Renungan 10 Minit Sebelum Tidur 9:
Jihad dari jenis lawan yang dihadapi, telah diterangkan dua jenis dalam huraian yang lalu, kini seterusnya…
Ketiga: Jihadul Kuffar.
Iaitu Jihad menghadapi orang kafir dengan memerangi dan membunuh mereka, dan mengerahkan segala yang diperlukan dalam peperangan baik berupa harta, jiwa dan yang lainnya sebagaimana sabda nabi Muhammad saw :
“Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, diri dan lisanmu.” (HR Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Baghawi dan Ibnu Asakir dari Anas RA)
Ia bertanya lagi : “Apakah Jihad itu? Beliau menjawab: “Engkau perangi orang-orang kafir jika engkau menjumpai dimedan perang.” Ia bertanya lagi : “Jihad macam mana yang paling utama?” Beliau menjawab : “Sesiapa yang dilukai anggota badannya dan dialirkan darahnya.” (HR Ahmad)
Sebagaimana telah dinyatakan dalam pembahasan pengertian Jihad bahawa lafaz Jihad fi Sabilillah dinyatakan secara mutlak, maka tiada lain yang dimaksud adalah jenis Jihad ini, iaitu Jihadul-Kuffar. Oleh itu jika status hukum Jihad ini sudah menjadi fardu ain maka kewajiban ini tidak dapat diganti dengan dakwah dan infaq atau amal-amal lainnya selain Jihad.
Adapun yang dimaksud dengan kaum Kuffar ialah Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani), Majusi, Shobiah dan non Muslim lainnya. Ahli Kitab diarahkan untuk membuat pilihan: memeluk Islam, atau masuk ke dalam jaminan kaum Muslimin dengan membayar Jizyah atau Perang.
Firman Allah:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (Agama Allah), (yaitu orang-orang) yagn diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar Jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS At-Taubah ayat 29)
Abu Buraidah dari ayahnya, ia berkata, “Jika Rasulullah SAW menyuruh seorang komandan perang atau sariyah, maka beliau SAW berwasiat khas kepadanya agar bertakwa kepada Allah dan mewasiatkan kebaikan kepada orang-orang Muslim yang bersamanya, kemudian beliau SAW bersabda:
“Berperanglah kalian dengan nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah orang-orang yang kufur kepada Allah. Berperanglah dan janganlah berlebih-lebihan, berkhianat dan mendendam. Janganlah membunuh anak kecil. Jika kamu menghadapai musuh dari kalangan orang-orang musryik, maka serulah mereka kepada tiga hal. Mana saja diantara tiga hal itu yang mereka penuhi, maka terimalah dan tahanlah dirimu untuk tidak memerangi mereka. Kemudian serulah mereka kepada Islam. Jika mereka memenuhinya, maka terimalah dan tahanlah dirimu untuk tidak memerangi mereka.
Kemudian serulah mereka agar berpindah dari daerah mereka ke daerah Muhajirin. Beritahukanlah mereka bahawa jika mereka mahu melaksanakannya, maka mereka akan mendapatkan seperti yang didapatkan orang-orang Muhajirin dan berkewajiban seperti kewajiban orang-orang Muhajirin. Jika mereka menolak untuk berpindah dari sana, maka beritahukanlah kepada mereka bahawa mereka seperti orang asing bagi orang-orang Muslim. Hukum Allah berlaku atas mereka seperti yang berlaku atas orang-orang Mukmin.
Mereka tidak mendapatkan sedikitpun dari harta rampasan perang dan Fa’i, kecuali jika mereka berperang bersama-sama orang Muslim. Jika mereka menolak hal itu maka mintalah Jizyah dari mereka. Jika mereka memenuhi seruanmu, maka terimalah dan tahanlah dirimu untuk tidak memerangi mereka. Jika mereka tetap menolak, maka mintalah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka. (HR Muslim dan Ahmad)
Adapun bagi kaum Kuffar lainnya selain Ahli Kitab dan kaum Murtad dari Islam, mereka diarahkan untuk memilih diantara dua pilihan: masuk Islam atau Perang.
Firman Allah..
“Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal:” Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam)… (QS Al-Fath 16)
Ahli Fukaha berbeda pendapat mengenai kaum kuffar selain Ahli Kitab:
Menurut Mazhab Hanafi:
Didalam Kitab Hasyiyah Ibnu Abidin, dinyatakan: Pasal Jizyah… Jizyah dibebankan kepada Ahli Kitab, dan Majusi, dan Wathani (penyembah berhala) yang berbangsa Ajam (bukan Arab dan bukan orang murtad). Oleh itu Jizyah tidak diterima dari Wathani yang berbangsa Arab dan dari orang Murtad. Mereka hanya disuruh memilih masuk Islam atau Perang.
Menurut Mazhab Maliki:
Didalam Kitab Bulghatus-Salik dinyatakan Pasal Jizyah: Harta yang dibebankan oleh Imam kepada orang kafir baik terhadap Ahli Kitab, orang Musyrik ataupun orang kafir selain mereka, walaupun kaum Quraisy.
Menurut Mahzab Syafi’i:
Didalam Kitab A-Um, Asy-Syafi’i menyatakan: Majusi itu beragama selain agama berhala, tapi dalam sebahagian agama mereka berbeda pula dengan Ahli Kitab dari Yahudi dan Nashrani sebagaimana Yahudi dan Nasrani berbeda pula dalam sebahagian agama mereka. Dan Majusi itu berada di satu kawasan bumi yang Ulama Salaf penduduk Hijaz tidak mengenal agama mereka sebagaimana mereka kenalnya terhadap agama Nasrani dan Yahudi. Dan Majusi itu adalah Ahli Kitab. Wallahu A’lam, mereka tercakup pada satu nama Ahli Kitab bersama Yahudi dan Nasrani.
Menurut Mazhab Hambali:
Didalam Kitab Al-Mughni, Ibnu Qudamah menyatakan: Ahli Kitab dan Majusi diperangi sehingga mereka masuk Islam, atau mereka membayar Jizyah dalam keadaan hina, dan orang-orang kafir selain mereka diperangi hingga mereka masuk Islam.
Bersambung…
Wassalam dari Ibnu Hasyim.