Showing posts with label kopipasta. Show all posts
Showing posts with label kopipasta. Show all posts

Monday, March 14, 2011

Hey,I am single!


Hey, I am single
Don't wanna mingle
Unless it's legal
Or else it's evil
There's only one girl
My wife, my angel

(What Single Muslim Brothers Say)
I am available but not for sale,
Don't you ever expect me in your mail,
There's only one story beneath this veil,
It's modesty, and not an ad to hail,
Woo me not because you will surely fail,
You really really think I am that frail?
You're not a hammer and I'm not a nail,
I don't want a boyfriend, he's such an ail,
I would prefer to be stuck in a jail,
But I'm free of you and your fairytale,
If you want me then be the alpha male,
Don't hide in your shell like a slimy snail,
Be my husband, by Allah we stand still.

Friday, November 5, 2010

~* 7 Ways to Improve Your Relationship with The Qur'an! *~

with the name of Allah,the most gracious,the most merciful









“O my Lord, indeed my people have taken this Qur’an as a thing (abandoned)”.

[Surah 25: 30]
ARE you one of those people who rarely touch the Qur’an? Or do you read daily, but don’t find it is having the impact on you that it should? Whatever the case may be, these are some simple tips that can help you connect with the Qur’an.


1. Before you touch it, check your heart.


The key to really benefiting from the Qur’an is to check your heart first, before you even touch Allah’s Book. Ask yourself, honestly, why you are reading it. Is it to just get some information and to let it drift away from you later? Remember that the Prophet Muhammad (peace be upon him) was described by his wife as a “walking Qur’an”: in other words, he didn’t just read and recite the Qur’an, he lived it.



2. Do your Wudu (ablution).


Doing your Wudu is good physical and mental preparation to remind you that you’re not reading just another book. You are about to interact with God, so being clean should be a priority when communicating with Him.



3. Read at least 5 minutes everyday.


Too often, we think we should read Qur’an for at least one whole hour. If you aren’t in the habit of reading regularly, this is too much. Start off with just five minutes daily. If you took care of step one, Insha Allah (God willing), you will notice that those five minutes will become 10, then half an hour, then an hour, and maybe even more!



4. Make sure you understand what you’ve read.


Five minutes of reading the Qur’an in Arabic is good, but you need to understand what you’re reading. Make sure you have a good translation of the Qur’an in the language you understand best. Always try to read the translation of what you’ve read that day.



5. Remember, the Qur’an is more interactive than a CD.


In an age of “interactive” CD-Roms and computer programs, a number of people think books are passive and boring. But the Qur’an is not like that. Remember that when you read the Qur’an, you are interacting with Allah. He is talking to you, so pay attention.



6. Don’t just read; listen too.


There are now many audio cassettes and CDs of the Qur’an, a number of them with translations as well. This is great to put on your walkman or your car’s CD or stereo as you drive to and from work. Use this in addition to your daily Qur’an reading, not as a replacement for it.



7. Make Du'a (supplication).


Ask Allah to guide you when you read the Qur’an. Your aim is to sincerely, for the love of Allah, interact with Him by reading, understanding and applying His blessed words. Making Dua to Allah for help and guidance will be your best tool for doing this.




sumber ; facebook.

Saturday, October 23, 2010

Aku Hamalatul Quran




credit to google






Aku Hamalatul Quran

Bisikan ketenangan menyelubungi sanubari,
kesyahduan kurasakan amat bererti,
acapkali kuterdengar alunan suara insan-insan kerdil,
membasahi lidah dengan kalam-Mu ya Ilahi,
tiada putus-putus mendampingi Kitab-Mu,
membaca, mentadabbur, meneliti ayat-ayat suci.

Segolongan insan yang dihormati,
segolongan insan yang dipandang tinggi,
Inilah insan yang bergelar Hamalatul Quran,
iaitu pendukung kitab suci..
Hamalatul Quran, itulah aku!

Terngiang-ngiang di telingaku ungkapan kata penuh makna,
yang hanya dapat dihayati oleh hati-hati yang suci,
Wasiat Ibnu Mas'ud yang berbunyi..

"seharusnya bagi seorang Hamalatul Quran itu mengetahui..
malamnya ketika manusia dibuai mimpi,
siangnya ketika manusia enak menikmati juadah,
tangisannya ketika manusia bergelak ketawa,
diamnya ketika manusia berkata yang sia-sia,
dan khusyuknya ketika manusia leka dengan kehidupan dunia.."

Aku merenung sejenak,
Hamalatul Quran..begitukah aku??

kata-kata itu mengetuk fikiranku,
menyentuh hatiku, menyedarkan aku dari lamunanku,
betapa Hamalatul Quran yang hakiki,
Adalah insan-insan yang sanggup bermujahadah dalam kepayahan,
mampu berkorban dalam tangisan,
dan rela imannya diuji dengan keperitan..
Baru kutersedar, Hamalatul Quran..kau luar biasa!

Tatkala kuimbas kembali kisah silamku yang penuh dengan kelalaian,
kealpaan, keseronokan seperti orang kebanyakan,
sememangnya tidak layak untuk diri ini dianugerahi dengan permata Ilahi,
yang nilainya terlalu tinggi jika dibanding dengan diri yang daif ini..

Namun, Kau anugerahkan jua aku dengan kemuliaan ini,
menjadi salah seorang insan pilihan-Mu,
di dalam dunia Hamalatul Quran yang penuh dengan janji-janji manis di akhirat nanti..
Ibu bapaku bakal kau pakaikan dengan mahkota sebagai hadiah pengorbanan mereka mendidikku mengenali kehidupan insani.

Tidak mahukah engkau dibangkitkan dengan sinaran cahaya jernih yang terpancar pada wajah yang berseri-seri??
Hamalatul Quran, alangkah beruntungnya dikau!!

Sahabat-sahabat Al-Quran,
sudahkah Al-Quran menakluki jiwamu?
manjadi kekasihmu, buah hatimu yang tiada bertepi?
Ataukah manusia yang masih bertakhta di sanubari?
Ataukah kasih manusia yang masih kau dambai?
Pernahkah kau rasakan Al-Quran itu teman sejati?
Adakah impianmu sekadar satu ilusi dalam fantasi..
yang implikasinya tidak sama dengan realiti kehidupan Hamalatul Quran?

Sahabat-sahabatku..ingatlah,
kita bertemu kerana Al-Quran,
Ukhuwwah mahabbah yang terjalin ini atas nama Al-Quran,
dan semoga perpisahan kita adalah semata-mata untuk meneruskan perjuangan demi Al-Quran.







taken from;profaziium.blogspot








~muhasabah utk diri sendiri.yg slalu sgt culas utk mengulang.moga Allah terus beri kekuatan utk menjaga kalamNya.

Thursday, October 14, 2010

Quran vs Handphone

Ever wonder what would happen if we treated our Quran like we treat our cell phone? 

What if we carried it around wherever we went?

What if we flipped through it several time a day?

What if we turned back to go get it if we forgot it?

What if we used it to receive messages from the text?

What if we treated it like we couldn't live without it?

What if we gave it to Kids as gifts?What if we used it when we travelled?

What if we used it in case of emergency?

This is something to make you go....hmm...where is my Quran?

Oh, and one more thing.  Unlike our cell  phone, we don't have to worry about our
Quran being Disconnected because Allah already paid the  bill.

Makes you stop and think 'where are my priorities? And no dropped calls! 

Wednesday, June 9, 2010

Jalan2 ke alam perkahwinan

Assalamualaikum...
Sekadar ingin berkongsi cerita untuk mentarbiah diri...semoga kita mendapat pengajaran daripadanya....
--------------------------------------------------

Hari-hari berlalu yang dilewati seakan sudah bertahun lamanya, namun yang perlu diakui ialah ianya baru beberapa minggu lalu.

Iya, hanya beberapa minggu lalu. Berita itu aku sambut dengan hati yang diusahakan untuk berlapang dada.

Benar, aku berusaha berlapang dada. Terkadang, terasa nusrah Ilahi begitu hampir saat kita benar-benar berada di tepi tebing, tunggu saat untuk menjunam jatuh ke dalam gaung. Maha Suci Allah yang mengangkat aku, meletakkan aku kembali di jalan tarbiyyah dan terus memimpin untukku melangkah dengan tabah.


Aku hanya seorang Insyirah. Tiada kelebihan yang teristimewa, tidak juga punya apa-apa yang begitu menonjol. Jalan ku juga dua kaki, lihat ku juga menggunakan mata, sama seperti manusia lain yang menumpang di bumi Allah ini. Aku tidak buta, tidak juga tuli mahupun bisu. Aku bisa melihat dengan sepasang mata pinjaman Allah, aku bisa mendengar dengan sepasang telinga pinjaman Allah juga aku bisa bercakap dengan lidahku yang lembut tidak bertulang. Sama seperti manusia lain.

Aku bukan seperti bondanya Syeikh Qadir al-Jailani, aku juga tidak sehebat srikandi Sayyidah Khadijah dalam berbakti, aku bukan sebaik Sayyidah Fatimah yang setia menjadi pengiring ayahanda dalam setiap langkah perjuangan memartabatkan Islam.

Aku hanya seorang Insyirah yang sedang mengembara di bumi Tuhan, jalanku kelak juga sama... Negeri Barzakh, insya Allah. Destinasi aku juga sama seperti kalian, Negeri Abadi. Tiada keraguan dalam perkara ini.


Sejak dari hari istimewa tersebut, ramai sahabiah yang memuji wajahku berseri dan mereka yakin benar aku sudah dikhitbah (bertunang) apabila melihat kedua tangan ku memakai cincin di jari manis. Aku hanya tersenyum, tidak mengiyakan dan tidak pula menidakkan. Diam ku bukan membuka pintu-pintu soalan yang maha banyak, tetapi diam ku kerana aku belum mampu memperkenalkan insan itu. Sehingga kini, aku tetap setia dalam penantian.


Ibu bertanyakan soalan yang sewajarnya aku jawab dengan penuh tatasusila.

"Hari menikah nanti nak pakai baju warna apa?"



Aku menjawab tenang..

"Warna putih, bersih..."



"Alhamdulillah, ibu akan usahakan dalam tempoh terdekat."

"Ibu, 4 meter sudah cukup untuk sepasang jubah. Jangan berlebihan."

Ibu angguk perlahan.


Beberapa hari ini, aku menyelak satu per satu... helaian demi helaian naskhah yang begitu menyentuh sanubari aku sebagai hamba Allah.

”Malam Pertama...” Sukar sekali aku ungkapkan perasaan yang bersarang, mahu saja aku menangis semahunya tetapi sudah aku ikrarkan, biarlah Allah juga yang menetapkan tarikhnya kerana aku akan sabar menanti hari bahagia tersebut. Mudah-mudahan aku terus melangkah tanpa menoleh ke belakang lagi. Mudah-mudahan ya Allah.


Sejak hari pertunangan itu, aku semakin banyak mengulang al-Quran.

Aku mahu sebelum tibanya hari yang aku nantikan itu, aku sudah khatam al-Quran, setidak-tidaknya nanti hatiku akan tenang dengan kalamullah yang sudah meresap ke dalam darah yang mengalir dalam tubuh. Mudah-mudahan aku tenang... As-Syifa' aku adalah al-Quran, yang setia menemani dalam resah aku menanti. Benar, aku sedang memujuk gelora hati. Mahu pecah jantung menanti detik pernikahan tersebut, begini rasanya orang-orang yang mendahului.


"Kak Insyirah, siapa tunang akak? Mesti hebat orangnya. Kacak tak?"

Aku tersenyum, mengulum sendiri setiap rasa yang singgah. Maaf, aku masih mahu merahsiakan tentang perkara itu. Cukup mereka membuat penilaian sendiri bahawa aku sudah bertunang, kebenarannya itu antara aku dan keluarga.

"Insya Allah, 'dia' tiada rupa tetapi sangat mendekatkan akak dengan Allah. Itu yang paling utama."


Berita itu juga membuatkan beberapa orang menjauhkan diri dariku. Kata mereka, aku senyapkan sesuatu yang perlu diraikan. Aku tersenyum lagi.


"Jangan lupa jemput ana di hari menikahnya, jangan lupa!"

Aku hanya tersenyum entah sekian kalinya. Apa yang mampu aku zahirkan ialah senyuman dan terus tersenyum. Mereka mengandai aku sedang berbahagia apabila sudah dikhitbahkan dengan 'dia' yang mendekatkan aku dengan Allah.


Sahabiah juga merasa kehilangan ku apabila setiap waktu terluang aku habiskan masa dengan as-Syifa' ku al-Quran, tidak lain kerana aku mahu kalamullah meresap dalam darahku, agar ketenangan akan menyelinap dalam setiap derap nafas ku menanti hari itu.


"Bila enti menikah?"

Aku tiada jawapan khusus.

"Insya Allah, tiba waktunya nanti enti akan tahu..."

Aku masih menyimpan tarikh keramat itu, bukan aku sengaja tetapi memang benar aku sendiri tidak tahu bila tarikhnya.


"Jemput ana tau!"

Khalilah tersenyum megah.



"Kalau enti tak datang pun ana tak berkecil hati, doakan ana banyak-banyak! "Itu saja pesanku. Aku juga tidak tahu di mana mahu melangsungkan pernikahan ku, aduh semuanya menjadi tanda tanya sendiri. Diam dan terus berdiam membuatkan ramai insan berkecil hati.


"Insya Allah, kalian PASTI akan tahu bila sampai waktunya nanti..."


Rahsia ku adalah rahsia Allah, kerana itu aku tidak mampu memberikan tarikhnya.


Cuma, hanya termampu aku menyiapkan diri sebaiknya. Untung aku dilamar dan dikhitbah dahulu tanpa menikah secara terkejut seperti orang lain. Semuanya aku sedaya upaya siapkan, baju menikahnya, dan aku katakan sekali lagi kepada ibu...

"Usah berlebihan ya..."

Ibu angguk perlahan dan terus berlalu, hilang dari pandangan mata.


"Insyirah, jom makan!"

Aku tersenyum lagi... Akhir-akhir ini aku begitu pemurah dengan senyuman.

"Tafaddal, ana puasa."

Sahabiah juga semakin galak mengusik.

"Wah, Insyirah diet ya. Maklumlah hari bahagia dah dekat... Tarikhnya tak tetap lagi ke?"

"Bukan diet, mahu mengosongkan perut. Maaf, tarikhnya belum ditetapkan lagi."




Sehingga kini, aku tidak tahu bila tarikhnya yang pasti. Maafkan aku sahabat, bersabarlah menanti hari tersebut. Aku juga menanti dengan penuh debaran, moga aku bersedia untuk hari pernikahan tersebut dan terus mengecap bahagia sepanjang alam berumahtangga kelak. Doakan aku, itu sahaja.





............ ......... ......... .........








"innalillahi wainna ilaihi rajiun..."

"Tenangnya.. . Subhanallah. Allahuakbar. "

"Ya Allah, tenangnya... "

"Moga Allah memberkatinya. ..."


Allah, itu suara sahabat-sahabat ku, teman-teman seperjuangan aku pada ibu.


Akhirnya, aku selamat dinikahkan setelah sabar dalam penantian. Sahabiah ramai yang datang di majlis walimah walaupun aku tidak menjemput sendiri.

Akhirnya, mereka ketahui sosok 'dia' yang mendekatkan aku kepada Allah.

Akhirnya, mereka kenali sosok 'dia' yang aku rahsiakan dari pengetahuan umum.

Akhirnya, mereka sama-sama mengambil 'ibrah dari sosok 'dia' yang mengkhitbah ku.


Dalam sedar tidak sedar...

Hampir setiap malam sebelum menjelang hari pernikahan ku...

Sentiasa ada suara sayu yang menangis sendu di hening malam, dalam sujud, dalam rafa'nya pada Rabbi, dalam sembahnya pada Ilahi.

Sayup-sayup hatinya merintih. Air matanya mengalir deras, hanya Tuhan yang tahu.

"Ya Allah, telah Engkau tunangkan aku tidak lain dengan 'dia' yang mendekatkan dengan Engkau. Yang menyedarkan aku untuk selalu berpuasa, yang menyedarkan aku tentang dunia sementara, yang menyedarkan aku tentang alam akhirat. Engkau satukan kami dalam majlis yang Engkau redhai, aku hamba Mu yang tak punya apa-apa selain Engkau sebagai sandaran harapan. Engkau maha mengetahui apa yang tidak aku ketahui..."




Akhirnya, Khalilah bertanya kepada ibu beberapa minggu kemudian...

"Insyirah bertunang dengan siapa, mak cik?"

Ibu tenang menjawab...

"Dengan kematian wahai anakku. Kanser tulang yang mulanya hanya pada tulang belakang sudah merebak dengan cepat pada tangan, kaki juga otaknya. Kata doktor, Insyirah hanya punya beberapa minggu sahaja sebelum kansernya membunuh."

"Allahuakbar. .."

Terduduk Khalilah mendengar, air matanya tak mampu ditahan.

"Buku yang sering dibacanya itu, malam pertama..."

Ibu angguk, tersenyum lembut...

"Ini nak, bukunya."

Senaskah buku bertukar tangan, karangan Dr 'Aidh Abdullah al-Qarni tertera tajuk 'Malam Pertama di Alam Kubur'.

"Ya Allah, patut la Insyirah selalu menangis... Khalilah tak tahu mak cik."

"Dan sejak dari hari 'khitbah' tersebut, selalu Insyirah mahu berpuasa. Katanya mahu mengosongkan perut, mudah untuk dimandikan.. ."

Khalilah masih kaku. Tiada suara yang terlontar. Matanya basah menatap kalam dari diari Insyirah yang diberikan oleh ibu.


"Satu cincin ini aku pakai sebagai tanda aku di risik oleh MAUT. Dan satu cincin ini aku pakai sebagai tanda aku sudah bertunang dengan MAUT. Dan aku akan sabar menanti tarikhnya dengan mendekatkan diri ku kepada ALLAH. Aku tahu ibu akan tenang menghadapinya, kerana ibuku bernama Ummu Sulaim, baginya anak adalah pinjaman dari ALLAH yang perlu dipulangkan apabila ALLAH meminta. Dan ibu mengambil 'ibrah bukan dari namanya (Ummu Sulaim) malah akhlaqnya sekali. Ummu Sulaim, seteguh dan setabah hati seorang ibu.

p/s : untungnya insyirah.. diberi peluang untuk berkhitbah dan sempat menyediakan kain putihnya... kita???... moga Allah memberikan yang terbaik untuk kita...ameen~~