Kerbau yang lepas dari Si Buaya tampak tertegun melihat Sang Kancil menggantikan posisinya. Bagaimana mungkin dia meninggalkan seseorang yang telah berkorban untuk dirinya. Bagaimana mungkin dia membiarkan keselamatannya ditebus dengan darah penolongnya. Pada saat si Kerbau raksasa sedang kebingungan, tiba-tiba Sang Kancil dengan tenang berkata:
“Kerbau yang baik, mengapa engkau diam saja?. Tubuhmu besar, kakimu kuat dan tenagamu besar. Kau bisa melumatkan buah-buahan hutan dengan injakan kakimu. Tunggu apalagi? Aku telah menyerahkan tubuhku pada Buaya, kini giliranmu melepaskan aku dari Buaya dengan kaki-kakimu yang kuat”
Mendadak Kerbau sadar akan kekuatan dirinya. Dia sadar betapa tenaganya adalah salah satu yang terbesar di hutan ini. Tak ada yang lebih menyenangkan saat ini daripada menggunakannya untuk menginjak Buaya sekuat tenaga. Kerbau mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi dan kemudian secepat kilat menjatuhkannya sekuat tenaga ke punggung Buaya.
Buaya yang pucat pasi melihat Kerbau mengangkat kakinya tinggi-tinggi berusaha secepatnya menarik Sang Kancil ke tengah sungai. Namun apa daya – Kerbau jauh lebih cepat. Dengan auman keras yang membelah langit -- kaki Kerbau dengan telak mendarat di punggung Buaya.
Terdengar bunyi berdebam saat kaki Kerbau menabrak punggung buaya hingga melesak jauh ke dasar lumpur sungai. Saking kerasnya tubrukan kaki Sang Kerbau, sampai-sampai tubuh Si Buaya membentuk huruf U, dengan buntut dan kaki bertemu di udara. Sang Kancil pun dapat terlepas dari Buaya. Sampai berbulan-bulan kemudian tubuh Si Buaya masih membentuk huruf U hingga menjadi bahan pembicaraan seluruh hutan.
^_^
Kerbau sangat berterimakasih pada Sang Kancil yang telah menolongnya. Namun Sang Kancil dengan halus mengatakan bahwa Kerbau telah menolong dirinya sendiri. Kancil hanyalah sekedar membangkitkan kekuatan yang sebenarnya telah ada dalam diri Kerbau. Setelah kekuatan itu bangkit ternyata Kerbau mampu menaklukkan Si Buaya tanpa bantuan Kancil.
Sementara di atas tebing sungai tampak Pedagang sedang marah-marah pada Keledai Putih si pembawa garam. Barang dagangan berupa garam yang hanyut telah menimbulkan kerugian bagi dirinya. Juga Si pedagang terancam kehilangan pelanggan bila tak mampu menyetor garam dengan jumlah sesuai yang telah disepakati dengan pelanggan.
Untuk menghindari hal tersebut si pedagang memutuskan untuk menitipkan Keledai Hitam pada penduduk desa, sementara dirinya akan membawa Si Keledai Putih untuk kembali ke desa nelayan untuk membeli garam. Dia akan kembali memenuhi beban Keledai putih dengan garam-garam baru yang dibeli dari petani untuk memuaskan pelanggannya (Undil 2008). Tamat. Kembali ke Dongeng Sang Kancil, Kerbau dan Buaya (1)
Bacaan:
Mutiara Koleksi, Artikel Pilihan: Sang Kerbau, Sang Buaya dan Sang Kancil
tags: dongeng sang kancil, cerita pendek, cerpen, cerita anak
Koleksi Dongeng Sang Kancil
Dongeng Sang Kancil, Kerbau dan Buaya (1)
Dongeng Sang Kancil, Kerbau dan Buaya (2)
Dongeng Sang Kancil dan Siput Berlomba lari (1)
Dongeng Sang Kancil dan Siput Berlomba lari (2)
Dongeng Sang Kancil dan Siput Lomba lari (3)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (1)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (2)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (3)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (4)
Dongeng Sang Kancil dan Gong Ajaib
Dongeng Sang Kancil Mencuri Timun