Showing posts with label cerpen. Show all posts
Showing posts with label cerpen. Show all posts

Kisah Sinan Membangun Pasar Rakyat

Adalah Ahmad Mimar Sinan, ketua RW 77 yang bagaikan mendapat durian runtuh kala para warga mengadukan tanah kosong seluas dua lapangan bola yang tadinya dijadikan tempat main sepak bola dan aneka olahraga lainnya oleh anak-anak muda, kini mendadak sepi. 

Penyebabnya sederhana, Pemerintah Kota alias Pemkot menggratiskan sebuah lapangan besar dekat kampung Sinan yang baru saja selesai dibangun untuk aktivitas warga kota. 

Jadilah anak-anak muda lebih senang datang ke sana karena tempatnya jauh lebih nyaman, rumputnya empuk terpelihara dan tersedia fasilitas penunjang seperti kamar ganti yang jauh lebih baik.














Sinan gembira mendengar pengaduan warga yang mendadak warungnya sepi atau yang khawatir jika dibiarkan kosong akan menjadi tempat berbuat yang bukan-bukan makanya mereka berharap Sinan memberi solusi.

Meskipun banyak usulan untuk menjadikannya Taman Bermain Anak, Kebun Buah-buahan, Arena Senam Pagi  atau bahkan amphitheater untuk pertunjukan kesenian tradisional-- Sinan lebih suka menjadikannya sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang jauh lebih bermanfaat bagi warga daripada sekedar tempat rileks menikmati taman, hiburan atau olahraga.

"Bapak-bapak sekalian, saya punya usulan yang jauh lebih bermanfaat daripada menjadikan lahan kosong kita -- yang sangat langka dimiliki oleh kampung lain --  sebagai tempat bersenang-senang, menghibur diri atau arena berolahraga. Saya akan menjadikannya pasar gratis yang bebas biaya sewa bagi siapa saja warga yang mau berjualan!"

Mendadak para hadirin pada sidang RW menjadi riuh rendah saling berbicara satu sama lain karena saking kagetnya. Pasar gratis bagi semua pedagang adalah sebuah ide yang luar biasa baru bagi mereka. Seketika juga mereka ingat bahwa selama ini mereka memiliki produk-produk yang dipasarkan lewat para pemilik toko besar. Marginnya tipis karena toko-toko besar itu harus menyewa tempat di Mal yang mahal.

Kini mereka punya tempat berjualan sendiri yang gratis!. Sesuatu yang sama sekali tak terbayangkan. 

Cara Unik Salihara Dandot Membangkitkan Sensasi Kenikmatan Bekerja Kawula Muda saat Memperingati Ulang Tahun Kotanya

Salihara Dandot sebagai ketua RW-09 dengan suara berat mengemukakan pendapatnya. Sebelumnya para tetangga telah mengusulkan macam-macam perayaan menghadapi ulang tahun kota. Ada yang mengusulkan pentas dangdut, lomba nyanyi, pentas tari-tarian, aneka kesenian tradisional sampai festival kuliner. Bahkan ada yang mengusulkan fashion show pakaian tradisional. Kini Salihara mengemukakan sesuatu yang berbeda.

Semua usulan yang masuk adalah hiburan. Sedangkan warga jarang melakukan sesuatu yang serius secara bersama. Mereka sibuk, dan saat-saat perayaan ulang tahun kota ini adalah saatnya warga berkumpul dan melakukan kegiatan bersama. 

Salihara ingin warga mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat daripada sekedar hiburan. Bukankah sayang sekali waktu berkumpul yang sangat jarang ini kok hanya untuk bersenang-senang, bukan mengerjakan sesuatu yang lebih besar.

"Saya pikir saat ini bukanlah saatnya untuk bersenang-senang. Banyak tetangga kita yang sedang kesusahan karena bisnisnya merosot atau sedang menghadapi PHK. Kita lebih baik melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dalam kebersamaan kita. Kita jarang-jarang bisa melakukan kegiatan bersama -- jangan sampai hanya diisi dengan hiburan, kuliner dan fashion. Kita sanggup melakukan sesuatu yang lebih besar, lebih bermakna, lebih berarti dan manfaatnya kita rasakan selama-lamanya!" kata Salihara memulai kata-katanya dengan roman muka penuh semangat.

Hadirin diam mendengar kalimat yang muncul dari Pak Ketua RW. Mereka kaget dengan preambule Salihara yang langsung menepis aneka acara hiburan yang mereka usulkan. Diam-diam warga merasakan kebenaran di balik kata-kata Salihara tentang tetangga-tetangga mereka yang kesusahan secara ekonomi. Namun mereka tidak tahu arah kata-kata Salihara.

"Saya mengusulkan kita membenahi fisik kampung kita. Kita bareng-bareng menyisingkan lengan mengerjakan usulan yang pernah kita setujui dalam rapat RW setahun yang lalu. Kita pernah sepakat untuk merobohkan pagar-pagar rumah kita supaya tersedia lebih banyak ruang kosong untuk kita bersama. Manfaatnya akan kita rasakan jangka panjang. Anak-anak punya ruang untuk bermain lebih luas. Lebih banyak tanaman-tanaman yang bisa kita tanam serta kampung kita akan terlihat lebih lega, udaranya segar dan suasananya lebih asri" lanjut Salihara, 

Bagaimana Raijo membuat orang-orang merasa kehilangan

Namanya Raijo. Pekerjaannya mengurus kebersihan masjid besar. Mulai dari mengepel lantai, menyapu halaman masjid, bersihkan kamar mandi hingga melakukan perbaikan jika ada kerusakan perlengkapan elektronik masjid seperti AC dan sound system.

Namastra Raijo Shalahuddin tidak mau dibayar dalam mengerjakan semua keperluan masjid itu.  Dia mendapat nafkah dari ngebengkel angkot-angkot yang ngetem di jalan raya yang membentang di depan masjid.

Para sopir mengenalnya sebagai Jo-Tokcer. Imbuhan tokcer itu menunjukkan tingginya ketrampilan dalam mereparasi kerusakan mesin mobil. Lima tahun sekolah di Kyoto ditambah 10 tahun pengalaman kerja di seluruh penjuru Jepang telah membuatnya menjadi seorang ahli mesin yang matang.

Uniknya Raijo baru mulai bekerja selepas sholat dhuhur. Padahal dari sebelum Shubuh dia sudah di masjid. Sehabis sholat Shubuh Raijo biasanya mengajar anaknya dan anak-anak tetangga membaca Al Quran. Kemudian dilanjutkan tilawah Al Quran hingga matahari terbit. Lalu Raijo pulang ke rumah untuk sarapan, serta membantu istrinya beberes rumah. 

Ketika Ibu Sukat melabrak Warnet Games Online di RW 09

Sebagai Ketua RW 09 - Pak Wage tidak bisa berdiam diri lagi ketika kehebohan muncul di wilayahnya. Ibu Sukat melabrak warung internet merangkap tempat permainan games online milik Pak Hendrix -- dan mengusir anak-anak yang sedang asyik main games. Gara-garanya Pak Hendrix mengingkari janji yang pernah diucapkan dihadapan warga kampung. 













Dulu sewaktu warga keberatan saat Pak Hendrix akan mendirikan warnet -- dia berjanji tidak akan membiarkan anak-anak berseragam sekolah main games online, ataupun membiarkan mereka merokok di sana. Dia juga berjanji menutup warnetnya jam 9 malam supaya anak-anak tidak begadang di sana.

Belakangan warga memergoki Pak Hendrix mengingkari semua janjinya. Anak-anak berseragam sekolah memenuhi warnetnya dibiarkan saja. Termasuk pada saat jam sekolah. Dia juga membiarkan anak-anak merokok di sana, bahkan menyediakan rokok yang dijual secara batangan kepada mereka. Warnetnya juga baru tutup lewat tengah malam. 

Banyak anak-anak yang pulang sekolah bukannya ke rumah dulu, tetapi langsung nongkrong di warnet hingga malam hari. Tentu saja para ibu kelabakan dengan kelakuan baru anak-anak mereka. Keresahan muncul sejak lama -- tapi baru muncul ke permukaan setelah Ibu Sukat memergoki anaknya merokok sambil nongkrong di warnet.

Awalnya Ibu Sukat berusaha bicara baik-baik pada Pak Hendrix. Namun jawaban Pak Hendrix sungguh tidak mengenakkan hatinya. Dikatakannya Ibu Sukat berpikiran kuno dan mendidik anak adalah tugas orang tuanya. Pak Hendrix mengatakan dia tidak pernah memaksa anak-anak itu datang ke warnet atau membeli rokok yang disediakan di warnetnya.  Tugas orang tua untuk membuat anak-anak tidak tergoda dengan tawaran-tawaran yang disediakan warnet Pak Hendrix.

Istri yang Sempurna

Namanya Zayn Abdul Malik Marwan. Laki-laki usia sembilan belas tahun. Lulusan SMK swasta di kampungnya, Cipaganti Wetan. 

Sejak selesai sekolah dua tahun lalu, Zayn bekerja sebagai penjaga toko di Bandung. Kini dia ngontrak kamar 2x3 meter berjarak lima belas menit bersepeda menuju Grage Mal tempatnya bekerja. 

Tubuhnya yang jangkung itu dulunya kurus kering, sekarang dari hari ke hari semakin berisi dan sehat karena aktivitas fisik bersepeda setiap hari. Limabelas menit saat berangkat, dan bisa satu jam saat pulang kerja karena dia sengaja mencari jalan memutar sambil berolahraga. 

Meskipun belakangan ini frame sepedanya mulai terasa kurang nyaman, Zayn masih rajin bersepeda walau dengan hati galau -- bukan galau karena sepedanya, tetapi karena sebab lain.

Teman-teman sekolah Zayn satu persatu menikah. Ada yang menikah dengan teman kerja di kota, dengan teman di kampung, dengan saudara jauh, dan bahkan dengan sesama alumni SMK di kampungnya. 

Bukan iri hati yang membuat Zayn galau, tetapi tawaran dari Ibu Kost yang telah 2 tahun ditempatinya yang membuatnya gamang.

Ibu Kost yang sudah sepuh itu menawarkan kepada Zayn untuk menikahi putrinya. Dikatakannya putrinya tertarik pada Zayn karena kebiasaan Zayn yang setiap sore mengajar mengaji dan bercerita tentang kisah para nabi kepada anak-anak kecil yang tinggal di sekitar tempat kost. Sebuah kebiasaan lama dirinya selama di kampung yang dibawanya ke kota.

Kejutan Manis Ibu Kost Anggi yang Jelita

Enam bulan sudah Anggi bersekutu dengan mahasiswi-mahasiswi tetangga kostnya menggarap anak-anak sekitar. Kamar kostnya semakin semarak dengan kehadiran anak-anak selepas maghrib. Materi mengaji-pun semakin canggih saja. 

Beberapakali mereka mendatangkan guru tahsin untuk mengasah kemampuan mereka dalam membaca Al Quran. Juga koleksi buku-buku kisah para nabi dan para sahabat telah menggunung. Selingan dongeng itulah daya pikat bagi anak-anak agar antusias mengaji. Tanpa diduganya malam itu Anggi mendapat kejutan besar dari Ibu Kost.




















Ibu Kost yang sudah berumur tetapi masih berwajah rupawan dengan kulit putih kemerahan, mata belo, alis hitam tebal dan hidung yang tinggi melancip itu memanggil Anggi pada suatu malam. Diam-diam selain mengagumi masakannya yang sangat enak -- Anggi juga mengagumi kemampuan Ibu Kost menjaga kebugaran tubuhnya sehingga kesegaran paras wajahnya tidak pudar walaupun sudah lanjut usia. 

Diajaknya Anggi masuk ke ruang makan untuk berdua menikmati hidangan khas nasi liwet lengkap dengan lauk pauknya. Setelah mereka berdua menyelesaikan makanannya mulailah Si Ibu menyampaikan maksudnya. 

Cerita Pendek Kancil Mencuri Mentimun

Sang Kancil tak pernah menyangka peristiwa hari itu akan mengubah secara total hidupnya. Sore itu Sang Kancil yang masih remaja belia baru saja beranjak keluar hutan setelah seharian menempuh perjalanan dari rumahnya -- sebuah gua cantik di tengah hutan. 

Tepat di pinggir hutan ada tebing dengan dinding yang melandai. Sang Kancil sedang melangkah menuruni tebing itu ketika tiba-tiba tanah yang diinjaknya ambles sehingga Sang Kancil tergelincir dan meluncur cepat ke arah bawah tebing. 





Sang Kancil berteriak panik sambil kakinya terus melangkah dengan cepat agar keseimbangan tubuhnya terjaga dan dirinya tidak jatuh terguling-guling. Laju luncuran tubuh Sang Kancil semakin lama semakin cepat sebelum akhirnya menubruk patung orang-orangan yang berada di pinggir kebun mentimun di dasar tebing.

Hewan cerdik itu bernafas lega mendapati kakinya dan tulang-tulang tubuhnya tidak patah. Namun sejenak kemudian dia sadar bahwa orang-orangan ini telah dilumuri getah yang sangat lengket sehingga dirinya tidak bisa lepas darinya.  Tak berapa lama kemudian Sang Kancil mendapati dirinya dimasukkan karung dan dibawa Pak Tani meninggalkan ladang di tepi hutan. 

Sepanjang jalan didengarnya Pak Tani mengomel tentang para pencuri mentimun yang harus diberi pelajaran. Sadarlah Sang Kancil bahwa dirinya dituduh sebagai salah satu pencuri mentimun -- artinya banyak pencuri mentimun yang menjarah ladang Pak Tani.

Sang Kancil diikat di sebuah pohon jeruk bali di kebun belakang Pak Tani. Tatkala dia mengamati area sekelilingnya, dilihatnya banyak binatang yang bernasib sama dengan dirinya. 

Ada seekor rusa jantan yang terikat di pohon pete. Ada kambing hutan yang diikat di pohon mandingan. Seekor banteng kecil diikat di pohon mangga. Beberapa binatang lain dikurung dalam kurungan dari kayu. Dari jumlah yang hanya seekor dan perlakuan diikat atau dikurung terhadap mereka, Sang Kancil menyimpulkan mereka juga dituduh mencuri di ladang Pak Tani. Binatang piaraan Pak Tani biasanya jumlahnya banyak dan tidak diikat.

Cara Manis Anggi Berbagi

Semua diawali ketika Anggi membuka kamar kostnya untuk tempat mengaji anak-anak sehabis maghrib. Kamar yang cukup luas - 4 x 5 meter itu mendadak jadi ramai anak-anak sekitar yang belajar mengaji. Awalnya guru mengaji hanya Anggi seorang diri. Tapi dengan cepat beberapa minggu kemudian telah bertambah dengan beberapa mahasiswi yang kost di sekitar tempat kost Anggi. Tentu saja tanpa bayaran -- bahkan mereka senang bisa berkumpul dengan "tetangga sesama anak kost" yang selama ini tidak saling kenal.

Mulanya hanya cara membaca Al Quran saja. Tapi lama-lama Anggi jadi ingin berbagi cerita kepada anak-anak tentang segala hal yang berguna bagi masa depan mereka. Anggi menyelingi pengajian dengan cerita-cerita tentang pengalaman hidupnya yang dirasa akan  bermanfaat bagi anak-anak. Kemudian dia beralih dengan menceritakan kisah-kisah tentang para nabi. Berselang-seling dengan kisah tentang para sahabat nabi. Tanpa disadarinya cerita-cerita tersebut telah membuat acara mengaji di kamarnya menjadi favorit anak-anak dan membuat peminatnya bertambah banyak.  

Lukisan Hujan

Hujan rintik-rintik tatkala aku duduk di lantai dua sebuah warung sop ayam. Di mejaku telah tersaji sop ayam yang masih mengepulkan uap yang menyeruakkan aroma kegurihan yang menggoda. Di sisinya segelas kopi panas menghembuskan kesegaran khas kopi arabica yang menggairahkan. Sebagian isi mangkok sop ayam telah beralih ke dalam perutku. Sementara dari  jendela yang menganga di depanku terlihat kehebohan di jalanan akibat turunnya gerimis.



















Seekor kucing kecil nampak meloncat-loncat gembira diantara tiga orang gadis kecil yang bermain kejar-kejaran di trotoar. Gadis kecil berambut panjang mengejar-ngejar dua orang temannya, seorang anak perempuan berambut pendek dan berhidung mancung, serta seorang lagi anak bertubuh tinggi, ramping dan berambut kriwil. Dua anak itu ketawa-ketiwi menggoda si rambut panjang yang tak kunjung bisa menangkap mereka berdua. Kala hujan semakin menderas, tiga gadis kecil yang awalnya  berkeras diri terus bermain tanpa menghiraukan tetesan air akhirnya menyerah -- dan berteduh di warung kelontong di pinggir jalan. 

Si kucing kecil nampak bingung sejenak ditinggalkan oleh kawannya bermain. Lalu setelah sesaat terbasahi hujan, nampaknya dia tersadar dan buru-buru dia berteduh di kios parfum yang terletak di samping warung kelontong. Lambat tapi pasti kios penjual parfum isi ulang itu semakin mirip kamp pengungsian akibat banyaknya pengendara motor yang berhenti dan numpang berteduh di sana. Motor-motor dibiarkan basah kuyup, berserakan di pinggir jalan dan di atas trotoar -- sementara para pengedaranya menyelamatkan diri dari guyuran air hujan.

Kucing kecil terlihat kurang berani masuk ke dalam tokom parfum. Tubuhnya yang mungil lambat laun semakin terdesak, kuwalahan mencari tempat berpijak, dan semakin tersingkir akibat rapatnya barisan kaki manusia yang berdiri berjajar di teras toko. Akhirnya dia lari ke kios jam yang terletak di samping kios parfum. 

Seorang pegawai toko jam terlihat masih sibuk menurunkan tirai kayu untuk mencegah tampias air hujan masuk ke dalam toko. Setelah selesai menurunkan tirai kayu,  dia mendapati tirai kayu itu telah berdebu dan ditumbuhi sarang laba-laba. Mungkin dia pegawai baru yang tidak tahu bahwa para pekerja toko itu sudah lama tidak menggunakan tirai kayu. Saking lamanya tidak digunakan akibatnya dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Maka dikeluarkannya sapu untuk membersihkan. Dengan nalurinya si kucing kecil lari terbirit-birit ketakutan melihat pagawai toko jam mengeluarkan sapu. Disangkanya bakalan digebuk dengan sapu. Dia lari ke sebuah gardu kecil di sebelah toko jam. 

Beberapa pengendara motor masih nampak lalu lalang di jalan tanpa menghiraukan rintik hujan yang mulai bertambah deras. Sejumlah pekerja penggali gorong-gorong nampak menghentikan pekerjaannya, dan buru-buru berlari menuju gardu kecil di sisi toko jam. Awalnya si kucing kecil hanya beringsut ke pojokan gardu. Namun seiring semakin banyaknya tukang gorong-gorong yang berteduh, dia terlihat mulai takut. Pelan-pelan kucing kecil itu beringsut ke depan, kemudian keluar gardu, dan berlari kencang menyeberang jalan. 

Seusai menyeberang jalan, si kucing kecil menghilang dibawah rak koran dan majalah milik penjual  koran yang memajang dagangan tepat di bawah warung sop ayam. Rak tersebut telah diselubungi plastik bening untuk mencegah barang dagangannya basah oleh air hujan. Si penuual koran tidak terlihat batang hidungnya. Mungkin dia sedang asyik mengobrol dengan tukang parkir entah di mana.

Hujan turun semakin lebat. Hembusan angin menciptakan ilusi kabut air yang mulai terlihat menghalangi jalan. Beberapa pengendara motor yang tadinya nekad menerobos jalan kini mulai pada menyerah, dan berteduh di teras toko. Toko-toko di seberang jalan  praktis telah tertutup oleh orang-orang yang sedang berteduh. Beruntunglah penjual mie gelas yang ikut berteduh di toko parfum. Nampak wajahnya dengan riang melayani para peteduh yang mendadak antri membeli mie gelas setelah salah satu diantara mereka memulai memesan. Sepertinya aroma gurih mie rebus telah merangsang hidung para peteduh, dan menggerakkan perut mereka untuk menagih jatah makan siang.

Krek-krek-krek....bruuuk!. Tiba-tiba di dak beton di depan jendela warung sop ayam muncul si kucing kecil. Aku kaget setengah mati melihatnya tiba-tiba muncul di hadapanku. Seolah-olah dia tahu dari tadi kuamati tingkah lakunya. Rupanya si kucing kecil memanjat rak koran, lalu melompat ke pohon palem yang dibiarkan tumbuh tinggi di samping warung sop ayam, lalu melompat ke dak beton di lantai dua. Sebuah kejutan kecil yang membuatku terkesima.

Si kucing kecil nampak mengibas-ngibaskan ekornya. Beberapa kali dia menggoyangkan tubuh untuk menghilangkan tetesan-tetesan air yang membasahi bulu-bulunya. Lalu dia menatapku dan mulai mengeong. Terus mengeong seolah tahu dia bakal mendapat sesuatu. Tiba-tiba aku terinspirasi. Diantara sop ayam ini ada gajih-gajih yang sebaiknya tidak kubiarkan masuk ke dalam perutku. Maka aku ambil gumpalan-gumpalan lemak itu dan kulemparkan ke depannya. 

Seorang gadis berambut sebahu dan bermata jeli yang duduk di meja sampingku rupanya mengamati aku saat memberikan gajih-gajih itu, lalu mengomentari betapa lucunya si kucing kecil. Diambilnya potongan-potongan daging dari piringnya dan dilemparkan ke dapan kucing kecil. Lalu dia mengajak mengobrol tentang hujan dan perilaku orang-orang di jalan tatkala hujan turun. Selintas aku berpikir dia mungkin seorang mahasisiwi psikologi atau seorang wartawati majalah lifestyle. Keriangan yang menyeruak disela-sela celotehnya tiba-tiba mengingatkan aku pada keriangan si kucing kecil. 

Di depan jendela si kucing kecil nampak riang menyantap makan siangnya sambil matanya sesekali mengawasi toko kelontong. Barangkali dia masih berharap seusai hujan, tiga orang teman kecilnya akan kembali bermain di trotoar (Undil-2014).

gambar diambil dari fineartamerica

Arya Penangsang dan Para Penyembah Ikan

Matahari telah condong ke barat tatkala rombongan berkuda itu tiba di sebuah desa di tepi pantai. Ada sepuluh orang berkuda pada rombongan itu. Paling depan adalah seorang anak muda berbadan tinggi, berambut lebat dan beralis tebal. Hidungnya yang mancung membuatnya berbeda dengan orang-orang yang berada di rombongannya. Dia mengenakan pakaian atas dan bawah dari katun berwarna putih, dengan sorban melilit kepalanya. Di belakangnya ada sembilan orang berpakaian biru dan bercelana panjang merah dari katun. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro berkibar menutupi punggung mereka.




















Ketika memasuki halaman balai desa tempat Ki Lurah berada, mereka turun untuk meminta ijin mendirikan tenda di lapangan rumput di samping balai desa. Rombongan itu bermaksud bermalam di situ. Ki Lurah yang sudah tua mengijinkan rombongan itu menginap. Tanpa disadarinya kedatangan orang-orang itu telah membuat  sebagian warga tidak senang. Termasuk Jaluningratan, tokoh pemuda desa yang memiliki ratusan pengikut setia. duniashinichi.blogspot.com

Pagi-pagi ratusan pemuda yang tidak senang itu telah mengepung tenda dan berteriak-teriak menyuruh para penghuninya keluar dari dalam tenda. Dua orang yang berjaga di depan tenda nampak telah bersiaga jika para pemuda desa itu tiba-tiba menyerbu. Sesaat kemudian si pemuda jangkung nampak keluar tenda, disusul oleh tujuh orang lainnya.

"Hai kalian para pengacau. Bukankah kalian yang enam bulan lalu membuat para penduduk desa tetangga meninggalkan sesembahan kami dan tidak mau lagi menyerahkan 100 ekor kerbau untuk dikorbankan pada Sang Ratu dari lautan?" teriak  Jaluningratan

"Sabar teman. Kami bukanlah pengacau. Kami hanya rombongan yang sedang melintas di tempat ini" jawab seorang setengah baya berjenggot mencoba menenangkan.

"Kalian jangan berpura-pura! Kalian telah mempengaruhi orang-orang di sini. Hai kau anak muda, kau pasti pemimpin rombongan ini. Siapa namamu?" lanjut  Jaluningratan

"Aku Arya Penangsang. Hamba Allah, santri setia Sunan Kudus dan Ksatria Demak Bintoro yang telah bersumpah untuk membela kebenaran. Kami sedang dalam perjalanan dakwah ke ujung timur pulau Jawa" jawab anak muda jangkung itu.  

"Kau, kau..... kau Pangeran Arya Penangsang dari Jipang Panolan itu?.  kata Jaluningratan dengan gugup

Tanpa sadar Jaluningratan mundur tiga langkah ke belakang karena terkejut mendengar nama Arya Penangsang. Namun kemudian dia berbisik-bisik dengan seorang berambut gondrong dan berpakaian hitam-hitam disampingnya yang kemudian menepuk-nepuk punggung Jaluningratan, seolah sedang berusaha membesarkan hatinya. 
 
"Pangeran!. Lihatlah dirimu telah dikepung ratusan anak buahku! Kau boleh gagah perkasa bersama pasukanmu, tapi di tempat ini kau yang hanya ditemani beberapa pengikutmu adalah seorang pesakitan!. Kau telah membuat penduduk desa tetangga menghianati dewa kami. Kau tak bisa diampuni. Kalian adalah tawananku. Hari ini kau harus menyerah padaku, atau kubunuh kalian semua di tempat ini" teriak Jaluningratan setelah berhasil menguasai diri. Nampaknya dia sengaja berteriak lantang untuk membesarkan hatinya yang mulai diliputi rasa takut.

Orang tua berjenggot yang berdiri di samping Arya Penangsang berbisik kepada anak muda itu. Dikatakannya bahwa penduduk desa ini unik, memiliki kepercayaan berbeda dengan tempat lain. Mereka adalah para penyembah makhluk penghuni lautan. Menurut laporan-laporan yang masuk ke Jipang Panolan, di wilayah ini masih banyak penduduk yang percaya pada kekuatan para penghuni lautan. Makhluk yang paling mereka takuti adalah makhluk raksasa yang terkadang muncul di lautan. Mereka menyebutnya Sang Ratu dari lautan. Ratu yang sangat besar dan konon bisa menyemburkan uap air dari kepalanya.  Setiap tahun ratusan kepala kerbau dibuang ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Ratu.

Selama ini belum pernah ada laporan penduduk desa melakukan kekerasan terhadap para musafir. Namun agaknya pengaruh Demak Bintoro yang telah menyentuh desa-desa tetangga membuat pengaruh para penyembah ikan merosot dan membuat sikap mereka kepada orang-orang asing berubah.

Arya Penangsang - Kisah Tohpati Sang Panglima Jipang Panolan melawan Perampok Kademangan Pudak Muncul

Sebanyak 40 orang pasukan senapan Jipang Panolan itu beristirahat di pendopo. Sepatu-sepatu kulit mereka dilepas di bawah tangga pendopo. Pasukan itu mengenakan seragam celana panjang warna merah dari kain yang tebal, kemeja lengan panjang warna biru dari katun, serta mengenakan sabuk kulit besar tempat mengaitkan pedang, dan aksesories tempur lain. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro dikenakan dipunggung sebagai tanda kebesaran pasukan, dan kupluk coklat menutup kepala mereka yang rambutnya dicukur cepak.


 






















Para Ksatria terlihat duduk-duduk di atas tikar sambil melepas lelah setelah semalam bertempur. Sebagian dari  mereka sibuk mengelap dan meminyaki senapan lontak. Sebagian yang lain memeriksa kelengkapan tempur seperti teropong binokuler, topi baja, pedang perunggu, bola-bola timah peluru, kantong penyimpan mesiu dan tongkat pelantak yang digunakan untuk memasukkan peluru ke dalam moncong senapan.

Seorang ksatria berpakaian putih-putih dan bersorban nampak memeriksa tubuh teman-temannya satu persatu dengan seksama sambil sesekali memberi nasehat. Dia juga memberi butiran-butiran ramuan untuk prajurit yang terlihat kelelahan. Nampaknya dia adalah seorang dokter militer yang biasa terdapat pada kesatuan militer modern yang akan melakukan perjalanan jauh. Sementara puluhan kuda Arab tunggangan para prajurit itu ditambatkan di samping pendopo, beserta dua buah kereta kuda berisi penuh buku-buku tebal yang masing-masing ditarik dua ekor kuda. Kuda-kuda setinggi orang dewasa itu nampak sedang diberi makan dan dimandikan oleh para pekatik Ki Demang Pudak Muncul. 

Panglima pasukan kecil itu adalah seorang pemuda berbadan tinggi, ramping, berhidung bangir,  sigap gerak geriknya. Pertempuran semalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang musketer yang memiliki kemampuan menembak jitu. Dia adalah murid Sunan Kudus yang terkenal cerdas dan berani. Fasih berbahasa Arab, bahasa Turki, dan tentu saja mengusasai bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan di kepulauan nusantara. Selain cakap dalam ilmu militer dia juga memiliki kemampuan dalam ilmu ekonomi sebagai hasil mendalami risalah-risalah Ibnu Khaldun selama berada di Turki. Ibnu Khaldun adalah bapak ekonomi modern asal Tunisia. Kemampuan ilmu ekonomi ini sangat penting bagi negara maritim seperti Demak Bintoro yang mengandalkan pemasukan dari perdagangan.

Namanya Tohpati. Seorang perwira muda yang mendapat pendidikan khusus oleh Brigade Janissari di Enderun Akademi, Istambul. Tohpati juga berpengalaman dengan serangkaian pertempuran bersama pasukan Janissari melawan batalyon-batalyon Eropa di medan tempur yang membentang luas dari Serbia, Hungaria, Kroasia, Austria, Rhodes hingga Pulau Malta. Di mata Ki Demang Pudak Muncul, kemampuan tempur pasukan Tohpati tadi malam benar-benar mencerminkan keharuman nama Ksatria Jipang pimpinan Pangeran Harya Penangsang yang terkenal sebagai barisan Ksatria Demak Bintoro yang sangat disegani oleh para penjelajah Eropa baik di lautan maupun di daratan. 

Peristiwa Setelah Ketua RW Menolak Perbaikan Jalan

Amoroso selaku ketua RW 5 menolak permintaan warga untuk mengajukan perbaikan jalan yang melintasi di sebelah selatan RW 5 ke Pemerintahan Kota seperti yang dilakukan RW-RW lain terhadap jalan di sekitarnya. Amoroso hanya setuju mengajukan perbaikan jalan yang melintas di sebelah barat, dan sebelah utara saja. Banyak warga yang kesal terhadap Amoroso, namun ketua RW5 itu tetap bertahan pada pendiriannya. Dia punya pertimbangan lain tentang hal itu.

Jalan Selatan merupakan jalan keluar bagi banyak jalan tikus yang melintas dari dalam RW 5, sehingga di sepanjang jalan tersebut banyak terdapat pertigaan yang ramai dilalui orang. Dengan jalan dalam kondisi rusak dimana kendaraan tidak bisa ngebut-pun beberapakali terjadi kecelakaan. Apalagi jika jalan dalam kondisi mulus sehingga kendaraan yang melintas bisa ngebut. Amoroso sungguh sulit membayangkan apa yang terjadi jika jalan diperbaiki. duniashinichi.blogspot.com

Faktor lain yang membuat Amoroso enggan mengajukan perbaikan adalah di pinggir Jalan Selatan terdapat sebuah sekolah dasar, sebuah TK, play group, tempat kursus Bahasa Inggris dan sebuah mushola. Saat ini banyak murid-murid sekolah yang berjalan kaki dan bersepeda menuju sekolah. Jarang orangtua yang mengantar dengan mengendarai mobil karena kondisi jalan yang rusak berat yang menyisakan bagian mulusnya sedikit di bagian tengahnya. Jalan tanpa trotoar itu sangat berbahaya jika diperbaiki, karena kendaraan yang pada ngebut bisa saja menyerempet murid-murid sekolah yang berjalan agak ke tengah. duniashinichi.blogspot.com

^_^

Kemarahan sebagian warga terhadap Amoroso perlahan-lahan sirna tatkala mereka melihat apa yang terjadi pada RW-RW tetangga yang jalannya diperbaiki. Mobil-mobil yang hendak menuju pusat kota yang dulunya lewat jalan selatan, kini beralih lewat ke jalan RW tetangga yang lebih mulus. Jalan yang dulunya hiruk pikuk oleh motor dan mobil kini terasa lebih lenggang karena berkurang drastisnya jumlah kendaraan yang melintas. Udara yang tadinya berdebu dan pengap oleh asap, kini terasa lebih segar karena jarang kendaraan melintas. Anak-anak juga lebih nyaman belajar di kelas karena tidak terganggu bising suara kendaraan.

Di sisi jalan terdapat tanah kosong sepanjang jalan selebar dua meter yang tadinya dibiarkan menjadi semak belukar kini telah dirubah menjadi arena menanam sayur-sayuran dan bebungaan bagi siswa sekolah. Sebenarnya sudah lama para guru ingin memanfaatkan tanah itu, tapi khawatir membahayakan para murid karena padatnya kendaraan yang melintas. Kini dengan kondisi jalan yang sepi, membuat kegiatan tersebut dapat direalisasikan. Setiap jumat pagi para guru mengajak murid-murid TK berjalan beriringan sepanjang jalan sambil mengamati pohon-pohon besar yang tumbuh di kiri kanan jalan.

Belakangan setelah melihat jalan menjadi sepi, Amoroso berinisiatif membangun trotoar di salah satu sisi jalan dan membangun pagar pembatas sederhana dari kawat untuk jalur sepeda bagi anak-anak sekolah. Semua berjalan lancar tanpa hambatan karena jalan itu mulai dilupakan orang. Jalan yang sepi itu juga membuat warga RW dan RW-RW tetangga senang berolahraga saat pagi dan sore di sepanjang jalan itu. Pohon-pohon rindang sepanjang jalan, suara burung berkicau di balik dedaunan, dan tanaman sayuran & bebungaan yang tertata apik di pinggir jalan, membuat orang betah berlama-lama berolahraga (undil-2013). 

Cerita Cinta Diandra

Pagi hari di Bulan Januari kala Borip menarik nafas lega setelah Om Hariman akhirnya menyetujui untuk membeli belasan Toyota Innova Luxury untuk menambah armada mobil rentalnya. Kenyamanan, tenaga yang kuat dan kursi-kursi yang terpisah antar penumpang adalah feature andalan yang membuat Borip berhasil meyakinkan Om Hariman yang memiliki mayoritas pelanggan dari kalangan bisnis. Namun faktor terpenting yang mendorong keputusan Om Hariman adalah tawaran discount untuk perawatan mobil selama tiga tahun, plus layanan perbaikan di lapangan, yang ditawarkan Borip sebagai bonus tambahan kepada Om Hariman selaku premium konsumen.




Negosiasi berminggu-minggu itu akhirnya berhasil ditutup dengan manis oleh Borip, sekaligus membuat ayahnya selaku pemilik dealer dan bengkel puas dengan hasil kerja Borip. Keberhasilan ini adalah langkah pertama Borip mewujudkan impiannya. Kini Borip mendapat "hak" yang telah dijanjikan ayahnya untuk diberi bantuan pinjaman lunak guna membeli ruko di kawasan perumahan dosen di dekat kampus. Borip sudah setahun ini melakukan studi lapangan untuk berjualan di sana, dan mendapatkan kesimpulan berjualan sayur-sayuran segar adalah alternatif terbaik untuk tempat itu. Belum ada penjual sayuran yang lengkap di sekitar itu, dus Borip yakin tokonya bakalan laris manis disambangi pembeli.


Borip juga akan membuka kafe yang khusus menjual masakan sehat dari sayur-sayuran dan buah-buahan sebagai menu utamanya. Dia telah menyiapkan dua orang koki yang akan bergantian menangani masakannya. Kenapa dua orang? Tentu saja supaya orang tidak bosan dengan masakan sayur-sayuran di kafenya. Tentu saja Diandra dilibatkan dalam semua persiapan ini. Mulai dari merancang desain toko hingga mendesain kafe. Juga memilih masakan-masakan yang akan disajikan di kafe. Semua mendapat sentuhan tangan-tangan kreatif Diandra. Toko sayuran adalah langkah kedua Borip untuk mewujudkan cita-citanya.

^_^

Toko sayuran maupun kafe sudah berjalan enam bulan dan memiliki pelanggan tetap yang lumayan banyak tatkala Borip dan Diandra diterima pada kampus yang sama, pada jurusan incaran mereka. Diandra memang sejak kecil berminat menjadi dokter hewan seperti tantenya, telah diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Sedangkan Borip belajar Agribisnis seperti kegemarannya sejak kecil ikut neneknya berdagang sayur-sayuran di pasar tradisional. Keduanya tersenyum lebar tatkala mengetahui kelulusan mereka dari situs online. Cita-cita keduanya terasa semakin dekat saja.


Borip tahu bahwa Diandra telah terbiasa dengan pekerjaan rumah seperti memasak, menjaga kerapian rumah, hingga urusan tetek bengek seperti mencari pembantu dan bergaul dengan baik dengan ibu-ibu tetangga. Sebuah bekal yang bagus untuk cita-cita mereka. Sementara Borip mampu memperbaiki perkakas rumah tangga, membengkel mobil, hingga kompromi dengan Bapak-bapak tetangga untuk menentukan besaran iuran memperbaiki selokan. Melihat semua itu, Borip merasa bahwa persiapan dirinya dan Diandra sudah lebih dari cukup untuk mewujudkan cita-citanya.        


^_^


Baik keluarga Borip, maupun kedua orang tua Diandra tidak berkeberatan kala Borip menyatakan niatnya untuk menikah sesaat sebelum perkuliahan dimulai. Borip berhasil membuktikan bahwa dirinya  sudah cukup matang untuk berumahtangga. Demikian juga Diandra yang jelita itu jauh dari sifat kekanak-kanakan dan manja, serta trampil dalam urusan rumah tangga. Baik Borip maupun Diandra telah bekerja keras untuk membuat diri mereka layak menuju jenjang pernikahan. Alangkah bahagia kedua remaja itu kala mengetahui bahwa cita-cita mereka untuk bersatu dalam pernikahan sebelum masuk ke dunia kampus dapat terkabulkan. Sebuah cita-cita yang sudah ditetapkan di hati mereka sejak setahun lalu, saat menginjak kelas dua SMA.

Menunggu Godot

Tahun ini Juned membeli 2 ekor kambing korban. Satu untuk masjid di dekat rumahnya, satu lagi untuk disembelih di kampung halaman temannya, di pelosok pedesaan di Subang. Untuk kambing yang di Subang, Juned memilih kambing yang terbesar yang ada di sana, harganya relatif lebih murah karena langsung beli pada peternak. Untuk yang Masjid di dekat rumahnya, Juned memilih kambing ukuran sedang karena rada susah cari yang besar.

Juned menitipkan pengurusan kambing pada temannya di Subang. Untuk yang di dekat rumah, Juned menitip pada Bibi yang biasa membersihkan rumahnya. Kebetulan dia tinggal tak jauh dari rumah Juned. Sebenarnya hal serupa telah dilakukan Juned tahun lalu. Waktu itu dia menitipkan pengurusan hewan kurban pada Si Bibi dan temannya. Tahun lalu sehabis dhuhur Juned sudah bisa menikmati gule dan sate kambing masakan si Bibi.

Wagenugraha dan Professionals Day di Sekolah Terpencil

Untuk kesekian kalinya Randy Abdurrahman mendatangi Wagenugraha untuk mendapatkan ide pengembangan sekolah di desanya yang berada di pelosok Subang. Madrasah Ibtidaiyah & Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SD & SMP yang merupakan almamater Randy itu butuh terobosan-terobosan baru agar mampu bertahan hidup dan menarik siswa baru dari orang-orang kampung yang kebanyakan dari kalangan tidak mampu agar bersedia mengirimkan anaknya bersekolah. Tujuan lainnya adalah Randy ingin madrasahnya tidak jauh ketinggalan dari sekolah-sekolah yang ada di kota.

 http://duniashinichi.blogspot.com

Ekstrakrikuler yang ada di madrasah relatif sudah lengkap, mulai dari komputer, menjahit, cooking class,  elektronika, hingga pelajaran kumon yang diberikan secara gratis oleh beberapa sukarelawan dari Kota Subang. Namun semua itu belum memuaskan bagi Randy, karena dia merasa belum ada suatu pelajaran atau acara yang akan mengarahkan anak-anak kampung itu menuju masa depan yang sesuai dengan jiwa mereka. Randy ingin anak-anak itu mendapatkan gambaran tentang pilihan-pilihan masa depan sekaligus mendapat suntikan semangat yang akan membuat mereka tabah menghadapi semua masalah dalam usaha mewujudkan cita-cita mereka.

Sudah seminggu Wagenugraha siang malam memikirkan cara untuk membantu Randy mewujudkan cita-citanya. Dan "Tinggggggg......" tiba-tiba pada hari kedelapan Wagenugraha mendapatkan suatu ide yang diyakininya akan mampu membantu anak-anak kampung untuk menentukan pilihan masa depannya. Sebuah acara yang akan memperkenalkan murid-murid madrasah dengan beranekaragam profesi yang dapat mereka geluti kala mereka dewasa nanti.

Wagenugraha: Resep mengatasi kesedihan, kesepian dan kegalauan para Manula

Awalnya dari keprihatinan melihat tetangga yang baru saja pensiun yang nampak selalu galau dan bersungut-sungut wajahnya. Nampaknya dia kurang puas dengan kondisi dirinya saat ini dan juga terhadap pencapaian anak-anaknya yang telah beranjak dewasa. Kondisi tetangganya itu membuat Wagenugraha jatuh kasihan dan berniat untuk membantu dia kembali menemukan keceriaan hidupnya. 

Ditambah lagi beberapa orang lanjut usia yang lain kenalan Wagenugraha juga nampak kehilangan gairah dalam hidup mereka. Terlihat dari keluhan-keluhan yang mereka lontarkan setiap kali mengobrol dengan Wagenugraha. Fenomena yang menimpa beberapa orang manula tersebut membuat Wagenugraha tergerak melakukan sesuatu untuk membangkitkan semangat mereka.

Cerita Anak: Bunda Aliya dan kulkas segede kamar makan

Gara-gara Bunda Aliya keceplosan bilang pada Kirana dan Arina, maka anak kelas satu dan kelas tiga sekolah dasar itu jadi penasaran ingin main ke kantor Bunda. Awalnya Kirana bercerita tentang kantor ayah temannya yang katanya memiliki ratusan kulkas untuk menyimpan daging beku. Teman Kirana tersebut sangat bangga dengan tempat kerja ayahnya. Kebanggaan temannya itu membuat Kirana ingin tahu apa yang bisa dibanggakan dari kantor bundanya. http://duniashinichi.blogspot.com

Maka meluncurlah kata-kata dari Bunda Aliya bahwa kulkas di kantor bunda besarnya sebesar ruang makan. Cukup dimasuki oleh satu kelas anak sekolah dasar beserta guru-gurunya. Kulkas sebesar ruang makan tentu saja membuat Kirana dan juga Arina sangat bangga dengan kantor Bunda. Namun mereka masih belum berani bercerita pada teman-temannya bila belum melihat dengan mata kepala sendiri. Maklum mereka takut dianggap tukang ngibul jika tidak bisa menceritakan secara detail kulkas raksasa itu. Maka sejak hari itu dua orang anak itu setiap hari minta diajak berkunjung ke kulkas segede kamar makan. Pusinglah Bunda Aliya menghadapi permintaan mereka.

Wagenugraha, Pengemis Tua dan Nenek Pedagang Keliling

Dipandanginya wajah Si Nenek dan Si Pengemis Tua berganti-ganti. Dia taksir umur Si Nenek sedikitnya sepuluh tahun lebih tua daripada Si Kakek pengemis. Tiba-tiba keinginan memberi uang kepada Si Kakek sirna. Wagenugraha semakin mantap membelanjakan uangnya untuk membeli barang Si Nenek. Hari itu Wagenugraha pulang membawa sebuah sulak bulu ayam yang akan dia taruh di mushola dekat rumahnya sebagai pengganti sulak lama yang bulu-bulunya sudah banyak yang lepas

Lima belas menit sebelumnya Wagenugraha melihat seorang nenek menyatukan kardus yang selesai dilipat dengan barang bawaan lainnya berupa belasan sapu ijuk dan sulak dari bulu ayam yang bisa dipergunakan untuk membersihkan rumah. Kemudian memanggulnya di punggungnya yang sudah sedikit bungkuk. Melihat itu, Wagenugraha langsung membatalkan keinginannya untuk memberi uang kepada si pengemis. Dia memanggil Si Nenek karena  tergerak untuk membeli sulak sekedar untuk memberi tambahan penghasilan kepadanya.

Setengah jam sebelumnya, dalam perjalanan pulang sekolah Wagenugraha melihat seorang lelaki tua duduk bersila di bawah pohon besar di tepi trotoar, kepalanya menunduk menatap kaleng bekas yang dia pergunakan untuk menampung uang receh dari para pejalan kaki. Pakaiannya lusuh, dan sebuah topi lebar menutupi kepalanya hingga ke dahi. Melihat raut wajahnya walaupun hanya sebatas hidung hingga mulut, murid kelas dua SD itu tergerak untuk merogoh sakunya. Tenyata uang di sakunya tinggal selembar dua puluh ribu rupiah. Namun sebelum memberikan uangnya kepada pengemis tua, Wagenugraha melihat seorang nenek yang sibuk melipat kardus hanya beberapa meter di dekat si pengemis (Undil - Februari 2013). 

tags: cerita pendek flashback, cerpen flashback, contoh cerita flashback

Cerita Si Kancil dan Tokek bersuara cetar membahana tapi Galau

Adalah seekor tokek gede yang tinggal di pintu gudang beras Pak Tani. Ukurannya besar hampir sebesar tikus rumah, tubuhnya kuat, gerakannya cepat dan  suaranya keras membahana hingga orang-orang sering menyangka sebagai suara anak-anak yang berteriak. Di saentero gudang, tuan tokek ini adalah binatang yang terkuat dan disegani oleh hewan-hewan lain. Cicak,tikus clurut, laba-laba hingga ular tanah takut kepadanya. Namun dibalik kekuatannya itu ternyata Si Tokek mengidap hati yang lunglai. Hari-harinya selalu dijalani penuh kegalauan. http://duniashinichi.blogspot.com

Awalnya adalah pertemanannya dengan tokek putih yang tinggal di gudang yang sama. Mereka berteman akrab sekali hingga tidak bisa dipisahkan. Namun pada suatu malam tokek putih memutuskan pergi bareng tokek putih lain dengan menumpang sebuah truk beras. Rupanya dia memilih berteman dengan sesama tokek putih dibanding dengan tokek coklat. Sejak saat itu Tokek berubah menjadi tokek galau. 

Jika dulunya Tokek berteriak "Toooookek" dengan anggunnya pada jam-jam tertentu, yaitu jam tujuh pagi, jam tiga sore dan jam sembilan malam. Sekarang dia tak tentu jadwal teriaknya. Udah gitu suaranya bergetar sebagai dampak dari kesedihan hati yang sangat dalam. Kapanpun kala teringat tokek putih, dia akan langsung berteriak "Tooooookek, Tooooookek!" sehingga membingungkan penghuni gudang lainnya. Kadang-kadang di tengah percakapan dengan hewan lainnya Si Tokek tiba-tiba menangis dan berteriak keras "Tooooookek!" karena rindu pada sosok tokek putih. Pokoknya irama hidup Si Tokek jadi kacau balau. Tokek tenggelam dalam lautan luka dalam  setelah ditinggal tokek putih.

Suatu ketika Sang Kancil yang sedang tetirah keluar hutan berkunjung ke gudang beras itu. Hewan-hewan penghuni gudang senang sekali atas kunjungan Sang Kancil, mereka sangat berharap Si Tokek bisa dinormalkan oleh Sang Kancil. Kemudian hewan-hewan itu bercerita tentang diri Si Tokek yang galau. Tentang hidupnya yang jadi nggak karuan gara-gara ditinggal tokek putih.

Pertempuran Arya Penangsang melawan para sekutu Portugis

Arya Penangsang menyuruh pasukannya berhenti. Dua ratus pasukan kavaleri Jipang berhenti tepat di puncak bukit. Panji-panji Kesultanan Demak Bintoro, warna gula kelapa - merah putih nampak berkibar ditiup angin. Di belakang para Ksatria Jipang terhampar jurang-jurang berdinding batu yang curam. Sementara di depannya terdapat lembah berupa padang rumput yang dipenuhi oleh tidak kurang dari lima ratus orang pasukan bertelanjang dada, bersenjatakan pedang dan tombak berjajar telah menunggu kedatangan mereka di lembah.




Rupanya mereka adalah pasukan lokal sekutu Portugis yang bermaksud menghadang kedatangan Ksatria Jipang yang diutus Sunan Kudus, selaku panglima perang kesultanan Demak Bintoro untuk menertibkan sebuah benteng kecil Portugis di pinggir pantai.

Sebuah benteng perintis yang ditengarai oleh Inteljen Kesultanan Demak Bintoro sebagai cikal bakal pangkalan militer Portugis untuk mengganggu jalur pedagangan kapal-kapal jung milik pedagang Pulau Jawa. Perdagangan adalah matapencaharian utama penduduk Kesultanan Demak Bintoro. Pertanian tidak banyak berperan pada kesultanan maritim yang wilayahnya meliputi kota-kota dagang yang kaya raya di sepanjang pantai utara Jawa.

Arya Penangsang dengan masih duduk di atas punggung Gagak Rimang - nama kudanya -  berteriak menyerukan kepada para pasukan lokal untuk menyingkir. Dikatakannya bahwa Ksatria Jipang adalah prajurit pembela kehormatan nusantara. Ksatria Jipang hanya akan mengambil tindakan kepada orang-orang Portugis yang mengganggu para pedagang nusantara, bukan kepada sesama pasukan pribumi. Namun pemimpin pasukan lokal itu menolak, dan malahan merubah formasi pasukannya dalam gelar perang,

Nampak dibarisan terdepan pasukan lokal ada belasan orang berpakaian hitam, mengangkat keris terhunus  di atas kepala, sambil menyemangati para pasukan di belakangnya. Ratusan pasukan di belakangnya juga telah mengacung-acungkan  pedang dan tombaknya sambil meneriakkan yel-yel  perang. Sementara para Ksatria Jipang dari atas kudanya juga telah mengisi senapan dengan peluru dan siap menembak. Kini dua ratus Ksatria Jipang telah membidikkan senapannya langsung ke arah lima ratus pasukan lokal yang bersenjatakan pedang, tombak dan keris. 

Arya Penangsang merasa kualitas prajurit maupun persenjataan lawan jauh dibawah Ksatria Jipang. Akibatnya akan jatuh banyak korban di pihak lawan. Peluru senapan-senapan Ksatria Jipang akan memakan beratus-ratus korban dari pihak musuh sebelum pedang mereka sempat beradu dengan senjata-senjata Ksatria Jipang. Sebuah kesatuan tempur bersenjata modern dari negara maritim yang berpergaulan internasional berhadap-hadapan dengan pasukan lokal yang kurang pengalaman tempur.

Musuh terlalu lemah untuk dihadapi secara frontal. Korban yang jatuh akan terlalu banyak. Sementara lawan mereka sebenarnya adalah Portugis yang hendak memonopoli perdagangan rempah-rempah di nusantara. Sebenarnya sedih juga hati Arya Penangsang karena sebagai sesama pribumi mereka harus saling bunuh karena yang satu terbujuk untuk bergabung dengan musuh. Karena itu Arya penangsang mencoba mencari jalan lain yang tidak menimbulkan korban terlalu banyak. Apalagi setelah dia melihat gerak-gerik pasukan lawan yang terlihat miskin pengalaman, rasanya tidak akan terlalu sulit untuk ditaklukkan dengan strategi yang tepat.

Ketika dilihatnya sepuluh buah meriam yang dibawa oleh pasukannya, terpikirlah oleh Arya Penangsang sebuah strategi untuk menurunkan mental lawan. Diperintahkannya dua orang komandan pasukan untuk memimpin dua regu pasukan meriam. Satu regu menembakkan peluru meriam ke arah dinding-dinding jurang batu granit belakang posisi Ksatria Jipang. Sementara regu kedua diminta untuk menembakkan meriam ke depan para orang-orang berpakaian hitam yang sedang mengangkat keris.

Ketika meriam mulai ditembakkan ke arah dinding-dinding jurang di belakang pasukan Arya Penangsang, terdengarlah suara  gema amat keras yang bertalu-talu menggetarkan jantung. Suara yang sangat memekakkan telinga seolah seperti jeritan puluhan raksasa berteriak-teriak kelaparan. Pasukan musuh nampak sangat kaget oleh suara-suara dahsyat itu. Mereka tidak tahu bahwa efek gema pada dinding-dinding batu dapat menimbulkan suara yang sangat mengerikan. Beberapa diantara mereka saling memandang dan tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir di wajah mereka.

Ketika rasa takut lawan terlihat memuncak, Arya Penangsang memerintahkan komandan kedua menembakkan meriam ke depan orang-orang berpakaian hitam.

"Blaaaaaarr" peluru meriam meledak di depan barisan orang berpakaian hitam-hitam. Beberapa orang terlempar beberapa langkah ke belakang. Sementara yang lainnya jatuh terduduk karena saking kagetnya. Begitulah beberapa kali meriam ditembakkan telah membuat  barisan terdepan musuh kocar-kacir. Melihat para penyemangat mereka berjatuhan, beberapa pasukan di belakangnya menjadi gentar dan memilih mengambil langkah seribu meninggalkan lembah. Tak berapa lama diikuti oleh ratusan pasukan lainnya. Formasi perang musuh kacau balau bersamaan dengan peluru-peluru meriam yang ditembakkan komandan kedua.

Saat meriam berhenti ditembakkan, di depan Ksatria Jipang tinggal tersisa seratus pasukan lawan. Ratusan lainnya kabur tak ketahuan rimbanya. Rupanya seratus orang yang tersisa itu adalah pasukan pilihan. Pasukan inti yang menjadi tulang punggung pasukan. Sesaat kemudian komandan musuh telah meneriakkan perintah untuk menyerbu.  Serentak seratus orang prajurit yang tersisa itu bergerak menyerbu Ksatria Jipang.

Ketika pasukan lawan mulai memasuki jangkauan tembakan senapan, Arya Penangsang memberi komando pasukan yang terdepan mulai menembak. Disusul pasukan di baris kedua menembak. Begitu seterusnya hingga barisan paling belakang. Ratusan peluru senapan Ksatria Jipang beterbangan menyapu barisan pasukan lawan di depannya tanpa ampun.

Terjadilah pertempuran seru yang berlangsung sangat singkat. Dari seratus pasukan musuh yang menyerbu itu hanya kurang dari sepuluh orang yang selamat sampai berhadapan muka dengan para Ksatria Jipang. Sementara puluhan lainnya bergelimpangan diterjang peluru. Sisa pasukan yang selamat itu pun akhirnya roboh ditebas pedang Ksatria Jipang yang tersohor kemahirannya dalam memainkan pedang sambil berkuda. Sebuah pertempuran singkat yang  menunjukkan betapa kavaleri pasukan Demak Bintoro yang dilengkapi senapan dan meriam itu terlalu tangguh untuk dihadapi pasukan lokal sekutu Portugis (Undil-2013)

gambar diolah dari kismeta