
^_^
Shinichi Kudo sudah berulangkali menonton salah satu film favoritnya tersebut. Dahulu yang paling menarik dari Film Misisisipi Burning adalah backgroundnya--- yaitu perjuangan gigih melawan rasialisme. Perjuangan untuk kemanusiaan yang sangat menyentuh. Namun sekarang ada hal lain yang lebih menarik bagi Shinichi. Tekad bulat si agen pertama-lah yang membuat film itu lebih mengesankan. Ketika tidak mendapat dukungan dari Sheriff, si agen nekad meminta dikirim orang-orang baru dari kantor pusat. Bukan hanya itu, dia juga menyewa sebuah gedung bioskop untuk dijadikan base camp penyelidikannya. Bahkan tatkala pemilik motel keberatan atas orang-orangnya yang menginap di motel --- si agen pertama langsung memerintahkan anak buahnya untuk membeli motel tersebut. Sebuah tekad baja yang sangat menarik bagi Shinichi. Dengan kesungguhan seperti itu, bila seandainya si agen pertama gagal menemukan si pembunuh-pun--- dia masih layak diberi acungan jempol.
Hal lain yang menarik dari film yang diawali dengan gambar dramatis dua pancuran air minum berdampingan --- satu untuk kulit putih dan satu untuk kulit berwarna --- adalah perbedaan cara kerja kedua agen. Agen pertama bekerja berdasarkan prosedur, sistematis dan target oriented, sedang agen kedua lebih banyak mengandalkan pendekatan personal. Beberapakali terjadi konflik diantara keduanya. Namun pada dasarnya mereka saling mengisi. Agen pertama memastikan pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan semua sumberdaya yang dimiliki dengan efektif. Agen kedua mengisi kelemahan metode pertama yang “kering” terhadap pendekatan personal; dengan bekerja mengandalkan persahabatan, simpati dan pengertian yang mendalam terhadap sifat-sifat manusia.
^_^
Hiromi bertepuk tangan mendengar cerita Shinichi tentang Mississipi Burning. Menurutnya penafsiran atas sebuah film bisa saja berubah setiap saat, tergantung perkembangan pengetahuan orang yang menontonnya. Dahulu bahan-bahan yang ada di memori Shinichi terbatas, sehingga apa yang bisa dilihat dari film itu sekedar sebuah perjuangan gigih dua sosok manusia melawan ideologi sesat rasisme. Kini seiring perjalanan waktu, dengan semakin bertambah banyaknya pengetahuan dan pengalaman yang mengendap dalam memori Shinichi; film itu seolah-olah berbicara dengan cara yang lain. NL
bandung, minggu malam 23 Oktober 2005
wibu bangsat blog kontol
ReplyDelete