Pages

Showing posts with label syurga. Show all posts
Showing posts with label syurga. Show all posts

Monday, December 24, 2012

Orang Yahudi Menjadi Ahli Syurga

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Kami berikan Kitab itu mengetahui serta mengenalinya (Nabi Muhammad dan kebenarannya) sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian daripada mereka berusaha menyembunyikan kebenaran itu sedang mereka mengenai (salahnya perbuatan yang demikian).” (al-Baqarah: 146)                    


Pada suatu hari, al-Hashin ibn Salam duduk sambil membaca Taurat, Perjanjian Lama, kitab suci kaum Yahudi. Ia termasuk  salah seorang pemuka agama Yahudi dari Bani Qaynuqa yang tinggal di bahagian timur Madinah.

Sebagai seorang Yahudi, al-Hashin mengetahui, menjalankan ajaran agamanyadengan baik, dan mengikuti segala perintah Tuhan yang dituliskan dalam lembar-lembar yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. di Bukit Hawarib.

Al-Hashin mengamati salah satu ayat dalam Taurat yang berbunyi, “Dan Tuhan dari Sinai, terbit dan muncul di Sair, kemudian bercahaya di Gunung Faran.”

Al-Hashin ibn Salam menyedari kurnia dan anugerah dari Allah yang telah memberinya hidayah dan keimanan. Ia sering merenung dan berfikir serius. Dia antaranya ia memikirkan bahawa Allah telah mengutus Nabi Musa a.s. sebagai nabi dan utusan-Nya yang menyeru manusia ke jalan Tuhan. Setelah datangnya Nabi Isa a.s yang diutus di Palestin. Kini, seorang nabi lain diutus.
Namun, ia tidak diutus untuk tidak dan berasal dari kalangan Bani Israil seperti nabi-nabi sebelumnya, termasuk Nabi Daud, Sulaiman, Ishak, Yaakub, bahkan hingga Nabi Zakaria dan Isa a.s. Semuanya berasal daripada Bani Israil. Nabi yang baru ini berasal dari garis keturunan Ismail. Ia pun tidak muncul di Palestin, tetapi di Faran, tempat yang kini disebut Mekah. Nabi baru itu akan berhijrah ke Yastrib – yang kelak disebut Madinah al-Munawwarah.

Melalui pemikiran dan perenungannya yang jernih, al-Hashin sampai pada kesimpulan yang benar dan mencapai hakikat sejati. Kerana itu, ia sering berdoa kepada Tuhan agar memanjangkan umurnya sehingga dapat bertemu dengan nabi baru itu dan mengikuti ajarannya.

Al-Hashin menyibukkan dirinya dalam berbagai-bagai aktiviti sosial serta keagamaan, kerana ia termasuk ulama Yahudi, yang harus menasihati kaumnya. Akidah sebahagian mereka telah rosak dan sesat; mereka tidak lagi mengimani Tuhan dan melupakan ajaran-ajaran-Nya. Jiwa mereka cacat dan dinodai kejahatan, kebencian, dan kedengkian. Mereka mencampuradukkan antara kebaikan dan keburukan, antara yang hak dan yang batil dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Meskipun demikian, keburukan dan kerosakan akhlak sebahagian kaumnya tidak membuatnya beralih dari jalan yang benar. Ia tetap kukuh dalam keyakinannya kepada Tuhan, seraya menunggu datangnya khabar tentang nabi baru.

Akhirnya, al-Hashin mendengar khabar tentang seorang bernama Muhammad ibn Abdullah yang mendakwahkan agama baru dan mengajak manusia menyembah kepada Tuhan Yang Esa serta meninggalkan penyembahan berhala. Orang itu mengaku sebagai nabi dan utusan Tuhan. Kini, ia semakin yakin bahawa nabi yang dikhabarkan dalam Taurat itu telah datang. Semakin besar pula keinginan untuk bertemu dan bercengkerama dengannya.

Apakah ia belum mendengar khabar tentang datangnya seorang utusan Muhammad untuk penduduk Yastrib iaitu Mush’ab ibn Umair?

Pada suatu hari…

Ketika sinar matahari mulai meredup dan beranjak menuju peraduannya, al-Hashin baru saja selesai mengerjakan kerja sehari-harinya di kebun kurma. Kelelahan, ia duduk di bawah pohon Kurma seraya menikmati semilir angin yang sejuk membelai tubuhnya. Kenikmatan suasana itu memberati kelopak matanya sehingga lama-kelamaan ia tertidur di bawah naungan pohon kurma itu.

Dalam tidurnya, ia bermimpi cukup aneh…

Dalam mimpinya itu ia berjalan-jalan dengan kepayahan melewati jalan setapak yang sempit. Di kiri kanannya banyak tumbuh semak-semak berduri yang menggoreskan luka-luka kecil pada kakinya. Ada banyak lubang dan bebatuan yang semakin membuatnya sulit berjalan. Ia banyak berhenti untuk menghela nafas, baru kemudian melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba, setelah lama berjala, ia melihat di sebelah kanannya sebuah jalan yang mulus, tidak berbatu, dan tanpa duri terpampang di hadapannya … jalan itu begitu mulus dan lapang. Di kiri kanannya tumbuh pepohon yang rimbun menaungi para pejalan. Segera ia beralih ke jalan itu dan merasakan kenikmatan serta kenyamanan … hatinya pun merasa tenang dan bahagia setelah kelelahan sekian lama.

Namun, belum lagi lama berjalan, ia telah terbangun dari tidurnya. Al-Hashin bangkit dengan fikiran masih dipenuhi bayangan mimpinya. Ia putar ulang mimpinya itu dan merenung: makna apakah yang dikandung mimpinya? Ia bertekad untuk menceritakan mimpinya itu kepada kaumnya.

Apakah mimpinya itu merupakan petanda mengenai kehidupan yang akan dijalani al-Hashin?

Al-Hashin pun tidak mengetahui jawapannya. Kerap kali ia putar ulang mimpi itu dalam kepalanya. Sementara itu, ayat Taurat yang selama ini menyibukkan fikirannya pun selalu terbayang dalam benaknya.

Tidak menunggu lama dalam peristiwa itu, al-Hashin mendengar khabar gembira bahawa orang yang dinantikannya itu, Muhammad putra Abdullah sang utusan Tuhan akan tiba di Yatsrib, sebagai Muhajirin bersama sahabatnya.

Nabi Muhammad s.a.w datang ke Yatsrub dan penduduk di sana menyambutnya dengan penuh kegembiraan dan penghormatan. Dengan gembira menyambut kedatangan Muhammad, setiap orang mempersiapkan diri dan tampil dengan pakaian yang terbaik. Anak-anak dan kaum wanita melantunkan nyanyi puji-puji mengagungkan Muhammad. Setiap lelaki berusaha mengiringi langkah Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar sejak memasuki Yastrib seraya berharap bahawa tamu agung itu berkenan singgah dan menjadi tamu di rumah mereka.

Nabi Muhammad s.a.w dan Abu Bakar berjalan melintasi jalanan Yastrib diringi oleh semua orang yang berjalan di belakangnya dengan sukacita hingga mereka tiba di perumahan keluarga Amir ibn Auf.

Pada saat itu, al-Hashin tengah berada di puncak salah satu pohon kurmanya untuk membersihnya pelepah-pelepah yang kering. Ketika melihat kedatangan Rasulullah dan sahabatnya itu, ia berseru gembira, “Allahu Akbar!”

Sementara itu, di bawahnya berdiri Khalidah bint al-Harits yang, mendengar teriakan al-Hashin, lansung bertanya kepadanya, “Demi Allah, mendengar teriakaknmu, seakan-akan aku mendengar khabar kedatangan Musa ibn Imran. Anak saudaraku, mengapa kau berteriak seperti itu?”

Dengan rona muka yang bahagia al-Hashin segera turun dari pohon itu dan berkata pada bibirnya, “Bibi, ia memang saudaranya Musa, yang diutus oleh zat yang juga mengutus Musa. Itulah yang dikatakan Taurat.”
Khalidah berkata lagi, “Anak saudaraku, apakah ia nabi yang dikhabarkan dalam Taurat, dan ia diutus saat ini, sekarang ini?”

“Benar.”

Al-Hashin ibn Salam segera bergabung dengan penduduk Yastrib lainnya menyambut kedatangan Nabi Muhammad saw. dengan perasaan bahagia kerana mendapatkan limpahan dan kurnia kebaikan dari Allah. Al-Hashin sendiri tidak henti-hentinya bersyukur kerana doanya dikabulkan sehingga dapat bertemu dengan Sang Nabi.

Kedatangannya Nabi s.a.w ke Yatsrib semakin menggelorakan hasrat al-Hashin untuk menemuinya. Ia segera pergi dan bergabung di majlis Nabi s.a.w, dan mendengar beliau menyeru orang-orang, “Wahai manusia, sebarkanlah salam kedamaian, berikanlah makanan, dan sambungkanlah tali kasih sayang (silaturrahim), dan solatlah di malam hari ketika orang-orang tidur nyenyak.”

Sungguh kalimat yang baik, murni, dan suci, kalimat yang bersumber dari hati yang tulus dan murni, hati yang memancarkan rasa aman, damai, dan cinta.

Al-Hashin merasa sangat berbahagia. Ketika memerhatikan wajah baginda Nabi saw., semakin ia yakin bahawa seruan yang didakwahkannya itu benar. Kalimat-kalimat semacam itu hanya akan keluar dari lisan seorang nabi, yang diutus membawa risalah daripada Allah.

Orang-orang yang hadir di sana berebut dan saling berdesakan agar mendapatkan kesempatan untuk menyatakan syahadat dan keislamannya di hadapan Nabi saw. Al-Hashin berhasil mendapat kesempatan bagus untuk masuk dan mengadap kepada Rasulullah, dan lansung menyatakan keimanannya kepada Allah dan Rasullah.

Lautan kebahagiaan lansung memenuhi dan menggelorakan jiwa al-Hashin. Berkali-kali ia ucapkan kalimat syahadat. Rasulullah menanyakan namanya, dan ia menjawab, “Hashin.”

Namun Rasulullah segera mencelah, “Bukan, tetapi Abdullah.”

yahudi
berdoa kepada Allah
Sejak hari itu, al-Hashin berubah menjadi Abdullah ibn Salam. Ia tak lagi seorang Yahudi. Kini, ia adalah seorang Muslim tulen.

Abdullah ibn Salam kembali pulang ke rumahnya, menemui keluarganya dan mengajak mereka kepada Islam. Mereka semua menyatakan keislaman mereka, termasuk bibinya, Khalidah bint al-Harits.

Abdullah ibn Salam tetap merahsiakan keislamannya itu dari kalangan Yahudi lainnya, kerana ia telah mengenal baik karekter mereka dan keburukan akhlak mereka. Pergaulannya yang lama dengan kaum Yahudi dan kedudukan dirinya sebagai ulama Yahudi membuatnya sangat memahami karakter dan sifat mereka.
Sifat dan perilaku buruk itu mereka dapatkan sebagai kesan daripada keburukan dan seksaan yang mereka alami di masa Firaun,serta kekejaman yang ditimpakan oleh Nebukadnezar al-Kaldani, juga kekejaman penguasa Romawi. Kerana itulah kaum Yahudi dikenal sebagai bangsa yang pendendam, pendengki, dan selalu berprasangka buruk kepada pihak lain, bahkan kepada nabi-nabi mereka.

Maksudnya: “Maka (Kami laknatkan mereka) dengan sebab mereka mencabuli perjanjian setia mereka, dan mereka kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah, dan mereka pula membunuh Nabi-nabi dengan tiada sesuatu alasan yang benar, dan mereka juga mengatakan: “Hati kami tertutup (tidak dapat menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad)”. (Sebenarnya hati mereka tidak tertutup), bahkan Allah telah memeteraikan hati mereka disebabkan kekufuran mereka. Oleh itu mereka tidak beriman kecuali sedikit sahaja (di antaranya).” (an-Nisa: 155)
Sejarah juga mencatat akan usaha mereka membunuh nabi mereka sendiri, iaitu Nabi Arami. Mereka juga membunuh Nabi Zakaria.

Al-Hashin atau Abdullah ibn Salam mengetahui betul karakter dan sejarah kaum Yahudi, sejarah kebodohan dan kebengalan mereka.

Pada suatu hari Abdullah ibn Salam menghadap kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kaum Yahudi adalah kaum yang bengal. Dusta dan pembangkangan mereka telah dikenal luas, begitupun upaya mereka menyimpangkan manusia dari kebenaran. Seandainya mereka tahu aku telah masuk Islam, tentu mereka akan mencela dan memusuhiku.”

Abdullah ibn Salam meminta kepada Rasulullah untuk menyembunyikan di sebuah bilik, kemudian mengabarkan keislamannya kepada kaum Yahudi. Ia ingin tahu bagaimana reaksi kaum Yahudi ketika mengetahui bahawa ia telah masuk Islam, bahawa ia telah menempuh jalan hakikat.

Kemudian Abdullah ibn Salam bersembunyi di sebuah kamar dan Rasulullah mengundang beberapa pemimpin Yahudi ke rumahnya. Setelah mereka tiba, Rasulullah bertanya, “Apakah di antara kalian ada yang bernama al-Hashin ibn Salam?”

Mereka menjawab yakin, “Ia tuan kami, dan anak tuan kami. Ia adalah pemuka agama kami dan seorang alim di antara kami.”

Tidak lama kemudian, Abdullah ibn Salam keluar dari bilik dan menemui mereka. Tentu saja para pembesar Yahudi itu terkejut bukan kepalang. Mereka menarik ucapan mereka dan berkata, “Kami salah, lelaki  ini bukan golongan kami, dan bukan pemimpin kami.”



Namun, Abdullah ibn Salam telah memiliki

Orang-orang Yahudi itu saling berpandangan di antara mereka, tanpa dapat berkata apa-apa. Ketika mereka masih diliputi keraguan dan ketakjuban, Abdullah ibn Salam menyempurnakan ucapannya, “Sedangkan aku, saksikanlah, aku bersaksi bahawa Muhammad adalah utusan Allah. Dakwahnya adalah kebenaran. Tidakkah kalian berislam?”

Kaum Yahudi itu masih diliputi ketakjuban dan rasa tak percaya. Mereka murka sekaligus tak percaya bahawa guru mereka ternyata telah berubah dan menjadi pengikut Muhammad. Akhirnya mereka pulang seraya berkata mencela Ibn Salam, “Engkau pendusta. Sungguh kau adalah kejahatan di antara kami dan anak kejahatan. Engkau adalah kebodohan dan anak kebodohan.”

Peristiwa ini menunjukkan dusta kaum Yahudi dan kebodohan mereka. Ibn Salam berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, seperti telah kukatakan, kaum Yahudi adalah kaum pembangkang yang bengal. Tidak ada keimanan sejati dalam diri mereka. Dan mereka sama sekali tidak boleh dipercaya. Mereka tak pernah memegang teguh janji mereka.”

Tidak lama menunggu, Allah menurunkan ayat al-Quran yang bermaksud:

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Kami berikan Kitab itu mengetahui serta mengenalinya (Nabi Muhammad dan kebenarannya) sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian dari mereka berusaha menyembunyikan kebenaran itu sedang mereka mengenai (salahnya perbuatan yang demikian).” (al-Baqarah: 146)

Mendengar ayat itu dibacakan di hadapannya, dan melihat bagaimana Rasulullah mendapatkan wahyu itu, Abdullah  ibn Salam merasa sangat bahagia. Kecerian dan kesenangan memenuhi jiwanya lalu memancar ke seluruh tubuhnya. Ayat Allah itu meneguhkan hakikat yang telah diketahui dan dipegang teguh oleh Ibn Salam, hakikat yang diingkari oleh kaum Yahudi lainnya. Mereka telah mendusta, mendustakan, dan bersikap membangkang terhadap kebenaran. Sebelum pulang, Abdullah ibn Salam berkata kepada Rasulullah, “Demi Allah, aku mengenalmu lebih banyak dan lebih dalam ketimbang anak-anak dan keluargaku.”

Sejak saat itu dimulailah diskusi, perdebatan, dan perbincangan yang seru antara kaum Yahudi dan kaum muslim.

Kehidupan Abdullah ibn Salam berlangsung sebagaimana biasanya. Ia tinggal di Madinah sebagai sebahagian dari umat Islam. Ia bahagia dengan keislamannya. Baginya, tinggal di sisi Rasulullah untuk membela dan membantu dakwahnya adalah kebahagian yang tak berbanding. Ia selalu duduk paling depan di antara sahabat-sahabat lainnya ketika Rasulullah menggelar majlis ilmu.

Tidak ditemui catatan yang jelas tentang keterlibatan Abdullah ibn Salam dalam peperangan yang disertai umat Islam, baik menghadapi kaum Quraisy mahupun ketika mengepung dan mengusir kaum Yahudi, atau ketika mereka menghadapi kedua-dua musuh itu yang bersekutu menyerang kaum Muslim.
Namun yang pasti, ia merasa bahagia mendengar khabar kemenangan kaum muslim melawan musuh-musuhnya. Ia senang melihat cahaya Islam semakin jauh menyinari orang-orang dari kawasan yang berbeza-beza di sekitar jazurah Arab. Ia bahagia dengan semakin luasnya wilayah negara Islam sehingga menyentuh kawasan Iraq, Syria, dan Mesir … ia bahagia dengan kemenangan Islam dan Rom dan Parsi. Ibn Salam banyak terlibat dalam berbagai peristiwa historis umat Islam.

Ketika Rasulullah wafat, baginda digantikan oleh Abu Bakar yang menjadi khalifah, pemimpin umat Islam. Kemudian Umar menggantikannya, kemudian Uthman ibn Affan. Mereka semua selalu menghormati Abdullah ibn Salam, mengingat kedudukannya dan kesolehannya.

Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah sedang duduk di Masjid Nabi. Di tengah-tengah mereka duduk seorang lelaki tua. Aura wajahnya tampak mengesankan dan memikat setiap orang yang memandangnya. Ia tengah berbicara kepada hadirin menyampaikan nasihat dan ajaran-ajaran keagamaan. Dialah Abdullah ibn Salam.

Ia berbicara kepada orang-orang di sekitarnya dengan gaya tutur yang santun. Lembut, dan berwibawa. Orang-orang duduk mendengarkan dengan khusyuk. Setelah majlis ilmu itu selesai, Abdullah ibn Salam keluar dari majlis untuk berjalan sesuai dengan kehendak hatinya.

Ketika ia keluar masjid, seseorang yang ikut mendengarkan ceramahnya berkata, “Siapa saja yang suka melihat wajah seorang ahli syurga, lihatlah laki-laki itu.” (yang dimaksudkannya adalah Ibn Salam).

Seorang sahabat yang bernama Khursyah ibn al-Hurr, yang ikut menghadiri majlis ini, berkata kepada dirinya sendiri, “Demi Allah, aku akan mengikutinya hingga aku mengetahui rumahnya.”

Khursyah mengikuti Abdullah ibn Salam. Namun di tengah perjalanan Abdullah memanggilnya dan bertanya, “Apa keperluanmu, wahai saudaraku?”

Khursyah menjawab, “Aku mendengar orang-orang berbicara tentangmu ketika engkau keluar dari masjid, “Siap saja yang suka melihat wajah seorang ahli syurga, lihatlah laki-laki itu’. Itulah yang mendorongku untuk mengikutimu.”

Abdullah ibn Salam berkata, “Hanya Allah yang mengetahui tentang ahli syurga. Aku akan bercerita kepadamu tentang hadis yang mereka bicarakan.”

Kemudian Abdullah ibn Salam mulai menceritakan kisahnya.

Ketika aku tidur, aku bermimpi. Seorang lelaki mendatangiku dan berkata kepadaku, “Bangkitlah.” Kemudian ia memegang tanganku. Dan aku pun pergi bersamanya. Kami tiba di hadapan persimpangan. Aku mencuba berjalan ke arah kiri, namun laki-laki itu menahanku dan berkata, “Jangan ambil jalan yang kiri, kerana jalan itu adalah jalan golongan kiri.”

Lalu aku melihat ke jalan sebelah kanan, dan lelaki itu berkata, “Ambillah jalan ini.”

Kemudian kami berjalan hingga tiba di sebuah tiang yang sangat tinggi. Dasarnya tertanam di bumi dan puncaknya menyentuh angkasa. Dari puncak tiang itu tergantung seutas tali. Lelaki itu berkata, “Panjatlah tiang ini.”
“Bagaimana boleh memanjat tiang ini sedangkan puncaknya menembus cakerawala?”

Ia memegang tanganku dan tiba-tiba saja aku telah bergantung pada tali itu berusaha memanjat tiang.

Entah apa yang terjadi berikutnya kerana fajar membangunkanku. Keesokan paginya aku menemui Rasulullah dan menceritakan mimpiku. Rasulullah bersabda,
“Jalan yang kau lihat di sebelah kirimu adalah golongan kiri. Jalan yang ada di sebelah kananmu adalah jalan golongan kanan. Sedangkan mengenai gunung, itu adalah tempat para syuhada. Kau tidak akan mendatanginya. Dan tiang tinggi yang puncaknya di angkasa dan dasarnya di bumi adalah tiang Islam. Tali yang kau gunakan untuk memanjat adalah tali Islam. Kau akan terus memegangnya hingga akhir hayatmu.”

Khursyah senang mendengar kisah itu dan berharap semoga dirinya termasuk ke dalam golongan ahli syurga.

Keadaan berlangsung di Madinah selari dengan harapan semua kaum Muslim. Mereka hidup bahagia dan dipenuhi harapan yang indah mengenai kemajuan agama mereka. Kini, cahaya Islam telah tersebar ke wilayah yang jauh lebih luas. Pasukan Muslim berjaya menewaskan pasukan Parsi di timur dan bersiap-siap menakluk Mesir.

Muaz ibn Jabal termasuk pasukan tentera Muslim yang turut serta dalam misi penaklukan Syria. Namun, ia diserang wabak penyakit di sana. Ia pulang ke Madinah dalam keadaan sakit yang teruk.

Dengan hikmah yang dimilikinya, Abdullah ibn Salam mengetahui apa yang dideritai Muaz ibn Jabal dan menyedari bahawa ajalnya tidak lama lagi. Kerana itu, ia berkata kepada Muaz, “Wahai Muaz, berilah kami wasiat.”

Muaz, yang telah meraih hakikat, berkata kepada para sahabat yang hadir di sekitarnya, “Carikanlah  ilmu dari Abu Darda, Salman, Ibn Mas ‘ud, dan Abdullah ibn Salam, seorang Yahudi yang masuk Islam. Aku mendengar Rasulullah bersabda tentangny, ‘Sesungguhnya ia termasuk dari sepuluh ahli syurga.”

Wasiat itu merupakan persaksian yang jelas mengenai kedudukan dan keutamaan Abdullah ibn Salam.

Kehidupan Abdullah ibn Salam berlangsung dengan tenang. Ia diselamatkan daripada konflik sosial-politik yang berlaku di masa-masa akhir kekhalifahan Uthman ibn Affan serta konflik antara Ali ibn Abu Talib dengan Muawiyah ibn Abu Sufyan.

Ketika mengetahui bahawa Ali ibn Abu Talib berniat menghantar pasukan tentera ke Iraq untuk menyerang para pembemrontak, Abdullah ibn Salam memberi nasihat, “Wahai Ali, tetaplah bertahan pada mimbar Rasulullah s.a.w. Jika kau meninggalkannya, kau tidak akan kembali ke sana.”

Tetapi Ali tidak mengikuti nasihat Ibn Salam dan berkata, “Abdullah ibn Salam adalah lelaki yang soleh.”

Dan terjadilah apa yang telah terjadi ke atas diri Ali ibn Abu Talib.

Abdullah ibn Salam meninggal dunia pada tahun 43 Hijrah.

Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abdullah ibn Salam, kerana Dia telah menunjukinya kepada Islam dan berjuang dengan tulus ikhlas membantu dakwah Rasulullah sehingga Rasulullah memberikannya khabar gembira sebagai salah seorang ahli syurga.

 Ia berkata kepada mereka, “Wahai kaum Yahudi, sesungguhnya kalian mengetahui hakikat Muhammad, dan apa yang dibawanya sebagai utusan Tuhan. Semua itu telah tertulis jelas dalam kitab suci kalian, tentang nama dan sifat-sifatnya.”

Orang-orang Yahudi itu masih tidak percaya menyaksikan sesuatu yang tak ingin mereka lihat. Abdullah ibn Salam kembali mengajak mereka, “Wahai kaum Yahudi, bertakwalah kepada Allah. Kenalilah hakikat. Terimalah apa yang disampaikan oleh Muhammad. Ajarannya merupakan petunjuk bagi kamu semua.” 

sumber  http://www.menujucahaya.com/orang-baik-belum-tentu-masuk-syurga/


Read more: http://khalifahalhidayah.blogspot.com/2012/05/orang-yahudi-menjadi-ahli-syurga.html#ixzz2Fx5bcXb3


‎''Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, “Aku Mencium Bau Syurga!”

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Seorang Doktor bercerita kepadaku, “Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya-. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal… tenanglah… sesungguhnya aku mencium bau surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan pada dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, jangan kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium bau surga.’

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. ‘ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta SWT.

Allahu Akbar… apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari… semua kalimat tidak mampu terucap… dan pena telah kering di tangan… aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah SWT,
‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’ (Ibrahim: 27).

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.”

Ia melanjutkan kisahnya,

“Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama.

I. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat.” Ini merupakan tanda-tanda Husnul Khatimah.

II. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

III. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiaannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanallah… sungguh indah kematian seperti ini. Kita bermohon semoga Allah menganugrahkan kita Husnul Khatimah.

Saudara-saudara tercinta… kisah belum selesai…

Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?

Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang ter-larang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan Husnul Khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga.

Ayahnya berkata,
‘Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal Al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU.’

Aku katakan, “Maha benar Allah yang berfirman,
‘Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.’ (Fushshilat: 30-32).”

Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya… di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhr RA, ketika perang Uhud ia berkata, “Wah… angin surga, sungguh aku telah mecium bau surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya ...

SILAKAN DI-SHARE dan DI-COPAS...

Sunday, July 29, 2012

Tiga golongan manusia yang hampir melangkah ke dalam Syurga tetapi di sekat



Terdapat 3 golongan yang hampir-hampir melangkah masuk ke dalam syurga, namun akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka………

1. Seorang mujahid, yang berjuang dan akhirnya dia mati syahid.Dia hampir melangkah masuk ke dalam syurga, tapi sebelum dia melangkah, ALLAH bertanya kepadanya,“Wahai Mujahid, kenapa kamu masuk ke dalam syurga?” Berkatalah oleh dia kepada ALLAH, “Aku masuk ke dalam syurga kerana aku mati syahid, kerana berjuang ke jalanMu ya ALLAH. “
Kemudian ALLAH menjawab, “Kau cuma berdusta, kau sebenarnya bukan berjuang untuk aku, tetapi kau berjuang dan syahid hanya untuk dikenang sebagai wira dan mahu diangkat sebagai hero didalam masyarakat selepas kematianmu..” Maka dengan itu, si mujahid ini, dilemparkan ke dalam api neraka.

2. Seorang yang mengajar ilmu kepada orang.Hampir sahaja melangkah masuk ke dalam Syurga apabila ALLAH bertanya kepadanya, “Wahai kamu, tahukah kamu mengapa kamu masuk ke dalam syurga?” Lalu si guru pun menjawab, “aku masuk kedalam syurga kerana semasa hidupku, aku mengajar ilmu kepada orang, ilmu yang bermanfaat, ilmu yang supaya orang semakin mendekatiMu Ya ALLAH.”
Lalu ALLAH berkata, “Kau tipu, sebenarnya kau mengajarkan ilmu ketika hidupmu bukan untuk itu, kau hanya mahu mengajar kerana hendak wang,glamor dan dihormati sebagai guru, seorang ustaz, seorang guru, alim ulama’ yang mengajarkan ilmu Aku kepada mereka. Maka atas sebab itu juga, kau akan aku masukkan ke dalam neraka ku.”

3. Si kaya raya yang suka bersedekah.Sudah hampir menjejakkan kaki kedalam syurga tapi sebelum itu bertanya ALLAH kepadanya,“Wahai hambaku, tahukah kamu mengapa kamu mendapat balasan syurgaKu?” Maka dijawab olehnya, “Wahai Tuhanku, aku dahulu semasa hidupku telah kau kurniakan aku dengan kekayaan, dan dengan harta kurniannyaMu itu, aku gunakan untuk jalanMu, aku sedekahkan kepada anak yatim, aku berikan kepada orang miskin, pendek kata, hartaku banyak kugunakan demi untuk kepentingan memartabatkan agamu Ya ALLAH. “
Sekali lagi ALLAH menjawab,“Kau tipu dalam beribadat, yang kau lakukan itu hanya demi mendapat kan title “Dermawan” ketika kau hidup satu ketika dahulu, perbuatanmu itu bukan untuk mendapat redhaku.” Dan si kaya raya juga turut dilemparkan ke dalam api neraka yang maha siksa dan pedih azab
siksanya.

Dari ketiga-tiga contoh yang diceritakan di atas itu, mempunyai satu kaitan sahaja sebenarnya, iaitu KEIKHLASAN dalam kita beribadat. Jika berniat hanya kerana ALLAH, maka amalan kita takkan terpesong, tapi sekiranya hanya kerana inginkan pengiktirafan dari hamba, maka yang kita dapat hanyalah pengiktirafan dari mereka, tapi bukan dari ALLAH.
 

Friday, April 13, 2012

Syurga




Orang-orang yang menjadi penghuni syurga
----------------------------------------------------------------

Firman Allah s.w.t : "Sesungguhnya Allah telah membeli daripada orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh syurga, (disebabkan) mereka berjuang pada jalan Allah, maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalan kitab-kitab Taurat dan Injil, serta Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menyempurnakan janjinya kepada Allah? Oleh itu bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual belinya itu, dan (ketahuilah bahawa yang jual beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang besar. (Mereka itu ialah) : orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang mengembara (untuk menuntut ilmu dan mengembangkan Islam), yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat kebaikan dan yang melarang daripada kejahatan, serta yang menjaga batas [ Surah at-Taubat : 111-112 ]

Ni'mat syurga
------------------------------

Firman Allah s.w.t :
"Mereka (ahli-ahli syurga) dilayani oleh anak-anak muda lelaki yang tetap kekal (dalam keadaan mudanya) yang sentiasa beredar di sekitar mereka dengan membawa piala-piala minuman dan teko-teko serta piala atau gelas yang berisi arak (yang diambil) dari sungai yang mengalir. Mereka tidak merasa pening kepala dan tidak pula mabuk dengan sebab meni'matinya. Dan (juga dibawakan kepada mereka) buah-buahan daripada jenis-jenis yang mereka pilih, serta daging burung daripada jenis-jenis yang mereka ingini, dan (mereka dilayani) bidadari-bidadari yang cantik parasnya, serta mutiara yang tersimpan dengan sebaik-baiknya. (Semuanya itu) sebagai balasan bagi (amal-amal baik) yang telah mereka kerjakan." [ Surah Waaqiah : 17-24]

"Sesungguhnya penduduk syurga pada hari itu berada di dalam keadaan sibuk leka meni'mati kesenangan. Mereka dengan pasangan-pasangan mereka bersukaria di tempat yang teduh, sambil duduk berteleku di atas pelamin." [Surah Yaasin : 55-56]

Suasana dalam syurga
----------------------------

Firman Allah s.w.t : "Dan malaikat-malaikat pula akan masuk kepada mereka dari tiap-tiap pintu. (Mereka hormat dengan berkata ) : Selamat sejahteralah kamu berpanjangan disebabkan kesabaran kamu. Maka amatlah baiknya balasan amal kamu di dunia dahulu." [Surah ar-Ra'd : 23-24]

"Aku (Allah) telah sediakan untuk seluruh hamba-Ku yang salih (suatu balasan syurga) yang belum pernah dilihat oleh mata, dan belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati seorang manusia. Bacalah firman Allah jika kamu mahu : Maka tidak ada seorang pun yang mengetahui satu persatu persediaan yang telah dirahsiakan unutk mereka (daripada segala jenis ni'mat) yang indah dipandang dan menggembirakan."

Kongsikan artikel ini dengan rakan-rakan facebook anda.Sharing is Caring
~LB~

Wednesday, December 14, 2011

Wanita Pertama Masuk ke Syurga

Pada suatu hari Fatimah bertanya Rasulullah, siapakah perempuan pertama yang bakal masuk syurga. Baginda menjawab, seorang wanita yang bernama Muti’ah. Fatimah terkejut, ternyata bukan dia seperti yang dibayangkannya. Mengapa orang lain, pada hal dia adalah puteri Nabi ?
Timbul keinginannya untuk mengetahui siapakah Mutiah itu. Apakah gerangan yang dilakukannya sampai mendapat penghormatan begitu tinggi ? Sesudah meminta izin daripada suaminya, Ali bin Abu Talib , Fatimah berangkat mencari rumah Mutiah. Puteranya yang masih kecil Hasan menangis ingin ikut lalu didukungnya Hasan ke rumah Mutiah.

Fatimah mengetuk pintu rumah Mutiah dan memberi salam. Wa’alaikumussalam! Siapa di luar? Terdengar jawapan lemah lembut dari dalam. Suara cerah dan merdu.
“Saya Fatimah, puteri Rasulullah”
“Alhamdulillah, alangkah bahagianya saya hari ini, Fatimah sudi berkunjung ke gubuk saya” terdengar kembali jawapan dari dalam. Kali ini nyata lebih gembira lagi makin dekat dengan pintu.
“Sendirian Fatimah?” Tanya Muti’ah
“Aku ditemani Hasan” Kata Fatimah
“Aduh, maaf ya” suara Muti’ah terdengar menyesal.
” Saya belum mendapat izin suami untuk menemui tamu lelaki” jawab Muti’ah
” Tapi Hasan masih kecil” jelas Fatimah
” Meskipun kecil, Hasan lelaki. Esok saja datang lagi, saya minta izin kepada suami,” sahut Mutiah tidak kurang kecewanya.
Esoknya Fatimah datang dengan membawa Husain sekali. Selepas memberi salam dan dijawap gembira, Mutiah berkata dari dalam.
“Datang dengan Hasan Fatimah? Suami saya sudah memberi izin”
“Ya dengan Hasan dan Husain ”
“Ha? Mengapa tidak beritahu dari kelmarin?”
“Yang dapat izin cuma Hasan. Husain belum. Saya terpaksa meminta izin dari suami” jawab Muti’ah.
Hanya esok harinya baru mereka disambut baik oleh Mutiah di rumahnya. Keadaan rumah itu sangat sederhana. Tidak ada satu pun perabot mewah. Namun semuanya teratur rapi membuat tetamu senang berada di rumah itu. Fatimah kagum melihat suasana yang menyenangkan itu. Sehingga Hasan dan Husain yang biasa di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain.
“Maaf ya, saya tidak boleh menemani Fatimah duduk. Sebab saya sedang menyiapkan makanan untuk suami saya” kata Muti’ah sambil sibuk di dapur.
Hampir waktu tengahari, masakan itu sudah siap semuanya lalu diletakkan diatas talam. Mutiah mengambil rotan dan diletakkan di sebelah hidangan.
Fatimah bertanya kepada Mutiah “suamimu kerja di mana?”
“Di ladang” Jawab Muti’ah
“Sebagai pengembala?” soal Fatimah.
“Bukan. Bercucuk tanam” Jawab Muti’ah lagi.
“Tapi mengapa kau bawakan rotan juga?” tanya Fatimah.
“Rotan itu saya sediakan untuk keperluan lain. Kalau suami saya sedang makan , saya tanyakan apakah masakan saya sedap atau sebaliknya. Kalau suami saya jawab, “sedap”, takkan terjadi apa-apa.Jika tidak sedap, rotan itu saya berikan kepadanya agar dirotan punggung saya sebab ia tidak menyenangkan suami”.
“Atas kehendak suamimukah kau bawa rotan itu” tanya Fatimah.
“Oh, sama sekali tidak. Suami saya seorang yang penyayang. Ini semata-mata kehendak saya agar jangan sampai menjadi isteri derhaka kepada suami.”
Fatimah lantas meminta izin pulang. Dalam hati berkata, patut kalau Mutiah menjadi perempuan pertama masuk syurga, lantaran baktinya kepada suami begitu besar dan tulus.
Diberitakan dalam berjuta-juta wanita di dunia ini, Muti’ah yang paling awal akan masuk ke dalam syurga. Apakah keistimewaan beliau mengatasi wanita lain?
Hanya Allah yang mengetahuinya. Tapi daripada sejarah cerita yang di khabarkan, saya membuat andaian, Muti’ah sangat sangat menghormati suaminya. Sangat sangat taat kepada suaminya. Layanan beliau kepada suaminya mungkin yang terbaik mengatasi wanita lain.
Wallahu a’lam
Sumber: http://lenggangkangkung-my.blogspot.com
Wanita Pertama Masuk ke Syurga | MyIbrah:


Thursday, May 19, 2011

10 Golongan Yang Tidak Dapat Mencium Bau Syurga

Blog Peribadirasulullah: "
1. Pembunuh orang kafir mu’ahadah iaitu orang kafir yang mengikat perjanjian keamanan dengan orang ISLAM.

2. Orang mengaibkan atau mensia-siakan tanggungjawab yang diamanahkan oleh ALLAH SWT. Contohnya, amanah anak-anak terhadap ibu bapa dan sebaliknya.

3. Orang yang berilmu tetapi ilmunya digunakan semata-mata mencari keuntungan dan kepentingan duniawi

4. Orang yang berangan-angan untuk beramal namun tidak pernah berusaha mengerjakannya.

5. Semua penderhaka sama ada kepada ALLAH SWT, Rasulullah SAW, Ibubapa dan lain-lain.

6. Peminum arak

7. Orang memutuskan silaturrahim.

8. Orang tua yang berzina

9. Orang yang sombong, bermegah dengan hal duniawi.

10. Isteri yang meminta diceraikan tanpa ada suatu kemunasabahan/kesalahan/keuzuran yang dibenarkan oleh syarak."

Sunday, May 8, 2011

Sahabat tidak sempat solat di dunia tetapi menjadi ahli Syurga Ilahi


http://img1.funscrape.com/en/flowersgreeting/87.gif
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pernah berkata:”Tahukah kalian siapakah orang yang masuk Surga tetapi tidakpernah shalat walaupun sekali?” Kemudian dia sendiri yang menjawab: “Dia adalah Amr bin Tsabit”. Ibnu Ishaq berkata bahwa Hushain bin Muhammad pernah berkata: “Aku bertanya kepada Mahmud bin Labid,’Bagaimana kisah Amr bin Tsabit itu?’, ia menjawab,’Dulunya, Amr bin Tsabit itu menolak agama Islam. Akan tetapi, saat terjadi perang Uhud dia menjadi simpatik kepada Islam. Kemudian dia mengambil pedangnya dan bergabung dengan kaum muslimin.
Saat perang sedang berkecamuk dia masuk ke kancah peperangan sampai akhirnyadia terluka. Ketika ditemukan oleh orang-orang yang sekabilah dengannya, mereka bertanya,’Apa yang membuatmu datang ke mari? Apakah karena kasihan pada kaum kabilahmu, ataukah karena kau ingin masuk Islam?’ Dia jawab,’Ya, karena aku ingin masuk agama Islam, aku telah berjihad bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga aku terluka begini’. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi ura sallam bersabda,’Sungguh dia adalah ahli Surga.”‘ Dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian dia meninggal -karena lukanya- maka dia masuk surga dan tidak pernah melaksanakan shalat sekalipun ( Fathul Bari Syarh Shahihul Bukhari (6/25) Kitab Al-jihad. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sanad hadits ini shahih) .
Kisah tersebut juga diriwayatkan dengan redaksi lain Az-Zuhri dan Urwah berkata: “Ada seorang budak hitam dari Habasyah yang tinggal di daerah Khaibar, saat itu dia sedang menggembalakan kambing milik tuannya. Ketika dia melihat penduduk Khaibar telah memegang senjata perang mereka, dia bertanya,’Mau apa kalian?’, mereka menjawab,’Kami akan memerangi orang laki-laki yang mengaku nabi itu.’ Saat mendengar kata “Nabi” disebut dia langsung pergi dengan kambingnya menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian bertanya pada beliau,’Kepada apa Anda mengajak orang?’ Nabi menjawab,’Aku akan mengajakmu kepada Islam kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku ini adalah utusar Allah, dan aku juga mengajak agar kau tidak menyembah kecuali kepada Allah’.
Kemudian si budak tadi berkata ‘Apa yang bisa aku dapatkan bila aku mengikrarkan persaksian tadi dan beriman kepada Allah?’. Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Kau akan mendapatkan Surga bila mati atas hal itu.’ Lalu dia masuk Islam dan berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Hai Nabi Allah, kambing-kambing ini adalah amanat yang ada padaku.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan, ‘Keluarkan kambing-kambing itu dari laskar kami dan lemparilah dengan batu kerikil niscaya Allah akar membantumu memberikan amanat itu pada yang punya. Lalu dia kerjakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ternyata kambing-kambing itu kembali pulang kepada pemiliknya, hingga tuannya yang Yahudi itu tahu bahwa budaknya telah masuk Islam. Setelah itu beliau memberikan nasihat-nasihat kepada kaum muslimin.”
Dalam riwayat ini juga disebutkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sdllam memberikan bendera komando kepada Ali radhiallahu ‘anhu Dan di bawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu budak hitam itu meninggal. Kaum muslimin yang ada saat itu menggotongnya ke tempat berkumpulnya pasukan Islam, kemudian memasukkannya ke dalam kemah. Mereka berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke dalam kemah lalu berkata kepada para sahabat: “Sungguh, Allah telah memuliakan budak ini dan menggiringnya menuju kebaikan.
Agama Islam telah benar-benar berada dalam hatinya. Sungguh, aku telah melihat di sisi kepalanya dua bidadari yang cantik.” Al-Hafizh Al-Baihaqi meriwayatkan kisah ini dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah, dia berkata: “Suatu saat kami pernah bersama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di perang Khaibar. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan pasukannya lain datanglah seseorang dengan kambing-kambing yang sedang digembalakannya” Untuk selanjutnya riwayat ini sama dengan kisah budak hitam di atas.
Dalam riwayat tersebut dikatakan bahwa orang tersebut akhirnya ter bunuh dalam keadaan syahid, sementara dia tidak pernah bersujud kepada Allah Szlbhanahu wa Ta’ala sekalipun!”
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pernah berkata:”Tahukah kalian siapakah orang yang masuk Surga tetapi tidakpernah shalat walaupun sekali?” Kemudian dia sendiri yang menjawab: “Dia adalah Amr bin Tsabit”. Ibnu Ishaq berkata bahwa Hushain bin Muhammad pernah berkata: “Aku bertanya kepada Mahmud bin Labid,’Bagaimana kisah Amr bin Tsabit itu?’, ia menjawab,’Dulunya, Amr bin Tsabit itu menolak agama Islam. Akan tetapi, saat terjadi perang Uhud dia menjadi simpatik kepada Islam. Kemudian dia mengambil pedangnya dan bergabung dengan kaum muslimin.
Saat perang sedang berkecamuk dia masuk ke kancah peperangan sampai akhirnyadia terluka. Ketika ditemukan oleh orang-orang yang sekabilah dengannya, mereka bertanya,’Apa yang membuatmu datang ke mari? Apakah karena kasihan pada kaum kabilahmu, ataukah karena kau ingin masuk Islam?’ Dia jawab,’Ya, karena aku ingin masuk agama Islam, aku telah berjihad bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga aku terluka begini’. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi ura sallam bersabda,’Sungguh dia adalah ahli Surga.”‘ Dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian dia meninggal -karena lukanya- maka dia masuk surga dan tidak pernah melaksanakan shalat sekalipun ( Fathul Bari Syarh Shahihul Bukhari (6/25) Kitab Al-jihad. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sanad hadits ini shahih) .
Kisah tersebut juga diriwayatkan dengan redaksi lain Az-Zuhri dan Urwah berkata: “Ada seorang budak hitam dari Habasyah yang tinggal di daerah Khaibar, saat itu dia sedang menggembalakan kambing milik tuannya. Ketika dia melihat penduduk Khaibar telah memegang senjata perang mereka, dia bertanya,’Mau apa kalian?’, mereka menjawab,’Kami akan memerangi orang laki-laki yang mengaku nabi itu.’ Saat mendengar kata “Nabi” disebut dia langsung pergi dengan kambingnya menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian bertanya pada beliau,’Kepada apa Anda mengajak orang?’ Nabi menjawab,’Aku akan mengajakmu kepada Islam kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku ini adalah utusar Allah, dan aku juga mengajak agar kau tidak menyembah kecuali kepada Allah’.
Kemudian si budak tadi berkata ‘Apa yang bisa aku dapatkan bila aku mengikrarkan persaksian tadi dan beriman kepada Allah?’. Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Kau akan mendapatkan Surga bila mati atas hal itu.’ Lalu dia masuk Islam dan berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Hai Nabi Allah, kambing-kambing ini adalah amanat yang ada padaku.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan, ‘Keluarkan kambing-kambing itu dari laskar kami dan lemparilah dengan batu kerikil niscaya Allah akar membantumu memberikan amanat itu pada yang punya. Lalu dia kerjakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ternyata kambing-kambing itu kembali pulang kepada pemiliknya, hingga tuannya yang Yahudi itu tahu bahwa budaknya telah masuk Islam. Setelah itu beliau memberikan nasihat-nasihat kepada kaum muslimin.”
Dalam riwayat ini juga disebutkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sdllam memberikan bendera komando kepada Ali radhiallahu ‘anhu Dan di bawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu budak hitam itu meninggal. Kaum muslimin yang ada saat itu menggotongnya ke tempat berkumpulnya pasukan Islam, kemudian memasukkannya ke dalam kemah. Mereka berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke dalam kemah lalu berkata kepada para sahabat: “Sungguh, Allah telah memuliakan budak ini dan menggiringnya menuju kebaikan.
Agama Islam telah benar-benar berada dalam hatinya. Sungguh, aku telah melihat di sisi kepalanya dua bidadari yang cantik.” Al-Hafizh Al-Baihaqi meriwayatkan kisah ini dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah, dia berkata: “Suatu saat kami pernah bersama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di perang Khaibar. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan pasukannya lain datanglah seseorang dengan kambing-kambing yang sedang digembalakannya” Untuk selanjutnya riwayat ini sama dengan kisah budak hitam di atas.
Dalam riwayat tersebut dikatakan bahwa orang tersebut akhirnya ter bunuh dalam keadaan syahid, sementara dia tidak pernah bersujud kepada Allah Szlbhanahu wa Ta’ala sekalipun!”
Rujukan :
http://www.lailahaillallah.com/blog/
sumber:peribadirasulullah

Monday, April 25, 2011

10 Golongan Yang Masuk Syurga Tanpa Hisab




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwDQjDsk33nj1kJ9SOfc0jSPFBCWiVxAONN7BI7u-hBwdbuz4FSi0Ca6kWLXBc0E6Ri2-CRlBD3qEcyR-T1Kkhn0woOlv1WkNdCdm9_NU1ANPJUAeWGGn191A0KkEYpK8Us-XZ5jWxh9KO/s1600/melakar+cinta+di+syurga.jpg
Terdapat 70,000 umat Muhammad s.a.w yang dapat masuk syurga tanpa hisab dan tiada azab. Ini bersumberkan hadis yang diriwayat Bukhari dan Muslim bersumber daripada Ibnu Abbas r.a. Muka mereka bercahaya sepertibulan purnama. Mereka adalah:
1. Ahl al-fadl (ahli kemuliaan)- orang yang menanggung kesakitan apabila diperbo-dohkan, bersabar apabila dizalimi dan memaafkan apabila dilakukan kejahatan terhadap mereka.
2. Ahli as sabr (ahli kesabaran)- bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan menghindarkan maksiat terhadap-Nya.
3. Jiran-jiran Allah- saling berziarah dalam berkasih-sayang kerana Allah, duduk dan bangun bersama-sama saudara mereka kerana Allah.
(hadis riwayat Abu Nu'aim daripada Ali bin Husain)
4. Orang yang mati dalam perjalanan ke Mekah samada pergi atau balik
(hadis riwayat Jabir)
5. penuntut ilmu, perempuan yang taat kepada suami dan anak yang berbakti kepada ibu bapa
(hadis marfu' sumber Abu Ayyaub al-ansari)
6. Sesiapa yang berjalan kerana hendak menunaikan hajat saudaranya yang muslim sehingga tertunai hajat itu dan meniggal dalam masa tersebut.
(hadis marfu' sumber daripada Anas)
7. Sesiapa yang mengasuh kanak-kanak sehingga berupaya mengucapkan 'lailahaillallah"
(hadis sumber daripada A'isyah r.a)
8. Orang islam lelaki dan perempuan yang mati pada malam dan siang hari Jumaat
(hadis marfu' sumber daripada 'Ata')
9. Hamba yang bersabar apabila diuji dengan bala bencana pada tubuhnya dan anaknya
(hadis marfu' riwayat Hakim at-Tirmidzi)
10. Orang yang menggali perigi di tengah padang dengan penuh keimanan dan mengharapkan ganjaran Allah
(Ibn Mas'ud)
Al-Hakim dan al-Baihaqi mengeluarkan hadis yang bersumber daripada Jabir secara marfu': "Barangsiapa yang lebih kebajikannya atas kejahatannya, maka mereka itulah yang masuk ke syurga tanpa hisab, dan barang siapa yang sama kebajikannya dan kejahatannya maka mereka itulah yang dihisabkan dengan hisab yang sedikit, dan barang siapa yang kejahatannya lebih banyak, maka dialah yang diberikan syafaat setelah menerima siksaannya."
Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang dapat masuk syurga tanpa hisab dan dibentangkan suratan amal. Tajdidkan niat. Ikhlaskan diri. Biar tidak dipuji manusia. Pentingnya adalah nilaian pandangan Allah taala.
*Sumber daripada buku Misteri di sebalik tiupan sangkakala saringan daripada kitab At-Tazkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah oleh Imam al-Qurtubi dan Kasyful Ghummah pada menyatakan orang mati & hal hari kiamatoleh Syeikh Daud al-Fatani yang disusun oleh Muhammad Ramzi Omar.

Thursday, February 10, 2011

15 Ciri wanita Syurga



http://ruhenabdurachman.files.wordpress.com/2009/07/marwa-al-sharbini.jpg?w=346&h=334&h=231
Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.
Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Diantaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)
“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.”
(QS. Al Waqiah : 10-21)
Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, diantaranya :
“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.”
(QS. Al Waqiah : 22-23)
“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.”
(QS. Ar Rahman : 56)
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”
(QS. Ar Rahman : 58)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :
” … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.”
(HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu)
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Diantara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)
Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga
Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?
Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.
Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Diantara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
1. Bertakwa.
2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
14. Berbakti kepada kedua orang tua.
15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
” … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).
Wallahu A’lam Bis Shawab.