KEJAYAAN MANUSIA DALAM AGAMA TAAT PERINTAH ALLAH S.W.T, IKUT CARA NABI MUHAMMAD S.A.W........(‘Aye Musalmano! Musalman bano’)
Saturday, July 23, 2011
Warna-warna Pakaian Wanita Salaf
Dari Ummi Khalid binti Khalid, Nabi mendapatkan hadiah berupa pakaian berwarna hitam berukuran kecil. Nabi bersabda, “Menurut pendapat kalian siapakah yang paling tepat kuberikan pakaian ini kepadanya?” Para sahabat hanya terdiam seribu bahasa. Beliau lantas bersabda, “Bawa kemari Ummi Khalid (seorang anak kecil perempuan yang diberi kunyah Ummi Khalid)” Ummi Khalid dibawa ke hadapan Nabi sambil digendong. Nabi lantas mengambil pakaian tadi dengan tangannya lalu mengenakannya pada Ummi Khalid sambil mendoakannya, “Moga awet, moga awet.” Pakaian tersebut memiliki garis-garis hijau atau kuning. Nabi kemudian berkata, “Wahai Ummi khalid, ini pakaian yang cantik.” (HR. Bukhari no. 5823)
Dari al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr, “Sesungguhnya Aisyah memakai pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur(celupan yang menghasilkan warna merah.) saat beliau berihram” (HR. Ibnu Abi Syaibah 8/372, dengan sanad yang shahih)
Berikut ini beberapa riwayat yang kuat dari salaf tentang hal ini:
Dari Ibrahim an Nakha’i, bersama Alqamah dan al Aswad beliau menjumpai beberapa istri Nabi. beliau melihat para istri Nabi tersebut mengenakan pakaian berwarna merah.
Dari Ibnu Abi Mulaikah, aku melihat Ummi Salamah mengenakan kain yang dicelup dengan ‘ushfur (baca: berwarna merah).
Dari Hisyam dari Fathimah bin al Mundzir, sesungguhnya asma’ memakai pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur (baca: berwarna merah)
Dari Said bin Jubair, beliau melihat salah seorang istri Nabi yang thawaf mengelilingi Ka’bah sambil mengenakan pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur (Baca: Berwarna merah).
Warna paling dianjurkan untuk wanita
Pakaian yang sering dikenakan oleh para istri Nabi. Ketika Shafwan menjumpai Aisyah yang tertinggal dari rombongan, Shafwan melihat sosok hitam seorang yang sedang tidur. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits dari Aisyah yang menceritakan bahwa sesudah turunnya ayat hijab, para perempuan anshar keluar dari rumah-rumah mereka seakan-akan di kepala mereka terdapat burung gagak yang tentu berwarna hitam. (HR. Muslim)
Monday, February 28, 2011
Hijâb and Female Leadership
Hijâb is generally understood to mean the donning of a veil. This is however incorrect. The scholars of Islam have included the following verses in the discussion of hijâb:
- "And stay in your houses. And adorn not yourselves with the adornment of the time of Ignorance." (Al Ahzâb: 33)
- "And when you ask of them (wives of Nabi Sallallahu alaihi Wasallam) anything, then ask them from behind a curtain." (Al Ahzâb: 53)
- ".... therefore be not soft of speech, lest he in whose heart is a disease, aspire (to you) but utter customary speech." (Al Ahzâb: 32)
- "O Nabi! Tell your wives and daughters and the women of the believers to draw their jilbâbs (a special cloak that covers the entire body) close around them ...." (Al Ahzâb:59)
- "And they (the women), should not stamp their feet so as to reveal their hidden adornment." (An Nur:31)
From these verses, the following rules of hijâb may be deduced:
- The lady should at all times remain in her home.
- If due to any shar'ie necessity (eg. Haj, visiting her parents, visiting the ill etc.) (Ruhul Ma'âni vl.22 pg.6) then she should cover her entire body including the face.
- She has to communicate with men from behind a curtain.
- She must not lower her tune when speaking with strange men.
- She should not walk in such a manner that would attract the attention of men.
- Intermingling of the sexes is prohibited in Islam.
Besides these, it has also been established from the Hadith that a lady cannot travel further than 77 kilometers without a mahram (any such male relative with whom marriage is prohibited). (Tirmidhi Vl.3 pg.472)
It is clear from the above that the implications of Hijâb are in direct conflict with the duties of leadership. In order to ensure the welfare of his subjects, the leader has to leave his home daily, meet and consult with people (men in particular) and travel to various parts of his country and sometimes to other countries as well. These cannot however be achieved if a lady has to be the ruler and at the same time observe the rules of hijâb. It is on this accord that Shariah has prohibited female leadership.
Saturday, February 26, 2011
THE HOWDAH
It was a general practice among the Sahaaba when going out
on journey to use the Howdah. This is the English equivalant for the
Arabic term Howdaj, which means an enclosed box or pavilion that is
placed on the camel's back. Ladies would travel in the privacy of this
box, thus screening themselves off from the gaze of menfolk. The use
of this is mentioned in several Ahadeeth, involving the noble wives of
the Rasoolullah (sallallahu alayhi wasallam) in particular. While
seated in the howdah there is no need for the niqaab since the woman
is completely concealed. This indicates to us how strict were the
Sahaaba in purdah matters. Now if this was the standard of purdah
then, during the best of eras, how much more important will this
purdah be in today’s times of sin and corruption?
Reference : A study in Islamic Culture for women ~ Prepared and researched by Madresa MASEEHUL-ULOOM
Sunday, January 9, 2011
CIRI-CIRI BIDADARI SYURGA
tentang ciri mereka, Allah ta’ala berfirman,
maksudnya : “(bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.”(ar-rahman: 72)
maqshuratun maksudnya adalah mahbusatun (yang ditahan). abu ubaidah berkata, “mereka dipingit di kemah-kemah”
*terdapat penafsiran lain bahawa mereka hanya terfokus kepada suami mereka di khemah-khemah mereka dan tidak tertarik melihat lelaki selain suaminya.
2. Cantik wajahnya dan bagus akhlaknya
Allah ta’ala berfirman,
Maksudnya, “di dalam surge-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik”(ar-rahman : 70)
*cantik pada pandangan manusia adalah berbeza-beza. Dan Allah iaitu Tuhan yang menciptakan segala manusia yang kita anggap cantik ini telah berfirman bahawa bidadari itu cantik, jadi begitu cantik bidadari kerana yang mengatakan cantiknya adalah pemilik segala kecantikan.
3. Perawan, kaya cinta dan sebaya
Allah ta’ala berfirman,
Maksudnya, “sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan.”(Al-waqiah : 35-38)
4. Payudaranya montok
Firman Allah ta’ala
Maksudnya,”sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapatkan kemenangan. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya.”(an-naba’:31-33)
Kawa’iba adalah kata jamak dari kata ka’ibun yang berarti wanita yang montok payudaranya. Qatadah, mujahid dan pakar tafsir berkata, “al-kalbi berkata, ‘mereka adalah wanita-wanita yang menonjol payudaranya dan bulat. Asal muasal kata tersebut dari al-istidarah yang berarti bulat. Maksudnya bahwa payudara mereka montok laksana buah delima dan tidak menjulur ke bawah. Mereka digelari nawahid dan kawa’ib(wanita-wanita yang montok payudaranya)’."
5. Kulitnya mulus
Allah ta’ala berfirman
Maksudnya, “da nada bidadari-bidadari yang bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik.”(al waqiah : 22-23)
*seperti yang terdapat dalam buku mufti Abdullah nana bahawa perempuan dikatakan seperti mutiara kerana kebersihan dan keputihan kulitnya.
Di lain ayat “seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik”(as-saffat:49)
*allamah alusi menjelaskan bahawa ia adalah telur yang belum pernah disentuh oleh tangan manusia, jadi ia bersih dari sebarang kekotoran atau habuk.
*WANITA SOLEHAH 70 KALI LEBIH CANTIK DARI BIDADARI SYURGA
*WANITA SOLEHAH KETUA BIDADARI SYURGA
Wednesday, December 22, 2010
Bagaimana Sebaiknya Wanita Berjalan?
Salah satu adab bagi wanita ketika keluar dari rumah mereka adalah berjalan secara terpisah dari kaum lelaki. Cara terbaik untuk melakukannya ialah berjalan pada tepian jalan.
Dari Abu Usaid ra. Melaporkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. keluar dari masjid. Di jalan, lelaki dan wanita berjalan dengan sangat berdekatan. Ketika Nabi saw. melihat hal ini, beliau bersabda, “wahai wanita-wanita, mundurlah ke belakang! Kalian dapat berjalan di tepi jalan daripada berjalan di tengah-tengah.(Hr Abu Dawud, Baihaqi)
Perawi meriwayatkan bahwa setelah kejadian itu, para wanita menjadi sangat berhati-hati ketika berjalan pada tepian jalan sehingga pakaian mereka bergesekan dengan tembok di sepanjang jalan.”
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. pergi ke suatu tempat. Di jalan, ada seorang wanita berjalan di depannya. Nabi saw. meminta wanita itu agar berjalan di bagian tepinya. Wanita itu menjawab, “Tetapi jalannya cukup lebar.” Para Sahabat agak marah mendengar jawaban wanita itu. Rasulullah saw. bersabda kepada mereka, “Tinggalkan ia seorang diri, sesungguhnya ia adalah seorang pembangkang.”(Jami’ul Ushul)
Dalam hadis lain, Abdullah bin Umar ra. Meriwayatkan bahwa Nabi saw. melarang seorang lelaki yang berjalan di antara dua wanita.”(Hr Abu Dawud)
Rujukan : Hijab Wanita Muslimah – Dr. Muhammad Ismail M.
* sebahagian orang kadang dengan ilmu mereka memutar belit agama, dalam hadis tidak boleh berdua2an, jadi mereka berjalan beramai2 untuk dating, sedangkan adab ialah berjalan secara terpisah....banyak orang yang ada ilmu sikit yang memutarbelitkannya...kerana hanya beberapa hadis sahaja yang mereka pernah jumpa...ikut ulama insyaAllah selamat kerana mereka telah membaca banyak hadis....barulah mereka menyimpulkan....
Tuesday, March 2, 2010
UNTUKMU WANITA 2
Dalam hadis: "Diantara wanita-wanita didunia ini ada yang kecantikannya melebihi dari bidadari kerana amal perbuatannya ketika didunia." ( Tanbihul Ghafilin, Faqih Abu Laits As-samarqandi)
Abu hurairah r.a. berkata: "Demi Allah yang menurunkan kitab pada Nabi Muhammad s.a.w. Sesungguhnya ahli syurga tiap saat bertambah elok cantiknya, sebagaimana dahulu didunia bertambah tua." ( Tanbihul Ghafilin, Faqih Abu Laits As-samarqandi)
Anas ra. Berkata bahwa suatu ketika sekumpulan wanita datang menghadap Rasulullah saw. Dan berkata, “ya Rasulullah, kaum lelaki telah memperoleh banyak pahala dengan ikut serta dalam jihad. Tunjukkan kepada kami suatu amalan yang dapat membantu kami memperoleh pahala sebagaimana yang telah dicapai oleh para mujahid. Rasulullah saw. Berkata, “Seorang di antara kamu yang tinggal di rumahnya,(menjaga malu dan kehormatannya), akan memperoleh pahala jihad.”(Musnad Bazzar)
“Jika seorang wanita shalat lima waktu, puasa di bulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya:”Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki.” (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah dalam Hadits yang panjang berkata: bersabda Rasulullah : "Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: suatu kaum yang memiliki pecut seperti ekor sapi dan dipergunakan untuk memukul orang lain, dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, berjalan sambil berlenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula dapat mencium wanginya, padahal wangi surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian"(Muslim)
Kata Renungan.
Sayyidina Ali berkata,:
“Adakah kamu tidak merasa malu? Adakah kamu tidak merasa cemburu? Salah seorang daripada kamu membiarkan isterinya keluar di kalangan para lelaki ajnabi. Dia melihat kepada mereka dan mereka dapat melihat kepadanya.” ( Hukum Wanita Bermusafir, Syeikh Nuruddin Merbu Banjar al-Makki)
Perkara Larangan dan Amaran.
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman agar menundukkan pandangan mereka...”(QS. An-Nur ayat 31)
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu seluruhnya akan ditanyakan - perihal perbuatannya masing-masing." (al-lsra': 36)
Nabi bersabda yang maksudnya: “Aku tidak meninggalkan sesudahku fitnah bagi kaum lelaki lebih berbahaya dari perempuan”(Muttafaqun Alaih)
Dari Ma’al bin Yasir ra., sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Lebih baik bagimu jika sebuah paku baja ditancapkan ke kepalamu daripada engkau menyentuh wanita yang tidak dihalalkan bagimu.”(Hr. Thabrani, Baihaqi)
Dari Abu Said r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seseorang lelaki itu melihat kepada auratnya orang lelaki lain, jangan pula seseorang wanita melihat auratnya orang wanita lain. Jangan pula seseorang lelaki itu berkumpul tidur dengan orang lelaki lain dalam satu pakaian dan jangan pula seseorang wanita itu berkumpul tidur dengan orang wanita lain dalam satu pakaian." (Riwayat Muslim)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang lelaki di antara engkau semua itu menyendiri dengan seorang wanita, melainkan haruslah ada mahramnya beserta wanita tadi." (Mu'ttafaq 'alaih)
Uqbah bin Amir ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Suatu ketika bersabda, “Jangan mendekati wanita yang bukan mahram.” Seorang lelaki bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana dengan saudara ipar?” Nabi saw. Menjawab, “Saudara ipar adalah kematian!”(Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar ra. Meriwayatkan bahwa Nabi saw. Bersabda, “sesungguhnya malu dan iman adalah dua bersaudara. Jika Salah satunya hilang, maka yang lainnya dengan sendirinya akan hilang.”(Riwayat Baihaqi)
Nabi saw. Bersabda, “Amalan yang paling baik bagi kaum wanita ummatku adalah ridha dan menghindarkan diri dari laki-laki.”(Syara’I Hijab dengan rujukan Hijab wanita Muslimah – Dr Muhammad Ismail M)
Rasulullah saw. Bersabda, “Ketahuilah dengan jelas bahwa adzab Allah kepada orang yang melihat ghair mahram dan orang-orang yang menonjolkan diri dihadapan mereka(lelaki atau wanita).”(Misykat dengan rujukan Hijab wanita Muslimah – Dr Muhammad Ismail M)