Rahasia Mengatur Waktu : Serpihan yang berserakan

Sabtu pagi, di tempat duduk berundak di tepi Lapangan Saparua -- seusai jogging keliling lapangan belasan kali -- Maruko menceritakan satu babak pertempurannya dengan waktu. Setelah berbulan-bulan mencari-cari cara menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk tanpa terlalu banyak lembur & masuk kerja sabtu-minggu, akhirnya dia menemukan satu lagi sebuah rahasia.

“Sebuah rahasia lagi?” tanya Shinichi Kudo dengan geli. 

Tak banyak rahasia tentang waktu yang dibongkar Maruko pada Shinichi, selain disiplin menggunakan waktu dan aturan “first thing first” yang sering diterjemahkan Maruko dengan kerjakan hal-hal yang kurang penting sekedarnya saja. Maruko menyeka peluh yang masih mengalir deras dari sela-sela rambutnya kemudian berceloteh tentang sifat “waktu luang” yang tidak pernah berkumpul pada satu saat.

“Waktu yang tersedia selalu berserakan di sepanjang hari, dan selama ini aku mengingkari kenyataan itu” kata Maruko dengan serius. 

Maruko selalu berpandangan pekerjaan besar membutuhkan waktu yang panjang dan tak terpikir untuk menganggapnya sebagai serangkaian pekerjaan kecil-kecil. Akibatnya waktu luang kurang dari satu jam tidak dianggapnya sebagai waktu berharga untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu luang seperti jeda antar meeting, sesaat menjelang pulang atau waktu menjelang istirahat biasanya dibiarkan berlalu. Padahal waktu 10 – 15 menit bisa digunakan untuk entry data, review recorder, memeriksa 5 halaman laporan atau membuat daftar isi SOP.

Sebuah analisa data tahunan setebal 90 halaman dapat dikerjakan dalam 30 kali kesempatan kecil, jika setiap kesempatan berkontribusi 3 halaman. Seandainya dalam sehari terdapat 3 kesempatan kecil saja, maka pekerjaan itu dapat selesai dalam 10 hari kerja. Jauh lebih cepat dari kecepatan kerja Maruko bila mengandalkan waktu luang diatas 1 jam untuk memulai sebuah “kerja besar”, yaitu 1 bulan.

^_^

Belasan anak-anak SMU masih bermain bola di tengah lapangan bola yang dilingkari track joging yang mulai dipanggang matahari, di tepi lapangan puluhan anak lainnya bersorak-sorak memberi semangat. Maruko membuka kaleng pocari sweat, dan mereguk isinya, sementara Shinichi yang telah menamatkan 2 buah teh botol berdiri dan melangkahkan kaki untuk mengembalikan botol ke penjualnya. 

Di dalam benak Shinichi terbaca jelas, rahasia yang ditemukan Maruko sebenarnya bukan saja tentang waktu luang yang berserakan. Namun juga tentang bertambah matangnya Maruko, sehingga berani menghadapi masalah dengan cepat.

Selama ini Maruko tidak sadar bahwa dibalik kebiasaan mengerjakan sebuah pekerjaan besar hanya bila tersedia waktu luang yang panjang-- tersimpan ketakutan terhadap kenyataan yang akan dihadapi. Takut tak bisa mengerjakan, takut mengerjakan tidak sempurna, takut tak mampu mengerjakan sesuai standar atasan & harapan teman-temannya. Bahkan takut terhadap harapannya sendiri. 

Ketakutan yang membuatnya lambat menyelesaikan pekerjaan. Sebuah ketakutan yang tanpa disadari telah berhasil diatasi oleh Maruko dengan meminjam jurus yang sangat dikenal diantara para kampiun manajemen waktu, yaitu menganggap pekerjaan besarnya sebagai rangkaian pekerjaan kecil-kecil yang mudah diselesaikan. NL

TERRA INCOGNITA (2)

Agustus 2004
Bermula dari pengaduan satu pelanggan di Eropa yang mendapati kandungan bakteri bawaan pada food produk melebihi angka maksimal yang tercantum dalam sertifikat. Rinoa Enomoto sebagai supervisor pengujian mikrobiologi dianggap paling bertanggung jawab. Minggu-minggu investigasi yang harus dihadapi berakhir dengan secarik surat teguran keras dari General Manager. Pembelaan bahwa Rinoa telah mengikuti prosedur pengujian tidak dapat diterima. Selidik punya selidik, ternyata ada satu hal yang tidak diketahui Rinoa. Pertambahan jumlah bakteri pada produk non steril --- selama pengiriman lewat laut yang memakan waktu lama --- seharusnya ikut diperhitungkan. Alhasil Rinoa dianggap tidak aktif mengorek informasi dan divonis bersalah.
“Sebagai supervisor seharusnya kamu aktif bertanya dong. Jangan hanya menunggu disuapin. Masak sih semuanya harus saya beritahukan padamu” begitulah si boss yang berhasil luput dari hukuman membela diri.

Januari 2005
Pemilik belasan boneka Elmo itu dipindahkan dari Laboratorium ke Bagian Perpustakaan. Sebenarnya tak ada hubungan yang jelas antara kepindahan Rinoa dengan peristiwa itu. Namun tetap saja Rinoa merasa ditendang ke tempat dimana dirinya tak dapat berkembang. Ujung-ujungnya Rinoa jadi sering sekali bertandang ke Bandung untuk menghibur diri. Belakangan kemarahannya mereda berkat serangkaian aktifitas baru di perpustakaan yang membuatnya bersyukur dipertemukan dengan atasan baru yang penuh semangat. Setelah selesai mengganti kartu katalog dengan katalog elektronik, kemudian merampungkan data base standar pabrikasi, segera disusul dengan agenda mengumpulkan hasil-hasil penelitian & trial yang selama ini tersebar di semua divisi. Data-data tersebut kemudian dimasukkan dalam data base yang dapat diakses online via jaringan oleh semua divisi, sehingga tidak akan terjadi duplikasi penelitian.

Maret 2005
Ibu Kepala Perpustakaan berhasil mendapatkan persetujuan dana untuk membangun website. Singkatnya setelah desain website selesai dikerjakan oleh konsultan, Rinoa langsung ngebut memasukkan contentnya. Pertama dimasukkannya katalog online-nya sehingga koleksi perpustakaan dapat diakses dari seluruh dunia. Kemudian Rinoa memasukkan customer guidance untuk memperkenalkan profil dan produk-produk perusahaan, beserta tinjauan ilmiah produk dari berbagai disiplin ilmu. Tak lupa dilengkapi dengan FAQ (Frequently Asked Question) untuk membantu konsumen mengenal produk dengan cepat.

Juni 2005
Pengoleksi ribuan wallpaper & screen saver bertema kupu-kupu itu --- mulai menambahkan items-items informasi terbaru perkembangan perusahaan ke dalam situs. Bahkan Rinoa menampilkan pernik-pernik kecil, seperti ada karyawan sekolah lagi; karyawan mendapat award dari satu lembaga riset, atau salah satu laboratorium meraih sertifikasi internasional langsung dipampang di website. Akibatnya hanya dalam waktu 6 bulan perkembangan website perpustakaan telah jauh meninggalkan website resmi perusahaan yang cenderung official dan kurang update. Seiring mulai dikenalnya website oleh dunia luar, perpustakaan sering disambangi para mahasiswa pascasarjana, peneliti dan praktisi yang datang untuk mencari pustaka. Berkat bantuan mereka-lah Ibu Kepala Perpustakaan berhasil menjalin kerjasama dengan belasan universitas dan institusi riset untuk menambah koleksi perpustakaan dengan publikasi penelitian-penelitian terbaru yang relevan dengan kebutuhan perusahaan.

September 2005
Rinoa mengakui ada beberapa aktifitas yang kemajuannya kurang menggembirakan. Seperti pembatasan ketat hasil-hasil penelitian dan trial yang boleh dipublikasikan di website. Kegiatan diskusi buku yang hanya diminati segelintir orang. Usaha menarik minat karyawan untuk aktif mengunjungi perpustakaan juga dapat dikatakan belum sukses. Biasanya mereka datang hanya bila membutuhkan pustaka untuk penelitian atau membuat SOP. Mayoritas pengunjung perpustakaan justru mahasiswa pascasarjana dan peneliti yang datang dari beberapa kota besar. Toh Rinoa tidak berkecil hati --- walaupun jarang datang ke perpustakaan --- kebanyakan karyawan mengaku rajin mengakses website untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru tentang perusahaan.

^^ ^^
Oktober 2005
Matahari pagi menyentuh kulit dengan sinarnya yang hangat, diiringi kicau burung-burung yang hinggap diatas pohon --- ketika langkah kaki Rinoa dan Shinichi bergerak meninggalkan jalan Cipaganti belok kiri ke jalan Sampurna --- untuk menuju Pasar Sederhana. Pengalaman Rinoa Enomoto mengingatkan Shinichi Kudo pada zone-zone tidak dikenal yang selama ini dia hindari, karena nampak begitu menakutkan. Boleh jadi disana menjanjikan sesuatu yang jauh melebihi dari yang pernah dibayangkan orang. NL.

Selasa malam 11 oktober 2005

Revolusi Ibu Kinemaru

Apa yang terlihat pada perlakuan ibu kandung Ryoko Kinemaru terhadap seorang sales adalah sangat mengejutkan. Waktu itu Shinichi Kudo sedang berada di rumah Ryoko --- untuk membantu menanam belasan terumbu karang segar ke dalam akuarium yang terletak di ruang tamu --- ketika seorang perempuan muda yang menenteng koper besar muncul dan mengetuk pintu dengan ragu-ragu. Ibu Kinemaru menyambutnya dengan ramah dan mempersilahkan masuk. Setelah beberapa lama berbasa-basi ternyata dia adalah seorang sales yang hendak menawarkan barang kebutuhan sehari-hari seperti sabun cuci, teh & kopi. Disamping mendengarkan dengan penuh perhatian dan sekali-sekali menanggapi perkataan sang sales, si Ibu juga menghidangkan minuman dan sederet kue-kue lebaran untuk tamunya. Akhirnya dua-tiga barang dibeli oleh Ibu Kinemaru yang biasanya lebih suka membeli barang dari pasar swalayan. Perilaku baru yang tak pernah dilihat Shinichi selama ini.

Pada saat Shinichi dan Ryoko menyelesaikan pendekorasian akuarium dengan terumbu karang warna-warni yang kini nampak melambai-lambai indah diterpa arus air, si perempuan muda telah pergi. Ibu Kinemaru melihat ke arah Shinichi dan tersenyum seraya mengatakan tak usah heran akan kebiasaan barunya.
“Sejak Ryoko jadi sales di Jakarta, Saya nggak berani lagi menolak seorang sales tanpa menemuinya terlebih dahulu. Saya tak sanggup membayangkan Ryoko diusir di depan pintu masuk oleh calon konsumennya” kata Ibu Kinemaru pendek.

^_^

Tiga tahun yang lalu, selepas mendapat predikat apoteker, Ryoko Kinemaru memutuskan untuk meniti karir di bidang marketing. Pilihannya jatuh pada produk susu formula untuk bayi di atas umur 2 tahun. Semua pengalaman sehari-hari sebagai produk sales representatif selalu diceritakan kepada Ibunya. Termasuk pengalaman-pengalaman pahit dicuekin atau diperlakukan dengan kasar oleh para calon konsumen yang merasa waktu mereka yang sangat berharga diganggu oleh kedatangan Ryoko. Penggemar ikan hias itu juga selalu bercerita secara terperinci target-target yang dipikulnya. Keberhasilan atau kegagalannya dalam memenuhi target penjualan. Juga pada saat karirnya terancam karena target tidak terpenuhi selama tiga bulan berturut-turut dan bagaimana dia bekerja keras sampai tidak mengenal hari libur untuk mengejar ketinggalannya. Pada saat itulah Ibu Kinemaru benar-benar berperan menjadi kompor yang selalu mengobarkan semangat putri kesayangannya.

Walaupun dua setengah tahun kemudian Ryoko pindah kerja ke Bagian Evaluasi Produk sebuah perusahaan jamu tradisional yang berencana melebarkan pasarnya ke negeri jiran, namun pengalaman Ryoko telah merubah ibunya. Kini Ibu Kinemaru memandang sales dengan cara yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Dia dapat merasakan sulitnya meyakinkan orang-orang yang baru pertamakali bertemu agar bersedia menjadi pembeli. Bagaimana sebuah perlakuan buruk mungkin akan mematahkan semangat mereka untuk menemui calon konsumen berikutnya. Bayang-bayang wajah Ryoko yang panik dikejar target juga membuatnya mencoba mengerti bila menghadapi seorang sales yang ngotot menawarkan produknya. Meskipun Ibu Kinemaru tidak selalu membeli produk yang ditawarkan, dia berusaha untuk menjaga harga diri si sales agar tetap merasa sebagai tamu terhormat yang datang untuk sebuah keperluan penting. Menurutnya pengalaman sebagai pengobar semangat putri kandungnya, membuatnya tidak ingin menjadi si pematah semangat bagi anak orang lain.NL

07 nopember 2005

Puisi Idul Fitri-2

Hari ini,
kurendahkan diriku
kulupakan kesombonganku
kutundukkan kepalaku
lalu kududuk terpaku
di depan jendela hatimu
menanti pintu maafmu
terbuka untukku

Puisi Idul Fitri-1

Hari ini,
telah kukuncupkan payungku,
telah kubuka semua mantelku,
kini kunanti hujan maaf darimu.

Jangan biarkan hujan maafmu berhenti,
sebelum dosa-dosaku tersapu bersih
banjir kebesaran hatimu.

Selamat Idul Fitri

Semoga di hari kemenangan ini,
Allah mengaruniai kita hati
yang kembali ke fitrah,
Hati yang Sombong jadi Syukur,
Hati yang Keluh kesah jadi Sabar,
Hati yang Gelisah jadi Pasrah dalam
menerima silih bergantinya
takdir kebahagiaan dan kesedihan

SELAMAT IDUL FITRI
MOHON MAAF LAHIR BATIN

Favorit film: Mississipi Burning

Mississipi 1964, dua orang aktifis persamaan ras dan seorang kulit hitam hilang ketika dalam perjalanan meninggalkan kota. Dua orang agen federal yang ditugaskan menyelidiki lenyapnya mereka, mendapat sambutan kurang bersahabat dari sheriff setempat. Ketika keadaan semakin memburuk --- bahkan dua agen tersebut mulai diancam oleh kelompok rasis Ku Klux Klan --- agen pertama memutuskan memanggil bala bantuan dari ibukota. Digunakannya sebuah gedung bioskop sebagai kantor bagi orang-orangnya. Ketika ditemukan mobil yang dikendarai ketiga orang hilang di sebuah danau, agen pertama tambah nekad. Dimintanya tambahan bantuan ratusan personil militer untuk membantu mengaduk-aduk setiap inchi permukaan danau guna mencari mayat-mayat korban. Terjadilah kehebohan besar di kota kecil tersebut. Sementara agen kedua memilih mendekati anggota keluarga salah satu tersangka untuk mendapatkan informasi. Akhirnya agen kedualah yang berhasil mendapatkan lokasi mayat disembunyikan. Kemudian dengan serangkaian trik-trik jitu, mereka berdua berhasil membongkar persekongkolan antara pengikut Ku Klux Klan dengan Sheriff yang berusaha menghapus jejak pembunuhan.

^_^

Shinichi Kudo sudah berulangkali menonton salah satu film favoritnya tersebut. Dahulu yang paling menarik dari Film Misisisipi Burning adalah backgroundnya--- yaitu perjuangan gigih melawan rasialisme. Perjuangan untuk kemanusiaan yang sangat menyentuh. Namun sekarang ada hal lain yang lebih menarik bagi Shinichi. Tekad bulat si agen pertama-lah yang membuat film itu lebih mengesankan. Ketika tidak mendapat dukungan dari Sheriff, si agen nekad meminta dikirim orang-orang baru dari kantor pusat. Bukan hanya itu, dia juga menyewa sebuah gedung bioskop untuk dijadikan base camp penyelidikannya. Bahkan tatkala pemilik motel keberatan atas orang-orangnya yang menginap di motel --- si agen pertama langsung memerintahkan anak buahnya untuk membeli motel tersebut. Sebuah tekad baja yang sangat menarik bagi Shinichi. Dengan kesungguhan seperti itu, bila seandainya si agen pertama gagal menemukan si pembunuh-pun--- dia masih layak diberi acungan jempol.

Hal lain yang menarik dari film yang diawali dengan gambar dramatis dua pancuran air minum berdampingan --- satu untuk kulit putih dan satu untuk kulit berwarna --- adalah perbedaan cara kerja kedua agen. Agen pertama bekerja berdasarkan prosedur, sistematis dan target oriented, sedang agen kedua lebih banyak mengandalkan pendekatan personal. Beberapakali terjadi konflik diantara keduanya. Namun pada dasarnya mereka saling mengisi. Agen pertama memastikan pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan semua sumberdaya yang dimiliki dengan efektif. Agen kedua mengisi kelemahan metode pertama yang “kering” terhadap pendekatan personal; dengan bekerja mengandalkan persahabatan, simpati dan pengertian yang mendalam terhadap sifat-sifat manusia.

^_^

Hiromi bertepuk tangan mendengar cerita Shinichi tentang Mississipi Burning. Menurutnya penafsiran atas sebuah film bisa saja berubah setiap saat, tergantung perkembangan pengetahuan orang yang menontonnya. Dahulu bahan-bahan yang ada di memori Shinichi terbatas, sehingga apa yang bisa dilihat dari film itu sekedar sebuah perjuangan gigih dua sosok manusia melawan ideologi sesat rasisme. Kini seiring perjalanan waktu, dengan semakin bertambah banyaknya pengetahuan dan pengalaman yang mengendap dalam memori Shinichi; film itu seolah-olah berbicara dengan cara yang lain. NL

bandung, minggu malam 23 Oktober 2005

RAN




Akira Kurosawa : RAN

“Kau tak lebih dari bayang-bayang Hidetora” begitulah kurang lebih kata-kata istri Taro saat membujuk suaminya untuk menyingkirkan ayahnya. Dan Taro bukan saja mengusir si ayah dari kastil, namun juga bersekongkol dengan adiknya untuk menjebak ayah mereka hingga semua pengawalnya tewas, dan Hidetora-pun kemudian menjadi gila. Naasnya di detik-detik terakhir pertempuran, salah seorang tangan kanan Jiro secara sembunyi-sembunyi menembak Taro hingga tewas. Kekuasaan beralih pada si adik.

Si bungsu Saburo beserta pasukannya yang menyeberang ke wilayah Jiro untuk mencari ayahnya sengaja dibiarkan masuk dengan harapan Jiro dapat membunuh keduanya sekaligus. Sayangnya saat pasukan Jiro sedang menyerang pasukan Saburo, tiba-tiba kastilnya diserbu musuh. Setelah mendengar berita penyerbuan itu, Jiro buru-buru menarik mundur tentaranya namun tak banyak gunanya. Rupanya skenario kehancuran kastil telah direncanakan oleh istri Taro yang hendak membalaskan dendam keluarganya. Si istri yang sebenarnya adalah anak pemimpin musuh yang dibunuh Hidetora tersebut berhasil mempengaruhi Taro, dan kemudian Jiro untuk mencapai tujuannya.

Ran adalah salah satu film terbaik Akira Kurosawa yang diadaptasi dari King Lear-nya Shakespeare, dan mengambil setting situasi kala para keluarga prajurit memegang peran penting di tiap-tiap propinsi. Film ini bercerita tentang Hidetora, bekas penguasa yang telah lanjut usia dan memilih pensiun, serta membagi tiga kastil kepada tiga orang anaknya Taro, Jiro dan Saburo. Dua diantaranya kemudian menghianatinya.

^^_^^

“Saya bicara tentang keinginan Taro untuk membuktikan peranan dirinya” kata Hiromi seolah-olah membantah bila Shinichi Kudo menganggapnya akan menyalahkan istri Taro saat memperbincangkan Ran. Taro digambarkannya sebagai seorang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan terhadap pengakuan orang lain. Haus pengakuan dan merasa perlu membuktikan kehebatan dirinya. Agaknya sifat tersebut sangat dipahami oleh istrinya, dan dengan cerdik dimanfaatkan untuk membalas dendam.

“So what gitu loh!” Kalimat itulah yang seharusnya keluar dari mulut Taro saat dikompori istrinya. Hiromi mengandaikan bila Taro mampu berdamai dengan pendapat orang lain bahwa dirinya hanyalah kepanjangan tangan ayahnya, tentu dia dan juga Jiro tidak akan menyeret marganya ke jurang kehancuran.

^^_^^

Hiromi menutup ceritanya dengan sebuah senyum tipis penuh arti. Seolah hendak berkata bahwa Shinichi-pun harus belajar berdamai dengan olok-olok orang lain. “Biarkanlah orang lain dengan pikirannya. Jangan pernah ‘bertempur’ dengan seseorang hanya karena ingin membuktikan pada orang ketiga bahwa dirimu berani” kalimat itulah yang dirasakan Shinichi dibalik senyumannya. NL

kalimantan 5 bandung

Terra Incognita

Pagi hari, jalan Cipaganti masih sepi. Diantara ratusan pohon berdaun rimbun yang berjajar sepanjang jalan, nampak ada belasan batang pohon di sebelah kiri jalan yang daun-daunnya rontok menutupi permukaan jalan. Beberapakali kaki Rinoa Enomoto menendang tumpukan daun hingga berhamburan ke udara. Sementara Shinichi Kudo yang senang mendapat kesempatan memakai kamera SLR Canon milik Rinoa, sesekali berhenti untuk memotret kawanan burung yang hinggap di dahan-dahan pohon tak berdaun.
“Tempat baruku ternyata menjanjikan pengalaman yang sama sekali tak pernah kubayangkan” kata Rinoa sembari tangannya menyambar satu lembar daun yang melayang-layang jatuh di depannya.

“Jadi, sekarang sudah nggak merasa disingkirkan nih” tanya Shinichi setelah selesai menjepretkan kamera. Rinoa mengambil dahan sebesar ibu jari yang melintang di jalan, lalu membuangnya ke tepi, seraya mengakui bahwa dirinya yang pada mulanya merasa “ditendang”, kini merasa senang karena berkesempatan melakukan banyak hal baru. Terutama keberhasilannya membangun sebuah website yang berisi seluk beluk perpustakaan dan informasi terbaru tentang perusahaan. “Nggak nyombong nih, website perpustakaan lebih lengkap, lebih update dan jauh lebih sering diakses orang dibanding website resmi perusahaan karena informasinya lebih aktual” kata Rinoa.

Shinichi tersenyum; dalam hatinya dia tahu persis mengapa content website resmi perusahaan Jakarta tersebut jarang update. Karena pengelolaan content diserahkan ke bagian IT yang diawaki orang-orang teknis yang jumlahnya terbatas dan sibuk melayani permintaan perbaikan komputer di lingkungan perusahaan. Sebenarnya cukuplah hardware & desain website porsi mereka. Content website lebih baik dipegang personel Public Relation dan Marketing yang pastinya memiliki rencana jangka panjang dan rencana tahunan untuk memperkenalkan perusahaan ke publik.

^_^

Pertamakali dipindahkan dari laboratorium ke Bagian Perpustakaan, Rinoa shock berat. Pingin ngamuk, merasa disingkirkan, dikotakkan, dan yang lebih penting lagi dia merasa tak akan bisa melakukan apa-apa di perpustakaan. Untunglah Ibu Kepala Perpustakaan yang senang sekali atas kedatangan staff baru langsung menghadiahi si lulusan program studi nutrisi tersebut dengan segudang agenda kerja. Mulai dari menjadikan perpustakaan sebagai pusat layanan data current-good manufacturing practice, mendokumentasi data-data penelitian & mediasi pertukaran data antar divisi, menyebarkan informasi teknologi pabrikasi terbaru, sampai mengadakan diskusi buku-buku yang terkait dengan bisnis utama perusahaan.

Ibu yang memendam cita-cita menjadikan perpustakaan sebagai tulang punggung informasi --- terang-terangan mengakui bahwa dirinya seperti mendapat durian runtuh atas kedatangan Rinoa. Anak muda dinilainya akan dengan mudah mempelajari ketrampilan baru seperti katalog buku elektronik, data base, mengelola website dan berburu informasi hasil-hasil penelitian terbaru yang relevan dengan kebutuhan perusahaan. Hal-hal sangat mendesak untuk diaplikasikan, namun selama ini kurang cepat kemajuannya karena dikerjakan oleh “orang tua yang buta teknologi” seperti dirinya.

Pelan-pelan semangat bekas atlet softball kampus tersebut bangkit kembali. Debut Rinoa dimulai dengan merampungkan proses penggantian kartu-kartu katalog buku gaya kuno yang disimpan pada laci-laci kecil dari kayu, dengan software katalog buku elektronik yang dapat diakses online. Hebatnya Rinoa bukan sekedar memasukkan judul buku & jurnal, namun juga memasukkan daftar isi, indeks dan abstrak yang terdapat di dalam setiap bab buku maupun jurnal. Hasilnya bila pengunjung perpustakaan akan mencari satu topik, tinggal mengetik kata kunci di komputer dan dia akan segera mendapatkan list buku-buku dan jurnal-jurnal yang relevan beserta informasi pada halaman berapa topik tersebut berada.

Langkah selanjutnya Rinoa melengkapi data base elektronik-nya dengan full text isi semua buku-buku standar current-good manufacturing practice yang dipergunakan perusahaan. Sehingga seorang staff marketing yang sedang membuat prosedur baku tentang tatacara transportasi produk --- dengan mudah akan mendapat semua informasi tentang standar yang berlaku di perusahaan --- cukup dengan mengetikkan kata kunci “product transport”. NL

sabtu pagi 08 Oktober 2005

terra incognita : daerah tidak dikenal
content : isi website

Akira Kurosawa: Kagemusha


Dalam sebuah pertempuran melawan marga musuh, Takeda Singen tertembak. Si penguasa propinsi Kai terpaksa digotong keluar dari medan pertempuran. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, salah satu calon kuat shogun yang akan berkuasa di seluruh negeri tersebut memerintahkan agar kematiannya dirahasiakan, agar propinsi Kai tidak menjadi target serangan musuh. Diam-diam ditunjuklah seseorang yang kebetulan mirip Singen untuk menjadi Singen gadungan. Selama 3 tahun kematian Singen akan dirahasiakan, dengan bantuan si duplikat yang akan berperan sebagai penguasa yang disegani propinsi-propinsi lain. Kisah tersebut terdapat dalam film Kagemusha karya Akira Kurosawa yang berlatar belakang nasib tragis marga Takeda sepeninggal pemimpinnya, Takeda Singen.

^_^

Hattori tersenyum getir mendengar cerita Shinichi Kudo tentang Kagemusha yang diam-diam juga dialami dirinya dalam bentuk yang lain. Selama ini jatah cuti panjang dari perusahaan tak pernah bisa diambilnya--- bukan karena kurang orang--- namun karena ketergantungan departemen yang dipimpinnya terhadap keberadaan Hattori. Banyak pekerjaan yang dilakukannya secara personal tanpa pernah diajarkan pada para asistennya. Sangat sulit mempercayakan sejumlah pekerjaan penting pada mereka, karena dia tak rela melihat kualitas pekerjaan menurun. Disamping itu melibatkan para asisten pada pekerjaan penting juga akan membuat pekerjaan menjadi lebih lambat. Jauh lebih lambat dibanding bila dikerjakan sendiri, karena Hattori harus sering berhenti untuk mengajari. Ditambah lagi harus berdiskusi dengan mereka, karena para asistennya bukanlah tipe pekerja yang mau didikte begitu saja tanpa penjelasan yang rasional.

Lima ratus tahun setelah kematian Singen dunia telah berubah. Nasib sebuah propinsi, apalagi sebuah perusahaan tidak lagi bergantung pada satu orang. Dalam perusahaan modern yang egaliter, nasib perusahaan ditentukan oleh keberhasilan membangun sistem. Kepergian seorang manajer tidak banyak mengganggu kinerja perusahaan. Ada prosedur baku, ada pelatihan, ada pengawasan dan ada evaluasi yang memastikan semua pekerjaan dikerjakan sistematis dan terukur sehingga dengan mudah bisa diulang lagi oleh orang lain. Namun di departemen Hattori, semua perangkat tersebut hanya diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan yang mudah. Sementara pekerjaan yang kritis masih tetap dikerjakan sendirian oleh Hattori. Kerja personal yang “sangat mengandalkan pengalaman Hattori”, sehingga tak akan mudah ditiru oleh para asistennya.

^_^

Angin dingin berhembus kencang menembus jendela Cafe Gato Rojo. Setelah merapatkan jaketnya, Hattori kembali meneguk Capuccino spesial – menu andalan Cafe –-- yang sedikit membantu menghangatkan tubuhnya. Sambil terus mendengarkan kelanjutan cerita Shinichi tentang keruntuhan marga Takeda, diam-diam Hattori dengan sedih :( mengakui bahwa dirinya lebih cocok menjadi manajer di sebuah perusahaan yang beroperasi 500 tahun silam. NL

Kalimantan 5 Bandung 2005

Never Ending Friend

Di setiap hembusan nafasmu
bukan saja kurasakan
perhatian yang lembut,
namun juga pengorbanan,
kerelaan untuk mendengarkan.

Mendengarkan seakan aku bayi
yang baru belajar bicara.
Mendengarkan seolah tak rela
satu huruf pun terlewatkan.
Mendengarkan tanpa menghakimi,
sehingga aku berani
menjadi diri sendiri

Di kehangatan kata-kata riangmu,
tercium wangi serumpun melati
yang mekar di jiwamu.
Kata-kata yang membesarkan hati,
memperkokoh percaya diri,
dan membuat rasa takut pergi.
Kata-kata jelmaan seruling gembala
yang menggiring kerbau-kerbau rinduku
berduyun-duyun menuju kandangmu

Sungguh!
Di balik keceriaan-mu terbayang
Samudera jiwa besar yang teduh
tempatku menentramkan diri
Samudera yang rela sejenak melupakan
dirinya untuk menampung aliran
sungai-sungai kegelisahanku
Samudera pengertian tempatku kembali
untuk merawat luka-luka kegagalan yang pedih
Samudera bening tempatku bercermin untuk
terus memperbaiki diri
Samudera yang setia menemaniku berlayar
di pelukan cahaya Ilahi.