Pages

Showing posts with label kristian. Show all posts
Showing posts with label kristian. Show all posts

Sunday, July 29, 2012

SEJARAH KONFLIK ISLAM DAN KRISTEN DI MALUKU



Menurut Rustam Kastor dalam bukunya, Konspirasi Politik RMS dan Kristen Menghancurkan Umat Islam di Ambon-Maluku (Wihdah Press: 2000 M), sejatinya sejarah konflik antara kaum salibis dengan umat Islam adalah sebuah sejarah perlawanan yang cukup panjang. Sejarah ini sudah berjalan ratusan tahun dengan melibatkan banyak energi dan pengkajian. Jauh sebelum Bangsa Eropa tiba di Maluku, para saudagar Nusantara telah berdagang penuh kedamaian dengan masyarakat atau kerajaan-kerajaan Islam di Maluku.

Penyebaran agama Islam pun dilakukan dengan penuh perdamaian, sehingga relatif segenap masyarakat Maluku telah memeluk agama Islam. Namun, pada tahun 1512 mulailah bangsa Portugis menemukan Maluku (Banda) dengan maksud mendapatkan rempah-rempah langsung di bumi penghasilnya, hingga kemudian datanglah penjajah Belanda pada tahun 1605.

Perlawanan Fisik Bersenjata.

Perdagangan yang semula damai, berkembang menjadi bentrokan fisik karena sikap monopoli yang disertai penyebaran agama Kristen oleh pihak Belanda dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Dari situ mulailah terjadi sejumlah peperangaan yang bukan saja semata-mata demi mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, tetapi juga berjuang mempertahankan aqidah agama Islam.

Perlawanan dari Kerajaan-kerajaan Islam seperti Perang Hitu (1502-1605), Perang Banda(1609-1621), Perang Hoamual (1625-1656), Perang Wawane (1633-1643), Perang Kapaha (1636-1646), Perang Alaka (1625-1637), Perang Iha (1632-1651), dan sejumlah perang yang dilancarkan oleh beberapa kesultanan di Maluku Utara, dan terakhir Perang Tidore (1780-1805) yang dipimpin oleh Nuku yang sempat menunjukkan kekuatan dan kebesarannya.

Sejumlah pahlawan perang Ummat Islam seperti Pattiwane, Kakiali, Gimelaka Laliato, Gimelaka Lulu, Tulukabessy, Kiayi Lessy, Rijali, Khairubia, Kapitan Ulupaha, Sudardi Monia Latuwirinnyai, Sultan Babullah, Sultan Khairun dan terakhir Sultan Nuku adalah para pemimpin perang yang gagah berani mampu mengalahkan penjajah di banyak medan pertempuran.

Namun pada gilirannya, Kerajaan-kerajaan Islam, secara bertahap dapat dikalahkan oleh VOC yang kemudian menjadi Kompeni menggantikan kedudukan Portugis, dengan memiliki armada dan kekuatan perang yang tangguh. Kala itu pula, kegiatan perdagangan diwarnai pula dengan missi penginjilan secara paksa yang dimulai dengan perkumpulan dagang VOC. Maka saat itu pula, perlawanan masyarakat dan kerajaan Islam di Maluku berkembang menjadi sebuah medan jihad mempertahankan aqidah.

VOC dan Kompeni Penjajah

VOC sebagai organisasi dagang, kemudian digantikan oleh Kompeni dengan kekuatan bersenjata yang cukup besar. Hal ini kemudian menjadikan ekskalasi penindasan terhadap Ummat Islam di Maluku mengalami peningkatan. Kekejaman yang mereka lakukan pun memiliki kekejaman tiada tara. Sampai-sampai umat muslim tidak kuasa lagi untuk menerimanya. Namum meski hidup dalam penindadsan, perlawanan umat muslim terus berlanjut, ya walau mereka tidak mampu lagi untuk mengangkat senjata.

Perlawanan Non Fisik/Tak Bersenjata.

Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku telah berhasil dihancurkan satu demi satu, tetapi tidak demikian dengan jiwa jihad umat muslim. Semangat kebencian mereka terhadap penjajah yang telah merenggut kemerdekaan sekaligus memaksakan keyakinan yang bertentangan dengan paham ke-Tauhidan Islam terus berjalan seiring waktu.

Selanjutknya, bersamaan dengan kekalahan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, maka terjadilah peperangan oleh kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan melawan kolonial Belanda. Kerajaan-kerajaan inipun mengalami nasib yang sama: mereka berhasil dikalahkan dan akhirnya dapat ditaklukkan oleh pihak kafir Belanda.

Para pejuang yang tertangkap pun akhinya dibuang ke berbagai daerah di luar Jawa diantaranya Maluku. Sebagai pejuang, mereka tidak pernah mau berhenti memerangi kaum kafir Belanda. Dengan modal semangat perlawanan (pejuang) dan keahlian ilmu agama Islam (Kiyai), mereka masuk ke dalam Ummat Islam di Maluku dengan alasan kegiatan keagamaan, tetapi sesungguhnya mereka memimpin dan menggerakkan perlawanan terhadap Belanda secara non fisik/tanpa bersenjata.

Terakhir yang bisa kita catat dari fakta ini adalah kedatangan Pangeran Diponegoro dengan rombongan dalam status buangan Belanda. Bersama para pengikutnya, Pangeran Diponegoro pun berdiam di kampung yang sekarang bernama Kampung Diponegoro.

Para pejuang ini pun kemudian memimpin Ummat Islam di Maluku untuk melakukan aksi pembangkangan yang memberikan pukulan berat bagi pihak penjajah. Perlawanan non kooperatif/pembangkangan, adalah sebuah bentuk perlawanan yang dilakukan secara diam-diam, yakni menolak bekerjasama dalam bentuk apa pun dengan penjajah serta merongrong pada aspek-aspek tertentu dengan tujuan melemahkan dan menggerogoti wibawa serta kekuatan pemerintah Belanda.

Perlawanan ini efektif pada 20-30 tahun pertama, saat para pemimpinnya aktif memberikan petunjuk, arahan dan dorongan semangat. Namum perlawanan yang memakan waktu seratus tahun lebih tersebut menjadi kurang efektif, sebab kurang memiliki daya tahan. Pasalnya sederhana, tidak ada sebuah pembentukan kader dan pemimpin lapangan yang akan melanjutkan perlawanan tersebut. Kegagalan membentuk pemimpin pelanjut inilah yang mengakibatkan perlawanan menjadi kurang terarah dan tidak punya tujuan yang jelas. Yang terjadi adalah semangat mereka untuk tidak mau bekerja sama dan membangkang saja, tanpa mekanisme perjuangan yang rapih.

Uniknya umat Islam masih bertahan. Pada waktu itu tidak ada Ummat Islam yang bersedia menjadi serdadu Belanda, maupun menjadi guru dan pekerjaan-pekerjaan yang senantiasa berada di bawah kendali Belanda. Ummat Islam lebih memilih pekerjaan non formal seperti nelayan, pedagang kecil (wiraswasta), tukang dan sejenisnya. Bahkan bersekolahpun ditolak, Ummat Islam lebih memilih pengajian dan Madrasah.

Di luar Maluku, orang lebih mengenal orang Ambon adalah Kristen, hal ini disebabkan oleh serdadu Belanda asal Maluku yang bertugas di luar Maluku (Jawa, dsbnya) relatif tidak ada yang beragama Islam, sehingga terjadi opini bahwa Ambon identik dengan nashrani.

Dalam kisah perlawanan tanpa senjata ini, barangkali perlu kita telusuri adanya beberapa marga (Vam) di kota Ambon yang bukan marga asli dari Maluku seperti Betawi, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Padang, Diponegoro, Aceh dan sebagainya. Yang jelas marga tersebut menunjukkan darimana mereka berasal, sebab waktu itu semua orang harus mempunyai vam, mereka yang tidak mempunyai vam memilih daerah asal mereka sebagai Vam.

Siapakah mereka ini, sekurang-kurangnya sebagiannya adalah para pejuang yang dibuang oleh Belanda dulu. Mereka adalah para pejuang yang memimpin Ummat Islam di Maluku untuk melakukan aksi pembangkangan/non kooperatif. Mengenai fakta ini, Rustam Kastor dalam bukunyaKonspirasi Politik RMS dan Kristen Menghancurkan Umat Islam di Ambon-Maluku, menulis.

"Tanyalah para tetua kita, bagaimana orang Waihaong, Talake,Silale, Soabali, Batu Gajah (Diponegoro) Batu Merah, Pardeis dsb belajar silat? Mereka belajar tertutup dalam rumah atau di halaman belakang agar tidak diketahui kaum Nasrani. Bila ada Nasrani yang datang, latihan segera dihentikan agar tidak diketahui jurus-jurusnya. Jadi para tetua itu belajar untuk menghadapi Penjajah Belanda (dibenaknya) dan kaum Nasrani. Persis seperti kisah dalam serial film Si Pitung dari Marunda."

Perlawanan terhadap penjajah Belanda yang berlangsung lebih 100 tahun itu, sebagian besar terjadi tanpa koordinasi, bahkan tanpa pemimpin yang jelas sehingga semangat melawan pemerintah kolonial tanpa disadari, berubah arah dan tujuannya.

Banyak kerugian yang diderita Ummat Islam akibat proses perjuangan panjang tanpa koordinasi dan pimpinan ini. Dan pada akhirnya hal ini menghasilkan kondisi yang amat tidak menguntungkan seperti yang kita alami sekarang.

Ummat Islam di Maluku tertinggal hampir di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara secara fisik, baik tampak maupun yang tidak tampak tetapi terasa sebagai suatu kenyataan. Setelah Indonesia merdeka, Ummat Islam di Maluku mencapai banyak kemajuan disemua sektor, tetapi kita harus mengakui bahwa dibandingkan dengan Ummat Kristen, ummat Islam masih terlalu terlambat, ibarat berlomba dengan kaum yang menggunakan kendaraan, sedang kita berjalan kaki.

Dengan demikian jarak ketertinggalan Ummat muslim dari hari ke hari kian jauh, sehingga barangkali kondisi ini dapat memicu kecemburuan sosial. Di sisi lain kemajuan yang diperoleh Ummat Islam, terutama munculnya generasi muda cendekiawan merupakan saingan bagi pihak Kristen yang walaupun dalam skala rendah, mereka melihatnya sebagai ancaman yang membahayakan. Merasa adanya ancaman (yang sesungguhnya tak seberapa besar), maka kerukunan yang selama ini terjalin mulai goyah. Pihak Kristen melakukan aksi penghambatan dengan menutup peluang bagi yang Islam di berbagai sektor strategis.

Ketidak adilan ini semakin terasa, sementara yang Islam hanya dapat merasakan tetapi tidak ada upaya nyata untuk mengatasi persaingan itu. Lebih diperparah lagi, bahwa barisan Ummat Islam masih tercerai berai dan terjadi pendangkalan akidah yang kuat akibat tipu daya dunia. (pz)eramuslim.
 

Thursday, February 23, 2012

Hebatnya Kristianisasi di Indonesia..135.000 Gereja untuk 10 persen penganut kristian


Dengan jumlah pemeluk Kristen kurang dari 10 persen, namun jumlah Gereja sudah mencapai 135 ribu  sementara Masjid dan Mushola hanya 600 ribu, padahal jumlah umat Islam mencapai 88 persen atau 210 juta orang dari 240 juta penduduk Indonesia. Jadi tidaklah benar jika penganut Kristen mendapat diskriminasi di Indonesia, seperti yang selama ini digembar-gemborkan para pimpinan gerombolan fanatik fundamentalis GKI Yasmin di Bogor.
Inilah beritanya.
***
135.000 Gereja Bercokol di Indonesia Jakarta (SI ONLINE)-  Meski Indonesia negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar di dunia, namun ternyata pertumbuhan Gereja Kristen (Katolik dan Protestan) luar biasa pesatnya, dimana setiap tahunnya mencapai 190 persen, sementara pertumbuhan Masjid hanya 60 persen. Hal itu menunjukkan Kristenisasi terhadap umat Islam Indonesia semakin intensif dilakukan dengan dana yang tidak terbatas jumlahnya.
Dengan jumlah pemeluk Kristen kurang dari 10 persen, namun jumlah Gereja sudah mencapai 135 ribu  sementara Masjid dan Mushola hanya 600 ribu, padahal jumlah umat Islam mencapai 88 persen atau 210 juta orang dari 240 juta penduduk Indonesia. Jadi tidaklah benar jika penganut Kristen mendapat diskriminasi di Indonesia, seperti yang selama ini digembar-gemborkan para pimpinan gerombolan fanatik fundamentalis GKI Yasmin di Bogor.
Dihadapan peserta Rapat Kerja Kementerian Luar Negeri dengan Perwakilan RI di Luar Negeri yang diadakan di Kemlu, Pejambon, Jakarta, Rabu (22/2/2012), Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat mewakili Menag Suryadharma Ali menjelaskan, umat Kristen di Indonesia tidak pernah mengalami diskriminasi.
“Sekarang ini jumlah Gereja di Indonesia mencapai 135 ribu dengan pertumbuhan sebesar 190 persen pertahunnya atau tercepat di dunia. Pembangunan Gereja di Indonesia tidak pernah mengalami masalah kecuali hanya satu yakni Gereja Yasmin dan itupun hanya karena masalah perijinan,” ungkap Bahrul Hayat.
Menurut Bahrul Hayat, untuk membangun tempat ibadah sudah ada aturannya dan telah disepakati keenam Majelis Agama yang ada di Indonesia, sehingga sudah sangat jelas ketentuannya yang harus dihormati bersama.
Bahrul Hayat menceriterakan, sebelumnya dirinya bersama Menag Suryadharma Ali baru saja menerima kunjungan delegasi Parlemen Jerman yang juga menanyakan persoalan Gereja Yasmin. Setelah mendapat penjelasan mengenai duduk persoalannya karena masalah perijinan bukan masalah agama, mereka baru memahaminya. (*)
Rep: Abdul Halim
Abdul Halim | Kamis, 23 Februari 2012 | 13:35:19 WIB/ suaraislam online
(nahimunkar.com)
sumber-ustaz cyber

Monday, April 11, 2011

China tahan penganut Kristian di Beijing




POLIS China mengarahkan penganut-penganut Kristian ke dalam bas setelah mereka yang merupakan pengikut Gereja Shouwang mahu mengadakan upacara sembahyang di kawasan terbuka di daerah komersial Zhongguancun, Beijing, semalam. – Reuters


BEIJING 10 April – Polis Beijing hari ini menahan berpuluh-puluh penganut Kristian dari ‘sebuah rumah gereja’ yang tidak diiktiraf kerajaan selepas mereka cuba untuk mengadakan upacara keagamaan di kawasan terbuka.
Kumpulan itu sedang menyanyikan lagu-lagu rohani dan berdoa sebelum polis menyumbat mereka ke dalam bas di daerah barat Haidian, Beijing hari ini, menurut kumpulan hak asasi Kristian yang beribu pejabat di Amerika Syarikat (AS), China Aid.
“Pihak berkuasa Beijing sering tidak mengendahkan perlembagaan rakyat yang menjamin hak kebebasan beragama,” kata pengasas dan Presiden China Aid, Bob Fu dalam satu kenyataan.
Polis enggan mengulas berhubung laporan itu ketika dihubungi AFP dan meminta supaya soalan difakskan kepada mereka.
The New York Times melaporkan, seorang jurugambarnya adalah antara mereka yang ditahan, tetapi telah dibebaskan.
Menurut China Aid, lebih 100 orang telah ditahan, tetapi akhbar itu melaporkan seramai ‘berpuluh-puluh’ orang sahaja yang ditahan.
AS dan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) menyuarakan kebimbangan serius mereka beberapa minggu lalu berhubung peningkatan tindakan keras di seluruh China ekoran penahanan seniman, peguam, penulis, aktivis dan golongan intelektual.
Insiden gereja ini berlaku seminggu selepas Ai Weiwei, seniman yang lantang bersuara dan membantu mencipta Stadium Sarang Burung untuk Olimpik Beijing 2008, ditahan atas kesalahan ‘jenayah ekonomi’ yang tidak dinyatakan.
Gereja itu cuba mengadakan majlis agama di luar selepas diusir oleh pemilik bangunan yang menerima tekanan supaya tidak meneruskan kontrak penyewaan.
Menurut China Aid, Shouwang yang merupakan gereja rumah terbesar di Beijing menjemput penganutnya berhimpun awal hari ini di satu kawasan terbuka di tempat awam yang menghubungkan bangunan SinoSteel dan Restoran China Poetic. – AFP
-Utusan

Tuesday, December 7, 2010

JANGAN JADIKAN ISLAM SEPERTI KRISTIAN

JANGAN JADI SEPERTI MEREKA

Paul atau Saul the Tarsus seorang munafik yang berpura-pura menganut ajaran Isa a.s adalah manusia yang merosakkan ajaran Baginda Isa. Pada mulanya, para Hawariun iaitu sahabat Nabi Isa a.s (menurut Ibnu Abbas salah seorang sahabat Nabi Muhammad s.a.w yang didoakan akan kefakihan terhadap tafsir mengatakan bahawa jumlah Hawariun adalah sebanyak 12 orang) meragui keikhlasan Paul menganut ajaran Isa a.s, tetapi setelah melihat kesungguhan Paul dalam menyebarkan ajaran Isa, mereka mula berbaik dengan Paul.

Perkara ini dijelaskan dalam Bible di dalam Fasal Acts 9:27-30, yang menceritakan pada mulanya para Hawariun takut untuk mendekati Paul kerana sikap beliau yang pada mulanya sangat memusuhi pengikut Isa sehingga sanggup membunuh (Lihat Acts 9:1-2) , tapi akhirnya diterima setelah seorang dari pengikut Isa a.s iaitu Barnabas menyatakan bahawa Paul sudah insaf.

Diceritakan dalam Bible, setelah pulang dari Demascus (beliau menetap di Demascus selama 3 tahun : lihat Galatians 1:15-20) dan pulang ke Jerusalem, beliau bersungguh-sungguh menyebarkan ajaran Isa a.s yang sebenar kepada kaum Yahudi. Dalam masa yang sama Farisi iaitu pendeta-pendeta korup Yahudi berpura-pura menyerang beliau dan memusuhi beliau kerana menyebarkan ajaran Isa a.s. Kepura-puraan (bukti bahawa ada muslihat disebalik mengapa Paul menganut ajaran Isa dan Farisi berpura-pura memusuhi beliau lihat Acts 19:27-32, iaitu peluang Farisi boleh membunuh Paul tetapi mereka tidak melakukannya, Kerajaan Rom melindungi beliau, lihat Acts 24:24-26, dan banyak lagi) Farisi memusuhi Paul meningkatkan lagi kemasyhuran beliau dikalangan kaum Yahudi dan kepercayaan mereka terhadap beliau.

Setelah kepercayaan, dan kehormatan diberikan kepada Paul oleh pengikut ajaran Isa serta Hawariun, Paul mula mula menunjukkan siapa diri sebenar beliau. Ketika itu, beliau mula menyeleweng dari ajaran Isa a.s yang sebenar, dan menyeru kaum Yahudi yang mengikut ajaran Isa a.s yang sebenar ke jalan yang sesat. Paul mula mencipta dan membuat pembaharuan terhadap ajaran-ajaran Isa a.s. Beliau memasukkan ideologi serta kepercayaan Greek, Yunani dan pelbagai lagi kedalam ajarannya, dan menyampaikannya kepada pengikutnya.

Semua ajaran-ajaran beliau, mula bertentangan dengan ajaran Isa a.s. Antaranya membenarkan pengikutnya tidak bersunat (bertentangan dengan ajaran Isa Luke 2:21), boleh makan babi (bertentangan dengan ajaran Isa Deutronomy 14:8), menyebarkan ajaran Isa a.s kepada orang-orang bukan Yahudi (Gentile) (bertentangan dengan ajaran Isa Mathhew 10:5-6), serta mengangkat Isa a.s sebagai Tuhan (Sedangkan Isa kata baginda tidak ada kuasa John 5:30, John 20:29).

Walaubagaimanapun, beliau tidak dimusuhi dan diperlakukan apa-apa kerana apa? Kita kena ingat sebelum beliau menyeleweng beliau telah mendapatkan kepercayaan orang ramai, dihormati orang ramai serta beliau mempunyai ramai pengikut. Oleh sebab itu, orang ramai tidak lagi merujuk kepada ajaran Isa a.s yang sebenar, dan tidak lagi mendapatkan penjelasan dari para Hawariun Isa a.s. Sebab bagi mereka Paul adalah seorang Imam yang dipercayai, jadinya semua kata-katanya adalah benar, walaupun dibawakan kepada mereka bukti-bukti dari ajaran Isa a.s yang sebenar, mereka tetap menafikannya.

Manakala para Hawariun telah dimusuhi kerana cuba membetulkan akidah orang ramai yang mula tersasar. Mereka dibunuh, dan para pengikut ajaran Isa a.s yang sebenar mula bertebaran kerana menyelamatkan diri. Pergaduhan antara pengikut Paul dan para Hawariun juga berlaku, dan keputusannya para Hawariun kalah dan mereka mula mengasingkan diri. Akhirnya muncullah ajaran baru iaitu Kristian, dan Paul-lah yang mengetuai ajaran sesat ini dengan menggunakan Isa a.s sebagai simbol teologi baru mereka.

PERSOALANNYA APA?

Persoalan disini ialah mengapa kisah Paul dan bagaimana munculnya ajaran Kristian itu diceritakan? Persoalan ini ditimbulkan bagi mengetuk hati-hati anda semua, tentang betapa kita Umat Islam sudah mula menampakkan ke arah untuk menjadi seperti di atas. Lihat sahaja, bagaimana kita memperlekehkan sebahagian Umat Islam yang berpegang kepada al-Quran dan Sunnah. “Asyik-asyik dalil, asyik-asyik dalil. Ustaz itu cakap betul, betullah.” Tidakkah kita perasan, bahawa ucapan tersebut persis sepertimana awalnya para penganut ajaran Isa a.s mula menyimpang dari ajaran Isa a.s yang sebenar. Kita mula melebihkan ucapan manusia dari Al-Quran dan Hadith Sahih.

Tidak usah jauh mencari contoh, lihat sahaja bagaimana dalam persoalan akidah kita mudah menerima pandangan ustaz-ustaz tanpa soal selidik. Apabila ditunjukkan kebenaran berdasarkan Al-Quran dan Sunnah yang Sahih, kita mempertikaikanya dan lebih selesa dengan pandanga ustaz-ustaz. Saya tidak kata ustaz tidak betul, tetapi kadang-kadang kita melebihkan ucapan manusia dari sumber agama kita iaitu Al-Quran dan Sunnah yang sahih.

Jangan biarkan kita juga menjadi seperti penganut ajaran Isa a.s yang menyimpang dari ajaran baginda. Moga Allah sentiasa memberi petunjuk kepada kita, dan moga tidak ada Paul dalam ajaran Islam kita pada hari ini. Kalau ada, cepat-cepat cantas dan perbetulkan orang seperti itu. Islam tidak misteri, Islam juga bukan agama fantasi dan magis. Islam agama fakta, Islam agama berteraskan bukti. Islam itu Al-Quran dan Sunnah yang sahih berdasarkan kefahaman para sahabat, tabien, dan tabiut tabien.

Diriwayatkan dari Imam Khatib Al-Baghdadi ra (Abu Bakr ibn Ali bin Sabit ) dengan sanad yang sahih bahawa telah berkata Sufyan As- Sauri ra " Agama ini dibina dengan Asar -istinbat Al-Qur'an dan sunnah serta apa yang diriwayatkan dari para sahabat yang membawa kepada maksud syariah (Al-Qur'an & Sunnah)- dan bukanlah agama ini dibina dengan akal."

Seeru ala barakatillah...

Tuesday, November 23, 2010

RM9,000 untuk ubah Surah al-Ikhlas


 
Iklan yang terpampang dalam sebuah akhbar harian itu cukup menggiurkan sesiapa saja yang membacanya. “Kerja kosong – eksekutif pemasaran. Maksimum gaji boleh mencecah RM2 ribu hingga RM4 ribu. Lepasan ijazah. Untuk BUMIPUTERA sahaja.”
 
Selesai membaca iklan terebut, Mat Nor terus menghubungi syarikat berkenaan. Tanpa disangka, wakil syarikat memberitahu dia antara calon paling bertuah dan diminta hadir untuk ditemu duga keesukan harinya.
 
Esoknya, Mat Nor pergi ke tempat temu duga tersebut di sebuah hotel yang terletak tidak berapa jauh dari rumahnya di utara tanah air. Sampai di hotel. Mat Nor diminta kesebuah bilik di tingkat dua hotel tersebut. Dalam bilik tersebut, Mat Nor melihat ada sebelas lagi calon menunggu. Lalu Mat Nor duduk di salah sebuah kerusi di bahagian belakang.Kira kira 15 minit kemudian, muncul seorang lelaki bernama Patrick memegang beberapa helai borang dan mengedarkan kepada setiap calon termasuk Mat Nor. Patrick lalu meminta Mat Nor dan calon calon lain mengisi borang tersebut.
 
Ketika menjawab beberapa soalan pada borang tersebut, Mat Nor berasa pelik dengan 10 soalan  yang ditanya. Antara soalan itu, adakah boleh membaca al-Quran, bersembanyang dan beberapa perkara asas tentang agama Islam. Soalan tersebut langsung tidak ada kena mengena dengan jawatan eksekutif pemasaran yang dipohon Mat Nor.  Walaupun berasa pelik tetapi semua soalan tersebut dijawab dan ditandakan. Berdasarkan penjelasan Patrick, barulah Mat Nor faham bahawa rupa rupanya tawaran kerja itu datang dari sebuah pergerakan berbentuk keagamaan! Tetapi bukan agama islam.
 
Patrick turut memberi peluang Mat Nor dan calon calon berfikir selama 15 minit sama ada mahu menerima tawaran tersebut atau menolaknya. Patrick memberitahu, jika ada sesiapa yang ingin menarik diri dibenarkan meninggalakan bilik tersebut. Sebelum beredar, Patrick menghulur RM50 setiap seorang.
 
“Ini duit sedekah,” beritahu Patrick.
 
Selepas menerima wang tersebut,  Mat Nor dan 11 calon lain diarah berkumpul  semula dihadapan pintu bilik tersebut. Mereka dikehendaki masuk semula selepas waktu rehat.
 
Selepas waktu rehat, keadaan berubah. Hanya Mat Nor dan tiga orang calon lelaki sahaja yang sanggup menerima jawatan tersebut.  Manakala lapan calon lagi enggan menerima tawaran tersebut. Alasannya, mereka tidak yakin dengan keterangan Patrick.  Sebelum pulang, mereka berempat diberikan RM200 setiap seorang. Patrick berpesan agar Mat Nor  Datang semula ke hotel tersebut tepat pada waktunya, pukul 10.00 pagi.
 
Esok, tepat waktu yang dijanjikan, Mat Nor tiba di kawasan hotel tersebut.  Empat kereta BMW berwarna hitam sudah menunggu. Mat Nor dipelawa masuk ke salah sebuah kereta tersebut.  Di hotel tersebut, seorang lelaki memberitahu dia diarahkan membawa Mat Nor menaiki kereta BMW ke Kuala Lumpur.  Kereta BMW yang dinaiki Mat Nor tiba di sebuah rumah ibadat di Kuala Lumpur. Mat Nor berasa pelik, mengapa pula dia dihantar ke rumah ibadat itu dengan jawatannya sebagai eksekutif pemasaran?
 
Sebaik turun, muncul seorang lelaki Melayu berjubah hitam menyambut kedatangannya.
 
“Salam sejahtera ke atas kamu,” sapa lelaki Melayu memakai jubah hitam itu.  Namanya Joseph. Berdasarkan penampilannya, Joseph orang kanan di rumah ibadat itu.  Semasa berjalan, Joseph menyelitkan sekeping sampul surat berwarna putih ke dalam kocek baju Mat Nor.
 
Mereka berdua masuk ke sebuah bangunan bersebelahan rumah ibadat tersebut. Sebaik sampai disebuah bilik, Joseph memberitahu di situlah Mat Nor akan tinggal sehingga tugasnya selesai.  Sebelum beredar, Joseph menerangkan Mat Nor boleh mandi dan bersolat di bilik tersebut. Pukul 2.30 nanti, dia akan datang semula.
 
Sebaik Joseph beredar, Mat Nor membuka sampul surat berwarna putih yang diberikan lelaki berjubah hitam itu. RM200!  Bisik Mat Nor.
 
Fikirannya bertambah keliru. Semalam di sebuah hotel Mat Nor sudah di beri RM200 oleh lelaki bernama Patrick.  Dan sekarang RM200 lagi. Dicampurkan RM50 semasa mula mula interviu, Mat Nor sudah ada RM450. Wang sudah dapat tapi anehnya tiada sebarang kerja dilakukan lagi. 
 
Tepat pukul  2.30 petang, pintu bilik Mat Nor diketuk. Joseph muncul di muka pintu. “Salam sejahtera ke atas kamu!” ucap Joseph sambil mengajaknya ke sebuah dewan. Dalam dewan tersebut, ada kira kira 20 orang lelaki berbaju labuh berwarna hitam. Di situ Joseph memberi penerangan tentang tugas yang bakal dilakukannya.
 
Bedasarkan penerangan Joseph, tugas Mat Nor bukan lagi eksekutif pemasaran tetapi sebagai penterjemah. Pada akhir penerangan, Joseph memberitahu Mat Nor dan tiga lagi calun dikehendaki menterjemahkan sebuah kitab agama daripada bahasa Indonesia ke bahasa Melayu.  Tetapi sebelum itu kata Joseph, ada tugas lain yang perlu dilakukan. Joseph lalu mengeluarkan sehelai kertas bertulis ayat ayat suci al-Quran di dalam jubah hitam  lalu membacanya.
 
“Kul Huallah Hu Ahad ….” Joseph membaca surah tersebut dengan fasih dan berlagu seperti seorang qari.  Bilik itu sepi seketika. Masing masing terpegun mendengarkan suara Joseph membaca surah al-Ikhlas.
 
“sekarang saya nak kamu ubahsuai surah al-Ikhlas ni.  Masukkan ayat tu dalam kitab ni,” beritahu Joseph menunjukkan sebuah kitab agama berbahasa Indonesia.  Sekali lagi, Mat Nor berasa serba salah. Kalau menolak tugas tersebut, dia mesti memulangkan semula wang RM450 yang diterimanya sebelum itu. Mahu tidak mahu, dia terpaksa lakukan juga tugas berat ini.
 
Tanpa berlengah, Mat Nor cuba menterjemahkan ayat  daripada surah al-Ikhlas seperti diminta Joseph. Sesi itu berlangsung hampir lima jam lamanya.  Beratus ratus ayat dikarang tetapi semuanya tidak menjadi.
 
“Ayat ini kalau dimasukkan juga ia akan bercanggah dengan akidah agama kamu yang menyatakan bahawa Tuhan itu lebih dari satu,” jelas Mat Nor. 
 
Joseph terdiam tanpa sepatah kata.  Kemudian dia menambah: “Tak mengapa. Cuba lagi. Nanti saya akan beritahu kepada ketu saya tentang perkara ini!”
 
Setelah percubaan pertama menterjemahkan surah al-Ikhlas itu gagal. Joseph menyuruh mereka berehat dulu dan menyambung kembali tugas tersebut esuk.  Sebelum bersurai, Joseph memberi sekeping lagi sampul surat berwarna putih. Apabila dibuka terdapat wang berjumlah, RM300 di dalamnya.
 
Malam itu Mat Nor tidak boleh tidur. Fikirannya masih lagi teringat pada tugasnya menterjemahkan surat al-Ikhlas pada siang tadi. Dia berasa hairan sudah beberapa kali dia mengikut kehendak Joseph, mencuba menterjemahkan ayat dari surah al-Iklas  tetapi gagal. Jika ditukar mana mana ayat sekalipun, ia tetap tidak boleh mengubah makna asal surah berkenaan.
 
Keesokannya, Mat Nor menyambung lagi tugasnya bersama tiga rakan rakan lain menterjemahkan surah al-Ikhlas. Sesi menterjemah dan mengubah surah al-Ikhlas pada hari kedua juga gagal mendapat seberang keputusan muktamad.  Masing masing buntu. Tiada perkataan yang boleh digunakan untuk disesuaikan dengan ayat ayat di dalam kitab agama tersebut.
 
Hari berikutnya Mat Nor mencuba lagi tetapi tidak berjaya. Begitulah yang terjadi sehingga tugas itu berlangsung selama tiga minggu. Puas Mat Nor dan kawan kawan memikirkan cara untuk mengubahsuai surah al-Ikhlas tetapi sia sia.
 
Ayat yang diubah  itu tetap bercanggah dengan akidah tauhid agama orang kanan rumah ibadat itu.  Ini kerana secara keseluruhan ayat surah al-Ikhlas itu menegaskan bahawa Tuhan itu Esa, tidak sama dengan akidah orang kanan yang berjubah itu.  Setelah gagal mencuba pelbagai cara, Mat Nor mengesyorkan kepada orang kanan rumah ibadat  itu supaya mengubah keseluruhan surah tersebut.
 
“Kalau nak ubah, kena ubah semua!” beritahu Mat Nor.
 
“Okey, saya akan beritahu orang atas.  Tangguh dulu ubahsuai surah itu.  Tumpu terjemah kitab dari bahasa Indonesia ke bahasa Malaysia,” beritahu orang kanan rumah ibadat itu.
 
Kira kira setengah jam kemudian, orang kanan rumah ibadat itu kembali ke bilik tersebut.
 
“sesi untuk hari ini dah tamat. Semua boleh balik. Mat Nor, tugas awak pun dah habis. Lusa awak boleh balik,” beritahu orang kanan rumah ibadat itu.
 
Mat Nor lega mendengar pengumumam tersebut. Dia balik ke biliknya. Sekarang segala beban yang tertanggung di kepalanya selama ini sudah terlerai.  Sambil duduk di katilnya, Mat Nor mengeluarkan sampul sampul surat berwarna putih yang diterimanya sejak tiga minggu lalu. Dia mengira jumlah wang tersebut. RM4,650!
 
Tiba tiba Mat Nor mendengar biliknya diketuk.  Apabila pintu terbuka, dilihatnya Joseph sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum.  Joseph mengajak Mat Nor ke sebuah bilk kosong. Di situ, Joseph memaklumkan usaha mengubahsuai surah al-Ikhlas dihentkan serta merta.
 
“Program ini dihentikan atas arahan ketua paling atas,” beritahu Joseph.
 
Joseph turut memberi amaran agar jangan sesekali menceritakan perkara ini kepada orang lain.
 
“Ini rahsia besar. Tolong jangan hebahkan pada sesiapa,” tegas Joseph kepada Mat Nor.
 
Mat Nor  sudah mengagak dari awal, uasaha mengubah surah itu tidak akan berjaya. Kini dia bertambah yakin, memang ayat al-Quran tidak boleh diubahsuai dan keasliannya akan terpelihara sepanjang masa.  Sebelum balik ke kampungnya dia utara tanah air,  Mat Nor dipanggil sekali lagi oleh Joseph.
 
“Terima kasih kerana membantu kami. Inilah sedekah kami kepada kamu. Ambillah duit ini beberapa banyak yang Mat Nor nak”!  beritahu Joseph sambil menunjukkan sebuah kotak kecil yang penuh tersusun kepingan not RM50.
 
“Ambillah, jangan malu malu …..” pelawa Joseph.
 
Mat Nor teragak agak untuk mengambil wang tersebut tetapi setelah didesak beberapa kali, akhirnya dia mengalah. Tanpa melihat ke dalam kotak itu, Mat Nor mengambil secekak wang secara rambang.
 
“Cukup?” tanya Joseph.
 
Mat Nor mengangguk. Selepas itu dia dihantar pulang ke utara  dengan BMW yang sama semasa dibawa ke Kuala Lumpur, tiga minggu lalu. 
 
Sampai  dirumah, Mat Nor mengira duit yang diterimanya termasuk wang yang diambil dari kotak bersama Joseph, keseluruhannya sebanyak RM9,000! Itulah upah yang diterima untuk ubahsuai surah tersebut. Persoalannya mengapa mereka beria ia mahu mengubahsuai surah berkenaan?
 
“Saya pun tak tahu apa motif mereka sebenarnya. Bayangkan bilik saya menginap tu serba lengkap. Ada hawa dingin, tv, radio, katil, bilik mandi, almari, sejadah dan sebuah meja.  Di atas meja itu ada beberapa buah buku agama seperti fekah, tauhid, termasuk senaskah al-Quran. Semuanya baru. Siapa ada penunjuk arah kiblat lagi!
 
“Bila saya buka almari ada sepasang baju Melayu biru. Mulanya saya sangka baju tu milik orang lain yang pernah tinggal di bilik tu tapi rupa rupanya itu memang baju Melayu yang dibuat khas untuk saya. Bila saya pakai, muat muat aja.
 
“Begitu juga dengan sepasang kasut hitam di kaki almari. Bila saya cuba kasut  itu memang kena dengan saiz kaki saya. Tapi saya pelik juga, macamana mereka boleh tahu ukuran badan dan kaki saya dengan tepat, sedangkan saya tak pernah bagi ukuran badan mahupun saiz kasut kepada mereka. Bagaimana mereka tahu!” tanya Mat Nor.
 
Mat Nor memberitahu, selepas seminggu pulang ke rumah, pergerakannya sentiasa diekori dan dipantau orang orang dari rumah ibadat itu.  Setiap hari, ada sebuah kereta putih jenis proton akan parkir di tepi jalan tidak jauh dari rumahnya.  Apabila Mat Nor keluar ke bandar, dia juga terserempak dengan kereta yang sama. Apa tujuan mereka?
 
Sehingga hari ini Mat Nor masih tertanya tanya apakah masih wujud kegiatan seperti yang dialaminya 15 tahun yang lalu …….
 
MASTIKA Februari 2007 m/s 98 - 102
sumber asal http://grenbara.bravejournal.com