Monday, January 11, 2010

Kenapa Berhenti Jadi Ibu Kantoran?



Sudah ada yang menebak demi anak? Maaf Anda keliru. Its all about me, myself and I

Keputusan berhenti bekerja kantoran rasanya mungkin keputusan paling beresiko yang pernah gue renungkan (banyak sih keputusan yg lebih bersiko yg pernah gue bikin, tapi biasanya jarang pake proses perenungan wagagagagag). Prosesnya samsek gak sebentar.

Jaman dahulu kala, ketika orang masih maklum sayah jerawatan (skrg banyakan yg nuduh gue gak punya duit bakal perawatan, n sialnya…bener pula!) gue berkata pada calon suami (ketika itu): awas lu ya ngelarang gue kerja, kerja itu bukan buat duit aja taooo, itu tuh untuk keseimbangan jiwa, eksistensi diri! Nyaho siaaaaa???? Siaaaaaaa????? (untung kagak jadi suami beneran yak, kesian masing pacaran ajah udah sayah sia-sia-in kikikikik)

Lalu akhirnya Tuhan berbaik hati pada bang kribo dan menjodohkannya dengan sayah (wagagagag untung orangnya gak baca), dan kemudian dia juga beruntung berhasil menghamili sayah (wagagag lagih), dan lahirlah anak hasil kerjasama kami berdua, kemudian poros dunia pun bergeser….

Tiba2 kebanggaan akan pencapaian dalam kehidupan berkarier menurun drastis. Diiringi dengan pengetahuan yg semakin meningkat (pede aja ini mah) yang berakibat pada kemuakan akut terhadap industri, media khususnya. Dan proses tersebut pun berlangsung…..selama tiga tahun.

Jadi kalau ditanya, kenapa? Here are the answers

I’m not a multitasking kindda person
Had enough lah di kantor inget rumah, di rumah inget deadline kantor. Weekday gak kepegang urusan rumah, weekend udah penat jadi bawaannya pengen jalan-jalan, yg membuat urusan rumah kembali gak kepegang. Malem kecapekan (mending kalo capeknya selalu capek enak), pagi2 terburu-buru.

I lost passion in office things
Dua benefit kerja kantoran menurut sayah: Duit bulanan pasti + jenjang karier. Duit bulanan cencyuuu masih menarik, tapi toh masih bisa didapat dengan cara freelance, daaaan…. Dengan cara bersuami (wagagagag). Jenjang karier, gak minat samsek! Not anymore! Dan kenyataan bahwa kompetisi di dunia industri media toh tak seidealis pikiran naïf sayah ketika masih (diduga) perawan, jadi tidak ada yg menarik untuk diperjuangkan. Sementara selain benefit, ada pula kosekuensi kehidupan berkantor, macam: jam dan frekuensi kehadiran yang harus dimantain berada di batas normal, ada atau tidak kerjaan di kantor. Dealing with (super stupid) boss and co-workers, zero tolerance for mood-swings. Padahal sayah cuma senang menulis, sebagai satu2nya skill yang dikuasai. So I’ve been there, I’ve done that and I had enough!

As a planet…I’m just doing my destiny….stay close to the center of the galaxy
I need to close to her….sekali lagi, I NEED… Mungkin si eneng yg lebih sering bilang “bunda di rumah aja, sama isya” mungkin dia yg selalu meluk erat gak mau dilepas setiap bundanya pamit kerja, mungkin dia yg selalu menyambut bundanya pulang dengan raut gembira bercampur sedih sambil bilang “bunda sekrang pulangnya terlambat” But its me…its me the one who need to be sure that she knows how much her mom adore her. Beberapa saat setelah bundanya hilang di tikungan tiap pagi, dia bisa sibuk sama puzzlenya, sepedanya, ngobrol sama tukang sayur, atau pak bejo tetangga eni. Sementara bundanya termellow2 sepanjang depok-menteng, selama di menteng, dan sepanjang menteng-depok. 3 tahun….dan rasa itu tidak pernah berkurang. I need to be close with her!

She must knows that she’s perfectly as special as her sibling
Bagaimanapun gue berjanji untuk membagi perhatian secara proporsional dengan adiknya kelak, tapi prediksi realistisnya akan ada sedikit-banyak ‘goncangan’ yang terjadi. so I NEED to have special time with isya before the days come. Gue perlu merasa (setidak-tidaknya sudah mengusahakan) puas berduaan bersama si eneng sebelum kita bertigaan di rumah. Gue perlu merasa sudah mengusahakan membuat eneng tahu, bahwa bundanya benar-benar ingin selalu berada di dekat dia. Gue perlu merasa sudah membuat eneng mengerti,bahwa gue ada di rumah juga buat dia. Bukan selalu menolak ada di rumah ketika eneng minta, tapi tiba2 ada di rumah selama 3bln begitu adenya lahir. I need to make sure, that she feels special.

And of course he needs to know too ;)
Kasian juga ih si baby boy kesayangan sayah  pagi2 ngurus diri sendiri, weekend masih mesti kerja bakti di rumah. Apalagi selama ia berhasil menghamili istrinya, setiap pagi n weekend jadi lebih sibuk. Kalau lagi jalan bareng bertiga pun mesti total megangin eneng, secara perut yg ganjel gak memungkinkan emaknya yg ngejar2 eneng. Belom lagi kalau mesti lembur, kepikiran bininya pulang sama siapa, mana jauh pula, mana kehidupan dalam KRL seringkali kejam, terpaksa buru2 pulang sambil mindik-mindik dari si bos. Konsentrasinya pun pecah.

Oh yeah…. I know, mungkin gue baru seminggu ada di rumah, tap gue udah menyadari kok gimana gue merasa jauh lebih cakap menghadapi bos berperut six-pack daripada anak kucrit bersenyum jail. Gue tau akan resiko gue bosan, kehilangan kepercayaan diri karena merasa ‘kurang bermanfaat’, kangen dunia kantor dan semacamnya. Tapi biar hari itu tiba dengan sendirinya, dan biar gue melewati proses perenungan apapun yang gue butuhkan. Jadi nanti, kalau tiba-tiba ada postingan, kenapa gue kembali ngantor dan atau sebaliknya, itu adalah proses pendewasaan diri gue, keputusan yang diambil dengan penuh keyakinan dan kesadaran untuk mempertanggungjawabkannya. Merdeka!!! (doh kemana lagi nih dasi pramuka)

So ladies and gentleman……please excuse me, the infotaiment will start in a few minutes (ngambil bantal, pegang remote, lumayan…..sisa beberapa menit sblm bos besar pulang sekolah)