Jadi ceritanya kita lagi di rumah Eni. Bunda lagi beresin makanan Zeeva, Eni lagi beberes karena asistennya gak dateng hari ini. Zeeva yang ngeliat ada anak2 SLB yayasan deket rumah eni lagi pada olahraga di depan, langsung lari ke luar. Bunda biarin aja sih, pagernya kegembok ini. Bunda ngintip2 aja dari jendela. Keliatannya syisya Cuma berdiri di balik pager sambil teriak2 ‘kakaaaaaak...kakaaaaaak...’ manggil2 anak2 SLB itu. Gak lama Zeeva masuk ke dalam, si Eni yang pertama liat “zeeva, kamu makan apa?” zeeva langsung kaget, Bunda lebih kaget lagi waktu tau itu puntung rokok. Ya Allah...ini pertama kalinya Bunda histeris, teriak2 di depan Zeeva. Bunda bener2 kaget n takut zeeva kenapa2.
Zeeva juga jadi kaget, terus nangis kenceng. Untung Eni cool, biasanya sih eni yang histeris, tapi mungkin udah keduluan bunda

Duuuuh...bunda kesel banget sama yang buang puntung rokok sembarangan. Eh..ralat! Bunda benci banget sama yang namanya rokok dan segala hal tentangnya! Kenapa sih benda tak ada gunanya itu mesti diciptakan? Jadi inget puisi Taufiq Ismail
Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara- perwira
nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi
perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah...ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan
cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta
diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok
di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa
ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang
goblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning
dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang
sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul
khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi
itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat
berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan
api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
Taufiq Ismail berhasil dengan indahnya menyuarakan isi hati Bunda, dan mungkin isi hati jutaan orang lainnya. Kenapa ya, disaat kita tak pernah berhasil membantah ‘kejahatan’ rokok, dan tidak pernah berhasil menemukan ‘kebaikan’ rokok, kalau kita keberatan ada orang merokok di dekat kita –terutama kalau yang merokok itu teman sendiri- maka justru kita yang dianggap enggak ‘asyik’.

*gambar dipinjem dari sini *
Satu-satunya pembelaan para perokok yang sering sampai di telinga bunda adalah bahwa industri ini menghidupi banyak orang. Semua industri menghidupi orang-orang di dalamnya! Begitupun narkoba dan prostitusi, bahkan praktek korupsi dalam skala kecil dan besar. Dan silahkan bayangkan sendiri apa jadinya kalau semua industri itu terus dibiarkan ‘menghidupi banyak orang’ dan sementara ‘mematikan orang-orang lainnya’. Bukankah harusnya hak kita gugur ketika melanggar hak orang lain?
Ayah Zeeva merokok, untungnya sekarang sudah jauh berkurang. Dulu dia benar2 kayak kereta api yang gak pernah berhenti berasap. Tapi sekarang dia bikin peraturan untuk dirinya sendiri, hanya 3batang per hari. Kadang2 dilanggar, tapi tak jarang juga dia gak merokok sama sekali dalam satu hari. Bagaimanapun bunda enggak pernah ‘merestui’ setiap titik asap yang masuk ke tubuh Ayah. Yang pasti, Bunda gak bisa melarang orang untuk merokok begitu saja, tapi kalau mereka berkeputusan untuk meracuni diri sendiri, itu tidak berarti mereka boleh meracuni orang lain!!!
Sebenarnya bunda dah janji untuk mengisi blog ini dengan urusan cinta aja, gak boleh ada benci. Soalnya kan blog ini rencananya akan ‘diwariskan’ buat Zeeva. Dan Aybund pengen zeeva jadi manusia yang penuh cinta. Tapi, kalaupun harus ada benci yang tumbuh di hati zeeva, semoga itu untuk rokok!
God...how i hate that stupid-useless-9-inch-thing!