Pages

Showing posts with label dosa. Show all posts
Showing posts with label dosa. Show all posts

Sunday, January 20, 2013

Menghapus dosa di Sungai Gangga

Jutaan penganut Hindu mengambil peluang untuk
'membasuh' dosa di Sungai Gangga, India. - AGENSI
ISNIN lalu, jutaan penganut Hindu berkumpul di sepanjang Sungai Gangga di India yang dipercayai sungai suci bagi penganut agama itu untuk menebuskan segala kesilapan yang pernah dilakukan selama ini.
Ketika menyambut festival yang dipanggil Kumbh Mela itu, ada kalangan mereka yang bertelanjang bulat serta melumurkan badan mereka dengan abu dan ada juga yang berpakaian seperti biasa.
Bagi mereka merendamkan diri di Sungai Gangga yang terletak di utara Bandar Allahabad di negara itu merupakan proses membersih diri daripada segala dosa.
Penganjur festival tersebut, Mani Prasad Mishra berkata, hampir tiga juta penganut Hindu telah mandi di sungai tersebut pada hari pertama festival itu dan 11 juta lagi dijangka memasuki sungai itu sehingga berakhir festival pada 10 Mac ini.
Katanya, lebih 110 juta dijangka mandi di Sangam, satu kawasan yang menghubungkan tiga sungai iaitu Sungai Gangga, Sungai Yamuna dan Sungai Saraswati yang dipercayai bersambung di Allahabad yang terletak di utara negara ini.
Mereka percaya mandi di Sungai Gangga bukan sahaja mampu membasuh dosa-dosa silam tetapi juga memberi kerahmatan dalam kehidupan.
Dalam ritual tersebut, upacara mandi akan dimulakan dengan ‘orang kuat' penganut Hindu memasuki sungai tersebut terlebih dahulu.
Ketuanya kemudian melemparkan bunga ke arah penganut lain sambil melaungkan 'har har Gangga’.
Dalam perhimpunan penganut Hindu terbesar di dunia itu, kira-kira 50,000 anggota tentera dikerahkan untuk mengawal keselamatan penganut yang berkumpul di sungai tersebut.
Menurut mitos Hindu, perayaan Kumbh Mela disambut sebagai meraikan kejayaan dewa yang berlawan dengan roh jahat untuk mendapatkan semangkuk madu.
Mereka percaya satu daripada dewa mereka melarikan diri ke langit, sebelum madu tersebut tertumpah di empat bandar iaitu di Allahabad, Nasik, Ujjain dan Haridwar.
Penganut Hindu percaya dosa-dosa silam akan gugur sekiranya mereka menyucikan diri di sungai tersebut.
Keadaan itu memberikan semangat kepada mereka untuk 'berkampung' di sungai tersebut demi mendapat kerahmatan.
Malah ada dalam kalangan mereka yang sanggup mendirikan khemah di persekitaran sungai tersebut, semata-mata untuk mengambl peluang ‘membersihkan' dosa-dosa mereka. - AGENSI


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20130120/lu_07/Menghapus-dosa-di-Sungai-Gangga#ixzz2ITUinE8s
© Utusan Melayu (M) Bhd 

Wednesday, July 11, 2012

40 TAHUN BERBUAT DOSA


Dalam sebuah riwayat, bahawa pada zaman Nabi Musa 'alaihis salam, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: “Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!”
Kemudian berdirilah Nabi Musa bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahawa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.

Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: “Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, haiwan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.

Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi iaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.

Kepada Nabi Musa Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: “Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya.”

Nabi Musa kembali berkata: “Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Allah berfirman: “Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!.”

Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: “Wahai seorang hamba yang derhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, kerana kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!”

Mendengar seruan dari Nabi Musa itu, maka orang yang derhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahawa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: “Jika aku keluar dari rombongan ini, nescaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah Ta'ala.”

Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah derhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini.”

Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan hanya ditumpahkan saja dari atas langit.

Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa berkata: “Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?” 
Allah berfirman: “Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu.”

Nabi Musa berkata: “Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?”

Allah berfirman: “Wahai Musa, dulu ketika dia derhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"

WALAUPUN DOSA KITA SETINGGI GUNUNG...INGATLAH SAHABATKU, MAGHFIRAH DAN RAHMAT ITU ADALAH SETINGGI LANGIT...BETAPA SAYANGNYA ALLAH KEPADA KITA, MAKHLUK CIPTAAN-NYA..TETAPI KITA? MUHASABAH DIRI KITA SEJENAK....

Sunday, May 15, 2011

22 Hadis berkaitan dengan dosa


http://sabdaislam.files.wordpress.com/2009/12/clip_image00127.jpg?w=297&h=170&h=99
1. Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai. (HR. Aththusi)
2. Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. (HR. Ad-Dailami)
3. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali karena akibat dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya. (HR. Ad-Dailami)
4. Celaka orang yang banyak zikrullah dengan lidahnya tapi bermaksiat terhadap Allah dengan perbuatannya. (HR. Ad-Dailami)
5. Barangsiapa mencari pujian manusia dengan bermaksiat terhadap Allah maka orang-orang yang memujinya akan berbalik mencelanya. (Ibnu Hibban)
6. Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya. (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
7. Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Allah telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yang berbunyi : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Mashabih Assunnah)
8. Apabila suatu kesalahan diperbuat di muka bumi maka orang yang melihatnya dan tidak menyukainya seolah-olah tidak hadir di tempat, dan orang yang tidak melihat terjadinya perbuatan tersebut tapi rela maka seolah-olah dia melihatnya. (HR. Abu Dawud)
9. Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah maka ia akan memperoleh keridhoan Allah. (HR. Abu Ya’la)
10. Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
11. Jangan menyiksa dengan siksaan Allah (artinya: menyiksa dengan api). (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi)
12. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat. (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi)
13. Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka. Kemudian Rasulullah Saw membaca firman Allah Swt dalam surat Al An’am ayat 44 : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
14. Sayyidina Ali Ra berkata: “Rasulullah menyuruh kami bila berjumpa dengan ahli maksiat agar kami berwajah masam.” (HR. Ath-Thahawi)
15. Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku (Rasulullah Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. (1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. (2) Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. (3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. (4) Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. (5) Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
16. Tiada seorang berzina selagi dia mukmin, tiada seorang mencuri selagi dia mukmin, dan tiada seorang minum khamar pada saat minum dia mukmin. (Mutafaq’alaih)
Penjelasan:
Ketika seorang berzina, mencuri dan minum khamar maka pada saat itu dia bukan seorang mukmin.
17. Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. (Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali). Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau berucap palsu. (Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali, sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya). (Mutafaq’alaih)
18. Rasulullah Saw melaknat orang yang mengambil riba, yang menjalani riba dan kedua orang saksi mereka. Beliau bersabda: “Mereka semua sama (berdosanya)”. (HR. Ahmad)
19. Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya, “Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau lalu menjawab, “Laki-laki yang menyerupai perempuan, perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
20. Tiap minuman yang memabukkan adalah haram (baik sedikit maupun banyak). (HR. Ahmad)
21. Allah menyukai keringanan-keringanan perintahNya (rukhsah) dilaksanakan sebagaimana Dia membenci dilanggarnya laranganNya. (HR. Ahmad)
22. Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan orang yang merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya (artinya, merelakan isteri atau anak perempuannya berbuat serong atau zina). (HR. An-Nasaa’i dan Ahmad)
Rujukan :
http://sabdaislam.wordpress.com/

Sunday, May 8, 2011

10 Perkara Penghapus Dosa


http://peribadirasulullah.files.wordpress.com/2011/05/embun.jpg?w=196
Menurut Ibn Taimiyyah, terdapat 10 penghapus dosa berdasarkan penelitiannya kepada al-Quran dan sunnah.
1) Istighfar
2) Taubat
3) Mengerjakan amalan kebaikan yang menghapus dosa sebagaimana firman Allah dalam surah Hud :114
4) Musibah
5) Doa orang soleh
6)Penderitaan sakit saat sakaratulmaut menjemput ke alam barzakh
7) Azab kubur
8) Ketakutan yang sangat pada hari menghadap Allah pada hari kiamat kelak
9) Syafaat rasul
10)Rahmat daripada Allah
Syaikhul  Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahmengatakan,
Dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah menunjukkan bahwa ada sekitar sepuluh pelebur dosa, (rinciannya sebagai berikut):
Pertama: Taubat.
Hal ini disepakati oleh kaum muslimin. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa  semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Allah Ta’ala juga berfirman,
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?” (QS. At Taubah: 104)
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ
Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy Syura: 25). Dan masih banyak ayat-ayat lainnya semisal ini yang menunjukkan bahwa taubat akan melebur dosa.
Kedua: Istighfar (Mohon ampunan pada Allah).
Sebagaimana terdapat dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إذَا أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ : أَيْ رَبِّ أَذْنَبْت ذَنْبًا فَاغْفِرْ لِي فَقَالَ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْت لِعَبْدِي ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ أَذْنَبْت ذَنْبًا آخَرَ . فَاغْفِرْهُ لِي فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْت لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ قَالَ ذَلِكَ : فِي الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ
Jika seorang hamba berbuat dosa, lalu ia berkata: Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa, ampunilah aku. Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang Maha Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku telah mengampuni hamba-Ku.” Kemudian ia berbuat dosa lainnya, lantas ia pun mengatakan pada Rabbnya, “Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa lainnya, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang Maha Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku telah mengampuni hamba-Ku. Lakukanlah sesukamu (maksudnya: selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu, pen).” Kemudian ia pun melakukan dosa lain yang ketiga atau keempat.”[1]
Dalam shahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمِ يُذْنِبُونَ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُونَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
Seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah (beristighfar) dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.”[2]
Dapat kita katakan bahwa sebagai pelebur dosa ialah istighfar (mohon ampunan pada Allah) disertai dengan taubat. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada hadits,
مَا أَصَرَّ مَنْ اسْتَغْفَرَ وَإِنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Bukanlah orang yang terus berbuat dosa orang yang meminta ampunan (beristighfar) walaupun ia kembali melakukan dosa dalam sehari sebanyak seratus kali.[3]
Sebagian ulama mengatakan bahwa istighfar tanpa taubat pun dapat melebur dosa. Penjelasan lebih jauh tentang hal ini diulas di tempat lainnya. Karena istigfar yang disertai dengan taubat, itulah yang ada pada orang yang ingin bertaubat. Sedankan istighfar yang tidak disertai dengan taubat, maka ini akan didapati pada sebagian orang yang beristighfar, di mana istighfar mereka di dalamnya terdapat khosyah (rasa takut yang sangat pada Allah), ada pula rasa ingin kembali pada-Nya. Inilah yang dapat menggugurkan dosa-dosanya. Sebagaimana masalah ini dapat kita lihat tentang hadits “bithoqoh”, orang yang memiliki kartu “Laa ilaha illallah”. Kartu tersebut ternyata lebih berat dari dosa-dosanya yang begitu banyak. Ini semua karena ia memiliki shidq (sifat selalu membenarkan) dan ikhlas sehingga menghapuskan dosa-dosa yang ada. Begitu pula dosa seorang pezina yang ia memberikan minuman pada seekor anjing karena di dalam hatinya ada iman. Masih banyak contoh lainnya selain itu.
Ketiga: Amalan kebaikan sebagai pelebur dosa.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إذَا اُجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ
Di antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan yang berikutnya, akan mengampuni dosa-dosa di antara kedunya asalkan dosa-dosa besar dijauhi.[1]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.[2]
Dalam hadits lain, beliau bersabda,
مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.”[3]
Dalam hadits lain disebutkan,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amr ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).[4]
Hadits lain pula,
مَنْ أَعْتَقَ رَقَبَةً مُؤْمِنَةً أَعْتَقَ اللَّهُ بِكُلِّ عُضْوٍ مِنْهَا عُضْوًا مِنْهُ مِنْ النَّارِ حَتَّى فَرْجَهُ بِفَرْجِهِ
Barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukminah, maka Allah akan memerdakan setiap anggota tubuhnya dari neraka. Sampai pun kemaluannya yang ia memerdekakan, itu pun akan selamat.[5]
Hadits-hadits di atas dan semisalnya terdapat dalam kitab shahih.
Dalam hadits lain disebutkan pula,
الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَالْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api. Hasad akan memakan kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.”[6]
Yang menjadi masalah dalam memahami hadits-hadits di atas, ada yang memahami bahwa amalan kebaikan itu hanya menghapuskan dosa-dosa kecil saja. Adapun dosa besar, itu baru bisa terhapus dengan taubat. Sebagaimana dalam sebagian hadits disebutkan,
مَا اُجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ
Selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” Maka kami akan menjawab masalah ini dari beberapa sisi.
-Bersambung insya Allah pada bahasan bahwa kebaikan tidak selamanya menghapus dosa kecil saja. Nantikan pembahasan menarik dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah-
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7/489
sumber: peribadirasulullah

Thursday, January 27, 2011

Mereka yang melakukan dosa-dosa besar hanya perlu keputusan Allah SWT


http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRxWQV6jgg9J4PDUuCfAJ81mmyFBbPrVkY_fCPBg8KcXOT-F5iyRQ
Kita meyakini bahwa seorang muslim tidak menjadi kafir kecuali jika keimanannya gugur karena syirik atau hal-hal lain yang dapat menguggurkan keimanan, dan bahwa seorang muslim tidak menjadi kafir karena melakukan dosa besar selain syirik kecuali ia menghalalkannya, dan bahwa para pelaku dosa besar keputusannya tergantung kehendak Allah, jika berkehendak Allah mengadzabnya dan jika berkehendak Allah mengampuninya.
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa’: 48, 116).
Orang-orang yang melakukan kemaksiatan selain syirik keputusannya tergantung kehendak Allah, jika berkehendak Allah mengadzabnya dan jika berkehendak Allah mengampuninya. Namun demikian mereka masih dalam koridor Islam. Ayat tadi tentunya berbicara tentang ampunan yang tidak melalui taubat, karena jika berbicara tentang ampunan yang melalui taubat, tentunya tidak akan membedakan antara dosa syirik dengan selainnya, sebab setiap dosa akan diampuni jika bertaubat.
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.” (Al-Hujurat: 7).
Ayat ini membedakan antara kekufuran dan selainnya, yaitu kefasikan dan kemaksiatan (kedurhakaan).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.
“Mencela muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.” (Muttafaq ‘Alaih). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membedakan antara kefasikan dan kekufuran, dengan demikian diketahui bahwa kemaksiatan itu berbeda-beda.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
شَفَاعَتِيْ لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِيْ.
“Syafa’atku untuk para pelaku dosa besar dari umatku.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Syafa’at beliau untuk mereka adalah bukti bahwa mereka masih tetap dalam lingkup keimanan.
Ketika turun ayat: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82), hal ini terasa berat dalam hati para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga mereka bertanya, “Siapa di antara kami yang tidak berbuat zhalim?” Lalu turunlah ayat, “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (Luqman: 13). (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari). Di sini jelas dibedakan antara kezhaliman dan syirik, beliau menjelaskan bahwa tidak semua kezhaliman berarti kesyirikan, akan tetapi kesyirikan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Hukuman pun dibedakan tergantung kemaksiatan yang dilakukan. Syari’at yang suci telah menetapkan bahwa hukuman mencuri adalah potong tangan, hukuman zina adalah dijild (didera) atau dirajam (dilempari batu hingga mati), hukuman mabuk adalah dicambuk, hukuman murtad adalah dibunuh. Hal ini menunjukkan bahwa kemaksiatan itu berbeda-beda dan tidak dianggap sederajat.
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera.” (An-Nur: 2).
Dalam ayat lain disebutkan, “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan dari apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maidah: 38).
Dalam ayat lain disebutkan, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 4).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ.
“Barangsiapa yang mengganti agamanya (Islamnya) maka bunuhlah ia.”(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).
Beliau juga bersabda,
لاَ يَحِلُّ دَمُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ: اَلنَّفْسِ بِالنَّفْسِ وَالثَّيِّبِ الزَّانِي وَالتَّارِكِ لِدِيْنِهِ الْمُفَارِقِ لِلْجَمَاعَةِ.
“Tidaklah halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal: Jiwa dengan jiwa, orang tua yang berzina dan orang yang meninggalkan agamanya lagi memisahkan diri dari jama’ah.” (Muttafaq ‘Alaih).
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=2342&parent_section=kj075&idjudul=1




-peribadirasulullah

Sunday, December 5, 2010

..Sakit Adalah Kafarah Dosa..


Dalam satu waktu, Rasulullah menjenguk Salman al-Fahrisi yang tengah berbaring sakit. Rasulullah bersabda.

“Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”


Rasulullah pun melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit demam dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda.

"Janganlah kamu mencela demam. Karena sesungguhnya demam itu menikis kesalahan anak cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)

“Tidaklah orang Muslim ditimpa cobaan berupa penyakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan keburukannya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.”
(HR. Bukhari-Muslim)


Hikmah Ketika Sakit

Dalam sebuah buku yang berjudul Yasalunaka fi al-Dinwa al-Hayat dan dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima hikmah dari sakit yang dialami manusia.

Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk beristirahat. Kecendrungan manusia saat sehat adalah memperlakukan tubuhnya laksana robot. Ia terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan material tanpa henti dan tanpa memperhatikan kesihatan diri sendiri. Ia tidak menyedari bahwa otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan.

Maka ketika seseorang sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirehat, sambil melakukan introspeksi dan berpikir untuk memperbaiki pola hidupnya setelah ia sembuh nanti.

Kedua, sakit merupakan pendidikan. Ketika seseorang sakit parah, ia akan memahami betapa mahalnya nilai kesihatan. Ia pun rela mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan penyakitnya.

Ketika seseorang sakit, ia akan meresakan betapa nikmatnya selalu ditemani, dilayani, disediakan makanan, dan yang paling nikmat dihibur. Maka, setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika orang lain yang sakit.

Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan manusia. Ketika sihat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit menderanya, segagah apapun menusia, sebesar apapun manusia dan sebesar apapun pengaruhnya, ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika itu, ia tidak lebih dari tulang dan darah yang dibungkus kulit.

Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh yang soleh, orang sejahat apapun ketika sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi. Mulutnya tak mampu mencacimaki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyesalan.

Di samping itu, sakit yang diderita manusia merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. Dalam hadits diterangkan. “Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan  hidup, atau bahkan tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Muttafaq Alaih).

Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika seseorang sakit, kerabat dekat akan semakin dekat, kerabat jauh akan menjadi dekat dan yang kenal akan semakin akrab. Ketika seorang anak sakit, orang tua akan semakin sayang dan perhatian terhadap anaknya. Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan hormat kepada orang tuanya.

Alangkah mulianya Allah yang telah meciptakan segala-galanya tanpa sia-sia. Hanya satu sakit yang Dia timpakan kepada manusaia. Akan tetapi, begitu banyak kebaikan yang dikandungnya. Kebaikan bagi si sakit yang sabar, kebaikan bagi orang tua dan keluarga yang melayani, kebaikan bagi masyarakat yang berbondong-bondong menjenguk, kebaikan bagi semua doa yang terucap.

Nota: Penulis pun baru sembuh dari demam batuk dan selsema..tinggal batuk, sakit tekak dan selsema saja belum pulih sepenuhnya..Alhamdulillah sudah semakin sembuh..

Dalam keadaan situasi semasa yang begitu membimbangkan ini ikutlah langkah-langkah pencegahan yang diwar-warkan (berada ditempat sesak,melancong ke luar negara etc)..Kalau ada tanda-tanda sakit segeralah dapatkan rawatan…

Tuesday, May 25, 2010

4 KELEBIHAN KERANA MELAKUKAN DOSA

SAAD BIN HILAL BERKATA :

” Sesungguhnya bagi seorang hamba yang melakukan dosa,  Allah SWT akan memberi kepadanya  4 nikmat:

1-Rezekinya tidak akan hilang darinya.

2-Kesihatan tidak akan hilang darinya

3-Dosa tidak akan ditunjuk kepadanya di dunia.

4-Azab Allah tidak datang cepat kepadanya.

Semuanya ini kerana sifat Allah Yang Maha Mengasihani kepada    hambanya.
Nota :
Wahai saudara-saudari, maksud dari nikmat-nikmat tersebut adalah sebagai peringatan dari Allah SWT, yang mana  rezeki, nikmat kesihatan, balasan di dunia dan azab daripada Allah SWt tidak akan datang kepada pelaku maksiat sekelip mata kerana Allah SWT Maha Suci dari tidur dan lupa,  sepatutnya pelaku maksiat tidak perlu menunggu kedatangan azab Allah SWT baru bertaubat, kerana jika Taubat sebegini adalah seburuk-buruk taubat dan tidak memberi apa-apa erti kepada Allah SWT. Jika Allah menerima taubatnya,  dia tetap tidak layak menduduki Syurga Firdaus kerana Syurga Firdaus hanya di diami mereka yang tidak pernah melakukan dosa walaupun sebesar zarah.
Sementara pelaku maksiat yang tidak pernah ditimpa azab dan kesusahan di dunia ini, pasti mereka akan menerima azab sepenuhnya atau  100%   dari Allah SWT tanpa ada pengurangan sedikit pun di Akhirat kelak. sudah pasti azabnya amatlah dahsyat. Nikmat dan kesenangan hidup yang dia nikmati di dunia dahulu bukanlah nikmat pada hakikatnya kerana Allah memberi nikmat dan kesenangan tersebut tanpa redha tetapi nikmat tersebut diberi secara campak kepadanya dan di dalam keadaan marah dan Murka daripada Allah SWT. Tanpa disedari oleh pelaku maksiat tersebut, sebab itulah taubat yang dipersembahkan kepada Allah SWT tidak diendahkan oleh Allah SWT, malah Allah SWT telah mentaqdirkan kepadanya sebagai ahli atau penghuni tetap  di dalam neraka, sebagaimana firaun dan qorun.