Tampilkan postingan dengan label Bali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bali. Tampilkan semua postingan

12 November 2019

Jalan-Jalan Ke Bali: Ubud (Part 1)


Jalan-Jalan Ke Bali: Ubud JTT

Sepertinya saya memang kurang berbakat menjadi travel blogger atau jurnalis, begitu banyak objek yang seharusnya bisa diabadikan dalam foto dan menunjang tulisan, tapi hal tersebut tidak dilakukan. Saya terlalu terpana, atau terlena dengan hal baru disekitar hingga memotret tidak terlintas sama sekali dikepala. Contohnya saat hendak menulis cerita mengenai Ubud seperti kali ini. Saat itu saya memperhatikan betapa banyaknya turis asing berlalu-lalang dengan motor, menurut saya itu adalah hal unik, tapi tangan ini tak bergerak meng-capture gambar, kini saya hanya bisa bercerita tanpa bukti foto yang nyata. Jadi jika begitu banyak tulisan dibawah tidak disertai dengan foto-foto yang menunjang maka memang karena saya lupa menjepretnya saat itu, dan bukan berarti cerita ini hanya hasil daya khayal semata 😅.  

Wokeh, lanjut ke postingan saya mengenai cerita kala berlibur di Bali beberapa waktu yang lalu (again!) yang sepertinya tak usai diurai (saya memang 'ember' tingkat tinggi). Kali ini spesial mengenai Ubud ya, karena begitu banyak kisah unik yang terjadi disini. Ubud adalah destinasi wisata yang sepertinya kudu, wajib, dan harus dikunjungi ketika kita pergi ke Bali. Seakan jika ke pulau Dewata dan tidak singgah di Ubud maka belumlah datang ke Bali rasanya. Di hari ketiga saya di Bali, Lily, sahabat dan host saya selama disana, mengajak untuk pergi ke Ubud. Karena dia ragu dengan taksi online yang dilarang memasuki hampir sebagian besar obyek wisata di Bali, maka kami lantas pergi menaiki motor. Walau dulu saat kuliah saya selalu menyetir motor ketika berangkat ke kampus, namun selama tinggal di Jakarta semua keberanian itu lenyap. Apalagi sejak SIM C mati dan tak pernah diperbarui kembali maka keinginan menyetir motor dikubur dalam-dalam. Waktu masih kuliah di Jogya, menjelajah hingga ke Bantul, Kopeng dan Prambanan dengan motor adalah hal biasa, kini saya beranggapan motor adalah moda transportasi yang sangat berisiko tinggi apalagi dengan tingkat lalu lintas yang super padat di Jakarta, ditambah kelakuan supir metromini dan angkot yang main serobot seenak jidat. Saya bahkan tidak berani naik ojek dan memilih naik angkutan umum lainnya walau lebih lambat jalannya. 


Jalan-Jalan Ke Bali: Ubud JTT
Pasar Ubud, Bali


07 November 2019

Berburu Perlengkapan Food Photography di Bali


Berburu Perlengkapan Food Photography di Bali

Salah satu tujuan saya ketika tiba di Bali dua minggu yang lalu selain berlibur dan berwisata kuliner adalah berburu perlengkapan food photography. Yep, walaupun pernak-pernik penunjang foto makanan cukup banyak bergeletakan dirumah, tetap saja jika melihat perlengkapan makan baru dari bahan berbeda mata ini menjadi kalap. Karena Bali surganya kerajinan tangan kayu dan tembikar maka dua bahan itulah yang saya cari. Saya baru tahu dari pemilik hotel dan supir online bahwa ternyata kerajinan kayu ini bukanlah dibuat di Bali melainkan dari Jepara. Well, Jepara memang terkenal sebagai sentra penghasil kerajinan kayu mulai dari mebel, dan perlengkapan dapur. Umumnya kerajinan Jepara di ekspor ke mancanegara, tapi di Bali kerajinan ini mudah ditemukan dan tentu saja harganya menjadi terdongkrak naik. 

Sasaran saya adalah mangkuk kayu dan talenan, walaupun sebenarnya bisa dengan mudah ditemukan di Tokopedia, namun selagi di Bali saya sempatkan untuk berburu kedua barang ini disetiap toko kerajinan yang saya masuki. Tidak susah mencari yang saya butuhkan karena hampir disetiap sudut Bali banyak toko yang menjualnya. Bentuknya beraneka ragam dan bahan yang digunakannya pun bervariasi. Tapi khusus untuk talenan besar dari kayu utuh agak susah ditemukan, tidak semua toko memilikinya.


Berburu Perlengkapan Food Photography di Bali


04 November 2019

Berburu Kuliner Lokal di Bali (Part 2)


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Rujak pindang, Warung Men Runtu, Sanur

Rujak pindang Bali. Sudah lama saya penasaran dengan rasa makanan ini tapi semakin penasaran dan menggebu kala Mbak Fina, rekan kantor saya yang baru saja kembali dari Bali bulan lalu, mengirimkan foto rujak pindang yang dicobanya disalah satu resto disana.  Ketika saya berkunjung ke Bali minggu lalu, makanan ini salah satu target utama kuliner yang harus dicoba. Saya sudah membuat list makanan lokal yang hendak dijajal selama stay di Bali, diantaranya adalah ayam betutu, sate lilit, dan rujak pindang, makanan diluar itu saya anggap sebagai bonus. Saya mencari infonya di Trip Advisor dan menemukan resto Warung Men Runtu, jalan Sekuta No.32 C, Sanur. Jaraknya cukup dekat dari hotel, bisa dijangkau dengan motor atau dengan taksi online hanya sekitar 25 ribu rupiah saja.

Rujak pindang Bali berupa irisan rujak buah-buahan seperti mangga mengkal, pepaya mengkal, jambu biji, jambu air, nanas dan bengkuang yang diguyur dengan kuah pindang ikan. Menurut Mbak Fina, cita rasanya sama sekali tidak amis. Saya percaya dengan teman saya ini, karena dia termasuk picky eater dan akan menolak mentah-mentah  jika ada sedikit aroma atau rasa yang kuat pada makanan. Ketika makanan ini saya ajukan ke Lily, teman saya selama berlibur di Bali, dia agak sedikit skeptis dengan cita rasa makanan bernama rujak pindang. "Ah apa nggak amis itu Ndang, soalnya kan dia pakai kuah pindang dari rebusan ikan?" komentarnya ragu. Bagi saya si penyuka ikan dan seafood, sedikit rasa amis pada makanan berbahan dasar ikan masih bisa diterima oleh lidah, asalkan tidak keterlaluan. Menurut saya rasa kuah rujak pindang ini masih bisa diterima dengan indra pencecap.


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Bulung boni kuah pindang


31 Oktober 2019

Berburu Kuliner Lokal di Bali (Part 1)


Berburu Kuliner Lokal di Bali (Part 1) JTT
Pantai Sanur

Mencicipi makanan dan masakan lokal khas Bali menjadi tujuan utama saya saat berwisata kesana Minggu lalu. Masakan Bali memiliki cita rasa unik, dan walaupun memiliki benang merah yang sama dengan  kuliner Jawa, tetap memiliki ciri khas tersendiri. Bumbu genep atau bumbu lengkap adalah salah satu bumbu wajib masakan Bali, bahkan mungkin hampir semua jenis masakannya menggunakan bumbu ini. Bumbu genep terdiri dari cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, serai, daun salam, daun jeruk, ketumbar, merica, kencur dan terasi. Dua rempah yang saya sebutkan terakhir sering disebut-sebut menjadi ciri khas masakan Bali yang membedakannya dengan masakan Jawa pada umumnya. 

Perburuan makanan lokal Bali dimulai dari Warung Mak Beng yang terletak di Jalan Hang Tuah no. 45, Sanur. Resto ini memiliki banyak cabang yang tersebar di beberapa tempat di Pulau Dewata, hanya saja yang dijalan Hang Tuah jaraknya cukup dekat dengan hotel. Hari itu saya berjalan sendiri ke resto, kalau dilihat di Waze jaraknya hanya sekitar 1,5 km dari Pantai Sindhu. Hotel kami menginap berada di jalan Pasar Sindhu, dan karena sudah diwanti-wanti Lily, host sekaligus teman yang menenami saya selama berlibur di Bali, jika resto ini selalu ramai dan antriannya super panjang, saya berjalan kesana sejak jam 9 pagi! Seperti biasa, begitu keluar hotel wajah sudah digampar dengan hembusan angin panas dan teriknya sinar matahari. Di Bali, jika menghitamkan diri bukanlah yang anda cari maka kudu wajib menggunakan sun block dengan SPF yang agak tinggi, cukup beberapa hari disana kulit wajah menghitam signifikan. Apesnya cuaca panas yang melanda bagian Indonesia beberapa waktu belakangan ini seakan mencapai puncaknya kala saya berlibur di Bali minggu lalu.


Berburu Kuliner Lokal di Bali (Part 1) JTT
Sepanjang jalan di Pantai Sanur


30 Oktober 2019

Berburu Oleh-Oleh di Bali (Part 2)


Berburu Oleh-Oleh di Bali  JTT
Sindhu Beach, Sanur, Bali

Melanjutkan cerita tentang saya berburu oleh-oleh khas Bali, bagian pertamanya bisa di lihat pada link postingan disini. Di Pasar Badung yang modern, rapi dan bersih ini saya membeli kacang tanah goreng, kacang koro, kacang tanah kulit panggang dan sebuah mangkok kayu kecil. Saya dan teman saya, Lily, kemudian berjalan menuju Pasar Kumbasari yang terletak di sebelah Pasar Badung. Pasar Kumbasari hanya terdiri dari dua lantai. Begitu masuk kami langsung naik ke lantai satu, lantai dasar dipenuhi dengan pedagang makanan dan kios-kios yang kurang menarik. Begitu tiba dilantai pertama, mata saya langsung dimanjakan dengan sebuah toko keramik dan kerajinan tangan kayu dan anyaman. Toko ini terdiri dari dua bagian, sisi kiri dan kanan yang dipisahkan oleh gang kecil. Sisi sebelah kanan didominasi dengan rak peralatan makan dari keramik seperti piring, mug, teko, tapi terdapat pula mangkuk dari batok kelapa yang cantik.


Berburu Oleh-Oleh di Bali  JTT
Kumbasari Market, Denpasar, Bali


29 Oktober 2019

Berburu Oleh-Oleh di Bali (Part 1)


Berburu Oleh-Oleh di Bali JTT
Sindhu Beach, Bali

Melanjutkan cerita jalan-jalan saya ke Bali yang bisa dilihat di postingan pertama pada link disini. Malam pertama di Sanur, saya manfaatkan untuk berjalan-jalan di seputar pantai. Di tepian pantai Sindhu banyak sekali penjual jagung menjajakan jagung bakar dengan kursi-kursi kecil disediakan diseputaran alat pemanggang. Jajaran turis domestik serta warga lokal duduk menikmati manisnya jagung hangat. Saya enggan mengotori gigi, jadi cukup melihat-lihat seputaran pantai dan mengambil foto. Sejak medsos meraja, fotografi sepertinya menjadi kegiatan yang mendominasi turis kala berkunjung ke suatu negara atau daerah. Saya biasanya akan meminta ijin sebelum menjepretkan kamera, tidak semua orang suka difoto, dan tidak semua orang suka foto mereka dishare di internet. Kian hari semakin banyak negara dan kota yang melarang turis mengambil gambar karena warga lokal yang semakin merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, foto yang kita ambil adalah kehidupan sehari-hari mereka yang kemudian diekspose ke media sosial.

Hari kedua, di pagi hari saya berjalan ke tepian pantai Sindhu. Saya dan Lily kemudian duduk di Kafe Luhtu's yang memiliki lokasi strategis di sudut jalan didekat pantai. Kafe ini menyediakan produk bakery seperti cake, muffin, roti, serta hidangan breakfast baik internasional maupun lokal. Harganya berkisar dari 30 ribu hingga 100 ribu rupiah, tergantung jenis makanannya. Favorit saya disini adalah blended iced coffee dengan es krim vanilla sebagai toppingnya. Terkadang kami nongkrong hanya ditemani es kopi saja dan duduk berjam-jam disana menikmati suasana adem dan deburan ombak dipantai. Nyaman dan tidak bikin kantong jebol. 😅

Berburu Oleh-Oleh di Bali JTT
Sindhu Beach Bali

28 Oktober 2019

Pantai Sindhu dan Pasar Sindhu, Bali


Pasar Sindhu, Sanur

Sejujurnya, selama ini saya beranggapan jika blog Just Try & Taste hanya untuk sekedar berbagi hobi dan menyalurkan minat menulis (itupun jika mood sedang baik). Bahkan, sejak pengajuan adsense saya ditolak Google, saya beranggapan blog ini benar-benar tidak bisa dimonetize, yang artinya tidak menghasilkan apapun. Tapi kini pendapat tersebut berangsur menghilang. Bukan karena kemudian blog mulai menghasilkan pundi-pundi rupiah, tapi karena blog memberikan saya benefit lainnya, yaitu membuka jendela persahabatan dari seluruh dunia yang begitu lebarnya.  Walau tidak saling mengenal satu sama lain di dunia nyata, namun blog menjembatani saya dengan pembaca di dunia maya, chemistry terjalin dan kami merasa dekat. Blog juga mengantarkan saya bertemu langsung dengan pembaca yang kemudian berubah menjadi persahabatan yang berkesan. 

Salah satu pembaca Just Try & Taste adalah Lily, awalnya dia sering memberikan komentar dan bertanya satu atau dua hal di blog. Kemudian membeli buku Home Cooking, dan berakhir dengan datang ke kantor meminta saya membubuhkan tanda tangan di buku tersebut. Lily tinggal di Jerman, dan sejak pertama kami bertemu di kantor, setiap kali dia datang ke Indonesia,  kami akan menyempatkan diri untuk kongkow di warung kopi di sebelah.  Kesan saya tentang Lily adalah dia sosok yang sangat friendly, care, easygoing, ramah dan terbuka. Setelah lebih lama mengenalnya saya juga tahu Lily juga seorang pekerja keras, tidak banyak cingcong dan tidak jaga image. Kami pun cocok.

Kamboja dengan 10 kelopak


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...