Robert
Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, adalah
seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri
perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert merupakan keturunan
Tionghoa-Indonesia.
Peringkat
di Indonesia: 1
Peringkat dunia: 173
Total kekayaan: US$ 7,6 miliar
Total kekayaan: US$ 7,6 miliar
Peringkat
di Indonesia: 2
Peringkat dunia: 184
Total kekayaan: US$ 7,3 miliar
Peringkat dunia: 184
Total kekayaan: US$ 7,3 miliar
3.
Chairul Tanjung
Peringkat di Indonesia: 3
Peringkat dunia: 375
Total kekayaan: US$ 4 miliar
Nama Lengkap : Chairul Tanjung
Alias : Chairul Tandjung
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Sabtu, 16 Juni 1962
Zodiac : Gemini
Warga Negara : Indonesia
Anak : Rahmat Dwiputra, Putri Indahsari
Istri : Anita Ratnasari Tanjung
4.
Sri Prakash Lohia
Peringkat di Indonesia: 4
Peringkat dunia: 446
Total kekayaan: US$ 3,5 miliar
Peringkat di Indonesia: 4
Peringkat dunia: 446
Total kekayaan: US$ 3,5 miliar
Lohia lahir di Kolkata pada tanggal 11 Agustus 1952 dari pasangan
M.L. Lohia dan Kanchan Devi Lohia. Ia memiliki tiga saudara — Om, Ajey
(Ajay Prakash), dan Aloke (Alok atau Anil Prakash) — dan satu saudari —
Aruna.
Lohia lulus dari University of Delhi pada tahun 1971 dengan gelar Bachelor of Commerce.
Lohia lulus dari University of Delhi pada tahun 1971 dengan gelar Bachelor of Commerce.
Pada tahun 1973, Lohia pindah ke Indonesia bersama ayahnya, Mohan Lal Lohia, dan merintis Indorama Synthetics. Perusahaan tersebut mulai memproduksi benang pintal tahun 1976. Pada 1991, Indorama Synthetics melakukan diversifikasi dan merambah industri serat poliester. Resin poliester botol (PET) mulai diproduksi tahun 1995.
Tahun 2006, Lohia mengakuisisi pabrik olefin terintegrasi di Nigeria dan saat ini merupakan perusahaan petrokimia terbesar di Afrika Barat sekaligus produsen olefin terbesar kedua di benua Afrika
5.
Peter Sondakh
Peringkat di Indonesia: 5
Peringkat dunia: 609
Total kekayaan: US$ 2,8 miliar
Sukanto Tanoto atau Tan
Kang Hoo dilahirkann pada tanggal 25 Desember 1949 di Belawan, Sumatra Utara. Beliau
adalah pendiri sekaligus pemimpin grup konglomerasi Raja Garuda Mas dimana nilai
hartanya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollr AS. Dengan nilai kekayaan setinggi
itu membuat Sukanto Tanoto ditasbihkan sebagai orang terkaya nomor 5 di
Indonesia versi Majalah Forbes 2006. Ia juga termasuk dalam 1000 orang terkaya
dunia yang menempati urutan ke 418 tahun 2012 lalu.
Pria berusia 56 ini menjalankan bisnis perusahaan Musim Mas bersama saudaranya Burhan dan Bahari. Perusahaan tersebut bergerak di bidang minyak sawit.
Perusahaan tersebut memiliki sendiri kapal, tankers dan terminal beserta salah satu pabrik minyak sawit terbesar di dunia.
Sang ayah yakni Anwar mendirikan perusahaan Nam Cheong Soap Factory yang menjadi perusahaan terbesar pembuat sabun dan margarin.
Peringkat di Indonesia: 5
Peringkat dunia: 609
Total kekayaan: US$ 2,8 miliar
Peter Sondakh lahir di tahun 1953. Ayahnya memulai bisnisnya sejak 1954,
memproduksi minyak kelapa serta mengekspor kayu. Tahun 1954, ayahnya
merupakan inspirasi bisnisnya, meninggal dan akhirnya mewariskan bisnis
kecilnya. Dia, Peter Sondakh, yang baru 20 tahun harus mengambil alih
bisnis mencari nafkah untuk keluarga. Dia harus membiayai ibu serta
empat orang saudara perempuan.
Ia yang berumur 22 tahun, mengambil alih bisnis minyak kelapa dan ekspor
kayu, mendirikan PT. Rajawali Corporation. Melalui Rajawali
Corporation, ia memulai bisnis properti sebagai perluasan usaha yang
ditekuni ayahnya. Peter mencoba memasuki korporasi besar, berkat
keahlian kumonikasinya ia dekat dengan orde baru. Menyadari bisnis
properti tidak menguntungkan, tahun 1984, ia menggandeng Bambang
Trihatmodjo, putra dari president Soharto, menjalin kerja sama dengan
PT.Rajawali Corporation miliknya.
Mochtar Riady dan keluarga
Peringkat di Indonesia: 6
Peringkat dunia: 687
Total kekayaan: US$ 2,5 miliar
Peringkat di Indonesia: 6
Peringkat dunia: 687
Total kekayaan: US$ 2,5 miliar
Mochtar Riady Hokkien: Li Moe Tie, pinyin: Li Wenzheng; lahir di Kota Malang, 12 Mei 1929; umur 85 tahun adalah seorang pengusaha Indonesia terkemuka, pendiri dan presiden komisaris dari Grup Lippo. Ia banyak dikenal orang sebagai seorang praktisi perbankan andal, serta salah seorang konglomerat keturunan Tionghoa-Indonesia telah yang berhasil mengembangkan grup bisnisnya hingga ke mancanegara.
Kemiskinan dan
Diskriminasi tidaklah menghalangi seseorang untuk mencapai puncak
kesuksesannya. Setidaknya hal inilah yang dialami oleh salah satu dari sepuluh
orang terkaya di Indonesia, Sukanto
Tanoto atau Tan Kang Hoo. Ingin
tahu bagaimana kisah suksesnya, berikut ini adalah Biografi Sukanto Tanoto.
8.
Bachtiar Karim
Peringkat di Indonesia: 8
Peringkat dunia: 869
Total kekayaan: US$ 2 miliar
Peringkat di Indonesia: 8
Peringkat dunia: 869
Total kekayaan: US$ 2 miliar
Pria berusia 56 ini menjalankan bisnis perusahaan Musim Mas bersama saudaranya Burhan dan Bahari. Perusahaan tersebut bergerak di bidang minyak sawit.
Perusahaan tersebut memiliki sendiri kapal, tankers dan terminal beserta salah satu pabrik minyak sawit terbesar di dunia.
Sang ayah yakni Anwar mendirikan perusahaan Nam Cheong Soap Factory yang menjadi perusahaan terbesar pembuat sabun dan margarin.
9.
Theodore Rachmat
Peringkat di Indonesia: 9
Peringkat dunia: 973
Total kekayaan: US$ 1,85 miliar
Peringkat di Indonesia: 9
Peringkat dunia: 973
Total kekayaan: US$ 1,85 miliar
10.
Jhonatan Tahir
Peringkat di Indonesia: 10
Peringkat dunia: 973
Total kekayaan: US$ 1,85 miliar
Peringkat di Indonesia: 10
Peringkat dunia: 973
Total kekayaan: US$ 1,85 miliar
Pada
usianya yang ke 22 tahun, Jonathan Tahir sudah diminta ayahnya, Dato
Sri Tahir, untuk mulai proses pengalihan kepemimpinan kepadanya di Grup
Mayapada. Sebagai anak lelaki satu-satunya, ia diharapkan untuk menjadi
penerus bisnis keluarga. Namun, nama besar ayahnya sempat membuatnya
tertekan. Ia coba lepas dari rasa ketertekanan itu dengan memotivasi
dirinya sendiri dan terus belajar setiap hari untuk membuktikan bahwa
dirinya mampu mengemban tanggung jawab. Sejumlah ide dan terobosan
diusulkan ke sang ayah. Diharapkan beberapa tahun ke depan, untung akan
diraih.
Jonathan
sempat merasa tertekan ketika ia mulai bekerja di Bank Mayapada sebagai
staf audit pada 2009, ketika ia baru saja lulus dari Jurusan Business Administration, Finance, & Marketing National University of Singapore (NUS). Di Bank Mayapada, Jonathan mendapat jalur cepat (fast track) untuk menjabat posisi tinggi. Menurut Jonathan hal ini menimbulkan kecemburuan dari karyawan lain. “Saya melihat hidden resentment.
Saya bisa melihat dari ekspresi tubuh dan wajah mereka. Itu terlihat,”
ungkap Jonathan yang saat ini menjabat Komisaris Utama Bank Mayapada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar