Tampilkan postingan dengan label Ikut Lomba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ikut Lomba. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Januari 2014

First GA Mbak Titis Ayuningsih

Cihuuyy! Info giveaway nih. Deadlinenya masih lama kok 1 Februari 2014. Jadi buruan yuk ikutan! Kamu bisa dapetinini nih!


Pemenang pertama : Pulsa sebesar Rp. 20.000 
Pemenang kedua : Pulsa sebesar Rp. 10.000 
Pemenang ketiga : Pulsa sebesar Rp. 5000

Caranya mudah banget lho, hanya mendoakan, memberisaran dan kritik untuk si empunya blog. Yuk langsung klik DI SINI.

[KUIS] Novel Sarvatraesa dari Mbak Dian Nafi

DL : 31 Desember 2013 - 5 januari 2014



Mau dapetin novel gratis dari Mbak Dian Nafi? Itu lho novel Sarvatraesa. Mau tahu novel ini seperti apa? Diincip yuk....

Tentang Sarvatraesa:
Apa yang lebih mengganggu daripada rasa kepenasaran. 
Apa yang lebih melukai ketimbang rasa dikhianati setelah memberi kepercayaan. 
Apa yang lebih ditunggu kecuali balasan rasa cinta yang telah penuh diberikan dan membutuhkan setidaknya penerimaan.
Dia yang berasal dari keluarga sederhana, merasa tertohok harga dirinya ketika keluarga sang profesor mengungkit kembali latar belakangnya. Meskipun benar Sarva tampan dan cerdas, dia bukanlah siapa-siapa jika bukan keluarga sang profesor yang mengangkat derajatnya.
Dia berusaha mencari kehormatan bagi dirinya sendiri dengan melepaskan bayang-bayang mertuanya. Dia pergi ke Aceh, juga ke Ambon. Mengabdikan diri sebagai dokter tentara di daerah yang penuh silang sengkarut itu. Istri dan anaknya di Jakarta sesekali ditengoknya.
Di Aceh maupun di Ambon, Sarvatraesa terlibat cinta dengan perempuan lain. Davina meradang dan berharap jika Sarva hendak menikah lagi, dia rela berbagi tetapi hanya dengan Mayana.
Karena Davina tahu Mayanalah cinta pertama Sarvatraesa. Yang menghabiskan seluruh rasa lelaki itu sehingga tak bersisa untuk siapapun, kecuali petualangan-petualangan. 
Apakah Mayana menerima permintaan gila ini?

Gimana, tertarik? Yuk segera KLIK DI SINI.

Minggu, 29 Desember 2013

Tas Vintage Gratis dari Iva Asih

Cewek mana sih yang nggak suka sama tas? Apalgi yang ini tas vintage. Kamu mau, gratis nih! Iya beneran gratis, gratis yang bersyarat tentunya. Tapi tenang saja, Iva Asih memberikan syarat yang nggak susah-susah banget kok, asalkan kamu punya blog, facebook, twitter, dan instagram juga bisa.



Syarat yang nggak susah tapi nantinya akan ada 3 pemenang yang hadiahnya boleh memilih sendiri model tas vintage yang diinginkan. Ajiiib.....Yuk buruan ditengok infonya lebih lanjut!DI SINI.

Jumat, 27 Desember 2013

Limomade & KuCinta Handmade GA

Cihuuyyy! Sebentar lagi sudah tahun baru (ngitung jari). Kamu ada acara apa? Mau ke luar hang out dengan teman-teman? Menghabiskan waktu dengan keluarga saja di rumah? Nonton film seharian? Atau mau tidur cantik di kamar saja? Whatever lah ya?


Ssssttttt.....! Ada kabar baik nih buat kamu yang melewati tahun baru dengan sesuatu yang beda. Apa itu? Tidur cantik. Senyaman-nyamannya tidur kalau tanpa bantal mana tahan. Nah ini ada yang lagi baik banget nih, Limomade dan KuCinta Handmade sedang punya gawe. Bagi-bagi bantal  di bawah ini buat kamu yang beruntung. Mau tahu gimana cara dapetinnya. Langsung cek aja di SINI!




Rabu, 25 Desember 2013

Aku Wisuda April 2014

Saat itu, 27 Nopember 2013

Sumber gambar di sini

“IPK kamu berapa?” tanya dewan penguji kepadaku. “Ada 3,7?” lanjutnya.
“Ada, Pak!” jawabku tegas.
“Kerjakan skripsimu dengan sungguh-sungguh, April nanti kamu bisa ikut wisuda.” 

Pujian demi pujian diutarakan oleh dewan penguji seminar proposal skripsiku. Terimakasih ya Allah... Siapa yang tak bahagia? Ingin rasanya aku segera lari, lari dari ruangan tersebut dan pulang ke rumah untuk bertemu dengan ibu.

“Terimakasih doamu, Bu.”

Bagaikan lampu hijau yang benderang, di saat teman-teman menuntut wisuda di bulan April dan justru mereka diminta mundur oleh pihak kampus, tapi aku justru ditawari? Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Wisuda di bulan April 2014 menjadi resolusi 2014 pertama yang ingin aku wujudkan. Desiran darah beraroma semangat wisuda begitu mendidih dalam tubuhku.

Belajar dari pengalam menyusun proposal skripsi kemarin, ada beberapa hal yang jadi ancang-ancangku untuk segera merealisasikan resolusiku tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Sholat fardhu nggak boleh bolong-bolong, rajin mengaji, sholat malam jangan absen terus.
  2. Manajemen waktu harus lebih top markotop.
  3. Tak boleh malu bertanya dan meminta bantuan kepada kakak kelas atau mereka yang telah berpengalaman menyusun skripsi.
  4. Tak boleh bermalas-malasan ngapelin dosen pembimbing.
  5. Tak boleh takut, ewuh (nggak enakan) untuk menghubungi dosen pembimbing.
  6. Banyak berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku dan jurnal.
  7. Lebih banyak berdiskusi dengan teman berkaitan dengan tetek bengek skripsi.
  8. Selalu mengawali apapun dengan bismillah, dan diakhiri
  9. Alhamdulillah...

Sebenarnya banyak sekali perdebatan di antara pihaki nternal kampus apabila nantinya aku (teman-teman se-angkatan) bisa wisuda di bulan April 2014. Aku ini mahasiswa PGSD (jalur keguruan), misalnya April nanti aku sudah bisa wisuda itu artinya kuliahku hanya 3,5 tahun. Padahal selama ini belum ada mahasiswa keguruan yang lulus dengan jenjang kuliah hanya 3,5 tahun. Hal itulah yang menjadi suatu masalah.

Aku percaya, jika Allah telah berkehendak apapun bisa saja terjadi. Meminjam petuah dari guru SMA ku, “Nikmati masa kuliahmu dan wisudalah di waktu yang tepat.” Ya, sebelum aku tahu kehendak Allah atas wisudaku, aku pun akan berusaha melakukan yang terbaik. Aku akan menikmati proses ini sebagai jalan hidupku sebelum aku benar-benar siap untuk membayar hutang negara ini untuk mencerdaskan anak bangsa.

Wisuda April 2014? Semoga! Aamiin.




NB: 346 kata termasuk judul postingan.

Selasa, 24 Desember 2013

Kecil-Kecil Jatuh Kok Cinta



Cinta itu anugerah. Siapapun berhak merasakan apa itu cinta.
Cinta tak pernah pandang bulu.
Datangnya cinta juga kurang ajar, di mana dan dengan siapa, terserah.

Aku rasa zaman sekarang pun anak usia PAUD sudah ada yang jatuh cinta. Betul tidak? Jadi kalau tahun 1999-an pas aku duduk di kelas 2 SD sudah jatuh cinta boleh juga kan? #boleh!

Layaknya, aku sebut cintaku dulu itu cinta monyet. Akan tetapi, Wikipedia mengartikan cinta monyet itu adalah perasaan cinta yang terjadi antara sepasang anak muda yang masih dalam masa remaja. Masa remaja? Aku saat itu masih kelas 2 SD, jadi bukan cinta monyet, melainkan cinta anak monyet.

Cinta yang aku kenal saat itu hanyalah sebuah perasaan deg-deg-an tiap kali saling berpandangan atau saat berpapasan dengannya. Tiap kali mendapatkan senyumannya, alamaak langsung panas pipiku dan salah tingkah. Bisik-bisik dengan teman sebangkuku adalah pelarian yang manjur. Itulah cinta dalam artianku. Ah, kalau mengingatnya aku hanya bisa nyengir.

Namanya Joko Samudro. Anak baru pindahan dari Solo. Pertama masuk kelas, dia berkenalan layaknya cerita anak sekolahan seperti di sinetron-sinetron masa kini. Dari perkenalan itu, aku memiliki panggilan sayang untuknya, Jojo (dia dulu kayak Joshua, sekarang???)

“Anak Mami!”

Jojo memang mendapat julukan anak mami. Setiap hari dijemput ibunya di depan kelas. Mungkin dulu aku juga termasuk yang memberikan julukan seperti itu. Tapi sekarang sih tahu kenapa Jojo selalu dijemput, maklum anak baru.

Jojo itu pemalu, makanya dia tak cepat punya teman. Hal itu diperparah lagi dengan keberadaan teman-teman cowok di kelasku yang hobi banget nge-bully. Dia salah satu korbannya. Melihat Jojo (orang lain juga) di-bully, siapa yang tahan? Datanglah aku sebagai pahlawan kesiangan. Dengan ketomboy-an yang melekat dalam diriku, aku sering belain Jojo di depan anak-anak cowok (nyengir lagi kalau ingat). Jangan dibayangin ya kalau Jojo kemudian jatuh cinta padaku karena sudah aku bantuin waktu dijahilin teman-teman. Yang ada Jojo justru sangat dingin.Tak tahu terimakasih dan sok cool, menurutku.

Foto jadul. Coba tebak aku yang mana?
Hihihi...yang topi putih itu lho.
Tomboy banget kan?
Sedingin apapun Jojo, aku malah semakin penasaran (aku kalau ingat malah nyengir lagi). Setiap di kelas aku sering curi-curi pandang ke arah Jojo. Sayangnya, tak selalu ku dapati Jojo juga memandang ke arahku (kasian banget aku). Sekali berpapasan, akunya malah gelagapan sendiri. Idiih.. anak kecil woy!

Teknologi saat itu tak secanggih masa kini, sudah beberapa bulan (aku lupa) dia ada di sekolah aku makin beringasan. Ku nanti dia di depan kelas sambil tanganku menggenggam sesuatu.

“Joko, iki surat kanggo kowe (ini surat buat kamu).”

Di depan teman-teman aku memberikan surat cinta kepada Jojo. Bukan Jojo namanya kalau nggak sok cool. Jojo tidak mau menerima suratku. Aku sedikit memaksa, dan tahu apa yang dia lakukan? Membuka surat itu saja tidak tapi dia langsung merobek dan dibuangnya di tempat sampah. Apakah aku malu? Jangan ditanya!!!

Seingatku, semenjak kejadian itu aku jadi nggak respect dengan Jojo. Biasa saja, mungkin karena patah hati juga. Berbeda dengan teman-teman, justru mereka sangat ramai memasangkan aku dengan dia. Seringkali aku lihat ada teman yang menulis di papan tulis, Ika CS (cinta selalu) Joko. Hah! Anak-anak (kenapa aku baru sadar sekarang ya?)! Sampai saat kami kelas 6 SD ujung-ujungnya justru dia yang ngejar-ngejar aku. Dia baru tahu kali ya kalau aku ini begitu menggoda (Hahahaha). 

Yang masih ku ingat tentang Jojo, kita pernah naik sepeda berdua, pakai payung berdua. Hahaha, ceritanya dulu kita les privat pada guru yang sama. Setiap hari dia jemput aku, sumpah! Kalau malam pun dia sering belajar bersama di rumahku (Aku nyengir lagi nih). Dia juga pernah memberikan hadiah coklat padaku. Bahkan ketika aku ulang tahun dia memberikan tempat pensil yang diberi nama JIKA (Joko dan Ika). Kita juga punya lagu favorit, Jikustik dengan judul Puisi.



Apakah cerita cintaku ini happy ending atau mungkin sad ending?

Dulu, satu minggu setelah ujian sekolah, dia menitipkan surat kepada Mas Rasad (tetanggaku sekaligus teman sekelasku juga). Mau tahu isinya apa? Iya, dia bilang suka denganku. Senangnya hatiku. Seperti ada bunga sepatu yang terbang di belakangku. Tapi kebahagiaan itu tak sampai di tanda titik akhir surat darinya. Surat itu sekaligus penyampai salam perpisahan dari Jojo. Jojo kembali ke Solo.

Rasanya saat itu aku benar-benar sadar dan bisa merasakan apa itu patah hati. Sangat pedih. Anak berusia 12 tahun sudah tahu apa itu ditinggalkan tanpa pamit, digantung (Aku ini dewasa sebelum waktunya deh)? Di sinilah aku merasakan peran bapak dan ibu yang begitu besar. Mereka selalu memotivasiku untuk fokus sekolah. Mereka memilihkan sekolah yang terbaik untukku dan di sekolah baru ini aku harus belajar sungguh-sungguh agar tetap bisa di berada di kelas unggulan.

Satu bulan, dua bulan, setiap kali weekend Jojo sering pulang ke rumah, dia juga main ke rumahku, tiga bulan tidak ada kabar, sampai akhirnya dia lenyap. Terakhir kali bertemu dengan Jojo satu tahun lalu. Deg-deg-an, perasaan itu masih ada. Tapi tak seperti dulu. Dari cerita Jojo, ku tahu saat ini Jojo kuliah di salah satu sekolah kesehatan di Semarang.

Aku punya cerita jalan hidupku, begitu dengan Jojo.
Dia hanya kenangan.

Tulisan ini dikutsertakan dalam #GivewayBlogMamad

Sabtu, 16 November 2013

Melalui Jurnalisme Warga, KPU RI Mudah Memantau Pembangunan Jalan di Daerah

Sumber di sini
Pendahulan
Berdasarkan artikel pada website Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (selanjutnya disebut KPU RI) dengan judul Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Jalan, diterangkan bahwa infrastruktur jalan merupakan salah satu pilar utama konektivitas, karena berperan sangat penting dalam aktivitas perpindahan barang dan jasa. Tidak memandang baik itu di kota maupun desa, memang keberadaan jalan yang layak sangat mendukung adanya perkembangan bidang lainnya, misalnya, pendidikan, ekonomi, ataupun sosial.

Sayang seribu sayang, mimpi akan memiliki jalan yang layak ditampik oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto yang dilansir oleh Merdeka.com. Bahwasanya jalan kabupaten yang harus diperbaiki saat ini  mencapai 21.313 KM dari sekian kabupaten di Indonesia dan ada sekitar 2.468 KM jalan provinsi yang harus diperbaiki. Angka yang bombastis dan cukup membuat dahi kita mengernyit.

Jalan rusak memakan korban
Cerita lain datang dari adanya kemajuan IPTEK, kemajuan IPTEK salah satunya internet memang memudahkan manusia masa kini. Seperti adanya data-data jalanan rusak di atas, penulis dapatkan setelah men-search di google dengan kata kunci jalan rusak. Bermunculanlah berbagai berita baik itu dari situs berita ternama sampai artikel-artikel di blog tak berbayar. Tidak hanya itu, banyak sekali tawaran foto-foto jalan rusak yang cukup menarik mata kita untuk melihatnya.

Dari situlah penulis memiliki ide berkaitan dengan kemajaun internet dalam hal ini adanya uforia kemunculan jurnalisme warga yang sering memberikan informasi yang up to date untuk membantu Kementerian Pekerjaan Umum dalam memantau pembangunan jalan di daerah-daerah.

Sisi Lain dari Potret Jalan Kita
Disebutkan secara jelas bahwa masih ada 21.313 KM jalan kabupaten yang rusak. Kerusakan tersebut bisa diakibatkan oleh tiga faktor seperti yang dijelaskan oleh pakar transportasi dari Teknik Sipil ITB Ofyar Z Tamin:
  1. Overloading atau muatan kendaraan yang berlebih. Seharusnya kebeadaan jembatan timbang harus lebih dioptimalkan lagi, kalau mengurangi atau membatasi jumlah kendaraan di jalanan itu sangat mustahil. Jadi yang dikurangi adalah beban bawaan kendaraan, bukan jumlah kendaraannya.
  2. Buruknya drainase jalan. Air adalah musuh utama ruas jalan beraspal. Sehingga drainase buruk akan menyebabkan jalan tergenang air sehingga lebih cepat rusak. Saat ini juga sudah dikenal dengan pembangunan jalan dengan beton, pembangunan ini lebih awet dan kuat namun biayanya juga meningkat.
  3. Kualitas pembangunan jalan yang tidak sesuai spesifikasi. Untuk membuktikannya, kata Ofyar, perlu diteliti dari beberapa hal, seperti ketebalan aspal, komposisi material, dan kondisi tanah, serta pelapisan jalan sebelumnya.

Dari 3 poin di atas, jelas adanya bahwa anggapan banyak orang yang awam akan ilmu transportasi bahwa kerusakan jalan hanya dikarenakan oleh banyaknya kendaraan yang berada di jalanan. Tidak bisa dipungkiri pembangunan jalan di daerah terpencil pun harus diperhatikan. Tidak hanya di jalur-jalur atau jalan antar provinsi.

Di daerah terpencil banyak sekali jalan/jalur alternatif yang menghubungkan satu daerah ke daerah lain. Akan tetapi, namanya juga jalan alternatif maka seringkali perhatian akan pembangunan jalan pun dianggap sebagai alternatif saja. Misalnya saja adalah jalan alternatif yang ada di Desa Bata Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jalan tersebut merupakan jalan alternatif yang menghubungkan daerah Demak, Kudus, dan Jepara bagi pengguna jalan dari arah Selatan. Baru-baru ini (memang) telah dibangun jalan dengan bahan cor karena setelah beberapa kali dengan bahan aspal yang ala kadarnya justru membahayakan pengguna jalan. Baru sebulan musim hujan tiba, jalanan aspal mulai rusak dan menimbulkan kobangan-kobangan air yang sangat dalam.

Jalanannya WOW banget.
Dok.Pribadi
Masyarakat sekitar jalan tersebut tidak tinggal diam, berbagai cara dilakukan dengan menutup lubang tersebut dengan batu dan tanah yang ada di sekitar jalan. Ketika hujan mengguyur, maka tanah dan batu itupun lama-lama hanyut terbawa air hujan. Lubang-lubang tersebut  kembali menganga dan semakin lebar dan dalam, tak jarang pun memakan korban. Musim hujan berganti kemarau, masalah jalan rusak tak berganti juga, justru debu yang ditimbulkan oleh pasir-pasir yang ada di jalan tersebut mengganggu pernapasan dan penglihatan pengguna jalan.

Dengan cerianya mereka menanti mobil lewat.
Dok. Pribadi
Ironisnya, jalanan rusak justru mendatangkan rejeki bagi mereka yang tinggal di pinggir jalan. Dengan bermodalkan bakul bekas, kain bekas, bambu kecil dengan panjang 1 m, dan kursi kayu, mereka mendapatkan receh dari pengguna jalan atas jasanya membantu mengatur jalan yang bergantian. Lebih mencengangkan lagi, pelakunya adalah anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar. Apakah jalanan rusak justru mendidik anak bangsa mengemis? Sampai kapan dibiarkan jalanan itu rusak? Sampai uang jajan tak dibutuhkan lagi bagi mereka?


Mari, KPU RI Merangkul Jurnalisme Warga
Dok. Pribadi
Bersumber dari wikipedia.org, jurnalisme warga (dalam bahasa Inggris: citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Kegiatan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan internet terutama yang diikuti dengan berbagai macam social media; baik social networking, blogs, photo sharing, micro-blogging, video sharing dan lain sebagainya.

Jurnalisme warga memberikan kesempatan kepada masyarakat biasa untuk mengumpulkan, melaporkan, menganalisis dan menyebarkan berita dan informasi yang ada di sekitar mereka. Akan ada tantangan tersendiri bagi warga ketika memutuskan untuk terjun ke dunia jurnalisme warga, diantaranya berani merekam setiap berita informasi yang ada di sekitarnya untuk kemudian dilaporkan dalam bentuk-bentuk berupa video, artikel berita ataupun foto.

Sudah banyak portal-portal di Indonesia yang menyediakan ruang untuk menampung informasi dari masyarakat yang tergabung dalam jurnalisme warga, misalnya adalah PANYINGKUL, Kompasiana, Politikana, Wikimu, I Witness MetroTV dan sebagainya. Dari sinilah KPU RI bisa masuk di sela-selanya. Mengajak warga untuk melaporkan informasi keadaan jalan yang ada di sekitar mereka. Tujuan utamanya adalah agar data yang akurat dapat terkantongi dan pembangunan jalan pun bisa meratadan tepat sasaran.

Cara lain yang lebih spesifik adalah dengan menggaet komunitas-komunitas jurnalisme warga yang tergabung dalam komunitas blogger. Teknik menggaet para blogger salah satunya bisa dilakukan dengan cara membuat kontes blog dengan tema jalan rusak di sekitar Anda. Tidak dipungkiri akan banyak sekali artikel yang bermuncullan dari berbagai daerah. Karena banyak sekali komunitas blogger yang ada di Indonesia. Keberadaan mereka bahkan menyebar di setiap penjuru Indonesia. Ini akan lebih mempermudah KPU RI untuk meratakan pembangunan jalan di Indonesia melalui informasi para blogger. Berikut penulis sebutkan beberapa komunitas blogger di Indonesia yang sangat produktif:
  1. Warung Blogger
  2. Kumpulan Emak-Emak Blogger
  3. Ibu-Ibu Doyan Nulis

Tunggu apalagi? Gunakan internet untuk mempermudah kinerja KPU RI dalam pembangunan jalan secara merata dan tepat sasaran. Dengan ini, dana peninjauan (awalnya peninjauan berkali-kali jadi tidak perlu berkali-kali lagi) yang dikeluarkan oleh KPU RI  paling tidak bisa diminimalisir untuk alokasi dana yang lainnya. Selain itu, harapan dari Balitbang KPU RI terhadap peran masyarakat dengan fungsi  pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan (TURBINBANGWAS), secara langsung maupun tidak langsung bisa terwujud. Selamat bekerja!




Rabu, 13 November 2013

Sehari Tanpa Gadget: Aku Bisa Membuat Boneka Jari dari Kertas


Sehari tanpa gadget? Bisa, asalkan memang ada kesibukan yang bisa mengalihkan perhatianku dari gadget. Apalagi didukung dengan keadaan kantong yang mepet.

***

September menjadi bulan kedua aku menjalankan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Tidak hanya menguras pikiran dan waktu, biaya pun tak kalah melipirnya. Akan tetapi, berlandaskan profesionalitas dan kepercayaan dari kepala sekolah tempatku PPL, ingin rasanya selalu memberikan yang terbaik bagi seluruh warga sekolah, terutama anak-anak.

Teman sejawat PPL
Berkaitan dengan biaya, aku katakan melipir banget karena banyak data yang harus aku print dan fotokopi. Contohnya, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan Silabus harus aku konsultasikan terlebih dahulu sebelum mengajar, ada kesalahan sedikit harus print ulang. Ah, habis deh kalau 5 rim kertas. Aku anggap semua ini adalah pembelajaran agar aku semakin matang sebelum terjun di dunia pendidikan yang sesungguhnya.

Terus hubungannya dengan gadget apa?

Suatu hari...

“Mbak, tolong besok ngisi di kelas 3 ya, SBK.” pinta Bu Mur guru kelas 3.

Sesekali memang aku diminta mengisi kelas sesuai permintaan guru, itu selain jatah ngajar sesuai jadwal PPL. Tapi kalau mintanya mendadak kan juga aku yang kelimpungan. Mau browsing pakai Wi-Fi SD, PLN tidak bisa diajak kompromi, paket modem habis masa aktifnya, mau pakai HP pun karena paketnya yang amatiran jadi sering mangkel nih hati. Kok yo pas banget! Bagaimanapun aku harus tetap berusaha memberikan yang terbaik.

Aku teringat perkataan kepala sekolah ketika mengobrol di ruangannya, “Mbak-mbak PPL ini kan pastinya lebih maju dalam bidang IT dibandingkan guru-guru di sini, jadi gunakan IT itu dengan sebaik-baiknya. Biar anak senang dengan pembelajaran yang diberikan.”

Kepalaku malah tambah kenyut-kenyut waktu itu. Mikir banget besok anak-anak mau aku kasih kegiatan apa? Karena selama ini pelajaran SBK hanya menggambar terus. Kan monoton banget. Tapi kok ya semua gadget tidak ada guna kalau tidak ada koneksi dengan internet.

Sampai rumah pas banget bedug maghrib berbunyi, karena setelah PPL aku harus kuliah lagi. Capek. Mau ke warnet rasanya sudah nggak sanggup. Aku putuskan untuk istirahat sebentar. Aku baru ingat ada buku panduan pembuatan boneka jari yang aku beli beberapa bulan lalu. Membacanya dan mencoba mencari yang pas dengan kondisi mepet ini.

Dari buku yang aku baca sebagian besar harus menggunakan kain, sedangkan dana nggak ada dan waktunya juga mepet pula. Oke, ide brilian pun muncul, lagi-lagi kenapa nggak pakai kertas saja? Sekolah juga menyediakan. Akhirnya aku berusaha memodifikasi pembuatan boneka jari yang ada di buku tesebut.

Begini nih caranya membuat boneka jari dengan kertas. Sebelumnya siapkan dulu bahan dan alatnya ya.


Bahan:
  • Kertas HVS
  • Lem kertas

Alat:
  • Gunting
  • Pensil
  • Krayon/pensil warna/ spidol

Cara membuat:

  1. Tentukan bentuk/tokoh yang ingin dibuat. Misalnya, ayam, monyet, burung, lebah (sesuaikan perkembangan anak)
  2. Lipat kertas HVS sehingga sisinya sama panjang dan lebar.
  3. Letakkan jarimu sebagai cetakan.
  4. Buatlah bentuk lonjong.
  5. Kembangkan sesuai keinginan.
  6. Guntinglah sesuai dengan garis tepinya.
  7. Oleskan lem sampai batas pensil seperti contoh gambar.
  8. Tunggu hingga kering dan boneka jari siap digunakan.


Begini nih jadinya?
Anak satu ini biasanya kalau di kelas cari alasan buat nangis, giliran buat boneka jari langsung semangat banget.

Bagimana nggak kalah bagus kan buatan mereka?

Bagaimana? Mudah kan? Tanpa gadget pun sebenarnya kita bisa produktif. Asalkan mau berusaha.  Ah, tidak selamanya IT itu harus ditonjolkan terus bagi guru muda sepertiku. Ya ya. Aku percaya, bukannya Allah juga sudah menjanjikan kemudahan setelah adanya kesulitan? Iya, setelah itu aku mudah sekali mengambil hati anak-anak dengan mengisi kelas SBK dengan membuat boneka jari ini. Lihat saja keceriaan mereka! Apalah arti gadget dibandingkan dengan keceriaan mereka?

Ah, anak-anak. Bu Ika kangen :)

Kamis, 07 November 2013

Cerita ABG: Asyiknya Bercinta

Asyiknya bercinta. Kamu masih pakai seragam putih-biru? Wah, tepat banget kalau saat ini kamu membaca postingan yang satu ini. Karena postingan ini berisi tentang dunia kamu, dunia yang syarat warna. Dan yang pasti berkaitan dengan “asyiknya bercinta”.

ABG dikenal sebagai kependekan dari Anak Baru Gedhe. Dalam dunia psikologis, ABG termasuk dalam fase remaja. Merupakan fase perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2004: 184). Sedangkan dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “Strom & Stress”, frustasi, penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas dalam Yusuf, 2004: 184).

Dari kedua pendapat tokoh di atas, kamu tahu kan kalau kamu yang masih ABG rentan banget dengan masalah cinta-cintaan? Nah, bagaimana caranya agar kamu tetap bisa merasakan asiknya bercinta tanpa menemui hambatan? Sebelumnya kamu pahami dulu apa sih arti bercinta itu?

Bercinta dalam Kamus Bahasa Indonesia offline memiliki arti menaruh (rasa) cinta. Apakah kamu juga mengartikannya demikian? Atau yang lainnya? Jadi kalau sampai saat ini kamu masih mengartikan kalau bercinta itu sebagai kalimat berkonotatif negatif, segera HAPUS!


Bercinta bagi kamu yang berusia kisaran 12-15 tahun (remaja awal) bisa diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Salah satunya adalah bercinta dengan buku harian. Kenapa harus buku harian? Dengan buku harian kita bisa belajar banyak hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Tempat curhat yang aman dan terpercaya
  2. Kepuasan diri.
  3. Belajar menulis.
  4. Mengabadikan momen-momen penting dalam hidup.


Agar kamu bisa merasakan asiknya bercinta dengan buku harian ada beberapa hal yang harus kamu ketahui, diantaranya:
  1. Percaya diri perlu ditanamkan pada diri kamu setiap kali memulai untuk menulis buku harian. Yakinkan diri kamu bahwa tidak ada yang menilai tulisan tanganmu jelek seperti di sekolah, jadi enjoy saja, yang penting kamu bisa membacanya.
  2. Buku harian yang kamu gunakan tidak harus yang harganya mahal. Buku tulis juga bisa. Kalau memiliki uang berlebih kamu bisa membeli buku diary dengan corak/gambar yang kamu suka.
  3. Menulislah kapanpun, paling tidak sekali dalam sehari kamu harus menulis.
  4. Jangan lupa cantumkan keterangan hari dan tanggal.
  5. Selesai menulis, simpanlah buku harian di tempat yang paling aman. Karena buku harian itu adalah privasi dirimu.


Bagaimana? Apakah kamu akan segera menikmati asyiknya bercinta dengan buku harian? Buku harian adalah hal sepele bagi sebagian orang. Namun, kalau sudah melihat imbas dari asyiknya bercinta dengan buku harian kamu akan memiliki asumsi yang berbeda. Ok, aku sebutkan 2 contoh orang sukses yang begitu menikmati asyiknya bercinta dengan buku hariannya. Siapa itu? Sebut saja yang pertama adalah A. Fuadi. Penulis buku best seller Negeri 5 Menara ini, selalu membawa buku hariannya kemana-mana. Bahkan, novel yang ditulisnya sebagian besar pernah ditulis dalam buku harian. Satu lagi, Pak Habibie. Siapa yang tak kenal beliau? Orang yang pernah jadi orang nomor satu di negeri ini selalu ingat apa yang pernah dialaminya karena beliau selalu mencatat untaian hari-harinya dalam buku harian.

Apa lagi yang kamu ragukan? Sudah siapkah kamu merasakan sensasi asyiknya bercinta dengan buku harian? Segera!




*Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Selasa, 05 November 2013

GA dari HAYANO dan .lell.

Kamu perempuan yang ngaku fashionable?
Ah, yakin? Penampilanmu belum maksimal kalau kamu belum memakai gelang unik seperti di bawah ini.



Bagaimana? Unik banget kan? Mau dapetin gelang tersebut secara gratisan? Yuk ikutan GA dari Hayano dan .lell. Gimana caranya? Klik aja gambar di bawah ini!


Minggu, 03 November 2013

Amplop Pink


First Salary? Aku artikan sebagai penghasilan pertama. Karena sesungguhnya saya memang belum bekerja di sebuah instansi tertentu. 5 tahun lalu, ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya berkesempatan untuk berbagi ilmu dengan salah satu teman di sekolah untuk mengajarinya belajar mata pelajaran Matematika.

Awalnya ragu, apakah saya bisa? Tapi karena teman saya memaksa, saya iya-kan juga. Tidak setiap hari saya mengajari dia, melainkan dua kali setiap satu minggunya. Itupun kalau dia sedang mood on. Tapi lebih sering sayalah yang memaksa dia untuk belajar. Hal itu saya lakukan karena sebenarnya dia itu cerdas tapi terbawa rasa malas.

Suatu hari, tepatnya 25 hari setelah saya membantu dia belajar, dia menyodorkan sebuah amplop berwarna pink. Apa iya gara-gara sering belajar bersama dia jatuh cinta dengan saya? Jujur saja semenjak kelas X, ada rasa berbeda yang terselip di dalam hati saya. Tapi apa iya? Dengan pipi merona (dulu nggak tahu kata merona, hahaha) saya terima amplop tersebut.

Sesampainya di rumah, layaknya anak ABG, dag-dig-dug pastinya nih jantung. "Baa.." Apa yang saya dapatkan? Bukan surat cinta, melainkan selembar uang 50.000. Agak kesal, saya SMS dia.

"Buat beli pulsa, terimakasih ya? Kalau kamu menolak besok lagi aku nggak mau belajar sama kamu."

Itulah jawaban SMS dia ketika saya tanya maksud dari isi amplop pink tersebut. Dasar. Punguk kok merindukan bulan.

Nah, itu cerita pertama kalinya saya mendapat penghasilan, ya meskipun harus berawal dari ke-GR-an saya. Kemudian kalau ditanya untuk apa uangnya? Berikut jawabannya,

Ibu dan wajan yang usianya sudah 5 tahun

Ya, untuk membelikan wajan ibu. Kebetulan ketika saya menerima amplop tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Ibu. Pas banget. Untuk kali pertamanya, wajan inilah yang menjadi hadiah yang berwujud benda dari saya untuk ibu. Karena biasanya paling mentok saya memberikan hadiah coklat atau jajan untuk ibu.

Satu kebanggan yang muncul dan bahkan memacu jantung motivasi saya. Ketika hendak membeli wajan tersebut, saya memang sengaja mengajak ibu agar memilih wajannya sendiri (saya nggak paham wajan yang baik itu seperti apa). Dan dengan bangganya, ketika ibu ditanya oleh tetangga,
"Tumbas wajan Mbak?"
(Beli wajan Mbak?)
"Heeh, iki lho ditumbaske anakku wedok Mbak, Hari Ibu kok."
(Iya, ini lho dibelikan anak perempuanku Mbak, Hari Ibu kok.)

Ah, hidung saya kembang kempis. Ya, saya ke-GR-an lagi. Paling tidak, saya tahu, wajan yang harganya hanya Rp 29.000 saja bisa membuat ibu begitu bangga dengan saya. Ah, suatu hari semoga bisa memberikan sesuatu yang berharga lagi buat ibu. Pikir saya sejak hari itu. Sekarang? Saya masih menjadi guru les privat, tapi mengenai penghasilannya alhamdulillah telah berlipat ganda dari penghasilan saya di atas. Kesuksesan saya sekarang juga berawal dari komentar dari dia, bahwa saya memang cocok untuk menjadi seorang guru.

Kamis, 24 Oktober 2013

[Ada] MsMahadewi.com Mini Giveaway

Aku sadar aku ini perempuan. Aku juga sadar kalau aku tidak terlalu suka dandan. Namun, semenjak sering bertemu dengan orang baru dan tampilanku selalu yang ter-acakadul, rasa-rasanya aku ingin segera move on dari kebiasaan jelekku itu.

Mau dandan pasti harus mau juga mengeluarkan uang dong ya buat beli make up? Waduh! Aku kan masih menyandang status sebagai mahasiswa. Katanya guru? Iya, guru panggilan berapa sih gajinya (bukannya tidak bersyukur nih). Nah, untung saja aku nemuin GA dari Mbak Mahadewi yang hadiahnya bikin mataku berbinar-binar. Mau tahu hadiahnya apa? Langsung cek ki SINI ya? Tenang, GA masih berlangsung sampai 7 November 2013. Segera!

Memberi ala Guru TK

Jam istirahat tiba. Anak-anak berhambur keluar kelas untuk membeli jajan di kantin. Aku membereskan buku, majalah, stempel bintang, dan menghapus papan tulis yang masih penuh dengan corat-coret anak-anak. Setelahnya, aku duduk sejenak mengistirahatkan diri sebelum nanti melanjutkan pembelajaran lagi. Lelahnya, keluhku.

Dari arah pintu, ku lihat ada dua anak didikku yang sedang berjalan menuju mejanya. Panggil saja mereka Ninda dan Mitha.
"Kamu gigit yang sebelah sini, aku sini." kata Mitha pada Ninda. Ku lihat Ninda mengikuti perintah Mitha.
"Ini..." kata Mitha lagi menyodorkan es yang ada digenggamannya.

Berulang kali kegiatan itu dilakukan sambil bergantian. Aku yang penasaran segera menghampiri mereka.
"Ninda ndak bawa uang saku?" tanyaku.
"Bawa bu guru, tapi sudah habis buat beli pensil." jawab Ninda polos.
"Bu, Ninda tak kasih jambu sama es kok bu. Nggak papa ya? Kata bu guru kita nggak boleh pelit sama teman. Kan Ninda temanku, boleh kan, Bu?." Mitha menyahut dengan kepolosannya sebagai anak TK.
Aku manggut-manggut dan tersenyum semanis mungkin.

Mendengar kata Mitha ada rasa sejuk di hatiku.
"Ya Allah, bimbinglah anak-anakku ini agar menjadi pemberi yang tulus."

Secuil kebahagiaan bersama anak-anakku yang polos :)

***

Kisahku di atas adalah wujud nyata dari arti memberi bagiku. Memberi tak akan ada batasannya. Memberi itu polos, sepolos anak-anakku di TK Kartini 1. Kalau anak TK bisa memberi dengan penuh kepolosan dan ketulusannya, kenapa kita tidak?


Postingan ini aku ikutkan GA dari Mbak Mahadewi.


Minggu, 25 Agustus 2013

Selanjutnya ‘Mbolang’ di Waroeng Pati-Dua Kelinci, Pati Jawa Tengah

Oleh: Ika Hardiyan Aksari


Dilahirkan di kota Pati tak membuat saya mengenal secara dalam kota kecil yang berada di jalur Pantura ini. Ibu saya asli orang Pati, tapi sayangnya kalah dengan jagonya hingga akhirnya harus diboyong ke Demak semenjak usia saya satu tahun.

A dan B adalah posisi PT. Dua Kelinci dan Waroeng Pati di Google Maps
Nenek saya tinggal di Desa Kedungsari RT 03 RW 01 Kecamatan Tayu Kabupaten Pati, tepatnya di Jalan Raya Tayu-Pati Km 4. Waktu yang harus saya bayar agar dapat bersua dengan nenek adalah selama 2,5 jam. Ah, tak perlu menunggu lebaran, seringkali ketika ada libur kuliah saya berkunjung ke sana. Sekalipun tanpa bapak dan ibuk. Tak lengkap memang, tapi nenek sudah sangat senang, apalagi saya ini cucu tertua dan terjauh rumahnya. Iya, cucunya yang lain kan rumahnya di samping rumah nenek semua.

Layaknya tamu agung, setiap kali saya datang, nenek selalu saja masak ini dan itu. Kulkas penuh dengan jajan dan buah, es krim juga tak pernah ketinggalan. Bukan saya namanya kalau nggak melek lihat makanan yang cemawis. Hi, libas semua. Kenyang? Tidak. He, ada satu makanan yang sudah jadi langganan setiap kali saya ke tempat nenek. Mau tahu apa? Kasih tahu nggak ya? He, Bakso.

Kiri: penampakan bakso pakai kol
Kanan: minuman wajib tiap kali santap bakso

Bersumber dari Wikipedia, bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dan pertama kali ditemukan oleh Mas Fredy dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso ini merupakan makanan khas Thionghoa Indonesia lho. Karena Indonesia orangnya beragam, banyak juga yang melakukan inovasi terhadap makanan bernama bakso ini.

Saya adalah penikmat makanan berkuah yang satu itu. Dan di tempat nenek ada satu warung yang sudah jadi langganan setiap saya ke sana. Bakso Barokah Cabang Pak Dalimin Pasar Tayu. Warung bakso ini dulunya hanya seukuran 3x3 meter, tapi sekarang? Wah, sukses berat deh yang punya. Sebenarnya hanya kehadiran sayur kol saja yang membedakan bakso ini dengan bakso yang lainnya. Dan ini adalah kali pertama saya makan bakso dengan campuran kol. Jadi saya nobatkan makanan ini sebagai makanan khas dari Pati. 

Dari pintu rumah nenek warung ini terlihat.
Kol. Seringkali ibuk saya berujar kalau kol itu malah justru membuat rasa baksonya hambar. Tapi, inilah sensasinya. Nyatanya pengunjung selalu ramai dan pelataran depan warung yang sudah megah ini selalu penuh dengan parkiran motor.



Kiri: mas pelayan kuwalahan nih. Mau bantu bawa mangkoknya?
Kanan: belakang tante pengunjung sampai bejubel

Ada satu lagi makanan, tepatnya buah yang saya nobatkan sebagai makanan khas Pati. Ada yang tahu buah apa itu? Durian! Salah. Sudah biasa itu. Ace? Biasa banget, yang lain dong. Nyerah?? Namanya matoa. Matoa ini kalau diperhatikan bentuknya seperti kedondong buah (dondong ukuran kecil). Warnanya hijau bercampur dengan ungu. Rasanya manis, legit dan ada bau duriannya. Bisa dibayangin nggak? Seperti kelengkeng dan rambutan teksturnya. Enak deh pokoknya. Saya saja kalau makan nggak mau habis. Untung saja di depan dan belakang rumah nenek ada. Lahap terus deh.

sumber gambar di sini
penampakan matoa

Bersumber dari Wikipedia, pohon matoa ini ternyata buah khas dari Papua. Menurut tante saya yang ada di Penang, Malaysia di sana juga ada. Nah, kok di Pati juga ada ya? Wah, berkah nih. Bijinya dibawa kabur sama kelelawar mungkin ya? He. Dan apakah ada yang tahu harga pasaran matoa di Pati berapa? Perkilonya bisa sampai 12-25 ribu. Termasuk mahal untuk macam buah dengan bentuk yang besarnya hampir menyamai bola pimpong ini. Masih banyak orang yang belum mengenal kenikmatan buah ini, kalau mau mencoba, datang saja ke Pati setiap bulan Juli-Oktober. Karena di saat itulah musim panen tiba, akan banyak yang jualan matoa di pinggir jalan. Dan paling banyak ditemukan adalah di sekitar Pati Utara (daerah Tayu dan sekitarnya). Oya, ternyata buah matoa ini juga ada di beberapa daerah di Kudus. Meskipun sedikit jumlahnya.

sebelah kiri pohon matoa
yang ada di depan rumah nenek

Satu lagi, mungkin ada yang penikmat bakso juga. Saya ada satu tempat yang rekomended banget. Yaitu bakso milik Pak Tarno. Letaknya tepat di depan Pasar Puri, Pati. Kalau bakso Pak Tarno ini saya acungi jempol deh. Sama dengan bakso yang lain dalam bentuknya, tapi setiap kali mau berangkat atau pulang dari rumah nenek tetap saja racikan bumbunya selalu pas. Tidak malam tidak siang bakso tempat Pak Tarno selalu ramai. Tidak mobil tidak motor semua pada mampir.

penampakan depan pasar Puri

Bakso sudah, matoa sudah sekarang apalagi ya? Ada satu tempat yang dari dulu ingin sekali saya kunjungi setiap kali di Pati. Sering lewat di depannya. Tapi karena seringkali melihat orang-orang yang bermobil serta berdasi yang sering mampir di sana, saya selalu mengurungkan diri untuk mampir. Saya hanya pengguna sepeda motor, pikir saya seperti itu. Wajar bukan kalau memiliki pikiran tersebut? Terlebih lagi ketika saya bertanya pada teman-teman di kampus, ternyata mereka juga belum ada yang ke sana. Alasannya sama dengan saya.
"Sepertinya mahal deh."
"Tempatnya mewah banget."
"Masak kita naik motor mau mampir di tempat mewah kayak gitu."

Beda cerita kalau bakso-bakso yang pernah saya kunjungi, memang banyak yang pakai mobil, tapi tempatnya kan beda, merakyat. Kalau tempat yang satu ini beda banget. Rasanya minder. Saya rasa hal ini wajar dan banyak yang merasakan hal yang sama dengan saya.


Halaman depan warung bakso Pak Tarno
Waroeng Pati namanya.

Sabtu, 24 Agustus 2013, sepulang dari tugas PPL di SD Negeri 1 Mlati Lor, Kudus. Akhirnya saya nekat. Bermodalkan uang ala mahasiswa, saya segera meluncur di Jalan Raya Pati-Kudus Km 6,3. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana. Di sepanjang perjalanan saya menemui baliho-baliho bertuliskan “Waroeng Pati”. Tepatnya mulai di daerah Pentol (daerah Kudus) dengan terpampang jelas 15 km lagi. Dalam hati saya hanya berbisik, “Iya, saya ini juga mau ke sana.”

Tepat jam makan siang saya tiba di Waroeng Patiyang letaknya satu komplek dengan PT. Dua Kelinci. Karena ini adalah kali pertama, maka mencari informasi dari orang sekitar adalah kunci sukses mbolang ala saya.

Bertemulah dengan satpam (laki-laki) yang jaga di luar kompleks parkiran di depan PT Dua Kelinci. "Pak kalau mau ke Waroeng Pati, parkirnya di situ (depan pabrik-seberang jalan ada parkiran luas banget) atau di depan pabrik Pak?" tanya saya. Setelah mendengar penjelasan pak satpam, saya memarkirkan motor saya di dalam pabrik sebelah kanan yang ada tulisannya, “Sepeda Motor Tamu”. Lepas helm, beberes sebentar, saya hampiri ibu satpam yang ada di sebelah kiri pintu masuk pabrik.

“Buk, saya baru pertama kali ke sini. Boleh tanya tidak, kalau Waroeng Pati di sebelah mana ya?”
Dengan ramahnya, ibu satpam itu menunjukkan pintu samping untuk masuk ke Waroeng Pati. Pintunya sangat mungil, ya muat untuk satu orang. Saya berpikir, ini mah pintu kelinci. Hihihi. Warung yang buka setiap hari dari pukul 10.00 WIB sampai 21.00 WIB kecuali weekend sampai pukul 22.00 WIB ini, bangunan pertama kali yang saya lihat adalah mushola. Mushola ini muat untuk seorang imam dan 5 jamaah. Dindingnya terbuat dari kayu, sederhana memang, tapi justru terlihat unik dan nyaman.


Pintu masuk dari samping :)
bangunan sebelah kiri itu adalah musholanya.

Bagi yang muslim tidak perlu susah-susah cari tempat sholat.
Letaknya kalau dari ruang utama, keluar lurus saja. Dekat ayunan.

Tersedia mukena dan sajadah juga lho.
Ada pintu samping pasti ada pintu utama ya? Ya, pintu utamanya itu berada tepat sebelah timur Kios Kelinci. Jadi kalau pengunjung menggunakan mobil, bisa langsung turun dan masuk lewat pintu depan. He, mungkin juga saya yang nyasar lewat pintu samping.


Saya di pintu masuk utama, sebelah kanan itu adalah Kios Kelinci, yang mampir? Boleh banget.

"Selamat datang." kata hatiku demikian ketika masuk ke Waroeng Pati.
Namanya juga mbolang, harus siap sedia untuk selalu bertanya. Makanya saya pun bertanya pada mbak-mbak cleaning service yang ada di sana, "Mbak kalau mau pesan makanan saya langsung atau....?" Belum selesai bertanya, dengan sigap mbak-mbaknya langsung menerangkan dengan senang hati. Tahu banget kalau saya ini baru pertamakali ke sini ya? Hihihi.

Waroeng Pati mengusung cara "jemput tamu", maka dari itu saya memilih tempat duduk di luar sambil menikmati keasrian tempat itu.

Dan tak lama ada pelayan cantik dan masih muda datang menawarkan menu kepada saya.
"Mbak, nggak milih tempat di dalam saja? Di sini kan agak panas?" tanyanya.
"Nggak papa mbak, saya pengen suasana beda saja, nanti kalau kepanasan saya pindah ke dalam boleh kan?"
"Oh...boleh banget mbak." terang pelayan ramah itu.

Wajar saja kalau pelayan tersebut menawarkan tempat lain kepada saya. Karena di Waroeng Pati ada tiga tempat yang bisa dipilih sebagai tempat ternyaman untuk menikmati hidangan. Antara lain kursi yang ada di luar (pilihan saya), lesehan di luar, dan juga di ruang utama.


Suasana duduk di luar
sebelah kanan ini ada almari kaca yang di dalamnya ada miniatur kelici yang lucu-lucu lho


lesehan di luar


Suasana di ruang utama
kental dengan ornamen Jawa
"Kalau perlu apa-apa bisa panggil saya di sana (ruang utama), Mbak."

Setelah memesan makanan, saya pun memilih berkeliling untuk mengeksplor apa saja yang ada di Waroeng Pati ini. 15 menit cukup lama untuk menunggu, tapi tak rugi, saya justru menemukan beberapa keunikan di sana. Diantaranya:
1.   Joglo banget
Ruang utama dengan lekuk dinding yang indah. Joglonya itu lho. Seperti rumah sendiri. Ya, mungkin tema seperti itulah yang ingin diusung oleh Waroeng Pati. Beda dari yang lain. Ada salah satu sudut ruangan utama, yaitu “gebyok” sebagai ikon ruangan tersebut.
tampilan ruang utama dari luar

2.    Kolam ikan koi
Ikan koi, orang mengenal sebagai ikan keberuntungan. Terutama untuk masalah financial. Terlepas dari itu, kolam ikan ini bisa jadi tempat favorit anak-anak ketika datang ke Waroeng Pati. Dan nyatanya memang seperti itu, anak-anak yang datang ke sini selalu tertarik untuk menjajal kolam yang penuh dengan ikan sebesar paha orang dewasa. Suara gemericik dari air terjun mini semakin menambah asri tempat makan yang berdiri di kawasan PT. Dua Kelinci dengan luas sekitar 12 Ha.


Ikan koinya bikin ngiler pengen nyemplung
3.    Lampu unik
Lampu taman yang unik. Itulah pikir saya ketika pertama kali melihatnya. Digantungkan di antara ranting-ranting pohon, ada pula pohon yang menggunakan lampu tersebut sebagai buahnya. Kalau malam pasti sangat indah. Tak tahu pasti terbuat dari bahan apa, tapi tetap saja ada etnik yang menarik di lampu tersebut.


Nih, lampu uniknya :)

4.    Ayunan
Kolam ikan menarik bagi anak, tapi ayunan yang satu ini juga tak kalah memikat hati anak-anak. Tapi sayangnya ayunannya hanya satu. Bagaikan di rumah sendiri deh ketika melihat Helen (usia anak TK Besar) yang datang bersama keluarganya dari Jepara. Ayunan ini alas duduknya terbuat dari kayu yang dari warnanya tampak rapuh tapi ternyata kuat banget.


Helen naik ayunan

  5.    Logo dua kelinci
Masih penuh dengan benda-benda yang unik, saya juga tertarik dengan pajangan dinding yang satu ini. Seperti logo Dua Kelinci yang sengaja dipajang di pintu masuk depan sebelah kanan (arah depan).


Malah jadi kebayang acara peletakkan batu pertama, kalau yang satu ini peletakan "logo pertama"
6.    Cermin Gedhe
Keunikan di Waroeng Pati itu adalah bertebarannya kaca atau cermin. Mulai dari pintu depan sebelah kiri (arah depan), toilet, dan di ruang utama di beberapa sudut. Namun, ada satu cermin yang gedhe banget. Sampai-sampai semua isi di ruang utama bisa terlihat di sana. Banyak pengunjung mengira kalau itu bukan cermin, melainkan ruangan di bagian lain, termasuk saya. Ah~ tertipu. Hihihihi Selamat ya??


Ini nih, cermin penipu itu. Hihihihi

7.    Timbangan bakul cabe
Waktu lihat benda yang satu ini saya bilang, “Lho kok ada timbangan bakul dipakai tataan (alas), mbak?” Dengan ramahnya mbak pelayanan menjelaskan kalau benda tersebut memang menjadi salah satu benda unik yang dimiliki Waroeng Pati dan sekarang dijadikan pajangan.


Narsis bersama mbak pelayan yang ramah banget.
timbangan ada di sebelah kanan.
Oya, belakang saya itu adalah gebyok Waroeng Pati

8.    Toilet ber-AC
Aneh? Saya merasa aneh. Pernah ke hotel yang cukup mewah, tapi toiletnya nggak sampai ada AC-nya. Lha ini di Waroeng Pati sampai ada AC-nya. Katroknya keluar deh! Tapi keren banget lho toiletnya. Awalnya saya mikir, ini nih ruangan apa sih? Tempo dulu banget deh pokoknya. Pas lihat ada plang dengan tulisan “Toilet”, saya manggut-manggut dan mencoba masuk. Bersih. Harum lagi. Nggak seperti ada di toilet.

Pojok kiri atas, tampilan WC-nya menipu banget. Hihihihi
Ini seperti bukan WC deh.
Standarnya WC hotel bintang 8.

Lama berkeliling, pesanan saya pun datang. Tak sabar ingin segera mencicipi Naga (Nasi Gandul) Pati. Nggak pakai lama, setelah dicampur dengan sambal ijo, satu sendok masuk ke mulut. Hem~ santan. Seperti kenal rasa ini. Ya, seperti rawon atau nasi pindang dari Kudus. Tapi yang satu ini nggak terlalu manis. Satu sendok lagi, lagi.
Pesanan datang.


Ini dia nasi gandul, maskotnya Waroeng Pati


Pacarnya nasi gandul, sambel ijo

Sebenarnya ini adalah kali kedua saya makan nasi gandul. Dulu pernah beli di depan Pasar Puri pas pagi hari. Jadi rasanya anget banget di perut, tapi sama saja, saya tidak terlalu suka makanan yang memakai santan.

Nasi gandul di Waroeng Pati memang berbeda dengan Nasi Gandul di warung lainnya. Hal itu akan terasa di mulut orang yang sering mengkonsumsi MSG. Seperti saya penyuka MSG. Sesuai dengan iklan yang ada, kalau nasi gandul di Waroeng Pati tak menggunakan MSG. Alamat baik untuk penderita asam urat, darah tinggi dan kawan-kawannya. Berbeda dengan saya, orang yang sering mengkonsumsi MSG maka lidah saya tidak merasakan tendangan dari Naga di Waroeng Pati. Fiuh~


Itu tuhh....yang lewat jalur Pantura jangan lupa mampir ya?
Tempat ini mudah ditemukan kok.
Kalau lihat baliho yang satu itu, mampir segera ya?
Senada dengan pengunjung yang saya wawancarai, Ian namanya. Laki-laki berkaos merah itu juga merasakan nasi gandul di Waroeng Pati kurang nendang. “Ini kali pertama saya ke sini. Biasa aja nasi gandulnya, memang beda rasanya sama di warung yang lainnya. Mungkin ya gara-gara nggak ada MSG-nya itu tadi.” tandas laki-laki yang bekerja di Semarang dan kebetulan ada tugas di Pati.

Tapi yang belum pernah nyoba nasi gandul di tempat lain, rekomended banget buat nyobain nasi gandul di Waroeng Pati. Kalau yang sudah pernah dan mau nyoba makanan lain? Bisa. Ada SORI (Soto Kemiri). Rasanya hampir sama dengan nasi gandul, bagi saya sendiri rasanya agak manis dibandingkan nasi gandul.

Ada yang nggak suka makanan bersantan? Tenang. Bagi yang tidak suka makanan bersantan, ada menu lain yang bisa dinikmati di Waroeng Pati. Seperti halnya dengan Bakmi Goreng Sukro. Dengan suwiran ayam, acar timun yang segar dan tambahan sayur membuat saya tidak sungkan untuk menyantap menu yang satu ini. Siapa tahu Anda juga berminat. 

Bakmi Goreng Sukro

Kalau untuk adik Helen (yang naik ayunan di atas) beda lagi ceritanya. Ketika ditanya menu pesanannya apa, dia langsung menjawab dengan lantang, “Nasi gandul”. Ini anak lidahnya pasti belum terkontaminasi oleh MSG deh, jujur banget jawabnya.

Berfoto ria dengan adiknya Helen :)


Mbak yang ada di Waroeng Pati, ramah bangeett...
ketika masuk di ruang utama maka akan disambut oleh mereka

Jika di makanan ada nasi gandul sebagai makanan khas Pati, maka di jajaran minuman ada CEMOE Waroeng Pati. Namanya unik ya? Berwarna coklat muda dan pas diaduk keluar kacang tanah yang disangrai dan potongan kelapa kecil-kecil. Karena penasaran dengan segera saya cicipi.

Wedang ronde, ya rasanya seperti itu. Tapi rasa pedas di tekak tenggorokan sangat kuat. Cocok banget nih untuk minuman di kala malam menjelang sebagai penghangat tubuh. Kalau mau dihidangkan dengan es bisa, tapi minta untuk esnya agak banyak ya? Biar makin seger. Jadi ada sensasi segar dan ujung-ujungnya rasa pedas. Hi, asik banget.


Cemoe....Cemoee....!

Satu lagi minuman yang saya pesan, yaitu Es Kelapa Muda. Sebenarnya minuman ini termasuk promo dengan Mie Goreng Sukro yang dipatok brandol Rp 25.000. Minuman ini disajikan dengan gelas berbentuk toples mini. Warnanya pink keorange-an (halah warna apa sih?), hem~ menggiurkan sekali. Langsung deh saya srutup. Eits, rasanya kok malah asem banget. Lumayan segar sih di siang bolong, tapi rasanya nggak secantik tampilannya. Dan satu lagi, kan kelapa muda ya, tapi sudah muda-ketuaan deh. Habisnya terlalu kenyal banget.


Es Kelapa Muda-Setengah Tua, hihihihi
Tapi seger banget kok

Et all, untung saja semua bisa ditutupi dengan suasana yang tercipta di sana dan pelayanan yang sangat menyenangkan. Adem banget. Setelah puas menikmati pemandangan di sana, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Namun sebelumnya nggak tega rasanya kalau saya makan enak ibuk di rumah nggak ngerasain juga. Siap bungkus deh.

Ya, di Waroeng Pati juga melayani box untuk makanan yang kita bawa pulang atau sengaja dibawa pulang. Sediakan kocek antara Rp 2.000-Rp 5.000 untuk mengganti biaya box-nya dan makanan aman sampai rumah.


Narsis dulu bersama karyawan Waroeng Pati

Ibuk makan sampai lupa diri. Hihihihi

"Alhamdulillah.."
Keinginan makan di tempat mewah itu kesampaian juga. Membayarlah saya ke kasir yang letaknya sebelah kiri dari pintu masuk. Huh~ saatnya pulang. Nah, tahukah berapa uang yang harus saya keluarkan dengan menu sebanyak tadi? Ya! Rp 47.000. Cukup terjangkau bagi kantong mahasiswa macam saya ini. Kamu? Kapan mau nyobain ke sini? Saya justru memiliki keinginan suatu hari bisa ke sini lagi bersama keluarga dan Paijo. Semoga bisa!



Puas jalan-jalan, makan juga sudah. Saatnya menghampiri kuda besi saya. Eh, dari kejauhan tampak ban depan kempis. He, saya hampiri lagi ibu satpam. Lagi-lagi dengan sigap dan penuh keramahannya, beliau menunjukkan bengkel yang letaknya tepat sebelah barat PT. Dua Kelinci. Alhamdulillah, hanya 5 menit untuk bisa sampai di bengkel. Sepanjang perjalanan itu saya menemukan banyak mesin ATM di depan PT. Dua Kelinci. Diantaranya ada di bagian timur dan barat pintu masuk pabrik. Tak ada yang ingin perjalanannya tersendat, tapi nyatanya semua pertolongan mudah didapatkan di sana. Alasan apalagi untuk tidak datang ke tempat satu ini? Ajak keluarga dan segera cicipi menu yang ada! Kalau mau datang sama pasangannya, bisa. Ketika malam menjelang sangat rekomended bagi yang suka romantis-romantisan. Capcus deh!


Kehabisan uang? ATM banyak kok di depan Waroeng Pati.


Ketika kuda besi saya ngambek.
Waroeng Pati masih terlihat dari sini. Lihat tulisan kiri atas.

Catatan penting bagi diri sendiri:

Mau kita naik motor apa mobil sekalipun, Waroeng Pati tetap saja tempat makan yang memiliki pelayanan yang sangat memuaskan. Bagi kamu yang mahasiswa seperti saya, jangan takut kantong jebol kalau mau hang out ke sana, apalagi kalau mau ngajak kencan pacarnya? Jadi kalau saya coba, kenapa Anda tidak?



Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Blog Waroeng Pati.

Arsip Blog