KERATON G. M SAUNAN

KERATON G. M SAUNAN
Keraton adalah istana penguasa atau daerah tempat seorang penguasa (raja atau ratu) memerintah. Di Ketapang terdapat sebuah keraton, yaitu Keraton Panembahan Kerajaan Matan G.M Saunan. Lokasi : Terletak desa Mulia Kerta Kec. Benua Kayong Ketapang, kurang lebih 4 km dari pusat kota. Daya Tarik : Di Keraton kita dapat menjumpai peninggalan G.M Saunan yang sudah berumur ratusan tahun dan mempunyai legenda cerita asal muasal yang beragam, yang paling terkenal adalah meriam Padam Pelita yang konon katanya dibuat oleh mahluk halus. Selain itu terdapat juga peninggalan kain-kain kuno koleksi keluarga keraton seperti kain pelangi yang umurnya 40 sampai 300 tahun dan banyak lagi peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya.

Jumat, 23 November 2012

KERAJAAN TANJUNGPURA

SISA-SISA KERAJAAN
Ada bekas Istana Raja, beberapa tiang dari kayu belian yang tersisa, dikeilingi parit, katanya untuk menjaga keamanan sehingga disebut “Kota Parit”. Kini sudah menjadi perkebunaan karet rakyat. Dekat Kompleks Kuburan Raja-rajanya ada beberapa tiang bekas Istana Ratu, umur sudah ratusan tahun, panjangnya puluhan meter, ketika aku masih kecil, tahun 50-an, dicabut, dibawa ke Ketapang, dibuat Pintu Gerbang Kantor Bupati (dulu di pinggir sungai) dan Pintu Gerbang Makam Pahlawan. Untuk kenang-kenangan kata mereka. Tapi kok diambil?
Yang masih dipelihara hanyalah kompleks Makam para Raja, Pimpinan Agama, Pangeran, Perdana Menteri, Ratu  dan  keturunannya. Salah satu nisanya tertulis tahun 1244 Hijriyah, yang berarti kerajaan ini sudah ditinggalkan sekitar 200 tahun yang silam. Konon katanya Kerajaan ini pernah mengalami kejayaan sehingga menguasai seluruh pulau Kalimantan. Bahkan masih ada dan terpelihara dengan baik Makam salah seorang Keluarga Sultan dari Kerajaan Brunai Darussalam.
 

 


Yang belum lama ditemukan adalah lapangan berpasir dan kerikil berwarna kuning tidak ditumbuhi pohon dan rerumputan padahal dikelilingi hutan belantara. Ternyata tempat ber-“KHALWAT”, bertafaqur memuji Allah, Pimpinan Agama, Syekh Maghribi dan Pengeran Jaya Anom.  








Ada lagi yang masih tersisa dan mengundang pertanyaan. Yaitu banyaknya nama Kampung yang ada sampai sekarang. Mulai dari kampung kami, dekat Istana Raja yang hanya kompleks kuburan, namanya Kampung Padang, meski pun hanya tinggal beberapa rumah. Selanjutnya, Kampung Cina, dulu masih ada 1 rumah Cina, langsung datang dari sana. Bekalnya, hanya sepotong kayu segi empat yang sudah mengkilap. “Bantal kayu”, masih tetap dipakai sebagai “kenang-kenangan”, katanya. Namanya Meng Wat. Sekarang anak keturunannya sudah pindah ke Ketapang, Pontianak, Jakarta dsb. Akibatnya hanya tinggal nama.
            Ke hilir lagi, namanya Kampung Pengerahan. Ini pun hanya tinggal beberapa rumah. Selanjutnya Kampung Kauman. Di sini yang masih banyak penghuninya. Dilanjutkan Kampung Baru, juga masih ada beberapa rumah. Terakhir, paling ujung di hilir adalah Kampung Maya dengan Bapak Lurah sendiri, merasa tidak seketurunaan dengan kami di Tanjung Pura. Logat bicaranya pun, dahulu agak berbeda. Kepala Adat mereka adalah Kiyai, Ahli Agama, yang kami sebut “Kiyai Maya”. Mungkin dari Suku Maya.
            Dari begitu banyak nama Kampung ini, kemungkinan besar, memang dahulunya Tanjung Pura ini cukup ramai, sesuai legenda Sejarah, dari mulut ke mulut, sebagai Ibu Kota Kerajaan yang besar. Sembunyi di dalam sungai jauh di hulu, katanya agar tidak diganggu Lanun atau Bajak Laut dan para Penjajah.



 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar