Si Kancil yang terdampar di sebuah lorong kecil yang pas dengan ukuran tubuh mungilnya
itu mau tak mau terpaksa masuk lebih jauh ke dalam lorong. Dia tak bisa keluar melalui sungai karena arusnya terlalu deras. Maka dengan susah payah dia berjalan perlahan-lahan menelusuri lorong. Setelah setengah hari berjalan dalam kegelapan akhirnya didapatinya lorong berujung pada sebuah parit kecil persis di tengah sebuah kota. Saat
dirinya keluar dari parit tersebut dilihatnya pemandangan penduduk kota yang
sangat mengenaskan.
Bocah-bocah, orang muda,
orang tua, laki-laki maupun perempuan nampak bertubuh
kurus kering dan lemah lunglai. Daun-daun pepohonan sudah gundul, bahkan
rerumputan-pun jarang Agaknya mereka habis dimakan oleh penduduk kota. Dari cerita
orang-orang yang ditemuinya tahulah Si Kancil bahwa Kota Urban telah dikepung
musuh selama enam bulan sehingga tidak ada pasokan makanan dari luar kota.
Seorang lelaki muda yang bertubuh tegap walaupun mulai terlihat
kurus menceritakan semuanya kepada Sang Kancil saat mereka bertemu di Balai
Kota. Rupanya orang itu adalah Pak Walikota yang saat ini rambutnya sering berdiri karena otaknya berpikir keras mencari jalan keluar dari kekurangan pangan. Dia tidak tahu berapa lama lagi
rambutnya akan berdiri kecuali Si Kancil mampu memberi solusi. Lumbung jagung dan beras di kota sudah sangat menipis.
Kini bahan pangan hanya dibagikan setiap dua hari sekali. Artinya rakyatnya makan sepiring nasi tiap dua hari sekali.
^_^
Tragedi kekurangan pangan ini berawal dari serangan yang dilakukan musuh terhadap Kota Urban yang kaya raya ini. Rupanya majunya perdagangan Kota Urban beberapa tahun belakangan ini dianggap membahayakan perdagangan di kota-kota tetangga. Kemajuan pesat itu terjadi setelah walikota lama yang selama ini mengutamakan para pedagang asing tersingkir. Pak Walikota baru memberi perlakuan lebih adil pada pedagang pribumi.
Kota Urban adalah kota terbesar di wilayah ini tetapi selama ini miskin. Hal itu karena pemerintah kota memberi fasilitas berlebihan pada para pedagang asing sehingga mereka berhasil memonopoli perdagangan. Akibatnya rakyat Kota Urban tetap miskin sementara para pedagang asing menjadi kaya raya.
Walikota juga mengijinkan komplotan pedagang asing menjual ganja kepada penduduk kota. Dia juga membiarkan mereka memberi jatah ganja gratis kepada para pegawai negeri. Akibatnya pekerjaan para pegawai kota menjadi amburadul karena hari-harinya diisi dengan mabuk-mabukan ganja. Demikian juga dengan penduduk kota, banyak diantaranya menjadi tukang bengong karena mengisi hari-harinya dengan fly akibat menghisap ganja.
Namun setelah walikota lama tersingkir maka perlakuan istimewa pada komplotan pedagang asing dicabut. Akibatnya monopoli perdagangan oleh para pedagang asing juga tamat riwayatnya. Peredaran ganja juga dilarang. Hal itu berakibat perekonomian Kota Urban maju pesat karena penduduknya pada dasarnya memiliki hobby bekerja keras. Kini tidak ada lagi diantara mereka yang menghabiskan waktu dengan bengong sambil menghisap ganja. Hari-hari mereka menjadi produktif menghasilkan barang-barang yang laku dijual. Hanya dalam beberapa tahun perdagangan Kota Urban omzetnya jauh melampaui kota-kota tetangga.
Sejumlah besar anggota komplotan pedagang asing yang tersingkir merasa sakit hati. Terutama sindikat penjual ganja. Mereka kehilangan pasar terbesar barang dagangan mereka. Karena itu mereka berusaha keras menyingkirkan walikota baru. Mereka menggunakan taktik pencitraan buruk terhadap Kota Urban. Dengan modal citra buruk itulah mereka akan membujuk pemerintah-pemerintah kota asal mereka agar menyerang Kota Urban. Setelah itu mereka bermaksud mengangkat kembali walikota lama agar kepentingan mereka dapat terlayani.
Mula-mula mereka bersekutu dengan penegak hukum yang bisa disuap di negeri mereka. Lalu mereka menyewa para bandit, begal, kecu, maling dan perampok untuk melakukan aksinya di kota-kota mereka sendiri. Para penjahat akan mendapat imbalan uang dalam jumlah besar jika mau mengaku sebagai teroris suruhan Walikota Urban yang ditugaskan untuk membuat kota-kota pesaing tidak aman.
Para penjahat bayaran itu juga membuat kerusuhan dengan membakar gedung-gedung dan pasar-pasar. Setiapkali tertangkap mereka mengaku sebagai teroris yang dilatih Kota Urban. Kadang-kadang para perampok biasa yang tertangkap -- sengaja dibunuh oleh penegak hukum dan diumumkan ke masyarakat sebagai para teroris. Para grayak kelas teri yang tertangkap dijanjikan keringanan hukuman jika bersedia mengaku sebagai teroris.
Aksi-aksi perampok yang mengaku sebagai teroris itu juga sengaja dibesar-besarkan oleh koran-koran yang dimiliki komplotan pedagang asing sehingga timbullah kebencian umum terhadap penduduk Kota Urban. Mereka menyangka bahwa para penjahat bayaran itu benar-benar teroris binaan Kota Urban. Setelah fitnah itu sukses maka mudah sajalah bagi para pedagang asing untuk membujuk pemerintah-pemerintah kota menyerang Kota Urban.
^_^
Balatentara musuh yang jumlahnya berkali-kali lipat tak mampu ditahan oleh pasukan pengawal Kota Urban walaupun persenjataan mereka jauh lebih modern. Ratusan pasukan senapan tidak sanggup menahan puluhan ribu pasukan musuh walaupun musuh hanya bersenjatakan busur panah, tombak dan pedang. Pasukan pengawal kota memutuskan untuk mundur ke dalam Kota Urban yang dibentengi tembok yang tinggi.
Kota Urban adalah kota terbesar di wilayah ini tetapi selama ini miskin. Hal itu karena pemerintah kota memberi fasilitas berlebihan pada para pedagang asing sehingga mereka berhasil memonopoli perdagangan. Akibatnya rakyat Kota Urban tetap miskin sementara para pedagang asing menjadi kaya raya.
Walikota juga mengijinkan komplotan pedagang asing menjual ganja kepada penduduk kota. Dia juga membiarkan mereka memberi jatah ganja gratis kepada para pegawai negeri. Akibatnya pekerjaan para pegawai kota menjadi amburadul karena hari-harinya diisi dengan mabuk-mabukan ganja. Demikian juga dengan penduduk kota, banyak diantaranya menjadi tukang bengong karena mengisi hari-harinya dengan fly akibat menghisap ganja.
Namun setelah walikota lama tersingkir maka perlakuan istimewa pada komplotan pedagang asing dicabut. Akibatnya monopoli perdagangan oleh para pedagang asing juga tamat riwayatnya. Peredaran ganja juga dilarang. Hal itu berakibat perekonomian Kota Urban maju pesat karena penduduknya pada dasarnya memiliki hobby bekerja keras. Kini tidak ada lagi diantara mereka yang menghabiskan waktu dengan bengong sambil menghisap ganja. Hari-hari mereka menjadi produktif menghasilkan barang-barang yang laku dijual. Hanya dalam beberapa tahun perdagangan Kota Urban omzetnya jauh melampaui kota-kota tetangga.
Sejumlah besar anggota komplotan pedagang asing yang tersingkir merasa sakit hati. Terutama sindikat penjual ganja. Mereka kehilangan pasar terbesar barang dagangan mereka. Karena itu mereka berusaha keras menyingkirkan walikota baru. Mereka menggunakan taktik pencitraan buruk terhadap Kota Urban. Dengan modal citra buruk itulah mereka akan membujuk pemerintah-pemerintah kota asal mereka agar menyerang Kota Urban. Setelah itu mereka bermaksud mengangkat kembali walikota lama agar kepentingan mereka dapat terlayani.
Mula-mula mereka bersekutu dengan penegak hukum yang bisa disuap di negeri mereka. Lalu mereka menyewa para bandit, begal, kecu, maling dan perampok untuk melakukan aksinya di kota-kota mereka sendiri. Para penjahat akan mendapat imbalan uang dalam jumlah besar jika mau mengaku sebagai teroris suruhan Walikota Urban yang ditugaskan untuk membuat kota-kota pesaing tidak aman.
Para penjahat bayaran itu juga membuat kerusuhan dengan membakar gedung-gedung dan pasar-pasar. Setiapkali tertangkap mereka mengaku sebagai teroris yang dilatih Kota Urban. Kadang-kadang para perampok biasa yang tertangkap -- sengaja dibunuh oleh penegak hukum dan diumumkan ke masyarakat sebagai para teroris. Para grayak kelas teri yang tertangkap dijanjikan keringanan hukuman jika bersedia mengaku sebagai teroris.
Aksi-aksi perampok yang mengaku sebagai teroris itu juga sengaja dibesar-besarkan oleh koran-koran yang dimiliki komplotan pedagang asing sehingga timbullah kebencian umum terhadap penduduk Kota Urban. Mereka menyangka bahwa para penjahat bayaran itu benar-benar teroris binaan Kota Urban. Setelah fitnah itu sukses maka mudah sajalah bagi para pedagang asing untuk membujuk pemerintah-pemerintah kota menyerang Kota Urban.
^_^
Balatentara musuh yang jumlahnya berkali-kali lipat tak mampu ditahan oleh pasukan pengawal Kota Urban walaupun persenjataan mereka jauh lebih modern. Ratusan pasukan senapan tidak sanggup menahan puluhan ribu pasukan musuh walaupun musuh hanya bersenjatakan busur panah, tombak dan pedang. Pasukan pengawal kota memutuskan untuk mundur ke dalam Kota Urban yang dibentengi tembok yang tinggi.
Musuh tidak mampu mendekati benteng kota karena pasukan senapan yang berjaga diatas benteng dengan cepat menghujani mereka dengan tembakan peluru-peluru tajam. Sementara musuh hanya bersenjatakan alat perang tradisional tidak mampu menjangkau pasukan senapan yang ada di atas benteng. Satu-satunya yang dapat dilakukan oleh musuh adalah mengepung Kota Urban sembari berharap Pak Walikota akan menyerah saat seluruh persediaan makanan
habis.
Sudah enam bulan musuh melakukan pengepungan. Namun belum ada tanda-tanda kota akan menyerah. Balatentara musuh yang mengepung sudah mulai gelisah. Mereka heran mengapa Kota Urban mampu bertahan selama itu tanpa pasokan makanan.
Sudah enam bulan musuh melakukan pengepungan. Namun belum ada tanda-tanda kota akan menyerah. Balatentara musuh yang mengepung sudah mulai gelisah. Mereka heran mengapa Kota Urban mampu bertahan selama itu tanpa pasokan makanan.
Sementara tanpa diketahui oleh para pengepungnya, kondisi Kota Urban sangat menyedihkan. Kekurangan bahan makanan maupun obat-obatan
terjadi di seluruh kota. Kini mereka hanya bertahan dengan mengandalkan lumbung
padi dan jagung yang sudah mulai menipis. Daun-daunan, tumbuhan, batang tanaman
dan umbi-umbian telah mulai dikonsumsi penduduk kota karena jatah makanan yang
dibagikan sangat sedikit. Akibatnya jumlah tanaman di kota ini juga telah
menyusut dan tidak lama lagi akan ludes.
Sang Kancil yang sepakat akan membantu mengatasi kepungan
musuh akhirnya menyarankan suatu strategi pada Pak Walikota. Setelah seharian berdiskusi panjang lebar dengan Pak Walikota akhirnya beliau menyetujui mencoba taktik Sang Kancil,
Untuk menjalankan strategi Sang Kancil -- Pak Walikota harus menyediakan biri-biri yang gemuk beserta anak-anaknya. Setelah seharian dicari-cari di seluruh penjuru kota akhirnya didapatkanlah seekor biri-biri yang gemuk dengan tiga ekor anaknya yang tak kalah gemuk karena mereka dikandangkan di dekat mata air yang penuh lumut. Berkat memakan lumut-lumut yang menempel di bebatuan sekitar matair itulah para biri-biri itu tetap gemuk.
Untuk menjalankan strategi Sang Kancil -- Pak Walikota harus menyediakan biri-biri yang gemuk beserta anak-anaknya. Setelah seharian dicari-cari di seluruh penjuru kota akhirnya didapatkanlah seekor biri-biri yang gemuk dengan tiga ekor anaknya yang tak kalah gemuk karena mereka dikandangkan di dekat mata air yang penuh lumut. Berkat memakan lumut-lumut yang menempel di bebatuan sekitar matair itulah para biri-biri itu tetap gemuk.