Showing posts with label Pregnancy. Show all posts
Showing posts with label Pregnancy. Show all posts

Friday, 12 August 2011

Hot News dari Bu Bunting

Hedeeeehhhh. Udah sebulan lebih gw kaga meng-apdet blog ini. Kemana ajeee Bu Bunting, koq dormansinya lama amiiirrr?? Pan acara mudiknya udah kelar per tanggal 17 Juli?? Biasalah sodara2, lagi2 bunting menjadi kambing hitam untuk semua kemalasan yang merasuk sukma. Tapi apa mau dikata, begitulah adanya, karena akhir2 ini jiwa feminisme gw mendominasi, mengalahkan jiwa Jawara Banten. Gw pun menjadi lebih condong pada kegiatan2 darmawanita seperti : mencuci baju+popok+kain untuk Unyil; mengkhatamkan gunungan setrikaan yang tingkat ketinggiannya ampir nyaingin menara Eiffel; bereksplorasi ria di dapur dalam acara ‘Membuat Cake Aneka Rupa Bersama Jeng Soes’, dandan kaya mo ngelenong padahal cuma beli ikan di wet market. So, untuk sementara waktu Om Zul lah yang menggantikan peran gw sebagai sosialita di dunia per-blog-an [tengkiu yah Kangmas Ganteng karena dikau bersedia wara-wiri untuk ber-say-helloooowww kepada Temans ekye].

Lanjuuut Maaaang - Hot News dari Bu Bunting

Wednesday, 6 July 2011

Helllooowwww, Bu Bunting Disini !!

Huhuuuuyyy!! Holaaaa eprobodi. Akhirnya Bu Bunting nongol lagi setelah 3 abad menghilang dari peredaran. Ada kepompong di daun ubi, bukannya sombong kaga mau bersilaturahmi, tapi emang ekye dah lambreta banana kaga menyentuh2 benda berjudul lappie dan modem. Tepar boo ngurusin rumah sendirian, padahal rumahnya cuma seuprit. Ya sutra lah Cyiinn, daripada ngalor ngidul panjang lebar ga karuan, bagus kita mulai ajah ngerumpinya.

Apa kabar Bu Bunting + Unyil ??

Lanjuuut Maaaang - Helllooowwww, Bu Bunting Disini !!

Thursday, 7 April 2011

Unyil, 18 Weeks

Aih aih, kaga kerasa udah tanggal 7 April. Kemana aje gw boo kaga apdet2 ampe blog dilalerin beginih? Biasalah Cyiiinnn, Bu Bunting sibuk bukan kepalang (baca: sibyuk belanjain duit Om Zul hohoho). Maapin ekye juga yah Temans kalo dah lambreta kaga namu2 ke rumah tetangga. Tapi alasan sebenernya adalah semangat meng-eksplor dapur gw sudah kembali lagi, malah semakin membara. Makanya hari2 dipenuhi dengan acara masak-memasak bersama Chef Soesan. Cuma yang belom kesampean adalah mempraktekan resep pempek dari Jeng Allisa. Hadooohhh Lis, disini susah amith nyari ikan belida. Gw ganti tenggiri ajah boleh kan Say?

Lanjuuut Maaaang - Unyil, 18 Weeks

Wednesday, 29 December 2010

Before & After

Telat 2 minggu. Suami tercintah membelikan barang keramat ini :

.......


Tampak Muka


Tampak Belakang


Lanjuuut Maaaang - Before & After

Thursday, 12 August 2010

Surat Untuk Anakku

Dear Anakku tercinta di dalam rahim,

Sayang, apa kabarmu hari ini? Semoga engkau dalam keadaan sehat wal'afiat. 11 minggu sudah engkau meringkuk dalam rahim Bunda. Bagaimana disana, hangat bukan? Apakah engkau bisa bobo dengan nyaman? Apakah kebutuhan makan dan minummu tercukupi? Bunda berharap dirimu bisa merasakan kehangatan cinta yang Bunda alirkan setiap hari, setiap detik. Juga bait2 doa yang Bunda lafalkan pada setiap detakan jantung, pada setiap helaan nafas.

Tiga hari yang lalu, Ayah dan Bunda menengokmu lagi. Tapi masih seperti sebelum2nya, dirimu belum tampak jelas di depan monitor. Apakah engkau memang begitu pemalu, Sayang? Tolong jangan buat kami kuatir, sebab Dokter mengatakan bahwa uterus Bunda kosong, hanya kantong tidurmu saja yang terlihat. Kemanakah engkau gerangan, anakku tercinta? Jangan main terlalu jauh, Nak, Bunda takut engkau tidak bisa menemukan jalan pulang.

Ketika Dokter menyuruh Bunda ke hospital untuk menjumpai dirimu langsung dari ‘bawah’, bukan dari permukaan perut, Ayah Bunda masih menyimpan harapan besar untuk bisa menemuimu. Lagi2 harapan itu harus tergerus oleh kenyataan bahwa engkau memang menghilang entah kemana. Sampai akhirnya Ibu Dokter yang cantik dan berjilbab, Ibu Siti namanya, memberikan 2 pilihan kepada Bunda. Pertama, rahim Bunda harus dibersihkan saat itu juga. Yang kedua, menunggu selama 2 minggu perkembanganmu, sambil tetap mengkonsumsi vitamin, siapa tahu dalam jangka waktu tersebut engkau menunjukkan diri. Ayah memutuskan mengambil option yang kedua, karena kami tetap berharap ada mukjizat dari Allah SWT. Kalau sampai batas waktu kondisinya masih sama, maka mau ga mau Bunda harus dikuret.

Cinta, hari ini masuk hari ke-2 Ramadhan. Ayah, Bunda, dan Uti menjalankan ibadah puasa. Tapi kemarin puasa Bunda ga tamat, pukul 3 sore Bunda harus berbuka karena darah mulai banyak keluar, meskipun hanya beberapa tetes dan berupa spot. Pagi ini pun Bunda sahur dan meniatkan untuk berpuasa, tapi apa daya harus dibatalkan karena saat Bunda mau sholat subuh ada lagi darah yang keluar. Bunda benar2 mengkuatirkan dirimu, Sayang! Apalagi pendarahan ini sudah terjadi 5 hari, dimulai dari Minggu.

Anakku, kita sama2 berjuang yah. Kita harus kuat menghadapi ini semua. Kamu tahu Nak, walau saat menulis untaian kata di surat ini air mata tidak henti2nya menetesi pipi Bunda, tapi itu bukanlah air mata kepedihan, juga bukan air mata penyesalan. Meskipun berkali2 Bunda berfikir apakah ini terjadi akibat kesalahan Bunda yang susah makan sayur, yang tidak ontime dalam minum obat (karena kepikunan Bunda), yang malas berolahraga, yang suka stress karena Kakak Zahia susah makan (Alhamdulillah sekarang Kakak makannya sudah lancar). Bunda sudah mulai bisa menghilangkan segala pikiran2 negatif dan perasaan menyalahkan diri sendiri dari otak Bunda. Pun Bunda tidak lagi mempertanyakan mengapa begini mengapa begitu kepada Sang Pemilik Hidup.

Keikhlasan adalah obat penyembuh lara. Yakinlah Sayang, karena saat kita ikhlas maka segalanya akan terasa lebih ringan. Begitu juga dengan kejadian ini, jika Allah mengizinkan kita berjumpa dan berkumpul, maka itu pasti akan terjadi. Tapi jika tidak, maka itu adalah yang terbaik untuk kita. Maka apapun itu, ingatlah selalu bahwa Ayah, Bunda, Kakak Zahia, Uti, dan seluruh keluarga besar di Indonesia mencintaimu. Teramat sangat.

Peluk cium dari Bunda.

NB: Waktu hari Minggu Bunda nemenin Ayah ke Klinik, ada seorang anak cowo, berumur sekitar 17 bulan, tiba2 lengket sama Ayah. Anak itu memegangi kaki Ayah (Ayah dalam posisi duduk di kursi ruang tunggu). Kakak Zahia yang biasanya cemburuan kali itu membiarkan anak tersebut bermanja2an dengan Ayah. Ibu si anak datang dengan tergopoh2 dan meminta maaf, sambil berkata “Anak saya rindu Bapaknya. Bapaknya pulang 6 bulan sekali sebab kerja kat pengeboran minyak”. Ga lama anak itu asyik bermain berdua dengan Zahia. Bunda hanya tersenyum berpandang2an dengan Ayah. Pikiran kami pasti sama, membayangkan adiknya Zahia udah lahir, pasti kejadiannya akan seperti itu.

----------------------------------------------------------------------------------
Minta doanya yah Temans. Kata Dokter kemungkinan kalau sampai tanggal 27 hasil USG masih sama, yaitu uterus dalam keadaan kosong, maka gw akan dikuret. Tapi kemungkinan proses pembersihan rahim akan dipercepat jika pendarahan gw udah banyak, yang berarti bahwa 'kantong tidur si baby' lepas dengan sendirinya.
Makasih banyak buat Temans yang udah memberikan support dan doa di fesbuk maupun sms. Insya Allah kami ikhlas dan sabar menerima ketetapan Allah SWT.
Oya, walopun telat keluargazulfadhli mengucapkan: "Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari sebelumnya. Amien."
Lanjuuut Maaaang - Surat Untuk Anakku

Friday, 16 July 2010

Bu Bunting Mau Apa??

Semenjak bunting, nafsu makan gw jadi gila2an. Okeh ... okeh, sebenernya emang bawaan orok gw udah rakus dari sononya. Percaya kaga seh, meskipun badan gw selangsing Aura Kasih, tapi kalo makan cuma 1 centong (baca: sendok nasi) bagi gw mah ga nampol. Yaaaahhh, at least 2,5 centong deh setiap makan. Belom lagi acara ngemil-mengemil, kaya ngemil buah, coklat, ato makanan2 ringan lainnya seperti nasi kuning, nasi uduk, dan nasi goreng. Apalagi sekarang, secara ada 3 mulut yang kudu gw kasih makan: mulut gw, Zahia (masih nenen gituh loh), dan adeknya. Gw bener2 terkena virus bentar-bentar-laper. Setiap hari, yang termasuk dalam menu wajib Bu Bunting adalah: nasi 3x sehari, minum susu 2 gelas, saban sore wajib kudu musti makan kentang goreng 4 biji [so saat ini dan seterusnya ampe berojol, gw memasukkan kentang goreng 2 kg di dalam list wajib belanja mingguan, it means 1 bulan 8 kg], dan 1 mangkok Quacker Oat setiap jam 10 am. Untuk menu yang sunahnya tergantung dari malas tidaknya gw membuat cemilan. Kalo minggu ini Alhamdulillah lagi semangat banget jadi tiap hari ada ajah yang bisa diganyem: pisang goreng, burjo (baca: bubur kacang ijo), spaghetti, es buah. Mmmmm….jadi laper lagi dah gw!

Pagi ini, dengan semangat membara gw berikrar untuk membuat balado udang + kentang super pedeeeessss. Cabe kering sebanyak 30 biji udah gw gunting2 trus direndem di air biar agak lembek. Bawang merah 2 biji, bawang putih 6 biji, dan kemiri 2 biji, juga udah siap sedia. Tapi apa boleh baut, pagi2 mani riweuh pisan ngerjain yang lain: bikin Milo laki, ngangetin ikan patin asam manis, nyetrika jeans dan baju yang mo dipake Abang, nenenin Zahia. Belum lagi pas Ayahnya mo berangkat tu bocah bangun, jadi acara masak-memasak di pagi hari ketunda lagi kusabab gw musti ngelayanin Tuan Putri dulu. Well, akhirnya setelah berbagai acara: mandiin Zahia, kasih susu segelas, nenen [kebayang kan nenenholicnya tu anak, udah minum susu masih juga nyari nenen], makan sphagetti 4 suap, makan oat 7 sendok, makan buah pear ½ biji, gw pun bisa memulai acara “Memasak Balado Bersama Chef Soes”, jam 11 teng.

Pertama2, gw menghaluskan bawang merput (baca: merah putih) dan kemiri terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan cabe kering yang udah direndem lama. FYI, mengulek cabe dilakukan sebanyak 3 kloter. Bukannya apa2, ulekan gw kan mini jadi ga bisa banyak2 sekali masukkin. Oya, gw juga anti banget yang namanya cabe diblender, soalnya rasanya pasti beda dengan diulek [enakan yang diulek]. Setelah cabe halus, proses masak pun dimulai.

Tahap 1 : Membuat Bumbu Balado

1. Siapkan wajan
2. Masukkan minyak secukupnya [buat ibu2 yang ga suka dengan kata ‘secukupnya’ gw minta maap lahir batin soalnya gw emang ga pernah memasukkan minyak pake sendok jadi ga tau takaran pastinya], tumis semua bumbu hasil ulekan sampe wangi
3. Masukkan air secukupnya
4. Tambahkan asam glugur 1 keping, garam dan gula secukupnya [serius gw ga ngitung berapa sendok, asal cempalng-cemplung ajah]
5. Biarkan sampe bumbu mengental. Ciri2 bumbu udah ‘jadi’ adalah warnanya merah mengkilap, minyak terlihat memisah dengan bumbu

Tahap 2 : Finishing Udang + Kentang

1. Kentang digoreng terlebih dahulu sampe berwarna kekuningan [terserah mo kuning golkar, kuning tweety, ato kuning buah belimbing]
2. Masukkan udang yang sebelumnya udah dikupis kulitnya, ke dalam sambal. Biarkan 10 menit sambil terus diaduk, hingga udang matang
3. Masukkan sang kentang, aduk rata
4. Balado udang + kentang pun siap dihidangkan

Begini neh penampakannya [uenaaaaakkkkkssss tenan]:




Yippie! Betapa senangnya gw setelah tu balado jadi. Apalagi memasaknya penuh perjuangan karena sambil ngegendong Zahia yang kaga mau disuruh main sendiri di ruang tamu sambil nonton tivi [padahal buku gambar dan pensil warnanya udah gw siapin]. Langsung gw ambil nasi 3 centong, 4 sendok balado, terus makan deh sampe kenyang. Alhamdulillah ya Allah, nikmat tiada tara. Zahia juga ikutan makan, tapi nyuilin nasi putihnya ajah. Belum kuat dia makan cabe 30 biji [kalo sambel ABC udah pernah nyoba 2x hehehe].

Selain makanan, Bu Bunting juga mo cerita tentang betapa budimannya hati suami terhadap bininya yang sedang berbadan dua. Jadi sodara2, begini ceritanya. Hari Minggu kemaren kami jalan2 ke Bintang Plaza. Cuci mata ajah sekalian mo nyari sandal untuk Zahia. Kasian bo sandal dan sepatunya dah pada kecil semua. Setelah mendapat barang yang dituju (beli di Super Save), gw pun mengajak Nyokap liat2 tas, di Department Store di mall itu (Parkson namanya), sementara Ayahnya Zahia masih sibuk liat2 VCD anak2. Gw emang lagi kepengen beli tas, tapi niatnya tar ajah pas mudik ke Indonesia karena harganya pasti lebih murah daripada disini. Kulintang-kulinting kesana-kemari, memilah-milah dengan mata berbinar karena ngeliat dimana2 ada tulisan segede2 bagong: diskon 20%, diskon 50%, diskon 70%. Dari sekian banyak tas yang ada, gw tertarik pada model tas nya Guess, yang ajegile harganya minimal 500 RM. Walah, kaga mampu bo belinya, yang ada malah mencret deh gw! Tiba2, di counter Polo, gw ngeliat ada tas lucu [menurut gw], warna coklat, bahan kulit, harga setelah diskonnya 104,95 RM. Gw langsung nyamperin laki gw, trus kasih liat tu tas sambil bilang “Bagus pisan Yah, keren”. Eh tanpa gw duga, laki gw yang biasanya sangat penuh pertimbangan, langsung mengeluarkan sinyal2 ‘oke’ terhadap tas itu. Hohohoho, pucuk dicinta ulam tiba. Gw pun dengan binal langsung mencium laki gw saking senengnya, untung ga sampe ditangkep satpam karena melakukan tindakan asusila di depan khalayak ramai.
Sandal sepatunya Zahia, harganya 4 RM
Kalo yang ini 3 RM

Tengkiu yah Cinta. Lup yu pisan lah pokona mah! Bunda seneeeeennnnnggg banget udah dibeliin tas. Dan tau ga seh lo, ini tuh tas paling mahal yang pernah gw punya, secara kalo dirupiahin harganya sekitar 280 rebu [sebelumnya tas termahal adalah tas seserahan waktu merid dari Abang, harganya 150 rebu]. Dulu mah pas masih perawan gw kalo beli tas hobinya di lelong (baca: yang jual barang2 second-nan itu loh). Kalo orang Bandung pasti tau dah dengan CiMol (Cibadak Mol) [dah berapa kali pindah ke Kebon Kalapa trus Tegal Lega], dimana sepanjang jalan itu ngejual barang bekas mulai dari baju, tas, sepatu, horden, ampe daleman [jijay bajay!]. Kalo beruntung, bisa nemuin merk2 terkenal seperti : ‘Esprit’, ‘Guess’, ‘Benetton’, ‘Nike’, dan sebangsanya. Pernah gw dapet tas selendang ‘Benetton’ denga harga 5 rebu perak ajah [puas ampe keubun2]. Kalo di Riau, Pangkalan Kerinci, pasar lelongnya di depan Masjid Agung, tapi ini mah ga ada seberapanya dengan yang di Bandung, kecil bo jadi cuma dikit yang jualannya. Tar deh kapan2 gw cerita tentang kegemaran gw berburu barang bekas.
.... Ini dia tas barunya. Hihihi, senangnya hatikyu ....


.... Tas andalan gw kalo kongkow nge-mall. Terbuat dari tali rafia (bagian yang merah oranye), dan kulit (bagian yang merah menyala). Tas ini gw beli di pasar lelong di Pangkalan kerinci, dengan harga 5 rebu rupiah. I love lelong! ....
.... Tas seserahan dari Abang. gw yang beli sendiri di MangDu. Dipakenya kalo acara yang agak2 resmi ajah soalnya bentuknya formal pisan [ga gw banget dah pokonya] ....

Otreh deh, sekian rumpiannya hari ini. Bu Bunting mo makan lagee. Sekalian nyambi kasih makan Zahia. Tapi sebelumnya mo sholat dulu coz disini baru ajah berkumandang adzan magrib. Dags Temans. Met wiken yah.
Lanjuuut Maaaang - Bu Bunting Mau Apa??

Tuesday, 13 July 2010

Bunting Maning Bunting Maning

Alamakjang! Udah 8 hari gw kaga mengupdate blog tercinta. Bukan sulap bukan sihir, bukan hilap bukan nyinyir, tak lain tak bukan penyebabnya adalah Ayahnya Zahia yang seminggu-an ini kaga dinas luar. Yippieeee!! Telah terjadi keajaiban dunia ke-10. Jadi, dari Senen ampe Kamis laki gw gawe di HQ (Head Quarter Office), Jum’at ambil replacement leave karena 2 minggu sebelomnya hari Minggu masih di camp, Sabtu dan Minggu libur [di kantor Abang, untuk karyawan HQ, hari Sabtu pada minggu kedua setiap bulan libur], Senen siang baru dah berangkat dinas ke Lawas. Nah makanya selama Yayang ada gw kaga menggauli internet dulu sementara waktu, sebab sibuk menggauli laki [hihihihi]. Kemana ajah neh Jeng Soes liburannya? Di rumah ajah masak2 [hari Minggu kami barbeque udang + ikan, dan gw bikin sambel pecel. Mmmm….yummy!], nganterin Zahia berenang, dan tentunya nge-mall. Kalo yang terakhir ini menyalurkan bakat gw sebagai atlet jalan santai.

Wokeh lah kalo begituh. Yuks mari kita fokus kepada intisari [jadi kangen sama majalah ini] pembicaraan. Pada suatu malam Jum’at Kliwon, beberapa waktu lalu, gw dan Abang terlibat diskusi serius yang sangat menguras otak dan membutuhkan tingkat intelegensia tinggi. Topiknya beragam, mulai dari perawatan muka yang gencar dilakukan oleh Dewi Sisik, tangisan dramatisnya Cut Tari saat KonPress mengenai permintaan maafnya kepada publik yang menurut kami kurang gregetan, hingga kasus ledakan tabung gas Elpiji yang terjadi setiap hari, dimana kami mempertimbangkan apakah perlu menulis surat kepada Bapak Menteri ESDM ato SBY, untuk menyampaikan keprihtinan kami, plus memberi beberapa saran kepada Beliau2 agar tidak terjadi ledakan lagi. Di akhir pembicaraan, Abang memberikan penawaran yang sangat menarik kepada gw.

Ayahnya Zahia : “Bun, Bunda mau ga lanjuti sekolah lagi? Kan Zahia udah mo 2 taun, jadi udah bisa dibawa kemana2”
Jeng Soes : “Lah, emang kalo udah bisa dibawa kemana2 harus dibawa juga pas Bunda kuliah? Perasaan belom pernah ada deh di dunia ini yang masuk kelas, ngedengerin dosen ngomong, sambil ngasuh anak”
Ayahnya Zahia : “Maksud Ayah teh Bunda ambil S2 di UT (Universitas Terbuka Indonesia) yang ada di Pontianak. Nah kalo UT kan tatap muka dalam 1 semester cuma 3-4 kali, selebihnya materi pelajaran diperoleh secara online. Jadi pas ke Pontianak untuk tatap muka Zahia bisa dibawa. Tar ditinggal ajah bentar di rumah sama Kakek ato Tante2nya”
Jeng Soes : “Ooooooohhhh begono. Ngomong dunks dari tadi. Emang di UT ada jurusan apa ajah Yah?”
Ayahnya Zahia : “Buka sendiri gih websitenya. Tapi saran Ayah mah Bunda ambil MM”
Jeng Soes : “Mmmmm….MM? Btw Yah, kalo pas tatap muka itu kan Bunda bisa sekalian ambil baju, kain, dll di Poti buaat dagang disini. Sambil menyelam minum kopi booo" [kumat jiwa dagangnya]
Ayahnya Zahia : “Itu juga yang Ayah pikirin. Kalo naik bus kan mo bawa baju ber-ton2 ga kena charge”
Jeng Soes : “Eh Yah, Bunda jadi kepikiran kenapa Ayah ga ngelanjutin sekolah juga? Kan kita bisa barengan”
Ayahnya Zahia : “Di UT ga ada Kehutanan”
Jeng Soes : “Jadi yang ada Kehutanan dimana?”
Ayahnya Zahia : (senyum2) “Di Australia”
Jeng Soes : (pengen nimpuk) : “Idiiiihhhh, boong bangets! Itu mah Ayah ajah yang kepengen jalan2 liat kangguru kesono”
Ayahnya Zahia : “Ya sutra, Bunda besok buka2 websitenya UT. Pendaftaran taun ajaran baru bulan Januari dan Juli. Bunda bisa mulai ikutan tuh yang Januari”
Jeng Soes : “Ocreh hani bani pumpie. Besok Bunda cari infonya”

Demikianlah sodara2 akhir dari diskusi kami. Kesimpulannya adalah izin dan restu dari suami untuk gw meneruskan kuliah. Tapia apa boleh buat, manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Sepertinya hasrat berkuliah harus dipending dulu, setelah gw melakukan test pack dan mendapati strip 2 biji terlihat jelas di alatnya. Yoi Say, Zahia udah mo punya adik lagi. Alhamdulillah gw kembali pada profesi awal: Bu Bunting. Horrrreeeeee!!!

Jeng Soes terakhir palang merah tanggal 23 Mei. Tanggal 27 Juni, keluarlah spot kecoklatan, yang gw duga merupakan tanda2 awal menstruasi. Ternyata eh ternyata, ditunggu ampe keesokan harinya, si jago merah tidak juga muncul. Yo weiss gw mandi wajib. Tiba2 tanggal 2 Juli, pada saat gw mandi, gw melihat di lantai ada serpihan2 darah berwarna merah. Jumlahnya sedikit ajah, tapi berhubung lantai kamar mandi putih gading maka gw bisa melihat dengan jelas. Gw pun kembali berfikir akan mensruasi. Tapi lagi2 ditunggu ampe besok tu darkot (baca: darah kotor) kaga nongol2. Akhirnya, karena penasaran dan takut ada apa2, gw berkonsultasi pada seorang sahabat, orang Indonesia juga, Ibu Endang namanya, yang merupakan Dokter di Klinik Kerajaan Bintulu. Beliau bilang jangan2 gw hamil. Beliau bilang darah yang keluar biasanya terjadi sewaktu proses penempelan jabang beibeh ke rahim. Saran Beliau agar gw melakukan tes urine setelah terlambat haid 2 minggu. Tapi, secara gw dan laki kebelet dan penasaran pisan, pulang kerja Abang dengan semangat membara di dada membeli test pack. Ga tanggung2, beli 2 biji sekalian. Gw ingat sekali, hari Sabtu nan medebarkan itu, malamnya kami tidur grasak-grusuk. Beberapa kali gw terbangun, yang mau minum lah, ngelamun lah, pepsi lah (baca: pipis), mimpi ga karuan lah, nenenin Zahia lah. Begitu juga dengan Abang yang beberapa kali gw dapatin senyum2 sendiri dalam tidurnya [mimpi menang togel yah Hon?].

Adzan berkumandang. Ayam berkokok. Maling pulang dari dinasnya. Gw pun menggeliat bangun dari tempat tidur. Dengan hati dag-dig-dug-kembang-kuncup, gw mengambil test pack dan ngacir ke kamar mandi. Setelah menampung sedikit urine, meneteskannya pada alat sakti, menunggu selama 3 menit, gw melihat 2 strip nangkring dengan jelas. Gw meletakkan tu alat di atas wastafel, sementara gw wudhu dan sholat. Sebelumnya, gw bilang sama Abang yang masih baring2 di tenpt tidur “Bang, tolong liatin hasilnya. Itu kan harus ditunggu dulu 5 menit. Bunda sholat duluan yah, takut Zahia kebangun”. Hohohoho, sebenernya gw hanya mengarang alasan biar doski pas masuk kamar mandi langsung ngeliat hasilnya. Mo kasih surprise neh ceritanya. Padahal, biasanya kami selalu sholat berjama’ah. Bener dugaan gw, selesai sholat, langsung gw liat ada laki2 berperut chabi memamerkan senyum kuda Sumbawa liar, datang ke arah gw, mengecup mesra kening dan pipi gw, kemudian mengelus2 perut sambil tetap tersenyum lebar, selebar daun kelor. Yeileh, pagi2 udah India2an. Eling woiii, eling! Oya, abis itu gw langsung ngibrit ke kamar Nyokap, mewartakan info bahagia ini.

Anak manis : (senyum semanis madu) “Mom, aku hamil”
Emaknya anak manis : (masih memakai mukena dan pegang tasbeh) “Bagus dunks”
Anak manis : (senyum semanis coklat) “Tapi agak2 ngeri juga kan belum 2 taun” [dokter bilang bagi yang Caesar seharusnya menjarakkan kehamilan 2-3 taun supaya luka dalam bekas operasi sebelumnya betul2 sembuh dan kering]
Emaknya anak manis : “Yang ngeri tuh kalo hamil ga ada laki, belum merid pula! Kamu kan punya laki, jadi ga usah ngeri, wong dikasih rezeki sama Allah masa ngeri”
Anak manis : (rada sewot sedikit) “Yeeee, sapa yang nolak. Aku mah hepi pisan Mom hamil lagi. Tadi kan cuma intermezzo, sekedar mengingat petuah Dokter yang di Bintulu”
Nyokap : (buka mukena, grasak-grusuk nyari henponnya) “Mama mo ngasih tau dulu Om Budhi, Ua Herry, Kakek bla-bla-bla” [semua keluarga diabsen satu2]

Begitulah emak gw. Bernafsu sekali untuk memberi-tahu dan memberi-tempe sedulur2 di Indonesia, bahwa dirinya bakal nambah cucu. Padahal di Miri jarum jam baru menunjukkan angka 6 am kurang, yang berarti di negeri tercinta baru pukul 5 am kurang. Mau breaking news subuh2, Mom? Akhirnya gw menyarankan kepada Nyokap, untuk membuat status di pesbuk ajah, karena yakinlah mereka2 itu masih pada kebo semua [semua Om, Tante, Ua, Nenek, Kakek gw gaul2, udah tuwir tapi ga mo ketingggalan untuk ber-pesbuk ria]. Nyokap pun setubuh dengan ide jenius gw.

Baru pada hari Rabu, tanggal 7 Juli gw memeriksakan kehamilan ini di Klinik Kerajaan Tudan. Sebelumnya laki gw telah mencari info penge-check-an khusus Bu Bunting yang hanya ada hari Senen dan Rabu ajah. Kami (baca: gw, Abang, Zahia) berangkat dari rumah pukul 1.30 pm [Abang minta izin sama Bosnya untuk masuk ½ hari]. Ampe di Klinik 5 menit kemudian, langsung menuju Wad Ibu dan Anak. Ambil nomor, ngantri. Gw memanfaatkan waktu mengantri yang lumajan lama untuk kasih makan pisang ke Zahia. Alhamdulillah abis 4 biji. Setengah jam kemudian, gw dipanggil. Diinterogasi dulu untuk mengisi ‘Buku Rekod Kesihatan Ibu’. Datanya agak banyak, mulai dari: Nama Lengkap, nomor passport [harus nunjukkin passport], ke-warganegaraan, pendidikan terakhir [udah kaya mo ngelamar kerja], pekerjaan, alamat rumah, nomor telepon, dan nomor kolor [boong!]. Abis itu disuruh bayar 15 RM ke kaunter pembayaran. Udah bayar, gw diukur BB dan tinggi badan. Ternyata badan gw beda tipis ajah sama Aura Kasih. BB 57,3 kg, which is udah naik 1,3 kg dari bulan lalu, dan tinggi 155,7 cm. Selesai tahap pengukuran, gw disuruh cek darah dulu di bagian Makmal. Hasil yang bisa langsung keluar adalah kadar Hb dalam tubuh gw, yatu 12,2. Sedangkan hasil lainnya, seperti ada tidaknya penyakit2 berbahaya (HIV, darah tinggi, hepatitis, dll) baru keluar bulan depan.

Dari Makmal, balik lagi ke Wad Ibu dan Anak, ngantri. Ya ampyuuuunn, bisa betelor gw! Untungnya di bagian luar ada playground, jadi Zahia sambil nunggu bisa sambil main, tentunya sambil gw suapin makan, karena gw bawa bekel dari rumah nasi + telur dadar + wortel. Ada kali setengah jam kami menunggu. Ting-tong. Aha, nomor 34 sekarang tertera pada monitor bilik no.1. Berarti sekarang giliran gw untuk diperiksa. Masuk, disuruh duduk, eh diinterogasi lagi sama Nursenya. Ini klinik ato kantor polisis seh?! Herman gw! Kali ini pertanyaannya adalah: kapan haid terakhir, menggunakan perancang keluarga atau tidak (baca: KB), jika iya apa jenisnya, berapa jumlah orang yang hidup seatap dengan gw, berapa gaji suami [iiiihhhhh, penting bo nanya2 gaji laki gw!! Tapi emang di kartunya ada kolomnya dan wajib diisi. Serius deh nyebelin!], riwayat kandungan anak pertama, dan sebagainya, dan seterusnya. Semua data2 udah terisi sempurna, tindakan berikutny adalah pengukuran tekanan darah, dimana tensi gw 110 / 70. Abis itu gw disuruh naik ke tempat tidur, Nurse mengukur lingkar perut. Session terakhir, doski memberikan gw vitamin 2 jenis, yaitu:
1. Iron Tablets 200 mg (Ferrous Fumarate BP)
2. Folic Acid 5 mg / tab
Vitamin diminum sehari sekali. Kemudian gw disuruh menemui Dokter.

Bener2 bikin ilfill deh, karena seharian ini kerjaan kami hanyalah mengantri dan mengantri. Laki gw jangan ditanya, uring2an dari tadi ampe rambutnya berdiri semua. Kalo gw mengisi waktu dengan nyuapin Zahia. Ni bocah emang kalo di tempat2 umum makannya lancar jaya. Menunggu ampe jenggotan, tiba juga nomor gw dipanggil. Sampe di dalam, cek2 bentar pake stetoskop, kemudian Dr. Hartini menyuruh gw untuk USG. Kabur dah gw ke bilik scanning. Alhamdulillah ngantri bentar ajah karena giliran gw setelah 2 perempuan udah hamil segede bagong. Sambil duduk menunggu, Nurse membaca buku kesihatan gw, lalu mengajak bercakap2.

Nurse : “Wah baru kali ini saya lihat ada orang Indon yang degree”
Gw : (senyum mo bacok) : “Oooooooo”
Nurse : “Biasanya orang Indon yang datang, orang Bugis, Tator (Tana Toraja), Jawa, tak ada yang sekolah”
Gw : (meratapi nasib bangsa tercinta sambil mikir kenapa tadi ga bawa golok dari rumah) “Di Indonesia banyak ko perempuan yang kuliah sampai PHd”
Nurse : “Macam mana kamu ini degree jadi house wife saja tidak kerja?”
Gw : (mulai berfikir untuk menelepon Kakaek di Banten untuk mengirmkan paku 1kg dan kawat 2 ons) [santet booooo] “ Saya di Indoensia kerja, tapi resign sebab husband keterima kerja disini. Desember taun lalu saya mau kerja lagi, sudah lolos interview akhir, tapi berhubung baby tidak mau ditinggal di rumah dengan nanny jadi saya tidak jadi kerja”
Nurse : “Kamu sekolah apa kat Indon sana?”
Gw : “Agriculture”
Nurse : “Bagus itu. Laki kamu?”
Gw : (iiiiiiiihhhhh, mulut ko ga bisa diem! Cerewet amat seh nanya2 mulu dari tadi?!) “Forestry”
Nurse : “Wah bagus itu. Macam mana gaji disini? Oke tak? Ngak-ngek-ngok-guk-guk-guk-miaaaawwwww”
Gw : (mo tauuuuuuu ajaaaaa dirimyu!) “*&%#@!!^&((%$#@^%#$”

Untungnya dua emak2 hamil itu selesai juga. Jadi gw bisa terbebas dari tugas menjawab pertanyaan2 kuis berikutnya. Gw naik ke atas ranjang, Nurse mengoleskan krim warna biru di bagian perut, mulailah dia menjelajah perut gw mencari pujaan hati belahan jiwa. 30 detik ..... 60 detik ..... 120 detik ..... Ko adiknya Zahia kaga keliatan2 juga? Dia pun memanggil Nurse yang lebih senior, Ketua Jururawat di bagian scanning, Anisah namanya. Setelah sekian detik bereksplorasi Mak Cik Anisah juga ga bisa nemuin tu jabang beibeh. Beliau pun menulis ‘empty uterus’ di kartu gw dan menyuruh gw untuk menjumpai dokter lagi. Aaaarrrggggghhhh!!

Males ngantri, gw langsung mengetuk bilik Dokter. Beliau nanya kepada gw apakah gw yakin kalo gw hamil. Gw bilang kalo gw ga hamil berarti test packnya error. Beliau menyuruh gw untuk tes air seni di bagian Makmal. Again?? Perasaan gw dari todi lobak-labik (baca: bolak-balik) mulu deh ke Makmal! Laki gw mah secara males mondar-mandir jadi nunggu sama Zahia di ruang antrian dokter. Yo weiis gw kabur sendiri ke Makmal.

Alhamdulillah, ga lama kemudian hasilnya keluar, dan betul kan kalo gw postif hamil. Aya2 wae si Dokter. Balik lagi ke bilik Dokter, Beliau akhirnya menyuruh gw untuk menunggu di ruang USG, karena Beliau yang akan turun tangan sendiri untuk men-scanning gw. You know hai, sekarang udah jam 4. Ruang USG nya ajah udah mati lampunya, sebab 2 Nurse cerewet yang tadi bertanya tanpa henti ke gw udah pulang. Dr. Hartini dengan segera datang, dan mulai mengoleskan krim biru ke perut gw. Beliau juga tidak bisa menemukan ‘sesuatu’ pada uterus gw. Akhirnya Beliau menyuruh gw untuk datang 2 minggu lagi, untuk melakukan USG ulang. Beliau jelaskan, memang pada usia kandungan 6 minggu, ada yang sudah bisa terlihat di monitor, ada juga yang belum. Beliau bilang ga usah khawatir, tapi Beliau tetap mau memastikan jika calon adiknya Zahia itu memang menempel di tempat yang seharusnya, bukan di luar kandungan.

Minta doanya yah Temans. Gw agak2 parno juga setelah Dokter bilang begitu. Tapi Insya Allah segalanya akan berjalan dengan normal dan lancar, karena rencana Tuhan pastilah indah. Toh memang setelah wara-wiri cari info di internet banyak sumber mengatakan bahwa pada usia kehamilan 6 minggu, terkadang baby belum dapat terlihat, kalopun terlihat hanya berupa titik saja. Usia 8 minggu lah biasanya baru bisa terlihat jelas. Otreh deh, sekian laporannya siang ini. Gw mo ngasih makan Zahia dulu. Have a nice day Temans.
Lanjuuut Maaaang - Bunting Maning Bunting Maning