"Kalau kamu ingin sukses, tak perlu banyak berpikir, yang Anda perlukan hanyalah melangkah dan terus melangkah." (Bob Sadino)
Kata-kata itu sungguh mudah diucapkan, tapi bagi kebanyakan orang, tentu sangat sulit dilakukan. Bagaimana mungkin orang bisa sukses hanya dengan melangkahkan kaki? Maksud melangkahkan kaki, tentu saja di bidang usaha atau wirausaha. Lalu bagaimana dengan risiko, modal, perencanaan, hambatan, dan seabrek masalah lain?
Pertanyaan berikutnya adalah, perkataan itu memang sangat mudah diucapkan oleh orang sekaliber Bob Sadino karena memang ia sudah sukses, sudah kaya raya. Apakah ia berani mengucapkan kalimat itu saat ia mulai merintis usahanya beberapa puluh tahun lalu? Atau, apakah semua orang boleh dan bisa mengucapkan kalimat itu?
Itulah sederet pertanyaan yang dilontarkan oleh Alvito Deanova dari TVOne pada acara Tokoh yang disiarkan Minggu (26/9) malam. Perbincangan santai itu sungguh menginspirasi banyak orang untuk sesegera mungkin bangkit dan membuka usaha secara mandiri.
Kalau boleh dikata, perbincangan itu sungguh memprovokasi orang untuk tidak takut gagal dalam berusaha. Bagi karyawan yang sedang berpikir untuk keluar dari pekerjaannya, dan berniat berwirausaha, perbincangan itu sungguh menggelitik hati untuk segera meninggalkan pintu kantor untuk selama-lamanya. Dengan kata lain, segera bikin surat pengunduran diri saat ini juga, dan lakukan rencana bisnis Anda betapapun sederhana rencana itu.
Ya. Pada perbincangan itu, Om Bob sungguh sangat matang dalam menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan. Mungkin karena ia telah banyak belajar filsafat (hehehe). Sebagai sebuah provokasi (untuk tujuan baik tentunya), memang hal itu cukup mudah diucapkan. Meski, tentu saja banyak orang yang memprotesnya. Tapi jika berpikir lebih jauh, semestinya hidup itu memang semudah yang diucapkan oleh Om Bob.
Bukankah Tuhan sudah menyiapkan semua yang diperlukan seluruh umatnya? Bukankah Tuhan sudah menyiapkan jawaban atas semua doa yang diminta umatnya? Bukankah Tuhan telah berjanji memenuhi seluruh permintaan umatnya? Terlebih lagi, bukankah Tuhan itu Maha Adil, yang dengan demikian bahwa sukses itu milik semua orang, tak hanya milik Bob Sadino saja?
Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Hampir semua orang takut melangkah. Sederet bayangan kegagalan untuk memulai sesuatu (apalagi keluar dari pekerjaan dan berniat memulai sebuah usaha baru), selalu membayangi diri tiap manusia. Apalagi jika kita mulai berpikir bahwa kita punya tanggung jawab terhadap anak istri dan keluarga, takut masa depan suram, dan takut akan bayangan- bayangan yang lain. Dengan sederet aturan logika, tentu saja sederet hal-hal menakutkan itu wajar dikemukakan.
Ketakutan akan kegagalan itu adalah hal yang sangat wajar. Sepanjang umur kita, kita selalu diajarkan untuk takut. Termasuk takut terhadap sesuatu yang tidak jelas. Ketakutan itu diajarkan kepada kita sejak bayi baik di rumah, tetangga, maupun di sekolah dan lingkungan. Ketakutan itu diajarkan kepada kita melalui kata "tidak" dan "jangan" yang dijejalkan kepada kita pada hampir tiap kegiatan yang kita rencanakan.
Padahal, sebagian besar ketakutan yang kita pikirkan tidak pernah terjadi dan menimpa kita. Salah satu contoh, kita selalu takut akan kegelapan, takut miskin, takut rezeki seret, dan lain-lain. Beberapa orang bijak mengatakan, ketakutan itu bagaikan macan. Jika Anda memelihara ketakutan itu, betapapun kecilnya rasa takut itu, suatu saat akan menerkam Anda. The Secret mengajarkan, jika Anda terus menerus memikirkan ketakutan, maka ketakutan itu akan benar-benar menerkam Anda. Karena, tiap pikiran yang Anda bayangkan secara terus menerus, merupakan sebuah doa yang selalu dijawab oleh Tuhan.
Beberapa orang bijak menyarankan kita sesegera mungkin meninggalkan rasa takut. Jika rasa takut itu menghantui, segera fokuskan pada pikiran atau aktivitas yang lain. Memang sangat sulit mengusir rasa takut, apalagi jika rasa itu sudah menghantui. Kabar baiknya, kita diberi senjata berupa "kesadaran". yang dengan senjata itu kita bisa segera meninggalkan rasa takut itu. Dengan kesadaran itu, kita bisa memilih untuk tetap takut pada sesuatu yang tidak pasti, atau menikmati indahnya hidup ini.
Di sisi lain, rasa takut sungguh mematikan. Akibat takut, kita tidak bisa berbuat apa-apa, banyak kesempatan yang semestinya bisa diraih, tapi akhirnya hilang dengan sia-sia. Contoh sederhana, pada suatu malam, kita kebelet pipis dan ingin segera ke WC, tapi karena takut adanya hantu (apalagi letak kamar mandi agak gelap), maka kita merasa takut buang air.Padahal jika kita nekat ke WC, belum tentu (dan hampir pasti) hantu itu tidak ada.
Kita memang terlalu takut akan sesuatu yang tidak pasti. Akibatnya, sejumlah rencana bisnis yang telah disusun tak jadi dijalankan. Bisnis belum juga dijalankan, tapi rasa takut sudah mengalahkan Anda sebelum Anda melangkah untuk pertama kalinya. Padahal jika kita nekat menjalankan rencana bisnis, belum tentu ada hambatan, atau setidaknya hambatan yang terjadi mungkin tidak seberat yang Anda bayangkan.
Betul kata Om Bob, "Jika Anda ingin memulai usaha, jalankan saja". Jika suatu saat terbentur masalah, pasti selalu ada jalan. Ada seribu jalan menuju Roma. Tentu saja, Anda harus membuka diri, banyak belajar dan tetap semangat. halah. Secara sederhananya seperti ini: Jika kita ingin mandi, kita tak perlu berpikir mandinya bagaimana, masuk pintu kamar mandi bagaimana, cara mandinya seperti apa, dan sederet pertanyaan lain. Yang harus kita lakukan hanyalah melangkahkan kaki ke kamar mandi, lalu mandi, titik.
Pada Minggu, 3 Oktober, saya mendapat email dari Anne Ahira, CEO Anne Ahira.com. Email itu berisi artikel tentang memulai sebuah bisnis. Saya anggap, kiriman artikel dari Ahira ini cukup mengejutkan dan kebetulan. Sebab, email itu datang saat saya sedang mempersiapkan tulisan ini. Jadi, sekalian ide pokok dari Ahira itu bisa saya sharing dalam tulisan ini.
Menurut Ahira, untuk memulai sebuah bisnis tak perlu takut. Persis seperti yang diungkapkan Om Bob, menurut Ahira, tak seharusnya orang batal menjalankan bisnis hanya gara-gara tak punya modal. Lebih "rasional" dari Om Bob, Ahira mengatakan, sebetulnya manusia diberi modal oleh Tuhan sejak lahir. Menurut Ahira, lapar adalah modal mencari makan, haus adalah modal untuk mencari minum, dan ketiadaan modal adalah modal untuk mencari modal dan penghasilan. (asyik ya...)
Ahira menegaskan, untuk bisa berhasil, sukses dan kaya raya, orang harus bekerja keras. Tak ada sukses diraih secara instan, semua harus diperjuangkan. "Yang namanya KERJA KERAS adalah mutlak untuk seorang pebisnis. Berani babak belur di awal. Siapkan mental Anda untuk mengalami kegagalan dan kerugian yang bertubi-tubi. Tidak hanya selalu memikirkan keuntungan." kata Ahira.
Ya, dari artikel ini, kita telah belajar dari dua orang miliarder asli Indonesia. Kita sudah semestinya bersyukur punya pengusaha sukses yang mau berbagi, mau sharing dan membocorkan rahasia kesuksesannya. Tapi sekali lagi, untuk sukses memang tak bisa diraih secara instan. Harus melalui proses kerja, kerja dan kerja.
Satu hal yang ingin saya sampaikan, kita terlahir dalam keadaan tak punya apa-apa, dan tak bisa berbuat apa-apa. Tapi pada akhirnya, semua hal bisa kita lakukan hingga pada usia kita saat ini. Ketika kita lahir, kita tak pernah berpikir untuk takut menjalani hidup ini. Semua hanya tinggal dijalani dengan melangkahkan kaki, dan hasilnya adalah seperti yang terjadi pada diri kita saat ini. Jika kita merasa belum sukses saat ini, berarti kita harus melihat "ke dalam." Memeriksa kembali visi dan misi hidup kita.
Memang, hingga usia kita pada detik ini, perjalanan hidup tak selalu mulus. Ada banyak tantangan dan rintangan. Tapi toh, ada banyak jalan untuk mengatasi rintangan hidup. Orang bijak mengatakan, yang membedakan orang sukses dan gagal adalah bagaimana ia memandang dan mengubah rintangan menjadi tantangan menuju kesuksesan.
Jadi, jangan takut un
tuk melangkah. Toh Tuhan sudah menyiapkan semua jawaban atas semua pertanyaan dan rintangan hidup, termasuk di dalam dunia bisnis. Semoga artikel ini bermanfaat, dan sukses untuk Anda...
Banjarmasin, 4 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar