harta kita untuk para mujahidin, kaum Muslimin disarankan juga mengajak umat untuk menggalang dana guna membiayai perjuangan para mujahidin. Rasulullah bersabda,"Mereka yang mengajak saudara-saudaranya berbuat baik, akan menerima pahala sama dengan sebanyak orang yang melakukan perbuatan baik itu." Dengan menggalan dana untuk para mujahidin, kaum Muslimin sekaligus menjalankan sunnah Rasulullah yang senantiasa beliau lakukan sebelum pergi berperang.

5. Mendanai seorang Mujahidin

Rasulullah bersabda,"Siapa saja yang mendanai seorang pejuang untuk berjuang di jalan Allah, sudah melakukan jihad." (Majma' al Zawa'id). Mendanai termasuk membiayai seluruh keperluan si mujahid, termasuk membayar ongkos perjalanannya. Ini memberikan peluang bagi orang-orang berharta dan orang-orang miski untuk sama-sama mendapatkan pahala jihad. Si kaya memberikan dana, si miskin pergi ke medan juang.

6. Mengurus Keluarga Mujahidin

Mengurus keluarga Mujahid bisa dilakukan misalnya dengan melindungi keluarga mereka, memenuhi kebutuhannya dan memberikan bantuan finansial serta menjaga kehormatan mereka. Rasulullah saw bersabda;

-Siapa saja dari kalian yang mengurus keluarga dan harta seorang mujahid akan menerima pahala setengah dari pahala berjihad (HR Muslim) -Kewajiban melindungi kehormatan para istri mujahid bagi orang-orang di sekitarnya, seperti kewajiban menjaga kehormatan ibu-ibu mereka. Jika seseorang yang tidak pergi berjihad berjanji untuk melindungi seorang istri mujahid tapi mengkhianati janji itu, pada hari Kiamat si mujahid akan diberitahu bahwa orang itu telah berkhianat maka si mujahid bisa mengambil semua pahala kebaikan orang yang berkhianat tadi. (HR Muslim) -Siapa saja yang tidak pergi berjihat, tidak mendanai seorang mujahid, atau mengurus keluarga seorang mujahid, akan mengalami bencana sebelum ia meninggal (Abu Dawud).

Jika seseorang merasa takut akan keamanan keluarganya, setan akan memanfaatkannya dan mencegah orang bersangkutan pergi berjihad. Bahkan jika orang bersangkutan melawan godaan setan dan pergi berjihad, setan bisa menggodanya kembali dan melemahkan orang tersebut dengan membisikkan rayuan tentang orang-orang yang dicintainya yang ia tinggalkan. Oleh sebab itu, menjaga dan mengurus keluarga para mujahidin akan membantu meningkatkan moral para mujahidin dan oleh sebab itu Islam memberikan perhatian yang besar tentang kewajiban mengurus keluarga dan harta para mujahidin.

7. Mengurus Keluarga Mujahidin yang Gugur Syahid

Mereka yang gugur syahid telah berjuang untuk Islam dan umat Islam. Mereka mengorbankan jiwa dan raga untuk saya dan untuk Anda. Itulah sebabnya keluarga para mujahidin gugur harus dilayani dan dihormati. Ketika Ja'far bin Abu Talib gugur dalam perang Mut'ah, Rasulullah saw berkata pada isteri-isterinya,"Siapkan makanan untuk keluarga Ja'far karena mereka telah menunaikan urusan mereka", kemudia Rasulullah datang ke rumah Ja'far. (HR Abu Dawud dan al-Tarmidzi).

Imam Ahmad meriwayatkan, ketika Rasulullah saw menerima kabar bahwa Ja'far gugur syahid, Rasulullah datang ke rumah Ja'far dan menyuruh isteri Ja'far agar memanggil anak-anaknya. Ketika anak-anak itu datang ke hadapan Rasulullah, Rasulullah saw memeluk dan mencium anak-anak Ja'far sambil meneteskan air mata. Asma, isteri Ja'far bertanya pada Rasulullah "apakah terjadi sesuatu?" Rasulullah berkata," Ya, Ja'far gugur hari ini." Asma berkata, ketika ia mendengar berita itu, ia menangis dan menjerit-jerit. Rasulullah pergi meninggalkannya dan meminta isteri-isterinya agar jangan lupa menyiapkan makanan untuk keluarga Ja'far karena keluarga Ja'far kesusahan karena urusan-urusannya.
Anak-anak para mujahid yang gugur membutuhkan para lelaki untuk menjaga dan mengurus mereka. Para istri mujahid yang gugur harus diberi kesempatan untuk menikah lagi, jika memang menginginkannya.Hal ini kata Awlaki, membutuhkan perubahan pada dua kebiasaan di kalangan umat Islam.

Pertama, umat Islam harus mengubah pandangan negatifnya terhadap kaum perempuan yang bercerai dan janda. Stigma negatif terhadap kaum perempuan yang bercerai atau menjadi janda harus dihapus dari komunitas Muslim. Kedua, bersikap lebih toleran dengan isu poligami. Karena ini menjadi kebutuhan, apalagi di saat terjadi peperangan. Pada masa sahabat Rasulullah, tidak ada perempuan yang dibiarkan tanpa suami.

8.Mengurus keluarga para tawanan perang

Mengurus keluarga para tawanan perang, pahalanya sama dengan mengurus keluarga para mujahid. Hal ini sangat penting menjadi norma yang kembali dihidupkan agar para mujahid yang ingin berjuang di jalan Allah tidak khawatir jika mereka gugur atau ditawan, karena keluarga mereka akan ada yang mengurus.

9. Bayarkan zakat Anda untuk para Mujahidin

Menurut Al-Quran Surat ke-9 ayat 60, adalah delapan katagori orang yang berhak menerima zakat. Salah satunya disebutkan untuk mereka yang dijalan Allah. Yang dimaksud dengan "yang di jalan Allah" adalah para mujahidin.

Imam Nawawi dalam al Minhaj tentang zakat mengatakan bahwa para pejuang di jalan Allah berhak menerima apa yang mereka perlukan untuk membayar biaya pengeluaran mereka dan biaya kebutuhan keluarganya mulai dari si mujahid berangkat sampai kembali pulang, bahkan jika ia tidak pulang untuk jangka waktu lama. Oleh sebab itu, Syaikh Awlaki menganjurkan umat Muslim untuk membayarkan zakat-zakat mereka pada para mujahidin dan keluarganya.

10. Memberikan bantuan medis pada mujahidin

Para mujahidin membutuhkan bantuan dokter, rumah-rumah sakit, klinik dan tentu saja obat-obatan. Saat ini banyak tenaga dokter Muslim, tapi pada saat yang sama kita sering mendengar banyak mujahidin yang mengalami luka, yang sebenarnya tidak berat meninggal dunia karena ketiadaan bantuan medis.

Para Muslim yang belajar kedokteran dan mengklaim mereka melakukan itu karena Allah dan untuk kepentingan umat tapi tidak mau memberikan bantuan medis pada mujahidin, kemana mereka? Para pekerja medis Muslim punya tanggung jawab yang besar dan tidak bisa dihindari bahwa jihad membutuhkan kontribusi dari para pekerja medis ini. Jika mereka mau memberikan kontribusinya, pahala yang akan mereka terima bisa lebih besar dari para pejuang itu sendiri.

11. Memberikan dukungan moral dan semangat bagi para mujahidin

Doa-doa yang dikumandangkan para imam, fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh para ulama untuk mendukung perjuangan mereka dan doa yang dipanjatkan umat Islam akan memberikan semangat dan meningkatkan moral para mujahidin untuk terus berjuang.

12. Membela para Mujahidin

Rasulullah bersabda," Siapa saja yang menjaga kehormatan saudaranya, Allah akan melindungi wajah mereka dari api neraka pada hari Kiamat." (al-Tarmidzi).
Rasulullah juga berkata, "Barang siapa berkhianat pada seorang Muslim dengan melanggar kehormatan dan harga dirinya, maka akan dipermalukan. Allah tidak menolong ketika pengkhianat itu membutuhkan pertolongan. Dan barang siapa melindungi seorang Muslim yang kehormatan dan harga dirinya dilanggar, Allah akan menoling itu ketika ia membutuhkan pertolongan." (Abu Dawud)
Itulah sebabnya Islam mewajibkan umatnya untuk membela mereka yang telah melindungi kita dan agama kita.

13. Melawan Kebohongan Media Massa Barat

Saat ini, banyak pandangan kaum Muslimin yang dipengaruhi oleh infomasi dari media-media Barat.Media-media Barat banyak yang berusaha menampikkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan negara-negara Barat, apalagi jika kejahatan yang dilakukan itu sudah berlebihan. Sikap media Barat berbeda sekali jika pelakunya adalah orang Islam, mereka memberitakannya secara berlebihan bahkan seringkali tidak obyektif dan tidak sesuai fakta yang terjadi.
Oleh sebab itu, adalah kewajiban bagi setiap Muslim untuk mengingatkan saudara-saudaranya agar meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah ini. Umat Islam harus kritis dan hati-hati dengan pemberitaan media massa Barat. Umat Islam jangan mempercayai sumbers-sumber dari Barat sampai kebenarannya sudah dipastikan oleh tokoh Muslim yang memang bisa dipercaya. Jangan percaya apa yang dikatakan media massa Barat, bahkan informasi cuaca yang mereka sajikan!

Untuk mendukung Jihad, Syaikh Anwar al-Awlaki mengingatkan kaum Muslimin untuk waspada terhadap orang-orang munafik yang bisa membahayakan kaum Muslimin. Menurut Syaikh al-Awlaki, kelompok-kelompok munafik ini masih banyak di sekeliling kita dan ia mengingatkan bagaimana cara Rasulullah memerangi orang-orang munafik itu, yaitu dengan membongkar dan mengungkap kebohongan-kebohongan mereka.

14. Hati-Hati dengan Kelompok Munafik

Untuk mendukung Jihad, Syaikh Anwar al-Awlaki mengingatkan kaum Muslimin untuk waspada terhadap orang-orang munafik yang bisa membahayakan kaum Muslimin. Menurut Syaikh al-Awlaki, kelompok-kelompok munafik ini masih banyak di sekeliling kita dan ia mengingatkan bagaimana cara Rasulullah memerangi orang-orang munafik itu, yaitu dengan membongkar dan mengungkap kebohongan-kebohongan mereka.

“Jika peperangan dengan kaum kafir adalah peperangan dengan pedang. Peperangan dengan dengan kaum munafik adalah peperangan dengan kata-kata. Karena kaum munafik bersembunyi dibalik agama untuk menyebarkan isu-isu beracun mereka dan cara untuk melawan mereka adalah dengan mengungkapkan kebenaran dan mengungkap kebohongan-kebohongan orang munafik itu dengan senjata al-Quran dan Sunnah,” tulis al-Awlaki.
Orang-orang munafik bisa tampil dengan sosok yang karismatik atau mengesankan orang lain, tapi sebenarnya itu semua hanya kepalsuan belaka.Seperti firman Allah dalam QS 63;4 yang isinya “Dan apabila kami melihat mereka, tubuh-tubuh mereka akan memjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar, mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan pada mereka . Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka …”

Siapa kaum munafik itu? Mereka bisa datang dari para ulama dan orang-orang yang menganut ideologi menyimpang. Kelompok seperti ini harus diungkap, siapa sebenarnya mereka.

15. Menularkan Semangat Jihad pada Orang Lain

Menularkan semangat jihad pada orang lain merupakan salah satu bentuk ibadah dan setiap kaum Muslimin diminta untuk melakukan perbuatan terpuji ini seperti firman Allah swt dalam QS 8;65 “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang …” dan QS 4;84 “Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para Mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang kafir-kafir itu. Allah sangat besar kekuatan dan amat keras siksaannya.”

16. Melindungi Mujahidin dan Menjaga Rahasia Mereka

Seorang Muslim harus membiasakan dirinya untuk bisa menjaga rahasia, menjaga lidah untuk melindungi saudara-saudara Muslim kita. Syaikh al-Awlaki mencontohkan sikap sahabat Rasulullah yang menolak permintaan istrinya agar menceritakan rahasia yang dikatakan Rasullullah pada sahabat itu. Umat Islam, tulis Awlaki, harus membiasakan diri hanya berkata yang perlu saja.

Kerja yang berkaitan dengan jihada atau perang gerilya adalah kerja yang penuh rahasia. Musuh-musuh Islam selalu berusaha untuk merekrut kalangan orang Islam sendiri untuk melakukan infiltrasi. Musuh-musuh Islam itu akan mengatakan bahwa mereka ingin melindungi umat Islam, dan jika perlu mengikutsertakan para ulama agar membenarkan tindakan musuh-musuh Islam itu.
Oleh sebab itu, salah satu kewajiban kaum Muslimin adalah melindungi para Mujahidin. Seorang Muslim yang memata-matai Muslim lainnya tidak lebih dari perbuatan orang kafir. Allah berfirman,” …Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka …”

17. Mendoakan Para Mujahidin

Jangan meremehkan doa. Doakanlah para mujahidin dalam sujud-sujud kita. Dan doa yang penting kita panjatkan untuk perjuangan para mujahidin dalam setiap salat adalah doa qunut. Kaum Muslimin harus mengingatkan para imam salatnya ketika para mujahidin sedang berjuang di kancah peperangan, karena itu adalah sunnah Rasulullah.

Dalam sebuah hikayat, dalam sebuah peperangan, seorang pemimpin pasukan Muslim memerintahkan tentaranya untuk melihat apa yang dilakukan Muhammad bin Wasi’ (salah seorang Muslim yang taat pada masa itu). Para tentara itu kembali dan mengatakan bahwa mereka melihat Muhammad bin Wasi’ mengangkat tangannya dan berdoa. Pimpinan pasukan Muslim itu lalu berkata, “Doa pada Allah lebih disukai dari pada ribuan tentara !”

18. Memantau dan Menyerbarkan Berita tentang Jihad Para Mujahidin

Terus mengikuti informasi-informasi tentang perjuangan para Mujahidin sangat penting bagi kaum Muslimin; -Agar semangat jihad tetap menyala di hati kaum Muslimin -Memperkuat rasa solidaritas pada sesama umat Islam -Mendorong kaum Muslimin untuk ikut berjihad ketika kita melihat tindakan para mujahidin yang pemberani-pemberani itu dan mendorong kaum Muslimin untuk rela mati syahid. -Kaum Muslimin akan melihat kebesaran Allah, bagaimana Allah melindungi hamba-hambanya dan memberi mereka kemenangan. -Mendorong kaum Muslim untuk banyak membaca sejarah atau buku-buku Fiqih tentang Jihad. Sehingga memahami bagaimana para muhajidin mempraktekkan jihad berdasarkan petunjuk-petunjuk fiqih. -Pemberitaan tentang jihad adalah pemberitaan tentang kebaikan melawan kejahatan, yang sudah ada sejak masa Nabi Adam dan akan terus ada sampai akhir dunia. Ketika kaum Muslimin mengikuti informasi tentang perjuangan jihad para mujahidin, mereka akan menjadi lebih dekat dengan al-Quran dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Menara Gading dan tidak peduli dengan berita-berita tentang jihad para mujahidin.

Meski demikian, Syaikh Awlaki mengingatkan agar kaum Muslimin mengikuti informasi tentang perjuangan para mujahidin dari sumbers-sumber yang asli. Karena jika kita menyebarkan informasi yang tidak benar, kita sama saja dengan kaum munafik. Allah berfirman dalam alquran surat 4;83 “Dan apabila datang kepada mereka tentang berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya pada rasul dan ulim amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil amri.”

19. Menyebarluaskan tulisan-tulisan para Mujahidin dan Para Ulamanya

Syaikh al-Awlaki menyayangkan sebagian kaum Muslimin yang menganggap para mujahidin kurang mendapat dukungan dari para ulama, tidak memiliki strategi yang jelas dalam perjuangannya dan tindakan mereka dianggap sebagai tindakan yang spontan dan reaktif.

Syaikh Awlaki menilai semua anggapan itu tidak benar karena banyak ulama dan cendikiawan yang sekarang mendukung jihad. Ia mengakui, banyak tulisan-tulisan para ulama dan cendikiawan Muslim yang berusaha memelintir aturan-aturan berjihad dalam syariah Islam. Tapi banyak juga para ulama yang memberikan penjelasan yang benar tentang jihad, yang menegaskan bahwa para mujahidin hanya takut pada Allah dalam jihadnya dan tidak akan melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan orang lain, jika hal itu dibenci Allah. Para ulama itu kata Syaikh Awlaki, merujuk tulisan-tulisan mereka pada Quran dan Hadits, merujuk pada pendapat ulama seperti Ibn Hajar, al-Nawawi, al-Qurtubi, Ibn Kathir, Ibn Taymiyyah dan empat imam. Adalah kewajiban umat Islam untuk menyebarkan pengetahuan itu misalnya lewat buku-buku, pamflet, blog, email dan cara-cara lainnya.

20. Mengeluarkan Fatwa Mendukung Perjuangan Mujahidin

Banyak ulama yang berani berkata apa adanya demi kebenaran. Kaum Muslim harus mendukung para ulama itu dan menyebarkan fatwa-fatwa yang mereka keluarkan. Banyak kaum Muslimin yang menyetujui cara-cara yang dilakukan para mujahidin tapi mereka tidak berani melakukannya sampai ada ulama yang membenarkan metodologi para mujahidin itu. Para generasi muda Muslim membutuhkan tuntunan para ulama yang jujur dan berani berkata benar.

21. Menyediakan Informasi pada para ulama dan Imam dengan berita-berita tentang perjuangan para mujahidin.

Hal ini dilakukan, karena ulama atau cendikiawan bukan berarti mereka tahu segalanya. Para imam dan ulama harus disediakan material dan informasi-informasi yang bagus.Mereka juga harus dibekali pengetahuan dan informasi tentang perjuangan para mujahidin. Ummat harus sering-sering mengingatkan atau berdiskusi tentang isu-isu terbaru perjuangan para mujahidin dan hindari pertanyaan-pertanyaan kontroversial yang terkesan mengkonfrontasi mereka. Berikan saran pada para imam agar membahas isu-isu terbaru perjuangan para mujahidin dalam khutbah-khutbah mereka.

22. Menjaga Kekuatan Fisik

Rasulullah berkata, “Allah swt lebih mencintau kaum yang beriman lagi kuat daripada kaum yang beriman tapi lemah …” (HR Muslim). Kesehatan dan kekuatan fisik adalah bagian dari persiapan berjihad. Karena menjadi seorang mujahidin harus mampu berjalan selama berjam-jam, menempuh jarak yang sangat jauh, mendaki gunung dan bukit dan mampu berlari dengan cepat, bahkan sambil membawa perlengkapan yang berat. Di medan jihad, mereka yang fisiknya lemah hanya akan menjadi beban bagi mujahidin lainnya karena hanya akan memperlambat gerakan para mujahidin. Oleh sebab itu, Syaikh al-Awlaki menyarankan agar kaum Muslimin membiasakan diri melatih tubuhnya dengan berolah raga serta menjaga kesehatan.

23. Latihan Senjata

Latihan menggunakan senjata adalah bagian yang sangat penting untuk persiapan jihad. Allah berfirman,”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya,” (QS. 8;60) Karena pentingnya latihan menggunakan senjata, maka, jika latihan semacam itu tidak mungkin dilakukan di negara masing-masing, maka kaum Muslimin bisa menyediakan dana dan waktu untuk belajar ke negara lain.

24. Latihan Memberikan Pertolongan Medis

Dalam banyak situasi, para mujahidin tidak punya akses ke rumah sakit. Dalam situasi seperti ini, para mujahidin harus bisa memberikan pertolongan pertama dan ini membutuhkan pengetahuan dan latihan yang sesuai dengan kondisi dan situasi di tempat berjihad. Salah satunya bisa dilakukan dengan melakukan kordinasi dengan saudara-saudara mereka sesama Muslim yang memiliki ketrampilan ini.

25. Mempelajari Fiqih Jihad

Selain mempelajari ilmu fiqih tentang jihad, kaum Muslimin juga harus mengetahui fatwa-fatwa ulama yang terkait dengan isu-isu yang dihadapi para mujahidin sekarang ini, misalnya tentang aturan-aturan jihad, masalah korban dan kerusakan fisik yang ditimbulkan, hubungan dengan aparat keamanan pemerintahan non Muslim, pemerintahan negeri-negeri Muslim sekarang ini, serta nilai-nilai jihad itu sendiri.

26. Melindungi dan Mendukung Para Mujahidin

Ketika para mujahidin dalam bahaya, kaum Muslimin berkewajiban melindungi mereka. Mungkin tindakan ini akan membahayakan, tapi itulah pengorbanan yang bisa kita lakukan untuk Allah swt. Syaikh al-Awlaki mencontohkan Taliban yang melindungi para mujahidin dari negara-negara asing, walaupun untuk itu mereka harus kehilangan kekuasaannya. Menurut Awlaki, itu bukan kekalahan tapi sebuah kemenangan.

Allah swt berfirman,”Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (pada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia. (QS 8;74)

27. Membangun Akidah Walaa’ dan Baraa’

Seorang mujahidin harus memiliki pemahaman yang kuat tentang ketaqwaan dan kesetiaan pada Allah swt. Kaum Muslimin harus memahami bahwa Allah swt tidak akan memberikan kita kemenagan jika kita masih memiliki rasa cinta dalam hati kita pada musuh-musuh Allah. Allah tidak memberikan kemenangan pada rasul-rasul dan pengikutnya, sampai ketaqwaan dan kesetiaan mereka pada Allah benar-benar lengkap, sampai mereka benar-benar menjauhkan diri dari orang-orang kafir.

28. Memenuhi kewajiban terhadap para tawanan perang Muslim

Para ulama mengatakan bahwa kaum Muslimin punya kewajiban untuk membebaskan saudara-saudara seiman mereka yang menjadi tawanan perang, meski mereka harus mengeluarkan dana yang besar. Saat ini, banyak mujahidin yang terlupakan dan mereka terkurung dalam sel-sel penjara di seluruh dunia. Umat Islam harus terus disadarkan tentang keberadaan mereka, mendoakan dan mengupayakan pembebasan mereka.

29. Menjadi mujahidin lewat internet

Kaum Muslimin bisa menjadi “mujahidin internet” dengan cara menggunakan media dunia maya untuk menyebarluaskan seruan jihad dan berita-berita tentang perjuangan para mujahidin. Bisa dengan cara membukan forum diskusi, email, membuat situs internet, menulis artikel tentang mujahidin dan perjuangannya, dan lain-lain.

Kekalahan kaum Muslimin bukan karena kekuatan musuh, tapi karena kelemahan umat Islam sendiri. Allah berfirman,”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS 42;30). Itulah sebabnya, persiapan spiritual diperlukan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban relijius yang sulit.

30. Didik anak-anak kita agar memiliki kecintaan pada jihad dan pada mujahidin

Biasakan menceritakan kisah-kisah jihad para mujahidin pada anak-anak. Anak-anak Muslim harus mengenal tokoh-tokoh seperti Ali bin Abi Talib, Khalid bin al-Waleed, Abu Ubaidah, Sad bin Abi Waqas, Muhammad al-Fatih, Muhammad bin al-Qassim dan Salahudin. Mereka tokoh-tokoh mujahidin Islam yang seharusnya menjadi contoh jihad masa kini. Di sisi lain, anak-anak juga harus diajarkan untuk tidak mencontoh perilaku Firaun, Qarun dan Abu Jahl, termasuk pada Firaun, Qarun dan Abu Jahl masa kini. Anak-anak selayaknya tidak diajari “jangan membuat masalah dan jadilah anak baik”, tapi sebaiknya diajari untuk “melakukan hal-hal yang benar meskipun hal itu akan membuat mereka terlibat dalam masalah.” Anak-anak harus dijari menjadi orang yang pro-aktif, bukan orang yang pasif.

Meski jihad berhubungan dengan masalah fisik yang menjadi domain kaum pria, kaum perempuan juga perlu menjalankan “kehidupan para mujahidin” seperti yang dijalani suami-suami mereka. Para istri harus memberikan dukungan bagi suami yang akan pergi berjihad, bersyukur jika sang suami mati syahid dan bersabar jika suaminya menjadi tawanan perang.Seorang perempuan yang berjihad posisinya sama dengan perempuan dari kaum Ansor. Kaum perempuan itu melihat bagaimana Islam mengambil ayah, saudara lelaki, suami dan anak-anak lelaki mereka, tapi kaum perempuan itu tetap membuka pintu-pintu rumah mereka untuk para mujahidin, mengorbankan harta mereka untuk para mujahidin, karena mereka tahu pahala yang mereka dapatkan dari tindakan mereka.

31. Hindari Hidup Bermewah-Mewah

Syaikh Abdullah Azzam mengatakan,”bermewah-mewah adalah musuh jihad.” Jihad itu tidak mudah dan butuh pengorbanan. Oleh sebab itu, hindari hidup bermewah-mewah yang bisa menghalangi seseorang untuk berjihad karena enggan meninggalkan kemewahan itu. Anda harus bisa tidur di lantai, bisa makan makanan yang berbeda dengan makanan yang dimasak ibu atau istri Anda, biasa menggunakan air dingin untuk berwudu dan tidak keberatan jika tidak bisa mandi setiap hari. Seseorang yang ingin menjadi mujahid harus mampu mengontrol keinginannya dan menaklukkan hawa nafsunya. Dia harus berlatih untuk merombak kebiasaannya, mulai dari kebiasaan tidur sampai kebiasaan makan, dengan menggantinya dengan membiasakan diri salat malam dan puasa sunnah Senin-Kamis. Seorang mujahid sejati, harus bisa melepaskan ikatannya pada kecintaan dunia demi Allah swt.

32. Mempelajari ketrampilan yang bisa menunjang kehidupan sebagai mujahidin

Kehidupan jihad itu sangat luas dan membutuhkan banyak ketrampilan. Kaum Muslimin harus belajar ketrampilan-ketrampilan itu dan memanfaatkannya untuk kepentingan Islam. Saya menekankan pada “untuk kepentingan Islam” karena kita banyak mendengar tentang Muslim yang mengklaim dirinya belajar dan mengejar gelar sarjana dengan alasan untuk Allah, tapi ternyata hanya untuk kepentingan kantong dan ambisi mereka sendiri.

33. Bergabung dengan organisasi yang bekerja untuk jihad

Kerjasama merupakan kewajiban kaum Muslimin, karena kaum Muslimin tidak akan bisa menerapkan hukum Allah-yang merupakan kewajiban-jika tidak bersama-sama atau berjamaah. Saat ini banyak organisasi Islam, tapi pada organisasi macam apa Anda bisa bergabung? Anda bisa bergabung dengan organisasi Islam yang menjadikan jihad sebagai tujuan utama mereka. Karena, sejak setelah masa hijrah Rasulullah saw, para sahabat pun selalu menjadikan jihad sebagai fokus utama mereka, mulai masa Abu Bakar, Umar, Usmand, Ali sampai masa Mu’awwiyah.

34. Persiapan Spiritual

Kekalahan kaum Muslimin bukan karena kekuatan musuh, tapi karena kelemahan umat Islam sendiri. Allah berfirman,”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS 42;30)

Itulah sebabnya, persiapan spiritual diperlukan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban relijius yang sulit. Karena Rasulullah saw akan memikul beban yang berat, Allah swt memerintahkannya untuk menyiapkan diri dari spiritual seperti firman Allah dalam al-Quran ayat 1-5. “Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya). (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.”

Dan karena jihad adalah perintah Allah yang paling berat, maka diperlukan banyak persiapan.

35. Membimbing umat untuk merujuk pada ulama yang benar

Kita harus menyadari bahwa kita sekarang hidup di masa dimana ulama-ulama bisa “dibentuk”. Musuh-musuh Islam lewat kontrol mereka melalui media massa dan pemerintahan Muslim bisa mengedepankan tokoh-tokoh yang mereka anggap mewakili Islam yang ramah dan akhirnya membuat tokoh-tokoh tersebut tak ubahnya seorang selebritis. Seorang cendikiawan Muslim yang ditunjuk menjadi menjadi seorang Mufti di negara-negara Muslim tertentu, tiba-tiba saja bisa menjadi cendikiawan level dunia . Membuat acara-acara tv dan radio untuk cendekiawan semacam itu, membuat mereka jadi terkenal. Di sisi lain, cendikiawan dan ulama yang menyampaikan kebenaran Islam diancam, 
dipenjarakan bahkan dibunuh. Media massa sengaja mengabaikan mereka, sehingga publik tidak tahu siapa mereka. Apakah ulama-ulama itu tidak lebih berilmu daripada ulama-ulaman “bentukan” pemerintah? Yang benar adalah, ulama yang berani berkata apa adanya merupakan ulama yang lebih berilmu, karena mereka tahu kebenaran itu dan mengatakannya. Itulah sebabnya, kaum Muslimin bertanggung jawab untuk memberikan tuntutan pada saudara-saudaranya untuk hati-hati merujuk pada ulama dan cendikiawan Muslim.

36. Siap Berhijrah

Kaum Muslimin yang hidup di tengah non-Muslim telah membuat diri mereka berada dalam belas kasihan kaum kafir. Ketika negara Islam didirikan di Madinah, Rasulullah saw menyatakan terlarang bagi kaum Muslimin hidup diantara orang-orang kafir. Oleh sebab itu, kaum Muslimin harus siap-siap hijrah begitu ada kesempatan. Menyiapkan diri untuk hijrah bukan hanya berlaku bagi kaum Muslimin yang hidup di negara-negara non-Muslim, tapi berlaku bagi setiap Muslim karena seringkali jihad itu sendiri menuntut kita untuk hijrah. Rasulullah saw pernah berkata “Hijrah tidak berhenti sepanjang masih ada musuh yang harus dilawan.” (HR Ahmad)

37. Memberikan nasehat pada para mujahidin

Mujahidin juga bisa melakukan kesalahan dan memiliki kekurangan, dan mereka membutukan nasehat. Kita bisa secara langsung menyampaikan nasehat itu pada mereka, Anda bisa mengirimkan nasehat itu atau menuliskannya lewat dunia maya. Apapun cara yang kita pilih, pastikanlah bahwa Anda memberikan nasehat itu atas nama Allah dan bukan untuk mengecam saudara kita sendiri. Nasehat-nasehat yang diberikan, bukan hanya menyebut kekurangan-kekurangan mereka tapi juga harus memberikan ide-ide baru dan mengingatkan akan bahaya yang senantiasa mengancam para mujahidin.

38. Mempelajari hadist-hadist tentang fitnah

Yaitu hadist-hadist yang disampaikan Rasulullah saw tentang apa yang akan terjadi pada umatnya setelah wafatnya beliau. Yang dimaksud fitnah disini adalah godaan atau cobaan terhadap umat Islam. Mempelajari hadist-hadist ini penting dengan alasan sebagai berikut;

- Banyak hadits-hadist yang berkaitan dengan hal ini, yang menunjukkan bahwa masalah ini sangat penting. - Perkataan-perkataan Rasulullah saw sangat singkat dan pendek. Tapi ada riwayat yang menuturkan bahwa Rasulullah saw berdiskusi dengan sahabat-sahabatnya mulai dari terbit fajar sampai isya, mereka berhenti berdiskusi hanya ketika waktu salat tiba. Apa yang mereka bicarakan? Mereka membahas tentang godaan dan ujian terhadap umat Islam sepeninggalnya nanti sampai akhir jaman. Ini menunjukkan bahwa masalah itu sangat penting sehingga Rasulullah dan sahabat-sahabatnya membahas masalah ini sampai satu hari penuh. -Para sahabat Rasulullah tertarik dengan masalah fitnah tersebut dan bertanya pada Rasulullah saw tentang bagaimana melindungi umat dari fitnah itu.
Manfaat bagi para mujahidin mempelajari hadist-hadist itu antara lain;

- Manfaat yang paling penting adalah membuat mereka belajar bagaimana melindungi mereka sendiri dari godaan dan cobaan tersebut. - Kaum Muslimin mendapatkan pemahaman yang sama kemana sebaiknya umat Islam melangkah dan bagaimana mereka meraih kemenangan. -Menempatkan jihad pada perspektif yang benar. Dua pemimpin besar jihad pada akhir dunia nanti adalah al-Mahdi dan Nabi Isa. -Hadits-hadist itu dengan jelas mengungkapkan bahwa kemenangan umat Islam bukan karena pemilu-pemilu atau dakwah-dakwah lunak, tapi lewat perjuangan di jalan Allah. -Mempelajari hadits-hadist tentang fitnah yang akan menimpa umat Islam sepeninggal Rasulullah saw dan mempelajari peran jihad memberikan visi yang jelas bagi kaum Muslimin dan mendorong umat Islam untuk mengikuti jejak para mujahidin.

39. Mengungkap Kebobrokan para Firaun dan tukang-tukang sihirnya

Para pimpinan negara-negara Muslim saat ini banyak yang memainkan peranan seperti Firaun dan Nabi Musa. Dan para ulama yang ditunjuk pemerintahan itu berperang sebagai seperti tukang-tukang sihir Firaun yang menipu masyarakat. Pemerintah dan para ulamanya merupakan salah satu dari tiga sisi segitiga musuh-musuh umat Islam. Dua sisi lainnya, adalah kaum Zionis dan para pasukan perang salib.

40. Nasyid

Muslim perlu diberi inspirasi untuk berjihad. Pada masa Rasulullah saw, beliau punya para penyair yang menggunakan syair-syair mereka untuk memberikan semangat jihad bagi kaum Muslimin dan menjatuhkan moral kaum kafir. Pada masa sekarang, nasyid bisa memainkan peran itu. Nasyid yang bagus akan cepat menyebar luas dan menjangkau pendengar yang tidak bisa dijangkau oleh buku atau ceramah-ceramah, khususnya generasi muda Islam yang menjadi pondasi jihad sepanjang masa. Nasyid merupakan elemen penting untuk menciptakan “budaya jihad”.

Saat ini, nasyid-nasyid kebanyakan menggunakan bahasa Arab dan hanya sedikit yang berbahasa Inggris. Muslim yang memiliki bakat menyanyi dan membuat puisi, selayaknya mengambil tanggung jawab ini. Mereka bisa membuat nasyid yang isinya bisa menggugah setiap orang untuk memiliki semangat jihad, liriknya harus kuat dan jangan mendayu-dayu.

41. Boikot perekonomian musuh

Ketika Thumama bin Athaal menjadi seorang Muslim, dia memboikot kaum Quraisy dengan cara melarang karavan-karavan kaum Quraisy yang membawa gandum masuk ke kota Makkah melalui tanah miliknya. Sekarang, kaum Muslimin harus memboikot perekonomian musuh-musuh Islam dengan cara memboikot produk-produk mereka.

42. Belajar Bahasa Arab

Bahasa Arab adalah bahasa internasional jihad. Banyak literatur tentang jihad ditulis hanya dalam bahasa Arab dan para penerbit tidak mau mengambil resiko untuk menerjemahkannya. Hanya para intelejen negara-negara Barat yang bersedia menghabiskan waktu dan uangnya untuk menerjemahkan literatur-literatur itu dan jeleknya, mereka tidak akan membagi informasinya pada kaum Muslimin.
Bahasa Arab juga menjadi bahasa yang paling sering digunakan oleh para mujahidin di berbagai wilayah. Oleh sebab itu, tanpa menguasai bahasa Arab, kaum Muslimin yang ingin berjihad akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan para mujahidin.

43. Menerjemahkan literatur tentang jihad ke berbagai bahasa

Kaum Muslimin yang bisa berbahasa Arab dan mampu bicara dengan bahasa lainnya, sebaiknya membantu menerjemahkan literatur-literatur tentang jihad ke dalam bahasa masing-masing, karena setiap gerakan biasanya diawali dulu dengan perubahan intelektual. Jihad harus dihidupkan kembali jihad di kalangan kaum Muslimin di berbagai negara yang menggunakan beragam bahasa.

44.Memberikan pengertian pada sesama Muslim tentang karakteristik al Ta’ifah al Mansuurah

Rasulullah swt mengatakan “Akan ada sekelompok umatku yang akan terus berjihad, mematuhi perintah Allah, mengalahkan musuh-musuhnya dan mereka tidak akan lukai oleh kelompok yang menentang mereka sampai hari akhir nanti.” (HR al Hakim)
Mereka kelompok orang yang meraih kemenangan dan setiap kaum Muslimin harus berjuang mengikuti langkah kelompok itu. Ciri-ciri kelompok seperti ini antara lain;

- Mereka bekersa secara kolektif dan saling menolong dalam kebaikan - Berjuang di jalan Allah, menjadi ciri utama dari kelompok ini - Kelompok ini tidak akan dilukai oleh kelompok yang berseberangan karena Allah swt berada di pihak mereka. - Merekalah kelompok yang meraih kemenangan. Kemenangan itu tidak selalu berarti berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka di dunia. Kemenangan mereka juga bisa berarti kesuksesan dalam menjalankan perintah agama dan berjihad untuk agama sampai titik darah penghabisan dan bertemu dengan Allah swt. Itu artinya, mereka pantang menyerah, tidak akan berkompromi atau merasa bimbang dalam mengusung bendera Islam.

Memberikan pemahaman tentang al Ta’ifah al Mansuurah pada sesama Muslim akan membantu mereka menemukan kebenaran.
Itulah beberapa saran bagi kaum Muslim yang ingin mendukung jihad di masa sekarang ini. Saran-saran ini tidak akan banyak artinya jika tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Jadi, terapkanlah semampu kalian dan ajaklah sesama Muslim untuk ikut melakukannya.

Akhirnya, kita memohon pada Allah swt agar senantiasa menuntun kita di jalan yang lurus. Kita memohon agar Allah menjadikan kita sebagai salah satu dari para mujahidin dan memberikan kita kemenangan dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Aamiin!!