Showing posts with label dongeng sang kancil. Show all posts
Showing posts with label dongeng sang kancil. Show all posts

Cerita Pendek Kancil Mencuri Mentimun

Sang Kancil tak pernah menyangka peristiwa hari itu akan mengubah secara total hidupnya. Sore itu Sang Kancil yang masih remaja belia baru saja beranjak keluar hutan setelah seharian menempuh perjalanan dari rumahnya -- sebuah gua cantik di tengah hutan. 

Tepat di pinggir hutan ada tebing dengan dinding yang melandai. Sang Kancil sedang melangkah menuruni tebing itu ketika tiba-tiba tanah yang diinjaknya ambles sehingga Sang Kancil tergelincir dan meluncur cepat ke arah bawah tebing. 





Sang Kancil berteriak panik sambil kakinya terus melangkah dengan cepat agar keseimbangan tubuhnya terjaga dan dirinya tidak jatuh terguling-guling. Laju luncuran tubuh Sang Kancil semakin lama semakin cepat sebelum akhirnya menubruk patung orang-orangan yang berada di pinggir kebun mentimun di dasar tebing.

Hewan cerdik itu bernafas lega mendapati kakinya dan tulang-tulang tubuhnya tidak patah. Namun sejenak kemudian dia sadar bahwa orang-orangan ini telah dilumuri getah yang sangat lengket sehingga dirinya tidak bisa lepas darinya.  Tak berapa lama kemudian Sang Kancil mendapati dirinya dimasukkan karung dan dibawa Pak Tani meninggalkan ladang di tepi hutan. 

Sepanjang jalan didengarnya Pak Tani mengomel tentang para pencuri mentimun yang harus diberi pelajaran. Sadarlah Sang Kancil bahwa dirinya dituduh sebagai salah satu pencuri mentimun -- artinya banyak pencuri mentimun yang menjarah ladang Pak Tani.

Sang Kancil diikat di sebuah pohon jeruk bali di kebun belakang Pak Tani. Tatkala dia mengamati area sekelilingnya, dilihatnya banyak binatang yang bernasib sama dengan dirinya. 

Ada seekor rusa jantan yang terikat di pohon pete. Ada kambing hutan yang diikat di pohon mandingan. Seekor banteng kecil diikat di pohon mangga. Beberapa binatang lain dikurung dalam kurungan dari kayu. Dari jumlah yang hanya seekor dan perlakuan diikat atau dikurung terhadap mereka, Sang Kancil menyimpulkan mereka juga dituduh mencuri di ladang Pak Tani. Binatang piaraan Pak Tani biasanya jumlahnya banyak dan tidak diikat.

Dongeng Bahasa Jawa: Kancil lan Manuk Blekok Sing Wicaksana.

Ing sasi pasa iki wis sakwetara Bayi Altap diajak Bunda Majda liburan ning omahe Eyang. Kaya adat saben, nalika Bunda Majda masak hidangan buka puasa --- Bayi Altap didelehke ning nduwur stroller (kereta bayi) biru ing teras mburi omahe Eyang. BIasane ana Kancil dolan ndono sakperlu dongengke Altap. 

Nalika lagi enak-enak ngurogokke dongenge Kancil, dumadakan ana manuk wulune putih campur klawu, cucuke dowi, lan sikile uga dowi banget -- mencok ning kursi cedak stroller, terus ngeciwis ngajak ngobrol Altap. Kebon mburi omahe Eyang pancen jembar banget, lan isih akeh kewan-kewan liar sing seneng dolan amarga ora tau diganggu.

"Yi, bayi jenengmu sapa? Kok aku saiki kerep weruh kowe ning kene?" pitakone Si Manuk

Dongeng Sang Kancil, Dua Bayi, dan Nemo yang Terjebak

Sepulang dari pasar untuk berbelanja kebutuhan bahan makanan buka puasa dan sahur, Bunda Ahza ternyata bukan saja menenteng barang belanjaan kebutuhan dapur, tetapi juga membawa plastik berisi dua ekor ikan Badut -- sama dengan ikan pada film Finding Nemo. Ikan tersebut untuk mengisi akuarium air laut milik kakek Altap yang diletakkan di teras belakang. 

Dua ekor ikan badut itu dengan cepat beradaptasi dan dengan lincah berenang ke sana kemari menjelajahi sudut-sudut akuarium. Malang tidak dapat ditolak -- saat seekor Nemo yang lebih kecil sedang menyusuri permukaan air akuarium -- karena volume air terlalu banyak --  ikan tersebut terjatuh ke dalam kotak saringan filter yang ada di sisi belakang akuarium.

Ahza dan Altap -- dua bayi umur sekitar tujuh bulan yang sedang berkunjung ke rumah kakek mereka itu -- hampir bersamaan berteriak melihat si Nemo yang kecil terjatuh ke sisi belakang akuarium. Akuarium milik Kakek Altap memang terdiri atas dua sisi. Bagian depan yang luas untuk tempat ikan berenang-renang, dan sisi belakang yang sempit untuk tempat meletakkan filter pembersih air. 

Kini Nemo terperangkap di dalam sisi sempit -- tanpa diketahui seorang dewasa-pun. Sedangkan bahasa Altap dan Ahza belum dimengerti oleh orang dewasa, termasuk bundanya. Jadi teriakan-teriakan dan tangan-tangan mereka yang menunjuk-nunjuk ke arah akuarium sama sekali tidak dimengerti oleh bunda mereka.

Bahkan bunda-bunda mereka buru-buru datang dari dapur sambil membawa botol susu -- karena mengira Ahza dan Altap menangis karena kehausan. Padahal dua bayi itu sedang berusaha memberi tahu bahwa salah satu Nemo jatuh ke sisi belakang akuarium. Terpaksalah mereka minum dari botol dot yang disodorkan, sambil berusaha mencari jalan untuk memberitahu bundanya.

"Wa wa wa waaaaaa aaaaa. Aduh aku harus minum susu lagi gara-gara Bunda Majda Yulianingrum gak mengerti maksudku" keluh Altap kepada Ahza. Tentu dengan bahasa yang bagi orangtua mereka dianggap sekedar ocehan-ocehan bayi yang tidak ada maknanya.

Dongeng Kancil, Bayi Altap dan Mara Bahaya yang Mengintai

Sore itu Sang Kancil kembali menyambangi bayi Altap yang sedang duduk di atas stroller birunya menghadap akuarium air laut di teras belakang rumah Kakek -- sementara bundanya sibuk memasak di dapur. Si Kancil mendekati bayi umur 7 bulan itu, lalu berkata sesuatu yang lain dari biasanya.

"Altap, lihatlah di atas itu" kata Kancil sambil menunjuk bentangan kabel yang melintas di atas mereka. 

Altap melihat bentangan kabel itu dengan seksama. Semrawut -- begitu komentar Altap dalam hati. Beberapa helai kabel ditarik dari tempat dipasangnya kincir air diperbatasan kebun belakang rumah Kakek, menuju rumah Kakek dan Langgar di samping rumah Kakek. Kabel-kabel itu ditopang oleh tiang-tiang dari bambu, dan nampak percabangan tidak teratur ada di sekitar rumah Kakek. Semrawut. Tidak rapi. Kesan itulah yang muncul dari kabel-kabel itu.

"Kabelnya gak teratur yah? Semrawut banget yah?. Tapi bukan itu yang ingin kubicarakan. Lihatlah dahan pohon mangga yang patah itu. Jika ada angin sedikit besar, dahan itu akan jatuh menimpa kabel-kabel listrik dan akan membuat aliran listrik ke rumah menjadi padam" urai Sang Kancil.

"Awww awwww.... wa-wa-wa-wa-wa. Kamu benar Kancil, dahan itu akan membahayakan. Bagaimana caranya supaya kita terhindar dari bahaya?" tanya Altap, tentu saja dengan bahasa yang bagi Bunda Majda hanyalah teriakan-teriakan bayi yang tidak ada maknanya, lain halnya dengan Sang Kancil, dia dengan mudah bisa memahami bahasa Altap.

Dongeng Sang Kancil, Bayi Altap, dan Kucing Persia yang tersesat

Suatu sore tatkala bayi Altap sedang berada di depan akuarium di teras belakang rumah Kakeknya, sembari berbaring di atas stroller menikmati pemandangan akuarium air laut sambil mendengarkan cerita Sang Kancil yang sengaja bertandang untuk mendongeng -- tiba-tiba terdengar suara meong-meong yang melengking tinggi. 

Tak berapa lama kemudian muncul seekor anak kucing, bermuka bulat, bermoncong mungil, berbulu lebat warna putih dengan sedikit kelabu di kepalanya, dan bulunya panjang-panjang yang membuat ukuran tubuhnya terlihat lebih besar -- khas kucing persia. 



  

















Anak kucing itu melompat ke stroller Altap lalu mengeong-ngeong di antara kaki Altap. Si bayi umur 7 bulan berteriak-teriak kegirangan melihat anak kucing itu berada di strollernya. Tangannya dimajukan seolah-oleh ingin meraih kepala si kucing mungil.

Sang Kancil segera mengenali bahwa kucing persia kecil ini bukanlah berasal dari wilayah sekitar rumah kakek Altap. Pastilah dia kucing yang tersesat -- entah karena jatuh dari mobil atau kucing yang dibawa tamu dari luar kota yang tidak tahu jalan kembali. Pada mulanya Kancil tidak mengerti kata-kata kucing kecil. Namun perlahan-lahan Sang Kancil mulai dapat mengenali bahasa anak kucing yang masih terbalik-balik urutan katanya  ini. Kayaknya dia belum lama belajar bicara -- sehingga urutan kata dalam kalimat masih terbalik-balik posisinya.

"Tersesat tolonglah aku. Pergi dari tadi pagi rumah lupa pulang ke jalan". kata anak kucing terbata-bata dengan kalimat yang simpang siur tak karuan.

"Namamu siapa?. tanya Kancil yang bingung dengan susunan kata kucing kecil.

Kucing kecil itu nampak menggelengkan kepala tanda tidak mengerti kata-kata Kancil.

"Na-ma ka-mu si-a-pa?" ulang Sang Kancil dengan kata-kata yang dieja dengan perlahan.

Si Kucing kecil mendongakkan kepalanya yang imut sambil bergumam tidak jelas.

Akhirnya Sang Kancil menunjuk dirinya lalu berkata

"Namaku Kancil".

"Nama dia Altap" lanjutnya sambil menunjuk Altap, lalu tangannya menunjuk ke arah kucing kecil.

"Na-ma-ku Fe-lix" jawab kucing kecil itu. Rupanya dia mengerti maksud Sang Kancil.

Altap berteriak kegirangan tatkala mendengar kucing kecil bisa menjawab pertanyaan Kancil -- sampai-sampai si Felix meringkuk ketakutan saking kagetnya oleh teriakan Altap. Sang Kancil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Altap yang bikin kaget itu.

Dongeng Kancil dan kata pertama bayi Altap

Adalah Sang Kancil yang telah menunjukkan kepada Altap bahwa di balik gerumbul-gerumbul bambu yang memagari kebun Kakeknya terdapat kincir air yang diputar oleh aliran sungai kecil dan digunakan untuk membangkitkan listrik di rumah Kakek dan Langgar samping rumah Kakek. Altap -- Si bayi umur 7 bulan senang sekali tatkala dirinya berhasil membuat Kakek mau membawa strollernya saat memeriksa kincir air. Selama seminggu bulan puasa ini hampir setiap hari Altap diajak Kakek melihat kincir air di kebun belakang. Namun kemudian Sang Kakek bepergian keluar kota untuk sebuah keperluan bersama jamaah pengajian di Langgar -- membuat kebiasaan melihat kincir air berhenti.

Pagi itu Altap sedang menemani Bundanya menjemur pakaian di kebun belakang rumah Kakek -- tentu di atas singgasana stroller birunya. Bunda Majda sedang asyik menjemur baju-baju Altap yang baru saja dicuci, Baju yang dicuci itu adalah baju-baju yang rusak yang baru saja dijahit dan dipasang kembali kancing-kancing bajunya yang lepas. Katanya sayang jika baju tersebut dibuang, karena baju bayi sekarang mahal harganya.  

Tak jauh dari tempat Bunda menjemur pakaian -- duduk Ahza -- sepupu Altap yang umurnya tidak terpaut jauh darinya. Ahza sedang disuapi oleh bundanya sambil menonton akuarium air laut di teras belakang rumah. Diatas stroller merahnya Ahza tampak kegirangan melihat akuarium air laut yang meriah oleh ikan yang bersliweran dan warna-warni aksesories di dalamnya.
 
Seperti halnya Altap -- Ahza tampak sangat senang dengan kincir di dalam akuarium. Tangannya tak henti-hentinya menunjuk-nunjuk kincir di dalam akuarium sambil berteriak kegirangan. Hal itu membuat Altap ingin mengajaknya untuk melihat Kincir air raksasa di belakang kebun Kakek. Namun saat ini Kakek sedang bepergian -- jadi tak ada seorang pun yang akan paham dengan keinginannya. Pada saat Altap sedang kebingungan, muncullah Sang Kancil dari kebun belakang. Dengan mengendap-endap Sang Kancil mendekati Altap sambil bersembunyi di balik gerumbul tanaman pandan wangi yang berada di dekat tempat menjemur pakaian.

"Hai Altap bagaimana kabarmu?" tanya Kancil pada Altap

"Hai Kancil, aku sehat dan senang dikasih makan tepat waktu terus oleh Bunda. Namun kini aku gak pernah lihat kincir air raksasa lagi karena Kakek sedang bepergian ke kota lain" jawab Altap, tentu saja dengan bahasa yang mirip gumaman-gumaman tidak jelas menurut Bunda Majda, namun dapat dimengerti oleh Sang Kancil yang cerdas.

"Wah sayang sekali. Tapi kamu sabar saja menunggu Kakek pulang dari bepergian -- nanti pasti diajak lagi melihat kincir air" kata Kancil

"Wah, padahal aku ingin mengajak Ahza melihat kincir air. Aku khawatir saat Kakek pulang nanti Ahza keburu diajak pulang ke rumahnya oleh orang tuanya. Kemarin aku dengar Bunda Ahza sering menerima SMS dari pelanggan warung baksonya yang ingin segera dibuka lagi karena sudah kengen ingin makan bakso malang khas buatan Bunda Ahza". kata Altap kepada Kancil.

"Ooo gitu yah. Begini saja, kamu saya ajarkan untuk bicara satu suku kata dalam bahasa manusia dewasa, yaitu KINCIR. Nanti setelah bisa, kamu harus bilang "KINCIR" sambil tanganmu menunjuk-nunjuk ke arah kincir air di belakang gerumbul-gerumbul bambu" kata Sang Kancil.

Dongeng Sang Kancil dan Bayi Imut

Pada suatu sore -- Altap -- si bayi imut umur 7 bulan sedang duduk-duduk di singgasananya, sebuah stroller bayi warna biru yang dilengkapi dengan tempat duduk yang bisa diangkat dan dipindahkan keluar stroller. Altap duduk di singgasananya di teras belakang rumah Kakek -- menghadap akuarium air laut yang terpasang rapi di teras yang diperlebar hingga beberapa meter itu. 

Mata Altap mengawasi pergerakan benda-benda yang berada di dalam akuarium, terutama pergerakan kincir yang berputar kencang karena terpaan gelembung-gelembung udara dari pompa udara. Saat itulah tiba-tiba Sang Kancil muncul dari kebun -- dan langsung menghampiri Altap.

"Woooii bayi siapa namamu" tanya Sang Kancil

"Namaku Altap, anak Bunda Majda. Aku sendirian di sini, karena Bundaku sedang memasak sayur untuk buka puasa" jawab Altap, tentu saja dengan bahasa yang bagi manusia hanya seperti gumaman-gumaman tidak jelas dari bayi yang belum bisa bicara -- yang untungnya dimengerti oleh Sang Kancil yang cerdik.

"Namaku Kancil. Aku tinggal di sebuah gua di pinggir sungai, dan suka sekali main ke kebun Kakekmu yang luas ini karena Kakekmu tak pernah mengusik aku. Kamu suka ikan yak? Kok dari tadi ngliatin ikan terus" lanjut Sang Kancil

"Ah gak juga Kancil. Aku lebih suka makhluk yang berputar-putar kencang itu" jawab Altap

"Wooo itu namanya kincir, dia digerakkan oleh gelembung-gelembung udara" jawab Kancil

"Bagus banget yak!. Kincir itu berputar kencang sekali sampai-sampai warna aslinya menjadi kabur. Andai ukurannya sedikit lebih besar tentu lebih bagus" kata Altap

"Aha! Kamu suka kincir yang lebih besar yah! Klo kamu mau aku bisa tunjukkan kincir yang ukurannya jauh lebih besar. Kincir yang dipakai untuk membangkitkan listrik di rumahmu dan Langgar samping rumahmu itu" kata Sang Kancil

"Aaaaaaa..... aku pengen banget! Tunjukkan, tunjukkan padaku di mana tempatnya kincir besar itu" kata Altap dengan antusias walaupun dia tidak tahu apa itu listrik, dan apa hubungannya dengan kincir air -- bagi dia itu tidak penting.

"Gak jauh kok. Itu dibalik rumpun bambu di kebun belakang itu" kata Kancil sambil menunjuk deretan rumpun bambu yang membatasi kebun belakang rumah Kakek Altap dengan sungai kecil yang mengalir di belakang kebun.

"Tunggu sebentar kamu sembunyi dulu. Sebentar lagi Bunda akan mengecek aku, setelah itu dia akan kembali sibuk dengan masakan-masakannya karena hari ini ada acara buka bersama di Langgar. Setelah itu kamu bisa berbuat baik dengan mendorong strollerku ke sana" kata Altap menyodorkan satu rencana.

"Aku rasa tidak perlu aku yang membawa. Bisa bahaya nanti kalo strollermu tergelincir. Setiap sore Kakekmu menengok kincir air untuk mengecek apakah bekerja dengan baik atau tidak. Kadang-kadang Kakek membersihkan daun-daun yang mengotori kincir air supaya tidak macet. Labih baik kamu bersama Kakek. Nanti kalo Kakek keluar rumah, angkat tanganmu sambil teriak-teriak biar diajak" nasehat Kancil pada Altap.

Cerita Kancil Mencuri Timun

Pagi-pagi buta Ki Wagenugraha, sastrawan besar sekaligus cendekiawan ilmu hayati ternama itu sedang menyepi keluar kota, duduk termenung di atas pematang sawah yang ditumbuhi rumput-rumput liar di pinggir-pinggirnya, dan aliran parit kecil mengalir di sisi kiri bawahnya. Ditatapnya kebun timun yang dipenuhi batang-batang tanaman ketimun yang berbuah lebat, bonggol-bonggol ketimun yang berwarna hijau bergelantungan. 

Tiang-tiang kecil yang dibuat dari belahan-belahan bambu dipasang bersilang di kanan-kiri setiap tanaman untuk menyangga timun-timun yang ukurannya telah membuat batang tanamannya terkulai karena beratnya beban. Barangkali jika tanaman ketimun bisa berkata-kata, maka dia akan berteriak-teriak dengan suara lantang kepada Pak Tani, atau bahkan meratap-ratap, mengemis agar timunnya segera dipanen untuk mengurangi beratnya beban yang dia tanggung.















Sejenak kemudian Ki Wagenugraha melihat seorang lelaki muda, umur belasan tahun memanggul cangkul, berjalan dengan langkah-langkah panjang yang  gesit, bergegas menuju kebun ketimun. Di bahunya duduk seorang anak sekitar umur tiga tahun memegang erat-erat leher si lelaki. 

Di belakang lelaki itu, sesosok makhluk berjalan dengan lari terseok-seok laksana ekor lelaki yang terkibas ke kiri dan ke kanan, tertatjh-tatih mengimbangi gerakan Si lelaki yang serba tangkas. Mulutnya terus terbuka dengan lidah terjulur, menghembuskan uap hangat yang terlihat begitu nyata di suasana pagi yang dingin ini, ekornya dikibas-kibaskan berkali-kali, bahkan terlihat begitu sering dikibaskan seolah ekor itu membantu mendayung langkah kakinya mengejar gerakan si lelaki yang nyaris tidak terkejar. duniashinichi.blogspot.com
 
Sekalipun tampangnya bodoh, dan penampilannya kurang meyakinkan, tapi tubuh anjing yang membuntuti lelaki itu tergolong besar, sebesar anak domba, dengan kaki-kaki yang kokoh, tulang-tulang yang menonjol terkesan kuat. Otot-ototnya yang gempal berisi, seakan gumpalan-gumpalan tanah liat yang ditempelkan pada tubuh yang terbuat dari rangka baja. Tubuh seekor anjing besar yang menakutkan. Gerakannya memang kaku, bodoh dan lamban, namun dia juga kokoh, kuat, berangasan, dan patuh, yang membuat anjing itu nampak sebagai pengawal yang ideal bagi lelaki yang nampaknya adalah petani pemilik kebun timun.

Dongeng Kancil dan Buaya Raksasa

Suatu ketika seekor buaya raksasa berkata kepada temannya sesama buaya penghuni sungai yang aliran airnya membelah hutan, bahwa dia bosan memakan ikan setiap hari. Si Buaya Raksasa ingin makan anak kecil yang menurut dia rasanya sangat nikmat, dagingnya empuk dan gurih.



















"Aku sudah bosan setiap hari makan ikan melulu. Apalagi makan ikan lele. Wuhhh... nggak level lah buat diriku. Rasanya kurang nikmat, baunya anyir, bau tanah busuk!. Lagipula sudah saatnya aku berhenti menjadikan perutku sebagai kuburan ikan lele" kata Buaya Raksasa

"Wah-wah sombong sekali dirimu. Aku masih suka makan ikan di sungai. Ikan lele aku juga suka. Rasanya bagiku enak-enak saja. Jika kamu tidak mau makan ikan, kamu ingin makan apa?" tanya temannya si buaya semenjana.  duniashinichi.blogspot.com

"Aku ingin makan anak kecil. Rasanya jauh lebih gurih daripada ikan lele. Lagipula ukurannya besar, jadi perutku bisa kenyang dan lidahku puas menikmati kenikmatan rasanya!" kata Buaya Raksasa

"Wowww! Makan anak kecil? Keren sekalli seleramu, tapi juga sangat berbahaya! Kamu bisa tertangkap saat memasuki kota. Bisa-bisa nasibmu berakhir menjadi tas kulit karena tertangkap para penjaga kota!" kata temannya

"Wah. Aku sudah punya strategi jitu. Tak mungkin aku akan tertangkap oleh manusia. Aku kuat, cepat dan cerdik. Mereka tidak akan mampu menangkapku!" jawab Buaya Raksasa dengan sombong

"Ah sudahlah jika kamu tak ingin mendengarku! Silakan saja kamu pergi ke kota dan makan anak kecil di sana. Yang penting jangan ganggu aku" kata buaya semenjana.

^_^

Jadilah Si Buaya Raksasa keluar dari sungai, berjalan melintasi hutan  raya menuju kota. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seekor gajah yang tengah merumput. Si Gajah terkejut melihat seekor buaya yang biasanya tidak pernah pergi jauh dari sungai kini berjalan jauh melintasi hutan. Karena penasaran, Si Gajah kemudian bertanya:

Cerita Cekak Bahasa Jawa: Kancil lan Pitik Walik sing rumongso kudu lucu

Mbak Dewi, juragan Bakso Bangjo nduwe Pitik Walik sing seneng ngomong lucu-lucu karo kancane. Menawa ketemu pitik-pitik liyane, Pitik Walik mesthi usaha gawe cerita lucu-lucu nganthek kancane pada ngguyu kemekelen. Dheweke kadang-kadang ngarang cerita pengalaman aneh-aneh sing durung tau dialami dening pithik liyane. Kayata lelungan numpak manuk wulung terus teturon ning mega, lan mangan woh-wohan sing tukul ning nduwur mega. Kadang-kadang Pitik Walik gawe tingkah laku lucu kaya badut yen lagi kentekan bahan lelucon. Pitik-pitik liyane pada seneng menawa kumpul karo Pitik Walik. Dheweke mesthi pada ditanggap supaya ngomong sing aing-aing.


















Sawijining ndino Pitik Walik luga adoh, terus ndelik ning guwo Slarong karo nangis nggero-nggero ngantek krungu dening Kancil sing lagi neliti wit-witan sing iso urip ning njero guwo. duniashinichi.blogspot.com

"Kowe ki ngapa tho kok nangis Pitik Walik" pitakone Kancil

"Aku sedih banget Kancil. Aku iki beda karo pithik-pithik liyane. Wuluku kwalik kaya ngene, ora rapi kaya pithik liyane" 

"Wis rapopo. Saukur wulu kok ndadak digawe mumet. Aku malah ora nduwe wulu!" jawabe Kancil

"Aku capek kancil. Aku kesel banget pendak ndino kudu ngarang cerita sing aneh-aneh ben pada gelem cedhak karo aku. Kanca-kancaku mesthi dho ora gelem srawung karo aku sing wulune aneh menawa aku ora iso gawe ngguyu"

"Wooooo kowe salah pangiro kuwi! Kowe rasah lucu kanca-kancamu ya padha seneng cedhak karo kowe kok. Malah akeh sing seneng menawa kowe gelem ngrungokkake ceritane liyan. Salah menawa awakmu ngiro kudu lucu utawa ngomong sing menarik perhatian ben ditresnani liyan" celathune Kancil

"Hooh po? Aku rasah kudu pendhak ndino ndagel ben disenengi dening kanca-kancaku?"

"Laiyo rasah no! Mbak Dewi juraganmu iku malah sok makani aku, arepo dudu ingon-ingone tur ora lucu. Aku iki ora tau ndagel ya iso nduwe kanca akeh kok!. Sing penting kowe seneng tetulung marang kancamu lan gelem ngrungokke pendapate kancamu. Sing luwih utama ora pakewuh ngandani kancamu bab kebenaran lan tumindak sing keliru"  nasehate Kancil

"Tak delok bener kandhamu Kancil. Kancamu iku akeh banget, luwih akeh tinimbang kancaku arepo kowe ora iso ndagel. Wah tiwas aku rumongso kudu nglucu wae pas lagi kumpul karo kanca-kancaku. Rumangsaku nek aku ora iso nggawe guyu bakalan ditinggal karo kanca-kancaku"

"Ora Walik!. Ora bakal ditinggal kanca sing apik-apik. Kowe saiki uripo sing normal wae. Ngomong lucu ya rapopo, ning rasah digawe-gawe. Mesthi akeh wong liyo sing cocok karo kowe" ujare Kancil

"Yoh nek ngono aku tak rasah mekso awakku kudu lucu. Aku arep apa anane wae. Aku wis kesel banget ndadak nglucu saben ndino. Maturnuwun Kancil, kowe pancen kancaku sing paling wicaksono" celathune Pithik Walik kanthi rupa sumringah.

Wiwit dino iku Pitik Walik wis ora meksa awake nglucu terus pnedhak dino. Awale pitik-pitik liyane pada gumun kok saiki Pitik Walik perilakune bedha. Nanging suwe-suwe kancane malah tambah akeh amarga Pitik Walik seneng ngrungokke omongane pithik liyane (undil -2014).


gambar diambil dari painting-palace

Kancil Mencuri Cinta

Ketimun yang bergelantungan menjadi saksi
bahwa sang tambatan hati hinggap di sekitar diri
di sudut-sudut penuh misteri dari keriuhan sehari-hari
namun diri perlu memasang mata, telinga dan hati
agar semua hiruk pikuk itu gak jadi penghalang tuk mengenali

^_^

Ketimun yang bergelantungan adalah pemandangan yang dilihat Sang Kancil yang sedang berjalan-jalan di ladang untuk menikmati pemandangan yang indah sembari mencari ilham bagi puisi-puisinya.

Bulan depan adalah hari puisi, dimana para binatang hutan akan membacakan puisi bagi sahabatnya, atau suami pada istrinya. Sudah tiga tahun ini puisi Sang Kancil selalu menjadi juara, pasalnya dia begitu pandai merangkai kata-kata indah bagi sahabatnya. 

Namun beberapa hari ini pikiran Sang Kancil buntu. Gara-garanya dia merasa gundah. Dari tahun ke tahun, dia hanya membuat puisi untuk sahabat, kapan dia membuat puisi untuk istrinya?. Tentu pertama-tama Sang Kancil harus punya istri terlebih dahulu.























Akhirnya Sang Kancil mengambil kesimpulan bahwa dirinya tidak akan bisa membuat puisi sebelum menemukan seorang istri. Sambil terus merenung, tanpa kenal lelah Sang Kancil meneruskan perjalanan di ladang yang membentang di sepanjang perbatasan hutan. 

Tak terasa sampailah dia di perkampungan penduduk. Sang Kancil mulai berhati-hati dalam melangkah, jangan sampai kehadiran dirinya dipergoki oleh para penduduk. Ketika Sang Kancil usai menyeberangi kebun jagung, dia melihat seekor kancil betina remaja sedang mengendap-endap, mengamati seorang Perawan Desa yang sedang duduk di teras rumah sambil menyisir rambut. duniashinichi.blogspot.com

"Wooy, lagi ngapain kamu?" tanya Sang Kancil kepada Si Remaja

Si Remaja itu tampak kaget oleh sapaan Sang Kancil, lalu dia mendengus sambil mukanya merah merona.

"Ah rupanya Anda Tuan Kancil nan cerdik. Saya sedang melihat cermin yang dimiliki Perawan Desa itu. Jika aku punya cermin seperti itu alangkah senangnya. Aku bisa merawat kulitku dan rambutku dengan lebih cermat" jawab Kancil Remaja

Sang Kancil melihat Si Remaja yang berdiri di depannya nampak rapi. Bulu-bulunya putih bersih terawat, kakinya mengenakan sepatu dari kayu yang mengkilap, nampak bekas gerusan di sudut-sudut sepatu yang menunjukkan kancil nan jelita yang berdiri di depannya adalah seorang pekerja keras yang sering menggunakan sepatunya saat bekerja. Di pundaknya tercangklong tas yang dilengkapi kantong-kantong kecil berisi aneka barang yang tertata rapi, artinya dia adalah seekor kancil yang cermat.

"Apakah kamu ingin aku mencurikan cermin itu untukmu" tanya Sang Kancil dengan hati-hati

Dongeng Kepahlawanan Sang Kancil vs Orang Berkumis dari Gunung


Sang Kancil dalam perjalanan dari Hutan Utopia menuju Gunung Sepikul mengikuti petunjuk buku Mas Wagenugraha, seorang ahli ilmu hayati paling mumpuni se-Jawa, untuk mencari rerumputan tahan kekeringan sebagai makanan cadangan rakyatnya di Hutan utopia. Hari itu Sang Cendekiawan tiba di sebuah kebun tanaman ketimun yang nampak memiliki batang-batang yang kurus, daun-daun yang sebagian menguning  dan buah-buah kecil yang bergelantungan. 

Baru saja dia duduk, tiba-tiba bertiup angin kencang yang menerbangkan topi orang-orangan – boneka kayu yang dipasang ditengah kebun ketimun.  Sang Kancil segera berlari mengejar topi itu dan bermaksud memasangnya kembali ke tubuh orang-orangan. Sialnya saat tangannya menyentuh dada orang-orangan, tangannya menempel  pada tubuh si boneka kayu dan tidak bisa dilepaskan.   

Pak Tani yang menemukan Sang Kancil terjebak pada tubuh orang-orangan langsung menyangka dirinya berhasil  menangkap pencuri yang selama ini mengganggu kebunnya. Maka ditetapkanlah hukuman pada Sang Kancil untuk bekerja membersihkan ladang Pak Tani selama 6 bulan terus menerus sebelum dia boleh pergi melanjutkan perjalanan ke Gunung Sepikul. Selama menjalani masa hukuman Sang Kancil akan dirantai kakinya dan dijaga oleh Anjing Gembala.

Dari Si Anjing Gembala, Sang Kancil tahu bahwa para petani di desa akhir-akhir ini kekurangan air karena sumber air yang mengalir dari Gunung Putih telah dikuasai sekelompok orang bersenjata yang dipimpin seseorang yang dijuluki Orang Berkumis dari Gunung. 

Orangnya tinggi jangkung, berkulit putih bersih, bermata belo warna biru, berambut kuning yang dicukur cepak, dan berkumis warna merah yang jarang-jarang tumbuhnya. Walaupun demikian orang-orang menjulukinya Orang Berkumis dari Gunung. Orang ini sangat giat mencari pengikut baru. Sepekan sekali dia membayar tukang teriak di pasar-pasar untuk meneriakkan ajaran-ajarannya tentang kebebasan tanpa batas. Dia juga mengundang anak-anak muda untuk berkunjung ke perpustakaan miliknya dan berdiskusi tentang kebebasan.

Setelah merasa cukup kuat, kelompok orang yang menguasai Gunung Putih itu membendung sumber air yang memancar dari puncak gunung. Mereka menggali tanah untuk mendapatkan tembaga dan emas dari gunung. Mereka memerlukan air dalam jumlah banyak untuk mencuci biji-biji tembaga dan emas yang masih bercampur dengan tanah. 

Belasan kali para petani mengirim utusan untuk meminta bendungan dibuka, tetapi selalu ditolak. Akhirnya para petani membentuk pasukan bersenjata dan berusaha merebut kembali  gunung itu -- namun selalu gagal. Sebenarnya jumlah kelompok yang dipimpin Orang Berkumis dari Gunung itu tidak banyak. Kekuatan mereka hanya belasan orang pasukan pemanah saja, ditambah beberapa puluh pekerja tambang yang tak pandai memainkan pedang. Namun di sekeliling gunung itu terdapat dinding batu yang tidak bisa ditembus oleh para petani.

Dongeng Kancil dan Tikus Clurut

Adalah Tikus Clurut datang mengadu pada Sang Kancil karena merasa dimusuhi Mbok Prisca Larasati Satriavi, juragan muda belia pemilik warung makan di pinggir hutan. Si tikus wadul pada Kancil bahwa beberapa kali dirinya dikejar-kejar Mbok Prisca karena dianggap mengotori warung makan dan mengganggu pelanggan. 

Berhubung harga makanannya yang mahal, dagangan Mbok Prisca memang hanya dibeli para wisatawan dari kota yang hendak berkemah di padang rumput terbuka di sisi hutan. Pemandangan alam yang indah, dan keluarnya aneka ragam binatang hutan untuk mencari makan di padang rumput adalah pemandangan yang dicari-cari wisatawan.

Warung Mbok Prisca hanya ramai di saat liburan saja. Pada hari-hari biasa hanya ada beberapa pengunjung saja. Karenanya pada saat hari-hari biasa lulusan Sekolah Kuliner di Bandung itu tidak begitu hirau dengan kehadiran Tikus Clurut mencari makan di sekitar warungnya. Namun begitu musim liburan, Si Mbok Prisca tiba-tiba menjadi galak setengah mati pada Tikus Clurut. Itulah yang dikeluhkan pada si Kancil

Cerita Kancil dan Buaya

Alkisah pada suatu pagi di tepi sebuah parit yang membatasi hutan dengan tanah pertanian telah ramai oleh binatang hutan maupun hewan-hewan piaraan Pak Tani yang sengaja datang ke tempat itu. Menjangan, trewelu, trenggiling, tapir, luwak, bracan, garangan, hamster, landak bercampur dengan puluhan wedhus gembel piaraan Pak Tani, berkerumun di sisi kiri dan kanan parit yang ditumbuhi rerumputan yang hijau subur. Tak terkecuali Sang Kancil yang sengaja datang ke tempat itu setelah mendengar kabar hilangnya beberapa ekor menjangan tiga bulan terakhir ini.

Ada sebuah batang kayu besar yang melintang di tengah parit. Batang kayu itu yang dipergunakan oleh hewan-hewan untuk menyeberang dari satu sisi ke sisi lain dari parit. Berkat keberadaan batang kayu tersebut hewan-hewan itu tak perlu mengambil jalan memutar untuk pergi ke hutan ataupun ke tanah pertanian di seberangnya. Puluhan wedhus gembel milik Pak Tani nampak berbaris menyeberang ke hutan melalui batang kayu itu. Daun-daun gelombang cinta yang tumbuh di tepi hutan adalah makanan favorit para wedhus gembel, yang membuat mereka sering menyeberangi parit.  duniashinichi.blogspot.com

Setelah puluhan wedhus gembel selesai menyeberang, Sang Kancil mendekati batang kayu besar lalu melompat ke atasnya, seraya berkata:

"Tuan! Anda bukan saja batang kayu paling cerdik yang pernah saya temui. Anda juga paling sabar menahan diri dari menuruti nafsu memakan hewan-hewan yang berada di punggung Tuan!"

Cerita Si Kancil dan Tokek bersuara cetar membahana tapi Galau

Adalah seekor tokek gede yang tinggal di pintu gudang beras Pak Tani. Ukurannya besar hampir sebesar tikus rumah, tubuhnya kuat, gerakannya cepat dan  suaranya keras membahana hingga orang-orang sering menyangka sebagai suara anak-anak yang berteriak. Di saentero gudang, tuan tokek ini adalah binatang yang terkuat dan disegani oleh hewan-hewan lain. Cicak,tikus clurut, laba-laba hingga ular tanah takut kepadanya. Namun dibalik kekuatannya itu ternyata Si Tokek mengidap hati yang lunglai. Hari-harinya selalu dijalani penuh kegalauan. http://duniashinichi.blogspot.com

Awalnya adalah pertemanannya dengan tokek putih yang tinggal di gudang yang sama. Mereka berteman akrab sekali hingga tidak bisa dipisahkan. Namun pada suatu malam tokek putih memutuskan pergi bareng tokek putih lain dengan menumpang sebuah truk beras. Rupanya dia memilih berteman dengan sesama tokek putih dibanding dengan tokek coklat. Sejak saat itu Tokek berubah menjadi tokek galau. 

Jika dulunya Tokek berteriak "Toooookek" dengan anggunnya pada jam-jam tertentu, yaitu jam tujuh pagi, jam tiga sore dan jam sembilan malam. Sekarang dia tak tentu jadwal teriaknya. Udah gitu suaranya bergetar sebagai dampak dari kesedihan hati yang sangat dalam. Kapanpun kala teringat tokek putih, dia akan langsung berteriak "Tooooookek, Tooooookek!" sehingga membingungkan penghuni gudang lainnya. Kadang-kadang di tengah percakapan dengan hewan lainnya Si Tokek tiba-tiba menangis dan berteriak keras "Tooooookek!" karena rindu pada sosok tokek putih. Pokoknya irama hidup Si Tokek jadi kacau balau. Tokek tenggelam dalam lautan luka dalam  setelah ditinggal tokek putih.

Suatu ketika Sang Kancil yang sedang tetirah keluar hutan berkunjung ke gudang beras itu. Hewan-hewan penghuni gudang senang sekali atas kunjungan Sang Kancil, mereka sangat berharap Si Tokek bisa dinormalkan oleh Sang Kancil. Kemudian hewan-hewan itu bercerita tentang diri Si Tokek yang galau. Tentang hidupnya yang jadi nggak karuan gara-gara ditinggal tokek putih.

Kancil Mencuri Timun: Sebuah Cerita Sangat Pendek


Sampai ditengah Alas Cilik, Kancil melihat deretan tumbuhan ketimun bergerombol-gerombol di sebuah lapangan rumput yang luas. Buah timun bergelantungan menerbitkan seleranya. Segeralah dia makan dengan lahap sampai habis belasan timun -- ketika tiba-tiba dilihatnya sesosok orang-orangan berdiri tegak di tengah lapangan.

Didekatinya  orang-orangan  itu dan disentuhnya. Breeeet! Tiba-tiba saja tubuhnya melekat ditarik oleh orang-orangan yang belakangan diketahui sebagai robot penjaga sawah yang bisa membuat tubuh binatang menempel di tubuh robot dengan mengaktifkan medan magnet yang sangat kuat.

“Breng! Aku Robot magnet penjaga sawah. Kamu pasti pencuri timun yang selama ini dicari-cari oleh majikanku!” kata Si Robot

Kancil tertegun sejenak mendengar kata-kata robot itu, tapi kemudian dia cepat-cepat membantah.

“Namaku Kancil. Aku baru pertamakali datang ke sini dan aku bukan pencuri!”

“Breng! Dasar Kancil tukang bohong, sudah tertangkap basah kok masih ngeles!”  

“Dasar Robot gak pernah belajar! Ini timun bukan majikanmu yang tanam! Tumbuhnya juga di tengah hutan, bukan di sawah majikanmu!” kata Si Kancil membela diri

“Breng! Apa buktinya?” duniashinichi.blogspot.com

“Lihat tanaman ini tumbuh tidak teratur. Bergerombol-gerombol pada tempat-tempat terpisah! Itu pertanda bukan ditanam oleh manusia, tapi karena tumbuh dari biji-biji timun yang dimakan oleh binatang hutan!”

“Breng! Coba saya cek di Ensiklopedi Wagenugraha!”

Kemudian Robot sibuk mengecek tentang tanaman timun di Ensiklopedi Wagenugraha yang tersimpan pada hardisk yang tertanam di tubuhnya. Wagenugraha adalah nama seorang profesor ilmu biologi yang berhasil menyusun ensiklopedi yang sangat lengkap tentang tanaman dan hewan. Beberapa saat kemudian Robot telah menemukan hasilnya.

“Breng! Kancil benar! Menurut Ensiklopedi Wagenugraha ini tanaman bukan punya majikanku! Kamu bebas pergi dari sini!”

Robot penjaga melepaskan sang Kancil dari sedotannya. Kancil pun dengan gembira pergi meninggalkan tempat itu (Undil-2012).    

tags: kancil mencuri timun, cerita anak,wagenugraha

Cerita Anak: Kancil dan Biri-biri Pemberani

"Seorang pemberani bukanlah orang tanpa rasa takut, tapi orang yang tetap maju walaupun hatinya diliputi ketakutan"

^_^

Dalam kisah Sang Kancil terdampar di kota yang terkepung, diceritakan penduduk kota kelaparan karena telah dikepung musuh selama enam bulan. Kancil mengusulkan sebuah strategi untuk menyelamatkan penduduk kota. Pak Walikota setuju dengan taktik Sang Kancil. Taktiknya adalah melepaskan biri-biri gemuk beserta anak-anaknya ke perkemahan musuh. Tujuannya agar musuh mengira kota memiliki persediaan makanan yang melimpah sehingga hewan peliharaan-pun masih gemuk-gemuk karena diberi makan yang cukup.










Sesaat setelah menemukan biri-biri gemuk yang akan dilepaskan ke perkemahan musuh, Sang Kancil bercakap-cakap dengan induk biri-biri. Si Induk tampak ketakutan saat tahu dirinya bakalan dilepaskan ke perkemahan musuh. Sementara ketiga anaknya tampak riang-riang karena membayangkan bakalan mendapatkan rerumputan segar di luar benteng.

"Aduhai sungguh malang nian nasibku dikirim ke perkemahan musuh, entah jadi sate atau gule nampaknya akhir hidupku ada di dapur mereka"  kata Induk Biri-biri

"Dengar Biri-biri. Jikalaupun kamu bertahan di sini, kamu mungkin hanya menunda beberapa minggu atau mungkin hanya beberapa hari sebelum disembelih tuanmu karena mereka saat ini telah kekurangan makanan"

"Yah, aku tahu. Tapi setidaknya aku masih punya pengharapan"

"Dengan tugas ini pun kamu juga punya pengharapan. Lagipula andainya kamu disembelih kamu mati terhormat sebagai biri-biri yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kota"

"Yah, aku tahu itu. Tapi aku takut sekali. Jauh dalam lubuk hatiku aku ingin sekali berarti sudah itu biarlah aku mati. Tapi keinginanku itu kalah oleh rasa takutku"

"Dengarlah sob. Ketakutan itu ada pada diriku juga. Ada juga di dada panglima perang yang gagah perkasa!. Ada di hati Pak Walikota yang bijaksana, juga ada di diri orang-orang yang sedang terkepung di kota ini!. Musuh bisa melakukan apa saja terhadap diri kita bila mereka menaklukkan kota. Seorang pemberani bukanlah orang tanpa rasa takut, tapi orang yang tetap maju walaupun hatinya diliputi ketakutan!" ujar Kancil

Biri-biri mendongakkan kepalanya. Kemudian dia berdesis mengucapkan kata-kata dengan lirih

"Aku tidak punya pilihan lain kecuali menjadi seekor biri-biri pemberani. Biarlah aku mengikuti semua rencanamu. Que sera sera. Apa yang akan terjadi, terjadilah!"

Sang Kancil menepuk-nepuk pundak biri-biri pertanda salut atas keberaniannya yang mulai muncul. Biri-biri mencoba tetap tabah dan memaksakan diri untuk tersenyum. Sesaat kemudian dia ingat pengharapan yang dijanjikan Sang Kancil

"Ngomong-omong  pengharapan apa yang kau tawarkan padaku?"

"Aku akan memberimu ramuan yang membuatmu memuntahkan isi perutmu dalam tiga jam. Biar mereka menyangka kita masih mampu memberi makan jagung dan gabah pada biri-biri sebagai pertanda kita punya persediaan makanan yang melimpah"

"Jadi mereka tidak perlu menyembelih diriku untuk memeriksa isi perutku?"

"Yah benar. Mereka tak perlu menyembelih dirimu untuk melihat apa yang engkau makan. Mudah-mudahan mereka cukup puas dengan melihat jagung dan gabah yang kau muntahkan"

^_^

Maka biri-biri mengajak anak-anaknya untuk memakan jagung dan gabah yang dihidangkan pada mereka. Dia meminta anak-anaknya untuk makan tanpa ragu-ragu untuk membuat perutnya kenyang. Dia mencoba percaya keberhasilan taktik ramuan yang akan membuat dirinya muntah dalam tiga jam. 

Mudah-mudahan sebelum masa tiga jam itu dirinya tidak keburu disembelih oleh pasukan musuh. Namun jikalau dirinya disembelih-pun misinya akan tercapai. Karena musuh akan mendapati jagung dan gabah saat membelah isi perutnya yang merupakan isyarat bahwa di kota ini ada banyak makanan. Musuh diharapkan mendapatkan kesan bahwa kota yang tengah kelaparan ini memiliki gudang-gudang makanan yang melimpah ruah sehingga membatalkan pengepungan karena menganggapnya sia-sia.

Dongeng Si Kancil dan Biri-biri di Kota yang Terkepung

Gara-gara jembatan bambu yang ambrol saat diseberangi Si Kancil – hanyutlah dia terbawa arus sungai yang deras sampai berpuluh-puluh kilometer  ke arah pemukiman penduduk. Sambil terus berpegangan erat pada potongan bambu sisa jembatan yang terseret arus air, Si Kancil mengkipat-kipatkan tangannya agar tubuhnya bergerak menepi. Setelah seharian digoyang-gaying aliran air akhirnya dia terhempas ke sebuah lubang di tepi sungai.



Si Kancil yang terdampar di sebuah lorong kecil yang  pas dengan ukuran  tubuh mungilnya itu mau tak mau terpaksa  masuk lebih jauh ke dalam lorong.  Dia tak bisa keluar melalui sungai karena arusnya  terlalu deras. Maka dengan susah payah dia berjalan perlahan-lahan menelusuri lorong. Setelah setengah hari berjalan dalam kegelapan akhirnya  didapatinya  lorong berujung pada sebuah parit kecil persis di tengah sebuah kota. Saat dirinya keluar dari parit tersebut dilihatnya pemandangan penduduk kota yang sangat mengenaskan.

Bocah-bocah, orang  muda, orang tua, laki-laki maupun perempuan nampak bertubuh kurus kering dan lemah lunglai.  Daun-daun pepohonan sudah gundul, bahkan rerumputan-pun jarang Agaknya mereka habis dimakan oleh penduduk kota. Dari cerita orang-orang yang ditemuinya tahulah Si Kancil bahwa Kota  Urban telah dikepung musuh selama enam bulan sehingga tidak ada pasokan makanan dari luar kota.

Seorang lelaki muda yang bertubuh tegap walaupun mulai terlihat kurus menceritakan semuanya kepada Sang Kancil saat mereka bertemu di Balai Kota. Rupanya orang itu adalah Pak Walikota yang saat ini  rambutnya sering berdiri karena  otaknya berpikir keras mencari jalan keluar dari kekurangan pangan. Dia tidak tahu berapa lama lagi  rambutnya akan berdiri  kecuali Si Kancil mampu memberi solusi. Lumbung jagung dan beras di kota sudah sangat menipis. Kini bahan pangan hanya dibagikan  setiap dua hari sekali. Artinya rakyatnya makan sepiring nasi tiap dua hari sekali.

^_^

Tragedi kekurangan pangan ini berawal dari serangan yang dilakukan musuh terhadap Kota  Urban yang kaya raya ini. Rupanya majunya perdagangan Kota  Urban beberapa tahun belakangan ini dianggap membahayakan perdagangan di kota-kota tetangga.  Kemajuan pesat  itu  terjadi setelah walikota lama yang selama ini mengutamakan para pedagang asing tersingkir. Pak Walikota baru memberi perlakuan lebih adil pada pedagang pribumi.  

Kota Urban adalah kota terbesar di wilayah ini tetapi selama ini miskin. Hal itu karena pemerintah kota memberi fasilitas berlebihan pada para pedagang asing sehingga mereka berhasil memonopoli perdagangan. Akibatnya rakyat Kota Urban tetap miskin sementara para pedagang asing menjadi kaya raya. 

Walikota juga mengijinkan komplotan pedagang asing menjual ganja kepada penduduk kota. Dia juga membiarkan mereka memberi jatah ganja gratis kepada para pegawai negeri. Akibatnya pekerjaan para pegawai kota menjadi amburadul karena hari-harinya diisi dengan mabuk-mabukan ganja. Demikian juga dengan penduduk kota, banyak diantaranya menjadi tukang bengong karena mengisi hari-harinya dengan fly akibat menghisap ganja. 

Namun  setelah walikota lama tersingkir maka perlakuan istimewa pada  komplotan pedagang asing dicabut. Akibatnya  monopoli perdagangan  oleh para pedagang asing juga tamat riwayatnya.  Peredaran ganja juga dilarang. Hal itu berakibat perekonomian Kota Urban maju pesat karena penduduknya pada dasarnya memiliki hobby bekerja keras. Kini tidak ada lagi  diantara mereka yang menghabiskan waktu dengan bengong sambil menghisap ganja.  Hari-hari mereka menjadi produktif menghasilkan barang-barang yang laku dijual. Hanya dalam beberapa tahun perdagangan Kota Urban omzetnya jauh melampaui  kota-kota tetangga.  

Sejumlah besar anggota komplotan pedagang asing yang tersingkir merasa sakit hati.  Terutama sindikat penjual ganja. Mereka kehilangan pasar terbesar barang dagangan mereka. Karena itu mereka berusaha keras menyingkirkan walikota baru. Mereka menggunakan taktik pencitraan buruk terhadap Kota Urban. Dengan modal citra buruk itulah mereka akan  membujuk pemerintah-pemerintah kota asal  mereka agar menyerang Kota Urban. Setelah itu mereka bermaksud mengangkat kembali walikota lama agar kepentingan mereka dapat terlayani.  

Mula-mula mereka bersekutu dengan penegak hukum  yang bisa disuap di negeri mereka.  Lalu mereka menyewa para bandit, begal, kecu, maling dan perampok untuk melakukan aksinya di kota-kota mereka sendiri. Para penjahat  akan mendapat imbalan uang dalam jumlah besar jika mau mengaku sebagai teroris  suruhan  Walikota Urban yang ditugaskan untuk membuat kota-kota pesaing tidak aman. 

Para penjahat bayaran itu juga membuat kerusuhan dengan membakar gedung-gedung dan pasar-pasar.  Setiapkali tertangkap mereka mengaku sebagai teroris  yang dilatih Kota Urban.  Kadang-kadang para perampok biasa yang tertangkap -- sengaja dibunuh oleh penegak hukum dan diumumkan ke masyarakat sebagai para teroris. Para grayak kelas teri yang tertangkap dijanjikan keringanan hukuman jika bersedia mengaku  sebagai teroris. 

Aksi-aksi perampok yang mengaku sebagai teroris itu  juga sengaja dibesar-besarkan oleh koran-koran yang dimiliki komplotan pedagang asing sehingga timbullah kebencian umum terhadap penduduk Kota Urban. Mereka menyangka bahwa para  penjahat bayaran itu benar-benar  teroris binaan  Kota Urban. Setelah fitnah itu sukses maka mudah sajalah bagi para pedagang asing untuk membujuk pemerintah-pemerintah kota  menyerang Kota Urban.


^_^

Balatentara musuh yang jumlahnya berkali-kali lipat tak mampu ditahan oleh pasukan pengawal Kota Urban walaupun persenjataan mereka jauh lebih modern. Ratusan pasukan senapan tidak sanggup menahan puluhan ribu pasukan musuh walaupun musuh hanya bersenjatakan busur panah, tombak dan pedang. Pasukan pengawal kota memutuskan untuk mundur ke dalam Kota Urban yang dibentengi tembok yang tinggi.

Musuh tidak mampu mendekati benteng kota karena pasukan senapan yang berjaga diatas benteng dengan cepat menghujani mereka dengan tembakan peluru-peluru tajam. Sementara musuh hanya bersenjatakan alat perang tradisional tidak mampu menjangkau pasukan senapan yang ada di atas benteng.  Satu-satunya yang dapat dilakukan oleh musuh adalah mengepung Kota Urban sembari berharap Pak Walikota akan menyerah saat seluruh persediaan makanan habis. 

Sudah enam bulan musuh melakukan pengepungan. Namun belum ada tanda-tanda kota akan menyerah. Balatentara musuh yang mengepung sudah mulai gelisah. Mereka heran mengapa Kota Urban mampu bertahan selama itu tanpa pasokan makanan.

Sementara tanpa diketahui oleh para pengepungnya, kondisi Kota Urban sangat menyedihkan. Kekurangan bahan makanan maupun obat-obatan terjadi di seluruh kota. Kini mereka hanya bertahan dengan mengandalkan lumbung padi dan jagung yang sudah mulai menipis. Daun-daunan, tumbuhan, batang tanaman dan umbi-umbian telah mulai dikonsumsi penduduk kota karena jatah makanan yang dibagikan sangat sedikit. Akibatnya jumlah tanaman di kota ini juga telah menyusut dan tidak lama lagi akan ludes.

Sang Kancil yang sepakat akan membantu mengatasi kepungan musuh akhirnya menyarankan suatu strategi pada Pak Walikota. Setelah seharian berdiskusi panjang lebar  dengan Pak Walikota akhirnya beliau menyetujui mencoba taktik Sang Kancil, 

Untuk menjalankan strategi Sang Kancil -- Pak Walikota  harus menyediakan biri-biri yang gemuk beserta anak-anaknya. Setelah seharian dicari-cari di seluruh penjuru kota akhirnya didapatkanlah seekor biri-biri yang gemuk dengan tiga ekor anaknya yang tak kalah gemuk karena mereka dikandangkan di dekat mata air yang penuh lumut. Berkat memakan lumut-lumut yang menempel di bebatuan sekitar matair itulah para biri-biri itu tetap gemuk.