Showing posts with label cerita pendek. Show all posts
Showing posts with label cerita pendek. Show all posts

Ketika kesempatan ada batas waktunya

Adalah Aoki yang merasakan perbedaan yang begitu besar dalam hidupnya tatkala dirinya kembali bertemu dengan Kimi setelah tiga tahun berpisah. Dulu mereka berdua kemana-mana selalu bersama. Pulang kantor Aoki menyambangi Kimi yang memilih bekerja di rumah dengan berjualan aksesories wanita secara online. Kemudian mereka akan mengunjungi tempat-tempat yang telah direncanakan.

Mereka shopping bersama, main bersama, kursus bareng, travelling bareng, dan kulineran bareng. Ada satu yang masih berupa rencana tetapi belum terwujud yaitu mengaji bareng. Mereka telah berencana belajar tahsin dan hapalan Al Quran bareng kepada seorang guru, serta belajar tafsir setiap minggu pagi di sebuah masjid.

Namun sebelum terlaksana Aoki keburu sekolah S3 Formulasi ke Texas University. Buyar sudah rencana mereka. Namun mereka telah berjanji untuk melakukannya setelah Aoki pulang.

Semua di luar dugaan Aoki. Bayangan untuk mengaji bareng tiba-tiba lenyap. Pasalnya Kimi terserang penyakit di sebagian organ dalamnya. Kini dia hanya bisa berjalan dengan bantuan kursi roda elektrik. Tubuhnya cepat lelah. Syaraf-syaraf motoriknya terganggu. Gerakannya tidak tangkas lagi. Kimi gak kuat diajak pergi-pergi lagi. 

Bahkan saking khawatirnya suami Kimi, lelaki itu memutuskan keluar dari pekerjaannya untuk merawat Kimi.  Dia bekerja di rumah dengan  menjalankan bisnis online yang telah dirintis oleh Kimi.

Aoki diam-diam menyesal dulu mereka tidak menyengajakan diri untuk belajar mengaji dan menghapalkan Quran. Dia lebih memilih berburu barang diskon dan berburu tayangan perdana premiere film-film bagus dibanding mengaji. Kini semua kesempatan itu lenyap bersama sakitnya Kimi.

Kesempatan tidak selalu terus menerus tersedia. Kesempatan yang tadinya tersedia waktunya tiba-tiba menjadi tidak ada seiring berjalannya waktu. Kini dia tak bisa mengaji bareng Kimi keluar rumah. Dia hanya bisa melakukannya  dengan mengundang guru ke rumah Kimi. Sebuah perubahan yang tidak pernah terlintas dalam benaknya tiga tahun lalu. Kesempatannya beraktifitas di luar rumah bareng Kimi ternyata sangat berharga dan ada batas waktunya. Jadi bukan bisa diulangi kapan saja karena segalanya berubah seiring berjalannya waktu (Undil-2016).


Don't Just Do What I Tell You

Suatu ketika saat Sonoko dan Haibara baru saja menyelesaikan uji titer, mendadak Pak Kadiv masuk ke dalam Bilik Uji Titer di Area Laboratorium Mikrobiologi. Pada awalnya beliau hanya mengajak berbincang-bincang tentang satu jenis uji immunoassay yang perlu diharmonisasi dengan laboratorium serupa di Eropa dan Amerika. Sesaat kemudian beliau melongok ke dalam Biosafety Cabinet dan meminta Sonoko mengeluarkan barang-barang yang tidak dibutuhkan untuk pengujian -- karena akan mengganggu aliran udara di dalam Biosafety Cabinet.

Jari telunjuk Pak Kadiv kemudian menunjuk label validasi Biosafety Cabinet yang masih berupa label validasi sementara -- dan mengatakan kepada Sonoko untuk meminta label validasi resmi dari QA. Lelaki berkacamata silinder itu kemudian melangkah mendekati waterbath, mengamati airnya yang dikatakannya terdapat material melayang-layang yang bisa menjadi sumber kontaminasi, kemudian beliau mulai menangguk air waterbath dan memindahkan ke dalam can stainless steel. Buru-buru Sonoko dan Haibara membantu membuang air dari waterbath, lalu menggantinya dengan yang baru.

Selesai mengganti air waterbath, Pak Kadiv memberi isyarat kepada Sonoko dan Haibara mengikutinya keluar dari Bilik Uji Titer. Dibukanya refrigerator tempat penyimpanan media yang berada tepat di samping pintu, lalu diambilnya TSA plate dan medium yang sudah kadaluarsa. Dimintanya Sonoko dan Haibara melanjutkan pemilahan medium yang sudah melampaui masa Expired Date, dan mengeluarkannya dari dalam refrigerator

Pak Kadiv berjalan lagi beberapa langkah diikuti dua anak itu. Ditunjuknya passbox keluar barang dari ruang kultur mikrobia -- yang penuh dengan peralatan laboratorium yang telah selesai didisinfeksi. Dimintanya Haibara  untuk mengosongkan passbox itu dan membawa semua peralatan bekas pakai ke Ruang Cuci. Diingatkannya bahwa passbox hanyalah tempat persinggahan sementara dan harus selalu ditinggalkan dalam kondisi kosong.

Sementara Sonoko diajaknya masuk ke Bilik Uji Kimia, dan mereka berdua membereskan lemari tempat penyimpanan pipet yang posisi peletakan pipetnya berantakan akibat ada personil yang mengambil pipet dari bagian bawah dan membiarkan pipet yang berada di tumpukan atasnya menggelinding kesana kemari di dalam lemari.

^_^

Lantai koridor di depan bilik uji potensi yang bercak-bercak coklat akibat tetesan media yang mengering telah kembali kinclong setelah dipel oleh mereka bertiga -- ketika Pak Kadiv berbicara pendek -- namun kalimatnya tidak pernah dilupakan oleh Sonoko.

"Walaupun tugas kalian adalah melakukan pengujian, janganlah kalian membiarkan ketidakberesan di lingkungan sekitar kalian bekerja, hanya karena merasa itu bukan pekerjaan kalian. Please don't just do what I tell you, do what needs to be done". 

Sonoko terdiam mendengar kata-kata itu. Tiba-tiba diingatnya rangkaian kata-kata yang dikirimkan Shinichi Kudo beberapa bulan yang silam.

Telah tiba kesadaran yang mencerahkan,
akulah Sang Kapten semua perbuatan, 
bereskan semua yang perlu dibereskan,
kerjakan tanpa menunggu perintah komandan

Hari ini Sonoko baru memahami maknanya, bahwa dirinya adalah kapten yang berkuasa penuh atas semua inisiatif tindakan dan perbuatan. Sonoko baru "ngeh" bahwa dirinya selama ini terjebak dalam sangkar kecil tugas personalnya. Sementara banyak hal-hal di luar sangkar yang perlu dibereskan, luput dari matanya. Dirinya bagaikan Memedi Sawah yang perlu ditarik-tarik agar tubuhnya bergerak mengusir burung-burung pemakan padi. 

Peluang untuk berinisiatif membereskan semua yang perlu dibereskan tanpa diperintah -- adalah pencerahan baru yang tiba-tiba saja membuat jiwa Sonoko bergolak hebat. Sonoko merasa ada banyak sekali hal yang terlewatkan -- padahal mampu disumbangkannya untuk mempermulus pekerjaan semua orang di laboratorium tempatnya bekerja (Undil - 2016).   

Ketika Ibu Sukat melabrak Warnet Games Online di RW 09

Sebagai Ketua RW 09 - Pak Wage tidak bisa berdiam diri lagi ketika kehebohan muncul di wilayahnya. Ibu Sukat melabrak warung internet merangkap tempat permainan games online milik Pak Hendrix -- dan mengusir anak-anak yang sedang asyik main games. Gara-garanya Pak Hendrix mengingkari janji yang pernah diucapkan dihadapan warga kampung. 













Dulu sewaktu warga keberatan saat Pak Hendrix akan mendirikan warnet -- dia berjanji tidak akan membiarkan anak-anak berseragam sekolah main games online, ataupun membiarkan mereka merokok di sana. Dia juga berjanji menutup warnetnya jam 9 malam supaya anak-anak tidak begadang di sana.

Belakangan warga memergoki Pak Hendrix mengingkari semua janjinya. Anak-anak berseragam sekolah memenuhi warnetnya dibiarkan saja. Termasuk pada saat jam sekolah. Dia juga membiarkan anak-anak merokok di sana, bahkan menyediakan rokok yang dijual secara batangan kepada mereka. Warnetnya juga baru tutup lewat tengah malam. 

Banyak anak-anak yang pulang sekolah bukannya ke rumah dulu, tetapi langsung nongkrong di warnet hingga malam hari. Tentu saja para ibu kelabakan dengan kelakuan baru anak-anak mereka. Keresahan muncul sejak lama -- tapi baru muncul ke permukaan setelah Ibu Sukat memergoki anaknya merokok sambil nongkrong di warnet.

Awalnya Ibu Sukat berusaha bicara baik-baik pada Pak Hendrix. Namun jawaban Pak Hendrix sungguh tidak mengenakkan hatinya. Dikatakannya Ibu Sukat berpikiran kuno dan mendidik anak adalah tugas orang tuanya. Pak Hendrix mengatakan dia tidak pernah memaksa anak-anak itu datang ke warnet atau membeli rokok yang disediakan di warnetnya.  Tugas orang tua untuk membuat anak-anak tidak tergoda dengan tawaran-tawaran yang disediakan warnet Pak Hendrix.

Istri yang Sempurna

Namanya Zayn Abdul Malik Marwan. Laki-laki usia sembilan belas tahun. Lulusan SMK swasta di kampungnya, Cipaganti Wetan. 

Sejak selesai sekolah dua tahun lalu, Zayn bekerja sebagai penjaga toko di Bandung. Kini dia ngontrak kamar 2x3 meter berjarak lima belas menit bersepeda menuju Grage Mal tempatnya bekerja. 

Tubuhnya yang jangkung itu dulunya kurus kering, sekarang dari hari ke hari semakin berisi dan sehat karena aktivitas fisik bersepeda setiap hari. Limabelas menit saat berangkat, dan bisa satu jam saat pulang kerja karena dia sengaja mencari jalan memutar sambil berolahraga. 

Meskipun belakangan ini frame sepedanya mulai terasa kurang nyaman, Zayn masih rajin bersepeda walau dengan hati galau -- bukan galau karena sepedanya, tetapi karena sebab lain.

Teman-teman sekolah Zayn satu persatu menikah. Ada yang menikah dengan teman kerja di kota, dengan teman di kampung, dengan saudara jauh, dan bahkan dengan sesama alumni SMK di kampungnya. 

Bukan iri hati yang membuat Zayn galau, tetapi tawaran dari Ibu Kost yang telah 2 tahun ditempatinya yang membuatnya gamang.

Ibu Kost yang sudah sepuh itu menawarkan kepada Zayn untuk menikahi putrinya. Dikatakannya putrinya tertarik pada Zayn karena kebiasaan Zayn yang setiap sore mengajar mengaji dan bercerita tentang kisah para nabi kepada anak-anak kecil yang tinggal di sekitar tempat kost. Sebuah kebiasaan lama dirinya selama di kampung yang dibawanya ke kota.

Kejutan Manis Ibu Kost Anggi yang Jelita

Enam bulan sudah Anggi bersekutu dengan mahasiswi-mahasiswi tetangga kostnya menggarap anak-anak sekitar. Kamar kostnya semakin semarak dengan kehadiran anak-anak selepas maghrib. Materi mengaji-pun semakin canggih saja. 

Beberapakali mereka mendatangkan guru tahsin untuk mengasah kemampuan mereka dalam membaca Al Quran. Juga koleksi buku-buku kisah para nabi dan para sahabat telah menggunung. Selingan dongeng itulah daya pikat bagi anak-anak agar antusias mengaji. Tanpa diduganya malam itu Anggi mendapat kejutan besar dari Ibu Kost.




















Ibu Kost yang sudah berumur tetapi masih berwajah rupawan dengan kulit putih kemerahan, mata belo, alis hitam tebal dan hidung yang tinggi melancip itu memanggil Anggi pada suatu malam. Diam-diam selain mengagumi masakannya yang sangat enak -- Anggi juga mengagumi kemampuan Ibu Kost menjaga kebugaran tubuhnya sehingga kesegaran paras wajahnya tidak pudar walaupun sudah lanjut usia. 

Diajaknya Anggi masuk ke ruang makan untuk berdua menikmati hidangan khas nasi liwet lengkap dengan lauk pauknya. Setelah mereka berdua menyelesaikan makanannya mulailah Si Ibu menyampaikan maksudnya. 

Cara Manis Anggi Berbagi

Semua diawali ketika Anggi membuka kamar kostnya untuk tempat mengaji anak-anak sehabis maghrib. Kamar yang cukup luas - 4 x 5 meter itu mendadak jadi ramai anak-anak sekitar yang belajar mengaji. Awalnya guru mengaji hanya Anggi seorang diri. Tapi dengan cepat beberapa minggu kemudian telah bertambah dengan beberapa mahasiswi yang kost di sekitar tempat kost Anggi. Tentu saja tanpa bayaran -- bahkan mereka senang bisa berkumpul dengan "tetangga sesama anak kost" yang selama ini tidak saling kenal.

Mulanya hanya cara membaca Al Quran saja. Tapi lama-lama Anggi jadi ingin berbagi cerita kepada anak-anak tentang segala hal yang berguna bagi masa depan mereka. Anggi menyelingi pengajian dengan cerita-cerita tentang pengalaman hidupnya yang dirasa akan  bermanfaat bagi anak-anak. Kemudian dia beralih dengan menceritakan kisah-kisah tentang para nabi. Berselang-seling dengan kisah tentang para sahabat nabi. Tanpa disadarinya cerita-cerita tersebut telah membuat acara mengaji di kamarnya menjadi favorit anak-anak dan membuat peminatnya bertambah banyak.  

Lukisan Hujan

Hujan rintik-rintik tatkala aku duduk di lantai dua sebuah warung sop ayam. Di mejaku telah tersaji sop ayam yang masih mengepulkan uap yang menyeruakkan aroma kegurihan yang menggoda. Di sisinya segelas kopi panas menghembuskan kesegaran khas kopi arabica yang menggairahkan. Sebagian isi mangkok sop ayam telah beralih ke dalam perutku. Sementara dari  jendela yang menganga di depanku terlihat kehebohan di jalanan akibat turunnya gerimis.



















Seekor kucing kecil nampak meloncat-loncat gembira diantara tiga orang gadis kecil yang bermain kejar-kejaran di trotoar. Gadis kecil berambut panjang mengejar-ngejar dua orang temannya, seorang anak perempuan berambut pendek dan berhidung mancung, serta seorang lagi anak bertubuh tinggi, ramping dan berambut kriwil. Dua anak itu ketawa-ketiwi menggoda si rambut panjang yang tak kunjung bisa menangkap mereka berdua. Kala hujan semakin menderas, tiga gadis kecil yang awalnya  berkeras diri terus bermain tanpa menghiraukan tetesan air akhirnya menyerah -- dan berteduh di warung kelontong di pinggir jalan. 

Si kucing kecil nampak bingung sejenak ditinggalkan oleh kawannya bermain. Lalu setelah sesaat terbasahi hujan, nampaknya dia tersadar dan buru-buru dia berteduh di kios parfum yang terletak di samping warung kelontong. Lambat tapi pasti kios penjual parfum isi ulang itu semakin mirip kamp pengungsian akibat banyaknya pengendara motor yang berhenti dan numpang berteduh di sana. Motor-motor dibiarkan basah kuyup, berserakan di pinggir jalan dan di atas trotoar -- sementara para pengedaranya menyelamatkan diri dari guyuran air hujan.

Kucing kecil terlihat kurang berani masuk ke dalam tokom parfum. Tubuhnya yang mungil lambat laun semakin terdesak, kuwalahan mencari tempat berpijak, dan semakin tersingkir akibat rapatnya barisan kaki manusia yang berdiri berjajar di teras toko. Akhirnya dia lari ke kios jam yang terletak di samping kios parfum. 

Seorang pegawai toko jam terlihat masih sibuk menurunkan tirai kayu untuk mencegah tampias air hujan masuk ke dalam toko. Setelah selesai menurunkan tirai kayu,  dia mendapati tirai kayu itu telah berdebu dan ditumbuhi sarang laba-laba. Mungkin dia pegawai baru yang tidak tahu bahwa para pekerja toko itu sudah lama tidak menggunakan tirai kayu. Saking lamanya tidak digunakan akibatnya dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Maka dikeluarkannya sapu untuk membersihkan. Dengan nalurinya si kucing kecil lari terbirit-birit ketakutan melihat pagawai toko jam mengeluarkan sapu. Disangkanya bakalan digebuk dengan sapu. Dia lari ke sebuah gardu kecil di sebelah toko jam. 

Beberapa pengendara motor masih nampak lalu lalang di jalan tanpa menghiraukan rintik hujan yang mulai bertambah deras. Sejumlah pekerja penggali gorong-gorong nampak menghentikan pekerjaannya, dan buru-buru berlari menuju gardu kecil di sisi toko jam. Awalnya si kucing kecil hanya beringsut ke pojokan gardu. Namun seiring semakin banyaknya tukang gorong-gorong yang berteduh, dia terlihat mulai takut. Pelan-pelan kucing kecil itu beringsut ke depan, kemudian keluar gardu, dan berlari kencang menyeberang jalan. 

Seusai menyeberang jalan, si kucing kecil menghilang dibawah rak koran dan majalah milik penjual  koran yang memajang dagangan tepat di bawah warung sop ayam. Rak tersebut telah diselubungi plastik bening untuk mencegah barang dagangannya basah oleh air hujan. Si penuual koran tidak terlihat batang hidungnya. Mungkin dia sedang asyik mengobrol dengan tukang parkir entah di mana.

Hujan turun semakin lebat. Hembusan angin menciptakan ilusi kabut air yang mulai terlihat menghalangi jalan. Beberapa pengendara motor yang tadinya nekad menerobos jalan kini mulai pada menyerah, dan berteduh di teras toko. Toko-toko di seberang jalan  praktis telah tertutup oleh orang-orang yang sedang berteduh. Beruntunglah penjual mie gelas yang ikut berteduh di toko parfum. Nampak wajahnya dengan riang melayani para peteduh yang mendadak antri membeli mie gelas setelah salah satu diantara mereka memulai memesan. Sepertinya aroma gurih mie rebus telah merangsang hidung para peteduh, dan menggerakkan perut mereka untuk menagih jatah makan siang.

Krek-krek-krek....bruuuk!. Tiba-tiba di dak beton di depan jendela warung sop ayam muncul si kucing kecil. Aku kaget setengah mati melihatnya tiba-tiba muncul di hadapanku. Seolah-olah dia tahu dari tadi kuamati tingkah lakunya. Rupanya si kucing kecil memanjat rak koran, lalu melompat ke pohon palem yang dibiarkan tumbuh tinggi di samping warung sop ayam, lalu melompat ke dak beton di lantai dua. Sebuah kejutan kecil yang membuatku terkesima.

Si kucing kecil nampak mengibas-ngibaskan ekornya. Beberapa kali dia menggoyangkan tubuh untuk menghilangkan tetesan-tetesan air yang membasahi bulu-bulunya. Lalu dia menatapku dan mulai mengeong. Terus mengeong seolah tahu dia bakal mendapat sesuatu. Tiba-tiba aku terinspirasi. Diantara sop ayam ini ada gajih-gajih yang sebaiknya tidak kubiarkan masuk ke dalam perutku. Maka aku ambil gumpalan-gumpalan lemak itu dan kulemparkan ke depannya. 

Seorang gadis berambut sebahu dan bermata jeli yang duduk di meja sampingku rupanya mengamati aku saat memberikan gajih-gajih itu, lalu mengomentari betapa lucunya si kucing kecil. Diambilnya potongan-potongan daging dari piringnya dan dilemparkan ke dapan kucing kecil. Lalu dia mengajak mengobrol tentang hujan dan perilaku orang-orang di jalan tatkala hujan turun. Selintas aku berpikir dia mungkin seorang mahasisiwi psikologi atau seorang wartawati majalah lifestyle. Keriangan yang menyeruak disela-sela celotehnya tiba-tiba mengingatkan aku pada keriangan si kucing kecil. 

Di depan jendela si kucing kecil nampak riang menyantap makan siangnya sambil matanya sesekali mengawasi toko kelontong. Barangkali dia masih berharap seusai hujan, tiga orang teman kecilnya akan kembali bermain di trotoar (Undil-2014).

gambar diambil dari fineartamerica

Arya Penangsang - Kisah Tohpati Sang Panglima Jipang Panolan melawan Perampok Kademangan Pudak Muncul

Sebanyak 40 orang pasukan senapan Jipang Panolan itu beristirahat di pendopo. Sepatu-sepatu kulit mereka dilepas di bawah tangga pendopo. Pasukan itu mengenakan seragam celana panjang warna merah dari kain yang tebal, kemeja lengan panjang warna biru dari katun, serta mengenakan sabuk kulit besar tempat mengaitkan pedang, dan aksesories tempur lain. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro dikenakan dipunggung sebagai tanda kebesaran pasukan, dan kupluk coklat menutup kepala mereka yang rambutnya dicukur cepak.


 






















Para Ksatria terlihat duduk-duduk di atas tikar sambil melepas lelah setelah semalam bertempur. Sebagian dari  mereka sibuk mengelap dan meminyaki senapan lontak. Sebagian yang lain memeriksa kelengkapan tempur seperti teropong binokuler, topi baja, pedang perunggu, bola-bola timah peluru, kantong penyimpan mesiu dan tongkat pelantak yang digunakan untuk memasukkan peluru ke dalam moncong senapan.

Seorang ksatria berpakaian putih-putih dan bersorban nampak memeriksa tubuh teman-temannya satu persatu dengan seksama sambil sesekali memberi nasehat. Dia juga memberi butiran-butiran ramuan untuk prajurit yang terlihat kelelahan. Nampaknya dia adalah seorang dokter militer yang biasa terdapat pada kesatuan militer modern yang akan melakukan perjalanan jauh. Sementara puluhan kuda Arab tunggangan para prajurit itu ditambatkan di samping pendopo, beserta dua buah kereta kuda berisi penuh buku-buku tebal yang masing-masing ditarik dua ekor kuda. Kuda-kuda setinggi orang dewasa itu nampak sedang diberi makan dan dimandikan oleh para pekatik Ki Demang Pudak Muncul. 

Panglima pasukan kecil itu adalah seorang pemuda berbadan tinggi, ramping, berhidung bangir,  sigap gerak geriknya. Pertempuran semalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang musketer yang memiliki kemampuan menembak jitu. Dia adalah murid Sunan Kudus yang terkenal cerdas dan berani. Fasih berbahasa Arab, bahasa Turki, dan tentu saja mengusasai bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan di kepulauan nusantara. Selain cakap dalam ilmu militer dia juga memiliki kemampuan dalam ilmu ekonomi sebagai hasil mendalami risalah-risalah Ibnu Khaldun selama berada di Turki. Ibnu Khaldun adalah bapak ekonomi modern asal Tunisia. Kemampuan ilmu ekonomi ini sangat penting bagi negara maritim seperti Demak Bintoro yang mengandalkan pemasukan dari perdagangan.

Namanya Tohpati. Seorang perwira muda yang mendapat pendidikan khusus oleh Brigade Janissari di Enderun Akademi, Istambul. Tohpati juga berpengalaman dengan serangkaian pertempuran bersama pasukan Janissari melawan batalyon-batalyon Eropa di medan tempur yang membentang luas dari Serbia, Hungaria, Kroasia, Austria, Rhodes hingga Pulau Malta. Di mata Ki Demang Pudak Muncul, kemampuan tempur pasukan Tohpati tadi malam benar-benar mencerminkan keharuman nama Ksatria Jipang pimpinan Pangeran Harya Penangsang yang terkenal sebagai barisan Ksatria Demak Bintoro yang sangat disegani oleh para penjelajah Eropa baik di lautan maupun di daratan. 

Jodoh Buat Lestari

Hari itu adalah untuk kesekian kalinya Reza makan sop ayam di warung itu. Kuah yang gurih, daging ayam yang manis-empuk dan sayuran yang masih terasa getah-getah kesegarannya, membuat Reza rajin mendatangi warung sop ayam itu sepulang kerja. Setelah menyajikan sop ayam di meja Reza, tiba-tiba Pak Tua pemilik warung berkata sesuatu pada Reza.

"Anakku minggu depan akan pulang. Saya berharap Mas Reza mau datang ke sini untuk sekedar berkenalan. Siapa tahu Mas Reza berjodoh dengannya"



















Reza kaget bukan kepalang dengan kata-kata si pemilik warung. Tak disangkanya Pemilik warung berharap Reza bersedia menjadi suami bagi anaknya yang merantau ke kota. Sebulan ini Pak Tua memang sering menceritakan tetang anaknya. Awalnya tentang perangai anaknya selama masih tinggal bersama dirinya, tentang kebaikan hatinya, tentang kerajinan membantu orang tua, tentang ketekunan anaknya belajar agama. 

Kemudian dia bercerita tentang anaknya yang sedang melanjutkan kuliah di Jakarta, tentang teman-teman anaknya, tentang kegiatan anaknya di Jakarta. Semua diceritakan dengan rinci kecuali tentang dimana anaknya berkuliah dan tentang wajah serta penampakan fisik anaknya.

Sejanak kemudian Pak Tua melanjutkan kata-katanya:

"Diandra Amartya Lestari, itulah nama anakku. Dia sangat percaya kepadaku. Jika aku mengusulkan dirimu menjadi suaminya, aku hampir pasti dia akan menyetujuinya. Sekarang semuanya terserah pada Mas Reza. Jika Mas Reza tertarik setelah bertemu dengannya, saya akan mengatur tanggal pernikahan kalian"

Pak Tua melanjutkan kata-katanya tanpa menunggu reaksi Reza. Dirinya tidak kenal dekat dengan Pak Tua. Namun sering bertemu di masjid tiap kali sholat shubuh dan Isya. Juga Reza sering membawa teman-temannya makan di warung sop ayam favoritnya itu, sehingga Pak Tua kenal dengan banyak teman dekat Reza. Selebihnya mereka berdua jarang bercakap-cakap. Terkecuali sebulan terakhir Pak Tua sering menceritakan tentang anaknya yang sudah hampir lulus kuliah.

Dongeng Timun Emas dan Raksasa

Mendengar kelakuan Raksasa, Timun Emas merasa perlu membuat perhitungan. Dia tak sabar untuk segera memberi pelajaran kepada Si Raksasa geleuh.

^_^

Adalah seorang perempuan jelita berusia duapuluh dua tahun bernama Anggraeni Paramarini, yang tinggal bersama suaminya di sebuah kampung di lereng gunung. Keduanya sudah menikah bertahun-tahun dan belum dikaruniai anak. Seminggu sekali Mbok Anggra pergi ke gunung untuk memetik jamur, sebagian besar untuk dimakan sendiri, dan sisanya dijual ke pasar. Tubuhnya yang tinggi dan ramping membuatnya lincah bergerak kala berjalan di atas jalan setapak yang terjal. Suami Mbok Anggra bekerja di rumah, mengurus peternakan bersama para pekerjanya. Dia adalah seorang yang banyak akal, tetapi penakut. Suami Mbok Anggra tidak berani pergi ke gunung. Menurutnya di sana masih ada macan dan raksasa penghuni gunung. Begitulah pemikirannya. Makanya tempat paling jauh yang pernah dikunjungi adalah peternakan bebek di pinggir kampung tempat bebek-bebek miliknya dikandangkan.






















Pada suatu hari, ketika Mbok Anggra sedang memetik jamur-jamur di gunung, muncullah seorang raksasa yang bermaksud memakannya. Untunglah setelah melihat tubuh Mbok Anggra yang kurus kering dia jadi kehilangan selera. Raksasa lalu bertanya apakah Mbok Anggra memiliki anak.  Setelah mendengar Mbok Anggra curcol tentang dirinya yang belum punya anak, Si Raksasa memberikan segenggam biji timun pada Mbok Anggra. Itu adalah biji-biji timun emas yang buahnya berfungsi sebagai penyubur, baik bagi Mbok Anggra maupun suaminya. Enam belas tahun yang akan datang Raksasa berjanji akan datang ke rumah Mbok Anggra untuk mengambil buah istimewa dari biji-biji timun emas yang diberikannya.

Biji-biji timun yang ditanam Mbok Anggra di halaman rumah ternyata cepat berbuah. Hanya dalam beberapa bulan saja telah bergelantungan timun-timun yang berwarna keemasan. Setelah rutin mengkonsumsi timun emas, Mbok Anggra berangsur bertambah cantik. Kulitnya semakin bersih dan berwarna kuning keemasan. Badannya semakin berisi, dan berat badannya proporsional, tidak lagi kurus kering. Rambutnya yang kemerahan tumbuh semakin lebat dan tebal. Tubuhnya semakin bugar dan beraroma wangi alami. Beberapa bulan kemudian Mbok Anggra hamil. Ketika lahir seorang bayi perempuan yang lucu, diberi nama Timun Emas.

Bayi itu kemudian tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang berbadan gempal, berkulit gelap, bertubuh kuat dan lincah. Tidak seperti ibunya yang terkenal karena kecantikannya yang mempesona, Timun Emas menjadi buah bibir penduduk kampung karena sopan, ramah dan rajin membantu orangtuanya bekerja. Gadis itu dengan senang hati ikut ibu-ibu tetangga menumbuk padi dan membuat tikar. Meskipun ayahnya terhitung petani kaya di kampung, Timun Emas tak segan membantu para pekerja ayahnya membersihkan kandang bebek dan memandikan kuda beban pengangkut telur. Tentu pergi ke gunung mencari jejamuran bersama Ibunya adalah kegiatan favoritnya. Kebaikan budi Timun Emas membuat dirinya menjadi calon menantu idaman bagi para orang tua di kampungnya. 

Tak terasa enam belas tahun berlalu tatkala Raksasa datang. Dia datang untuk menagih buah istimewa yang dulu dijanjikan. Mbok Anggra mempersilahkan Raksasa untuk  mengambil sendiri buah-buah timun sesuka hatinya. Namun Raksasa menolak, yang dia maksud buah istimewa bukanlah buah ketimun, tetapi anak yang lahir dari rahim Mbok Anggra. Tentu saja Mbok Anggra menolak permintaan Raksasa. Menurutnya Timun emas adalah karunia Allah, bukan berasal dari biji-biji timun milik raksasa. Namun Mbok Anggra berusaha menolak dengan halus. Soalnya tidak mungkin dirinya berkelahi melawan raksasa. Dia juga tidak rela mengorbankan suaminya untuk melawan raksasa. Lelaki itu kini bersembunyi ketakutan di kolong tempat tidur.  Dikatakannya agar Raksasa datang lagi minggu depan, karena Timun Emas saat ini sedang berada di rumah neneknya.
 
Si Raksasa diam-diam tertarik juga untuk memakan Mbok Anggra yang kini tubuhnya berisi, tidak lagi kurus kering. Dia bermaksud memakan keduanya tatkala kembali lagi ke rumah ini minggu depan. Si Raksasa menanyakan umur Mbok Anggra, dan bertanya mengapa tubuhnya kini menjadi terlihat lebih bugar. Mbok Anggra menjawab umurnya tiga puluh delapan tahun, dan mengatakan tubuhnya terasa lebih sehat dan kuat setelah rajin mengkonsumsi buah timun emas yang tumbuh dari biji-biji pemberian Raksasa. Si Raksasa tertawa mendengar jawaban Mbok Anggra, dikatakannya benih timun emas miliknya memang jenis pilihan yang hanya dimiliki para bangsawan Raksasa.

Cerita Cinta Diandra

Pagi hari di Bulan Januari kala Borip menarik nafas lega setelah Om Hariman akhirnya menyetujui untuk membeli belasan Toyota Innova Luxury untuk menambah armada mobil rentalnya. Kenyamanan, tenaga yang kuat dan kursi-kursi yang terpisah antar penumpang adalah feature andalan yang membuat Borip berhasil meyakinkan Om Hariman yang memiliki mayoritas pelanggan dari kalangan bisnis. Namun faktor terpenting yang mendorong keputusan Om Hariman adalah tawaran discount untuk perawatan mobil selama tiga tahun, plus layanan perbaikan di lapangan, yang ditawarkan Borip sebagai bonus tambahan kepada Om Hariman selaku premium konsumen.




Negosiasi berminggu-minggu itu akhirnya berhasil ditutup dengan manis oleh Borip, sekaligus membuat ayahnya selaku pemilik dealer dan bengkel puas dengan hasil kerja Borip. Keberhasilan ini adalah langkah pertama Borip mewujudkan impiannya. Kini Borip mendapat "hak" yang telah dijanjikan ayahnya untuk diberi bantuan pinjaman lunak guna membeli ruko di kawasan perumahan dosen di dekat kampus. Borip sudah setahun ini melakukan studi lapangan untuk berjualan di sana, dan mendapatkan kesimpulan berjualan sayur-sayuran segar adalah alternatif terbaik untuk tempat itu. Belum ada penjual sayuran yang lengkap di sekitar itu, dus Borip yakin tokonya bakalan laris manis disambangi pembeli.


Borip juga akan membuka kafe yang khusus menjual masakan sehat dari sayur-sayuran dan buah-buahan sebagai menu utamanya. Dia telah menyiapkan dua orang koki yang akan bergantian menangani masakannya. Kenapa dua orang? Tentu saja supaya orang tidak bosan dengan masakan sayur-sayuran di kafenya. Tentu saja Diandra dilibatkan dalam semua persiapan ini. Mulai dari merancang desain toko hingga mendesain kafe. Juga memilih masakan-masakan yang akan disajikan di kafe. Semua mendapat sentuhan tangan-tangan kreatif Diandra. Toko sayuran adalah langkah kedua Borip untuk mewujudkan cita-citanya.

^_^

Toko sayuran maupun kafe sudah berjalan enam bulan dan memiliki pelanggan tetap yang lumayan banyak tatkala Borip dan Diandra diterima pada kampus yang sama, pada jurusan incaran mereka. Diandra memang sejak kecil berminat menjadi dokter hewan seperti tantenya, telah diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Sedangkan Borip belajar Agribisnis seperti kegemarannya sejak kecil ikut neneknya berdagang sayur-sayuran di pasar tradisional. Keduanya tersenyum lebar tatkala mengetahui kelulusan mereka dari situs online. Cita-cita keduanya terasa semakin dekat saja.


Borip tahu bahwa Diandra telah terbiasa dengan pekerjaan rumah seperti memasak, menjaga kerapian rumah, hingga urusan tetek bengek seperti mencari pembantu dan bergaul dengan baik dengan ibu-ibu tetangga. Sebuah bekal yang bagus untuk cita-cita mereka. Sementara Borip mampu memperbaiki perkakas rumah tangga, membengkel mobil, hingga kompromi dengan Bapak-bapak tetangga untuk menentukan besaran iuran memperbaiki selokan. Melihat semua itu, Borip merasa bahwa persiapan dirinya dan Diandra sudah lebih dari cukup untuk mewujudkan cita-citanya.        


^_^


Baik keluarga Borip, maupun kedua orang tua Diandra tidak berkeberatan kala Borip menyatakan niatnya untuk menikah sesaat sebelum perkuliahan dimulai. Borip berhasil membuktikan bahwa dirinya  sudah cukup matang untuk berumahtangga. Demikian juga Diandra yang jelita itu jauh dari sifat kekanak-kanakan dan manja, serta trampil dalam urusan rumah tangga. Baik Borip maupun Diandra telah bekerja keras untuk membuat diri mereka layak menuju jenjang pernikahan. Alangkah bahagia kedua remaja itu kala mengetahui bahwa cita-cita mereka untuk bersatu dalam pernikahan sebelum masuk ke dunia kampus dapat terkabulkan. Sebuah cita-cita yang sudah ditetapkan di hati mereka sejak setahun lalu, saat menginjak kelas dua SMA.

Menunggu Godot

Tahun ini Juned membeli 2 ekor kambing korban. Satu untuk masjid di dekat rumahnya, satu lagi untuk disembelih di kampung halaman temannya, di pelosok pedesaan di Subang. Untuk kambing yang di Subang, Juned memilih kambing yang terbesar yang ada di sana, harganya relatif lebih murah karena langsung beli pada peternak. Untuk yang Masjid di dekat rumahnya, Juned memilih kambing ukuran sedang karena rada susah cari yang besar.

Juned menitipkan pengurusan kambing pada temannya di Subang. Untuk yang di dekat rumah, Juned menitip pada Bibi yang biasa membersihkan rumahnya. Kebetulan dia tinggal tak jauh dari rumah Juned. Sebenarnya hal serupa telah dilakukan Juned tahun lalu. Waktu itu dia menitipkan pengurusan hewan kurban pada Si Bibi dan temannya. Tahun lalu sehabis dhuhur Juned sudah bisa menikmati gule dan sate kambing masakan si Bibi.

Wagenugraha dan Professionals Day di Sekolah Terpencil

Untuk kesekian kalinya Randy Abdurrahman mendatangi Wagenugraha untuk mendapatkan ide pengembangan sekolah di desanya yang berada di pelosok Subang. Madrasah Ibtidaiyah & Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SD & SMP yang merupakan almamater Randy itu butuh terobosan-terobosan baru agar mampu bertahan hidup dan menarik siswa baru dari orang-orang kampung yang kebanyakan dari kalangan tidak mampu agar bersedia mengirimkan anaknya bersekolah. Tujuan lainnya adalah Randy ingin madrasahnya tidak jauh ketinggalan dari sekolah-sekolah yang ada di kota.

 http://duniashinichi.blogspot.com

Ekstrakrikuler yang ada di madrasah relatif sudah lengkap, mulai dari komputer, menjahit, cooking class,  elektronika, hingga pelajaran kumon yang diberikan secara gratis oleh beberapa sukarelawan dari Kota Subang. Namun semua itu belum memuaskan bagi Randy, karena dia merasa belum ada suatu pelajaran atau acara yang akan mengarahkan anak-anak kampung itu menuju masa depan yang sesuai dengan jiwa mereka. Randy ingin anak-anak itu mendapatkan gambaran tentang pilihan-pilihan masa depan sekaligus mendapat suntikan semangat yang akan membuat mereka tabah menghadapi semua masalah dalam usaha mewujudkan cita-cita mereka.

Sudah seminggu Wagenugraha siang malam memikirkan cara untuk membantu Randy mewujudkan cita-citanya. Dan "Tinggggggg......" tiba-tiba pada hari kedelapan Wagenugraha mendapatkan suatu ide yang diyakininya akan mampu membantu anak-anak kampung untuk menentukan pilihan masa depannya. Sebuah acara yang akan memperkenalkan murid-murid madrasah dengan beranekaragam profesi yang dapat mereka geluti kala mereka dewasa nanti.

Wagenugraha: Resep mengatasi kesedihan, kesepian dan kegalauan para Manula

Awalnya dari keprihatinan melihat tetangga yang baru saja pensiun yang nampak selalu galau dan bersungut-sungut wajahnya. Nampaknya dia kurang puas dengan kondisi dirinya saat ini dan juga terhadap pencapaian anak-anaknya yang telah beranjak dewasa. Kondisi tetangganya itu membuat Wagenugraha jatuh kasihan dan berniat untuk membantu dia kembali menemukan keceriaan hidupnya. 

Ditambah lagi beberapa orang lanjut usia yang lain kenalan Wagenugraha juga nampak kehilangan gairah dalam hidup mereka. Terlihat dari keluhan-keluhan yang mereka lontarkan setiap kali mengobrol dengan Wagenugraha. Fenomena yang menimpa beberapa orang manula tersebut membuat Wagenugraha tergerak melakukan sesuatu untuk membangkitkan semangat mereka.

Cerita Anak: Bunda Aliya dan kulkas segede kamar makan

Gara-gara Bunda Aliya keceplosan bilang pada Kirana dan Arina, maka anak kelas satu dan kelas tiga sekolah dasar itu jadi penasaran ingin main ke kantor Bunda. Awalnya Kirana bercerita tentang kantor ayah temannya yang katanya memiliki ratusan kulkas untuk menyimpan daging beku. Teman Kirana tersebut sangat bangga dengan tempat kerja ayahnya. Kebanggaan temannya itu membuat Kirana ingin tahu apa yang bisa dibanggakan dari kantor bundanya. http://duniashinichi.blogspot.com

Maka meluncurlah kata-kata dari Bunda Aliya bahwa kulkas di kantor bunda besarnya sebesar ruang makan. Cukup dimasuki oleh satu kelas anak sekolah dasar beserta guru-gurunya. Kulkas sebesar ruang makan tentu saja membuat Kirana dan juga Arina sangat bangga dengan kantor Bunda. Namun mereka masih belum berani bercerita pada teman-temannya bila belum melihat dengan mata kepala sendiri. Maklum mereka takut dianggap tukang ngibul jika tidak bisa menceritakan secara detail kulkas raksasa itu. Maka sejak hari itu dua orang anak itu setiap hari minta diajak berkunjung ke kulkas segede kamar makan. Pusinglah Bunda Aliya menghadapi permintaan mereka.

Cerita Si Kancil dan Tokek bersuara cetar membahana tapi Galau

Adalah seekor tokek gede yang tinggal di pintu gudang beras Pak Tani. Ukurannya besar hampir sebesar tikus rumah, tubuhnya kuat, gerakannya cepat dan  suaranya keras membahana hingga orang-orang sering menyangka sebagai suara anak-anak yang berteriak. Di saentero gudang, tuan tokek ini adalah binatang yang terkuat dan disegani oleh hewan-hewan lain. Cicak,tikus clurut, laba-laba hingga ular tanah takut kepadanya. Namun dibalik kekuatannya itu ternyata Si Tokek mengidap hati yang lunglai. Hari-harinya selalu dijalani penuh kegalauan. http://duniashinichi.blogspot.com

Awalnya adalah pertemanannya dengan tokek putih yang tinggal di gudang yang sama. Mereka berteman akrab sekali hingga tidak bisa dipisahkan. Namun pada suatu malam tokek putih memutuskan pergi bareng tokek putih lain dengan menumpang sebuah truk beras. Rupanya dia memilih berteman dengan sesama tokek putih dibanding dengan tokek coklat. Sejak saat itu Tokek berubah menjadi tokek galau. 

Jika dulunya Tokek berteriak "Toooookek" dengan anggunnya pada jam-jam tertentu, yaitu jam tujuh pagi, jam tiga sore dan jam sembilan malam. Sekarang dia tak tentu jadwal teriaknya. Udah gitu suaranya bergetar sebagai dampak dari kesedihan hati yang sangat dalam. Kapanpun kala teringat tokek putih, dia akan langsung berteriak "Tooooookek, Tooooookek!" sehingga membingungkan penghuni gudang lainnya. Kadang-kadang di tengah percakapan dengan hewan lainnya Si Tokek tiba-tiba menangis dan berteriak keras "Tooooookek!" karena rindu pada sosok tokek putih. Pokoknya irama hidup Si Tokek jadi kacau balau. Tokek tenggelam dalam lautan luka dalam  setelah ditinggal tokek putih.

Suatu ketika Sang Kancil yang sedang tetirah keluar hutan berkunjung ke gudang beras itu. Hewan-hewan penghuni gudang senang sekali atas kunjungan Sang Kancil, mereka sangat berharap Si Tokek bisa dinormalkan oleh Sang Kancil. Kemudian hewan-hewan itu bercerita tentang diri Si Tokek yang galau. Tentang hidupnya yang jadi nggak karuan gara-gara ditinggal tokek putih.

Pertempuran Arya Penangsang melawan para sekutu Portugis

Arya Penangsang menyuruh pasukannya berhenti. Dua ratus pasukan kavaleri Jipang berhenti tepat di puncak bukit. Panji-panji Kesultanan Demak Bintoro, warna gula kelapa - merah putih nampak berkibar ditiup angin. Di belakang para Ksatria Jipang terhampar jurang-jurang berdinding batu yang curam. Sementara di depannya terdapat lembah berupa padang rumput yang dipenuhi oleh tidak kurang dari lima ratus orang pasukan bertelanjang dada, bersenjatakan pedang dan tombak berjajar telah menunggu kedatangan mereka di lembah.




Rupanya mereka adalah pasukan lokal sekutu Portugis yang bermaksud menghadang kedatangan Ksatria Jipang yang diutus Sunan Kudus, selaku panglima perang kesultanan Demak Bintoro untuk menertibkan sebuah benteng kecil Portugis di pinggir pantai.

Sebuah benteng perintis yang ditengarai oleh Inteljen Kesultanan Demak Bintoro sebagai cikal bakal pangkalan militer Portugis untuk mengganggu jalur pedagangan kapal-kapal jung milik pedagang Pulau Jawa. Perdagangan adalah matapencaharian utama penduduk Kesultanan Demak Bintoro. Pertanian tidak banyak berperan pada kesultanan maritim yang wilayahnya meliputi kota-kota dagang yang kaya raya di sepanjang pantai utara Jawa.

Arya Penangsang dengan masih duduk di atas punggung Gagak Rimang - nama kudanya -  berteriak menyerukan kepada para pasukan lokal untuk menyingkir. Dikatakannya bahwa Ksatria Jipang adalah prajurit pembela kehormatan nusantara. Ksatria Jipang hanya akan mengambil tindakan kepada orang-orang Portugis yang mengganggu para pedagang nusantara, bukan kepada sesama pasukan pribumi. Namun pemimpin pasukan lokal itu menolak, dan malahan merubah formasi pasukannya dalam gelar perang,

Nampak dibarisan terdepan pasukan lokal ada belasan orang berpakaian hitam, mengangkat keris terhunus  di atas kepala, sambil menyemangati para pasukan di belakangnya. Ratusan pasukan di belakangnya juga telah mengacung-acungkan  pedang dan tombaknya sambil meneriakkan yel-yel  perang. Sementara para Ksatria Jipang dari atas kudanya juga telah mengisi senapan dengan peluru dan siap menembak. Kini dua ratus Ksatria Jipang telah membidikkan senapannya langsung ke arah lima ratus pasukan lokal yang bersenjatakan pedang, tombak dan keris. 

Arya Penangsang merasa kualitas prajurit maupun persenjataan lawan jauh dibawah Ksatria Jipang. Akibatnya akan jatuh banyak korban di pihak lawan. Peluru senapan-senapan Ksatria Jipang akan memakan beratus-ratus korban dari pihak musuh sebelum pedang mereka sempat beradu dengan senjata-senjata Ksatria Jipang. Sebuah kesatuan tempur bersenjata modern dari negara maritim yang berpergaulan internasional berhadap-hadapan dengan pasukan lokal yang kurang pengalaman tempur.

Musuh terlalu lemah untuk dihadapi secara frontal. Korban yang jatuh akan terlalu banyak. Sementara lawan mereka sebenarnya adalah Portugis yang hendak memonopoli perdagangan rempah-rempah di nusantara. Sebenarnya sedih juga hati Arya Penangsang karena sebagai sesama pribumi mereka harus saling bunuh karena yang satu terbujuk untuk bergabung dengan musuh. Karena itu Arya penangsang mencoba mencari jalan lain yang tidak menimbulkan korban terlalu banyak. Apalagi setelah dia melihat gerak-gerik pasukan lawan yang terlihat miskin pengalaman, rasanya tidak akan terlalu sulit untuk ditaklukkan dengan strategi yang tepat.

Ketika dilihatnya sepuluh buah meriam yang dibawa oleh pasukannya, terpikirlah oleh Arya Penangsang sebuah strategi untuk menurunkan mental lawan. Diperintahkannya dua orang komandan pasukan untuk memimpin dua regu pasukan meriam. Satu regu menembakkan peluru meriam ke arah dinding-dinding jurang batu granit belakang posisi Ksatria Jipang. Sementara regu kedua diminta untuk menembakkan meriam ke depan para orang-orang berpakaian hitam yang sedang mengangkat keris.

Ketika meriam mulai ditembakkan ke arah dinding-dinding jurang di belakang pasukan Arya Penangsang, terdengarlah suara  gema amat keras yang bertalu-talu menggetarkan jantung. Suara yang sangat memekakkan telinga seolah seperti jeritan puluhan raksasa berteriak-teriak kelaparan. Pasukan musuh nampak sangat kaget oleh suara-suara dahsyat itu. Mereka tidak tahu bahwa efek gema pada dinding-dinding batu dapat menimbulkan suara yang sangat mengerikan. Beberapa diantara mereka saling memandang dan tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir di wajah mereka.

Ketika rasa takut lawan terlihat memuncak, Arya Penangsang memerintahkan komandan kedua menembakkan meriam ke depan orang-orang berpakaian hitam.

"Blaaaaaarr" peluru meriam meledak di depan barisan orang berpakaian hitam-hitam. Beberapa orang terlempar beberapa langkah ke belakang. Sementara yang lainnya jatuh terduduk karena saking kagetnya. Begitulah beberapa kali meriam ditembakkan telah membuat  barisan terdepan musuh kocar-kacir. Melihat para penyemangat mereka berjatuhan, beberapa pasukan di belakangnya menjadi gentar dan memilih mengambil langkah seribu meninggalkan lembah. Tak berapa lama diikuti oleh ratusan pasukan lainnya. Formasi perang musuh kacau balau bersamaan dengan peluru-peluru meriam yang ditembakkan komandan kedua.

Saat meriam berhenti ditembakkan, di depan Ksatria Jipang tinggal tersisa seratus pasukan lawan. Ratusan lainnya kabur tak ketahuan rimbanya. Rupanya seratus orang yang tersisa itu adalah pasukan pilihan. Pasukan inti yang menjadi tulang punggung pasukan. Sesaat kemudian komandan musuh telah meneriakkan perintah untuk menyerbu.  Serentak seratus orang prajurit yang tersisa itu bergerak menyerbu Ksatria Jipang.

Ketika pasukan lawan mulai memasuki jangkauan tembakan senapan, Arya Penangsang memberi komando pasukan yang terdepan mulai menembak. Disusul pasukan di baris kedua menembak. Begitu seterusnya hingga barisan paling belakang. Ratusan peluru senapan Ksatria Jipang beterbangan menyapu barisan pasukan lawan di depannya tanpa ampun.

Terjadilah pertempuran seru yang berlangsung sangat singkat. Dari seratus pasukan musuh yang menyerbu itu hanya kurang dari sepuluh orang yang selamat sampai berhadapan muka dengan para Ksatria Jipang. Sementara puluhan lainnya bergelimpangan diterjang peluru. Sisa pasukan yang selamat itu pun akhirnya roboh ditebas pedang Ksatria Jipang yang tersohor kemahirannya dalam memainkan pedang sambil berkuda. Sebuah pertempuran singkat yang  menunjukkan betapa kavaleri pasukan Demak Bintoro yang dilengkapi senapan dan meriam itu terlalu tangguh untuk dihadapi pasukan lokal sekutu Portugis (Undil-2013)

gambar diolah dari kismeta

Istri Pilihan Darmo


Makanya Darmo tertarik tatkala Haji Ruri menawarkan pada Darmo untuk menikahi adiknya yang sudah tiga tahun menjanda karena ditinggal mati suaminya.

^_^ 

Sudarmono Sastrawiragraha dan beberapa kawan sekampungnya adalah lulusan SMK Pertanian yang letaknya di Kota Kabupaten. Setelah lulus sekolah, mereka mulai bekerja ke kota seperti halnya teman-teman sekampungnya. Kebanyakan pergi ke Jogja untuk menjadi buruh bangunan, bekerja di pabrik oleh-oleh atau menjadi penjaga toko. 

Ilmu pertanian yang mereka miliki praktis tidak dipraktekkan karena di kampung pun sawah mereka kurang menjanjikan penghasilan yang cukup untuk digarap. Biasanya sawah disewakan pada para petani penggarap yang rata-rata sudah cukup lanjut usianya, sehingga hasil panen pun kurang melimpah.















Namun Darmo beda dengan teman-temannya. Sekalipun bekerja ke kota, Darmo yang memang cinta mati pada dunia pertanian ini tetap mengolah sawah miliknya sekalipun luasnya hanya lima ratus meter persegi alias seperduapuluh hektar. Darmo biasa mulai menggarap sawahnya dari usai sholat subuh berjamaah di masjid hingga jam delapan pagi. Baru sesudah itu dia berangkat ke kota bersama teman-temannya untuk bekerja menjadi buruh bangunan. undil

Belakangan Darmo mendapat kepercayaan untuk menggarap sawah Haji Ruri yang luasnya hampir satu hektar. Setelah memegang dua sawah, terkadang Darmo meneruskan bekerja di sawah malam hari sehabis mengajar anak-anak membaca Al Quran di Masjid. Jika sedang masa tanam dan panen, praktis Darmo tidak bisa ikutan bekerja ke kota. Kesibukan terakhir ini membuat Darmo tidak bisa sesering kawan-kawannya glidik ke kota. duniashinihi.blogspot.com

Tiga tahun telah berlalu sejak anak-anak muda itu lulus sekolah dan mulai bekerja di kota. Enam bulan terakhir ini satu persatu mereka menikah. Hariman menikah dengan Latri sesama penjaga toko di Malioboro. Guntur menikah dengan Natasya yang jualan pulsa di dekat tempat Guntur sedang bekerja membangun rumah di Jalan Kaliurang. Demikian juga dengan Yogdi, Donny dan Anggito. Mereka rata-rata menikah dengan gadis-gadis yang tak jauh dari tempat mereka bekerja. 

Sebenarnya ada beberapa gadis yang tertarik pada Darmo. Rata-rata mereka tertarik karena Darmo orangnya cerdas, rajin dan cekatan membantu teman-temannya yang butuh pertolongan, disamping paras Darmo yang menawan karena Ibunya dulu juga adalah seorang kembang desa. Namun karena Darmo belakangan tidak serutin dulu pergi ke kota, sehingga tidak ada tindak lanjut atas hubungan mereka.

Teman-teman Darmo sering bertandang ke rumah Darmo untuk menyarankan dirinya agar segera menikahi salah satu dari gadis-gadis itu. Netty yang cantik bak foto model Vogue yang sekarang bekerja di salon spa, Rahmawati yang manis dan bekerja menjadi kasir di salah satu swalayan, atau si Deasy yang tinggi semampai yang kini menjadi staf administrasi gudang sebuah bengkel mobil besar. Namun rupanya Darmo punya pilihan lain.

Jika Darmo menikah dengan salah satu dari gadis-gadis itu artinya dirinya harus pindah ke kota. Sedangkan Darmo ingin tetap tinggal di desa menggarap sawah. Dia cinta mati pada dunia tanam menanam dan berternak hewan piaraan. Menanam padi, sayuran dan memelihara sapi adalah kesenangan yang tidak dapat begitu saja digantikan kegiatan yang menghasilkan uang lebih banyak. Darmo juga tidak tega meninggalkan anak-anak yang rutin belajar membaca Al Quran kepada dirinya. Lagipula Darmo merasa hidupnya akan begitu-begitu saja bila menempuh jalan seperti teman-temannya. Dia ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar untuk kepentingan pribadi dan keluarga saja. 

Makanya Darmo tertarik tatkala Haji Ruri menawarkan pada Darmo untuk menikahi adiknya yang sudah tiga tahun menjanda karena ditinggal mati suaminya. Seorang perempuan sarjana peternakan yang sudah naik haji ke mekah dan saat ini menjadi peternak sapi perah yang memiliki sepuluh hektar lahan di kampung.  Klarinta Aliya Husna mengisi hari-harinya dengan mengisi pengajian buat Ibu-ibu di rumahnya dan mengurus panti asuhan anak yatim yang didirikan ayahnya di dekat masjid di kota kecamatan.

Chicken Stays, Eagle Flies: Kisah Persahabatan Ayam dan Burung Elang


Fly, Eagle, Fly!. Ini adalah kisah persahabatan dua ekor binatang pilihan dari jenisnya yang dibesarkan pada kandang yang sama. Seekor Elang Jawa berbulu keemasan yang gagah perkasa, dan seekor Ayam Betina warna kuning langsat yang ramping, cekatan & rajin bertelur.

Kedua sahabat itu telah memutuskan untuk berkelana bersama meninggalkan kenyamanan tempat kelahiran mereka di tanah pertanian yang membentang sepanjang tepian Kali Opak. Tanah pertanian subur yang menyediakan beras, jagung, cantel dan aneka ikan melimpah tanpa perlu bekerja keras. Kadang-kadang dua sahabat itu main ke Pasar Bantul untuk memakan ceceran gandum yang diabaikan pedagang. Memakan serpihan-serpihan geplak di belakang dapur Mbah Wongso. Terkadang bertandang ke Warung Bakso Bangjo punya Mbak Dewi, si pemiliknya suka memberi mereka tiga butir bakso urat yang gurih. Kini mereka rela meninggalkan semua kenikmatan itu demi keinginan menjelajahi tempat-tempat menakjubkan di seluruh penjuru bumi. 




















Puncak-puncak gunung tertinggi berselimut salju, danau-danau terluas membiru, gurun-gurun pasir yang paling panas, padang salju yang paling putih mulus, hingga tanah-tanah pertanian yang paling hijau di muka bumi adalah impian mereka. Hasrat mengatasi tantangan-tantangan tersulit dalam hidup telah membakar gairah jiwa-jiwa muda yang tengah mekar. Dengan berkelana, jiwa mereka terpuaskan oleh beragam pengalaman. Pun ketrampilan hidup mereka terasah dengan sangat baik oleh tantangan alam. Maklumlah, butuh perjuangan berat untuk setiap suap makanan yang masuk ke perut mereka selama dalam pengembaraan 

Mbah Jumadi, petani tua yang memelihara dua ekor unggas itu sengaja telah melatih keduanya sejak masih bayi. Elang dan Ayam mungil rajin dibawa ke Bukit Selarong untuk dilepaskan agar berlatih terbang turun menuju lembah. Pertamakali dilepaskan dua binatang itu masih takut-takut untuk terbang. Namun seiring berjalannya waktu, mereka semakin lihai menggerakkan sayapnya untuk melayang menyusuri Bukit Selarong hingga ke Bukit Menoreh di Barat, kemudian bergerak ke utara sampai ke puncak Merapi dan Merbabu.

Berkat latihan-latihan berat itu, kini baik Elang ataupun Ayam Betina memiliki kemampuan untuk terbang jauh. Walaupun kemampuan Ayam Betina tidaklah sehebat kemampuan Elang. Saat Elang mulai berani mengendarai topan agar bisa terbang tinggi, Ayam Betina tak pernah melakukannya sendirian.

Elang kecil tumbuh dewasa menjadi penerbang tangguh yang berani terjun ke pusaran topan cleret tahun agar bisa terbang makin tinggi ke angkasa. Semakin besar cleret tahun, semakin tinggi juga Elang akan terhempas ke langit menerobos gumpalan-gumpalan awan. Jiwa petualang yang mekar di dalam dirinya telah membuat syaraf rasa takutnya putus sehingga Elang berani mengendarai inti topan hingga mengangkasa setinggi-tingginya langit tanpa rasa takut. Matanya yang tajam melihat mangsa akan membimbingnya terjun bak meteor menjilat bumi tanpa ragu sedikitpun. Jiwanya yang merindu tantangan membuatnya ingin bebas melangit, mewarnai era-era baru dalam penjelajahan bumi.

Sebaliknya Ayam kecil tumbuh menjadi Ayam Betina yang lebih banyak berada  di halaman rumah. Tubuhnya tidak sekuat Elang dan terbangnya tidak setinggi awan membuatnya perlu bekerja keras saat terbang. Namun tekadnya yang keras untuk berdampingan dengan Elang mengangkasa keliling dunia telah membuatnya berbeda dari ayam biasa. Sesekali Elang harus mencengkeram tubuh Ayam agar tidak jatuh ke bumi karena kelelahan. Juga jika ada topan, maka Elang tidak pernah melepaskan pegangan pada tubuh Ayam agar tidak terhempas ke bumi bersama pusaran topan. 

Namun sekalipun lebih lemah, Ayam memiliki kelebihan dibanding Elang. Dia adalah petelur yang handal dan tidak gampang bosan meskipun harus tinggal di halaman rumah dengan sedikit variasi kegiatan. Dalam pengembaraan pun, Ayam meninggalkan telur-telur yang tak terhitung banyaknya sepanjang perjalanan. Tidak peduli punya atau tidak punya majikan, Ayam selalu menyetor telur-telurnya ke bumi. Setidaknya menurut blog http://duniashinichi.blogspot.com
^_^
  
Sebagai para penjelajah, setiap makanan yang masuk ke perut dua sahabat itu bukan didapat dengan cuma-cuma. Butuh perjuangan yang terkadang teramat berat untuk sesuap makanan. Seperti yang dialami kedua sahabat kala sedang terbang di atas bentangan gurun pasir Kalahari. Tidak ada tumbuhan yang hidup  di sana. Tidak ada air dan tidak ada makanan. Satu-satunya makanan yang ada hanyalah tanaman jagung yang terselip di sebuah mulut gua di puncak gunung batu di tengah gurun pasir itu. 
duniashinichi.blogspot.com

Lelaki Ketiga

Lelaki pertama dan lelaki kedua tidak mengherankan. Shinichi Kudo tahu persis mengapa mereka dipilih menjadi pemimpin oleh anak-anak muda itu. Tapi justru Ihsan ini yang Shinichi nggak tahu mengapa beliau bisa-bisanya dipilih menjadi ketua umum pemuda, dengan suara aklamasi lagi!


















Rasyid si wakil ketua itu pastinya dipilih karena kemampuan komandonya. Rasyid dengan cekatan memimpin anak-anak muda untuk mempersiapkan tempat-tempat berlangsungnya acara porseni antar remaja masjid yang akan digelar para anak muda itu. Dari mulai mempersiapkan lapangan hingga tenda-tenda untuk acara pembukaan, semuanya  dengan cepat dan tuntas diselesaikan Rasyid. Pantaslah dia dipilih menjadi pemimpin. 

Binsar dengan kemampuan persuasifnya yang luar biasa juga layak menjadi pemimpin karena dialah yang menghubungkan panitia porseni dengan para calon peserta, sponsor dan sesepuh masjid di kota ini. Berkat kepandaian Binsar dan timnya lah peserta acara porseni remaja masjid membludak hingga ribuan orang. Arus dana dari sponsor yang berasal dari toko-toko kelontong milik para Haji yang mendominasi Pasar Makmur, nama pasar terbesar di kota itu juga tak terhitung lagi jumlahnya. Sesepuh masjid juga sangat mendukung berkat kepandaian persuasi Binsar. Layaklah dia menjadi pemimpin.

Tapi Ihsan jauh dari kesan seorang yang persuasif ataupun pandai memimpin pekerjaan lapangan. Kemampuannya dalam mengutarakan pendapat biasa saja. Dalam kerjaan lapangan pun dia tidak banyak memberi komando. Rasyidlah yang melakukan. Soal urusan sponsor, Ihsan juga hanya mengurusi sebagian kecil saja. Hanya beberapa toko besar saja yang disambangi Ihsan. Sebagian besar toko lainnya dihubungi oleh Binsar. Demikian juga dengan masjid-masjid yang diundang untuk mengirimkan remajanya berkompetisi dalam porseni. Ihsan tak banyak turun  ke lapangan untuk mengajak mereka bergabung.

Saat Shinichi menanyakan hal itu pada Binsar, anak muda itu tertawa. Dia hanya mengatakan dari dulu juga begitu. Tiga tahun lalu saat kepengurusan organisasi diregenerasi, polanya selalu begitu. Jika ada acara, plotnya Ihsan itu  ketua, kemudian Rasyid urusan lapangan dan Binsar urusan hubungan masyarakat. Gak pernah berubah dan acara yang mereka gelar rata-rata berhasil.

Kemudian Shinichi mencoba bertanya pada Rasyid. Barangkali dia tahu penyebabnya. Sama halnya dengan Binsar, anak muda itu menanggapi dengan tertawa. Dikatakannya pertanyaan yang meragukan kontribusi Ihsan itu bukan diajukan Shinichi saja. Tapi banyak oleh para orang-orang tua. Rata-rata mereka heran bagaimana cara Ihsan memimpin anak-anak muda itu. 

Namun kemudian Rasyid mulai buka kartu. Dia menyebutkan salah satu kelebihan Ihsan dibanding dirinya dan Binsar. Ihsan itu orangnya sangat determinatif. Dia determinasinya sangat tinggi. Begitu tujuan dicanangkan maka dia akan ngotot memperjuangkan hingga berhasil. Akibat semangat yang menyala-nyala itu, para pemuda lain jadi ikut bersemangat memperjuangkannya. Mereka melihat halangan-rintangan sebagai hal yang biasa saja, karena terpengaruh oleh Ihsan yang tidak ragu sedikitpun akan keberhasilan program yang telah dipilih.

Ihsan itu sangat percaya diri atas keputusan yang kita ambil bersama. Dia tidak mengenal menyerah walaupun banyak orang yang meragukan keberhasilan tujuan yang hendak diraih. Jadinya semua anggota tim tidak punya peluang untuk ragu, lalu menetapkan tujuan lain yang lebih mudah dicapai. Biasanya selalu ada saja jalan untuk mencapai tujuan. Selalu ada saja jalan ketiga yang tidak disangka-sangka. Begitulah Rasyid menggambarkan diri Ihsan.

Contoh kuatnya determinasi Ihsan terlihat pada proyek membuat rumah kaca di ara-ara Lohduwur. Itu adalah nama sebuah padang yang cukup luas yang terletak di sebelah selatan kampung. Sebelum ada rumah kaca, tempat itu hanyalah padang yang kering dengan tanah tidak rata, penuh rerumputan bercampur dengan batu-batuan dan sampah yang dibuang orang. 

Kini di tempat itu berdiri deret-deret rumah kaca dengan peruntukan masing-masing. Sebagian ditanami anggrek, sebagian yang lain sayur-sayuran dan sebagian lainnya lagi tanaman hias. Ara-ara Lohduwur pun kini lebih mirip tempat wisata dan kuliner, dibanding tempat pembiakan tanaman, karena lebih banyak orang datang ke sana untuk menikmati keindahan anggrek sambil makan aneka hidangan sayur-sayuran dibanding untuk membeli tanaman.

Dulu saat Ihsan mengusulkan membangun rumah kaca untuk menjadi tempat kegiatan para pemuda, tak banyak yang mendukung. Hanya karena kemauan yang kuat dari Ihsan saja usulannya tetap dijalankan oleh para pemuda walaupun banyak gerutuan sana-sini. Namun dengan bantuan kepintaran Binsar menjelaskan pada para warga, maka terdapat sekelompok warga yang berkecukupan yang tergerak untuk mendanai pembangunan rumah kaca pertama untuk menanam anggrek.