Lompat ke isi

Peningkatan keasaman air laut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perkiraan perubahan pH air laut yang disebabkan oleh karbon dioksida yang dihasilkan manusia, sejak tahun 1700-an sampai 1990-an. Data dari Global Ocean Data Analysis Project dan World Ocean Atlas.

Peningkatan keasaman air laut adalah peristiwa berkurangnya pH lautan yang berada di bumi, yang disebabkan oleh penyerapan karbon dioksida dari atmosfer (pH berkurang = keasaman meningkat).[1] Diperkirakan 30-40% karbon dioksida yang dilepaskan oleh manusia ke atmosfer larut ke perairan.[2][3] Untuk mempertahankan kesetimbangan kimia, sebagian akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Sebagian dari molekul asam karbonat akan beraksi dengan molekul air membentuk ion bikarbonat dan ion hidronium, sehingga meningkatkan keasaman laut. Antara tahun 1751 hingga 1994, pH permukaan laut diperkirakan menurun dari 8.25 menjadi 8.14,[4] yang merupakan peningkatan konsentrasi ion hidronium sebanyak 30% di lautan.[5][6]

Peningkatan keasaman air aut diperkirakan memiliki beragam konsekuensi, seperti penurunan laju metabolisme cumi-cumi jumbo (Dosidicus gigas),[7] penurunan sistem imunitas kerang biru,[8] dan pemutihan koral.

Reaksi kimia

[sunting | sunting sumber]
CO2 (g) + H2O (l) is in equilibrium with CO2 (aq) + H2O (l) is in equilibrium with H2CO3 (aq) is in equilibrium with HCO3 (aq) + H+ (aq) is in equilibrium with CO32− (aq) + 2 H+ (aq)

Reaksi kimia lain juga terjadi sehingga kadar ion karbonat di lautan yang tersedia akan berkurang. Hal ini akan menyulitkan bagi hewan laut yang membutuhkan ion karbonat bagi pertumbuhan hidupnya seperti koral untuk proses kalsifikasi tubuhnya, dan beberapa jenis plankton. Struktur yang mengandung ion karbonat pun akan cepat rapuh karena larut oleh asam.[9] Peningkatan keasaman lautan akan memicu gangguan pada rantai makanan yang ada pada dan terhubung dengan lautan.[10][11] Sebanyak 105 akademi ilmu pengetahuan telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengurangi emisi karbon dioksida global sebanyak setidaknya 50% dari tingkat emisi tahun 1990.[12]

Peningkatan keasaman air laut telah terjadi sebelumnya dalam sejarah bumi, seperti peristiwa Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM),[13] yang terjadi setidaknya 56 juta tahun yang lalu dan menyebabkan pelarutan struktur karbonat hewan laut hingga membentuk sedimen di basin lautan di seluruh dunia.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Caldeira, K. (2003). "Anthropogenic carbon and ocean pH" (PDF). Nature. 425 (6956): 365–365. Bibcode:2001AGUFMOS11C0385C. doi:10.1038/425365a. PMID 14508477. 
  2. ^ Millero, Frank J. (1995). "Thermodynamics of the carbon dioxide system in the oceans". Geochimica et Cosmochimica Acta. 59 (4): 661–677. Bibcode:1995GeCoA..59..661M. doi:10.1016/0016-7037(94)00354-O. 
  3. ^ Feely, R. A. (2004). "Impact of Anthropogenic CO2 on the CaCO3 System in the Oceans". Science. 305 (5682): 362–366. Bibcode:2004Sci...305..362F. doi:10.1126/science.1097329. PMID 15256664. 
  4. ^ Jacobson, M. Z. (2005). "Studying ocean acidification with conservative, stable numerical schemes for nonequilibrium air-ocean exchange and ocean equilibrium chemistry". Journal of Geophysical Research – Atmospheres. 110: D07302. Bibcode:2005JGRD..11007302J. doi:10.1029/2004JD005220. 
  5. ^ Hall-Spencer, J. M. (2008). "Volcanic carbon dioxide vents show ecosystem effects of ocean acidification". Nature. 454 (7200): 96–9. Bibcode:2008Natur.454...96H. doi:10.1038/nature07051. PMID 18536730. 
  6. ^ Report of the Ocean Acidification and Oxygen Working Group, International Council for Science's Scientific Committee on Ocean Research (SCOR) Biological Observatories Workshop
  7. ^ Rosa, R.; Seibel, B. (2008). "Synergistic effects of climate-related variables suggest future physiological impairment in a top oceanic predator". P.n.a.s. 105 (52): 20776–20780. Bibcode:2008PNAS..10520776R. doi:10.1073/pnas.0806886105. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-06. Diakses tanggal 2013-12-01. 
  8. ^ Bibby, R. (2008). "Effects of ocean acidification on the immune response of the blue mussel Mytilus edulis". Aquatic Biology. 2: 67–74. doi:10.3354/ab00037. 
  9. ^ Orr, James C. (2005). "Anthropogenic ocean acidification over the twenty-first century and its impact on calcifying organisms" (PDF). Nature. 437 (7059): 681–686. Bibcode:2005Natur.437..681O. doi:10.1038/nature04095. PMID 16193043. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2008-06-25. Diakses tanggal 2013-12-01. 
  10. ^ Cornelia Dean (January 30, 2009). "Rising Acidity Is Threatening Food Web of Oceans, Science Panel Says". New York Times. 
  11. ^ Robert E. Service (13 July 2012). "Rising Acidity Brings and Ocean Of Trouble". Science. 337 (6091): 146–148. Bibcode:2012Sci...337..146S. doi:10.1126/science.337.6091.146. PMID 22798578. 
  12. ^ IAP (June 2009). "Interacademy Panel (IAP) Member Academies Statement on Ocean Acidification". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-06. Diakses tanggal 2013-12-01 , Secretariat: TWAS (the Academy of Sciences for the Developing World), Trieste, Italy.
  13. ^ Zachos, J.C. (2005). "Rapid acidification of the ocean during the Paleocene-Eocene thermal maximum". Science. 308 (5728): 1611–1615. doi:10.1126/science.1109004. PMID 15947184. 

Bahan bacaan terkait

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]