Klik Gambar untuk PESAN & TEMPAH.
Showing posts with label Bahasa. Show all posts
Showing posts with label Bahasa. Show all posts

Sebatang 'Pohon Bahasa' & Seni Bahasa

Sebatang 'Pohon Bahasa'

Di halaman rumah kami ada sebatang pohon, 'pohon bahasa' namanya. Dahannya pepatah. Rantingnya pantun. Pada daun-daunnya, beruntaian tamsil, ibarat, gurindam, dan seloka.

Berapa umurnya 'pohon bahasa' ini? Kami tidak tahu; hanya apabila kami lahir di dunia, pohon ini sudah pun wujud, merimbun ranum di sana, di halaman. Mudah-mudahan, dari seluruh pohonnya, tetap akan tumbuh bercambah sekian banyak lagi ungkapan yang baru dan indah, seperti ungkapan lama - penuh hikmah, nasihat, dan kasih sayang.

Seni Bahasa

Mengikut ahli bahasa, "Seni bahasa itu harus dilihat sebagai suatu kaedah untuk menguasai seluruh keindahan perasaan, iaitu suatu daulat yang lebih tinggi sebenarnya."

- CATATAN, hlm 97-98.

Bahasa Itu 'Rumah Ibunda'

Bahasa ibunda ialah 'rumah ibunda'. Di bawah bumbungnya yang berat tetapi teduh, kami hidup tenteram. Sejak kecil, kami diajar berbicara tentang manusia dan alam dengan segala pengertian kekeluargaan, dengan penuh sopan santun.

Bahasa ibunda ialah 'rumah ibunda'. kadangkala kami bergurau senda, ketawa riang di halamannya. Kadangkala pada malam hari di sudut ruangnya, kami bermimpi tentang keindahan perjalanan masa depan....

Bahasa ibunda ialah 'rumah ibunda'. Pada siang hari di ruang tengahnya, kami tekun belajar; merenung, berfikir, serta berhujah. Lidah kami galir, otak kami cair. Apa jua bidang ilmu pengetahuan di dunia ini dapat kami fahami dan kami halusi dengan yakin.

- CATATAN, hlm 97.

Empat Langgam Bahasa

Tetamu malam itu (mamakku) datang lagi, bercerita lagi tentang lenggang-lenggok bahasa ibunda kita.

"Katakanlah kita berada di suatu majlis adat perasmian. Kita ingin berbicara, berbahasa kepada berbagai-bagai tingkatan orang, tetapi tidak mudah. Berbahasa itu ada caranya, ada langgamnya. Langgam bahasa namanya.

Kalau orang bawah mahu berbicara kepada orang atas, pakailah 'bahasa mendaki'. Sebaliknya, kalau orang atas mahu berbicara kepada orang bawah, pakailah 'bahasa menurun'. Kalau kita ingin berbual dengan teman sebaya (yang sedarjat), kita pakai 'bahasa mendatar'. Tetapi, kalau kita ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu yang benar kepada kaum keluarga, namun kita berasa agak malu, segan maka kita pakai saja 'bahasa melereng' (bahasa tidak langsung, tetapi sopan)

Demikianlah kaedah 'langgam bahasa yang empat'."

(Sebenarnya 'bahasa melereng' inilah, mengikut hemat mamakku, yang melahirkan kata-kata kiasan dalam budaya lisan kita, dalam perkembangan sastera kita; yang melahirkan segala ungkapan dan peribahasa - pepatah pepitih, tamsil ibarat, dan gurindam seloka yang indah-indah itu.)

-CATATAN, halaman 102.

Bahasa Itu "Rumah Ibunda" & Sebatang "Pohon Bahasa"

BAHASA ITU "RUMAH IBUNDA"
Bahasa ibunda ialah 'rumah ibunda'. Di bawah bumbungnya yang berat tetapi teduh, kami hidup tenteram. Sejak kecil, kami diajar berbicara tentang manusia dan alam dengan segala pengertian kekeluargaan, dengan penuh sopan santun.

Bahasa ibunda ialah 'rumah ibunda'. Kadangkala kami bergurau senda, ketawa riang di halamannya. Kadangkala pada malam hari di sudut ruangnya, kami bermimpi tentang keindahan perjalanan masa depan....

Bahasa ibunda ialah 'rumah ibunda'. Pada siang hari di ruang tengahnya, kami tekun belajar dan belajar; merenung, berfikir, serta berhujah. Lidah kami galir, otak kami cair. Apa jua bidang ilmu pengetahuan di dunia ini dapat kami fahami dan kami halusi dengan yakin.

SEBATANG "POHON BAHASA"

Di halaman rumah kami ada sebatang pohon, "pohon bahasa" namanya. Dahannya pepatah. Rantingnya pantun. Pada daun-daunnnya, beruntaian tamsil, ibarat, gurindam, dan seloka.

Berapa umurnya 'pohon bahasa' ini? Kami tidak tahu; hanya apabila kami lahir di dunia, pohon ini sudah wujud, merimbun ranum di sana, di halaman. Mudah-mudahan, dari seluruh pohonnya, tetap akan tumbuh bercambah sekian banyak lagi ungkapan yang baru dan indah, seperti ungkapan lama - penuh hikmah, nasihat, dan kasih sayang.

-CATATAN, halaman 97.

Sebarang komen dan pandangan? Sila kemukakannya di ruangan komen.

Powered By Blogger

Twitter

Follow lamansesawang on Twitter

Rakan Catatan Latiff Mohidin

Catatan yang Lain

Powered by Blogger.