Ramadhan Hari Esok
Ramadhan telah berlalu, sekarang kita memasuki bulan Syawal. Tetapi yang kita bicarakan adakah madrasah Ramadhan yang kita tarbiyyahkan berjaya?atau sebaliknya. Berapa kali kah kita dapat khatam al-quran sepanjang bulan Ramadhan lalu? Berapa kali kita bangun untuk berqiamullail, adakah qiamullail 10 malam terakhir sahaja? ataupun untuk mengejar malam lailatul qadar dan selepas itu ianya lesu bak ayam JE. Penuh ke kita bersolat terawih dan solat fardhu di bulan ramadhan? Adakah kita ringan tangan untuk menghulurkan wang kepada orang yang memerlukan? Mulut-mulut kita di basahi dengan lagu-lagu ke dengan zikrullah? Jika kita ingin berbicara soal madrasah ramadhan dan sebagai bulan mentarbiyyah diri kita. Kita tidak dapat tidak memenuhi di antara yang di coretkan tadi.
Ana tidak menunding jari pada siapa-siapa, tapi yang lebih dekat adalah diri ana sendiri. Cukupkah dengan 1 kali khatam al-quran sedangkan aku bergelar pahlawan agama..Ana doakan agar diri ana dapat mengkaizenkan amal ibadat semaksimun yang mungkin di bulan-bulan yang mendatang. Ramadhan menjadi pendorong untuk kita mengumpul sumber kekuatan untuk berjuang di bulan-bulan lain.Ramadhan meninggalkan kita Syawal datang lagi, Syawal menjanjikan banyak amal ibadah yang perlu kita laksanakan, antaranya puasa sunat 6 hari di bulan Syawal. Daripada Abu Ayub bahawa Rasulullah bersabda bermaksud: “Sesiapa yang berpuasa pada Ramadan, kemudian mengiringinya dengan puasa sunat enam hari pada Syawal, pahalanya seperti berpuasa setahun.” (Hadis riwayat Muslim)
Islam menganjurkan umatnya supaya melakukan kebaikan dan kebajikan secara berterusan, walaupun sedikit. Orang yang berpuasa Ramadan diikuti puasa sunat enam hari pada Syawal maka pahalanya sama dengan berpuasa setahun. Puasa sunat satu hari bersamaan pahalanya dengan 10 hari. Manakala puasa Ramadan bersamaan dengan 10 bulan, maka enam hari puasa sunat bersamaan dengan dua bulan, kemudian dicampurkan dengan 10 bulan jumlahnya menjadi setahun. Seseorang yang hendak berpuasa sunat pada Syawal adalah lebih afdal berturutan seperti puasa Ramadan, tetapi dibolehkan berpuasa secara berselang hari selama dalam tempoh bulan Syawal itu. Puasa enam umpama sunat rawatib sesudah solat fardu bagi menampung puasa fardu. Ia sebagai mengulangi puasa sesudah Ramadan menjadi tanda diterima puasa Ramadan yang kita laksanakan. Ibadah ini juga sebagai tanda kesyukuran atas nikmat yang diberikan pada Ramadan seperti nikmat kesihatan tubuh badan, ganjaran berlipat kali ganda, Lailatulqadar, ganjaran bersahur, berbuka puasa dan sebagainya.
Kelebihan puasa enam hari pada Syawal.
~~@ Puasa Syawal berfungsi sebagai penyempurna daripada kekurangan. Pada hari kiamat, perbuatan fardu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan sunnah.
~~@ Membiasakan puasa selepas Ramadan menandakan diterimanya puasa Ramadan.Apabila Allah menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik selepasnya.Sebahagian orang bijak menyatakan: “Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada selepasnya.”
Oleh itu, barang siapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan, lalu diikuti dengan yang buruk. Maka, hal itu adalah tanda tertolaknya amal yang pertama.
~~@ Puasa Ramadan mendatangkan maghfirah atas dosa masa lain.Orang yang berpuasa Ramadan akan mendapatkan pahalanya pada Aidilfitri yang juga hari pengurniaan ganjaran. Membiasakan puasa selepas Aidilfitri adalah bentuk kesyukuran atas nikmat ini. Sesungguhnya tidak ada nikmat yang lebih agung daripada pengampunan dosa.
Oleh itu, antara tanda kesyukuran yang dapat dipamerkan daripada seorang hamba ke atas pertolongan dan keampunan yang dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa selepas Ramadan.
Sebaliknya, jika diganti dengan perbuatan maksiat, maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran.Apabila dia berniat untuk kembali melakukan maksiat lagi, pada ketika melakukan ibadah puasa, maka puasanya tidak akan terkabul. Dia bagaikan orang yang mendirikan sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali.
Allah berfirman: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali.” (Surah an-Nahl, ayat 92).
~~@ Segala amalan yang dikerjakan oleh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada Ramadan tidak akan terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama dia masih hidup.
Orang yang selepas Ramadan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali daripada pelariannya, yakni orang yang baru lari daripada peperangan fisabilillah lantas kembali lagi.Sememangnya tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadan sebab mereka berasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadan.
Barang siapa berasa demikian, maka sukar baginya untuk segera kembali melaksanakan puasa. Padahal orang yang segera kembali melaksanakan puasa selepas Aidilfitri adalah bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa.Dia tidak bosan dan berat, apalagi benci untuk menunaikannya.
~~@ Memudahkan malaikat Izrail mencabut nyawa.
Di bawah ini di bawa 19 perkara yang perlu diteliti untuk menilai sejauh mana ramadan yang kita lalui itu benar-benar dihayati.Di bulan Ramadhan, pintu neraka ditutup dan pintu syurga dibuka lebar-lebar. Namun banyak orang gagal mendapatkan kemuliaannya. Di bawah ini cara-cara menghindarkan diri dari gagal dalam Ramadhan yang di ambil dari sumber al hidayat:
1. Kurang melakukan persiapan di bulan Sya'ban.
Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Sya'ban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahualaihi wa sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahuanha berkata,"Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya'ban."
2. Senang melewat-lewatkan shalat fardhu.
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih." (Maryam: 59)
Menurut Sa'id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya, shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya ialah menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih."Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu? kepada Kami." (Al-Anbiya:90)"
Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya. " (Hadits Qudsi)
4. Kikir dan rakus pada harta benda.
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya.Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan (Insaniyah).
5. Malas membaca Al-Qur'an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur'an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur?an."Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur'an." (HR Baihaqi)
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda: 'Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.'Dalam hadits lain beliau bersabda: 'Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa.? (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta.
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur, maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya."(HR Bukhari dari Abu Hurairah)
Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab Ra berkata: "Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia."(Al Muhalla VI: 178)
Ciri orang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya. Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak: "Bicara dulu baru berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru diucapkan.
8. Memutuskan tali silaturrahim.
Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:""Barangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya""Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu. Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.
9. Menyia-nyiakan waktu.
Al-Qur'an mendokumentasikan dialog Allah Swt dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.Allah bertanya: "Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi??Mereka menjawab: "Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
Allah berfirman: "Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. "Maka apakah kamu mengira sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai Arsy yang mulia.(Al-Mu?minun: 112-116)
Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.
10. Resah dalam menjalani hidup.
Perasaan khuatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah Saw:Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya. (HR Ahmad, Nasai, Baihaqi dari Abu Hurairah)
Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.
11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam.
Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan amar ma'ruf nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak ada, gagal lah Ramadhan seseorang.
12. Khianat terhadap amanah.
Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabk an di hadapan-Nya kelak.Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun dari manusia.
13. Rendah motivasi hidup berjamaah.
Frekuensi shalat berjama'ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim. Allah mencintai hamba-hamba- Nya yang berjuang secara berjamaah, yang saling menguatkan.Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaf: 4) Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjamaah.
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk.
Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran. Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan kita sebagai pecundang.
16. Tidak mencintai kaum dhuafa.
Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba- Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera instrospeksi.
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan sedeqah, kerana istighfar dan sedeqah dapat menampal yang bocor atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (introspeksi) diri.Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.? (Al-Hasyr: 18)
18. Sibuk mempersiapkan Aidilfitri
Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan yang pelbagai menjelang Aidilfitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati.Konsentrasi fikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Aidilfitri dengan berbagai aktiviti, akibatnya lupa seharusnya kita bersedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.
19. Aidilfitri dianggap hari kebebasan.
Secara harfiah makna Aidilfitri berarti hari kembali ke fitrah?. Namun kebanyakan orang memandang Aidilfitri laksana hari dibebaskannya mereka dari penjara Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkawal, syahwat dan berahi dipenuhi sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Aidilfitri seharusnya menjadi hari di mana tekad baru dipasang untuk menjalankan peranan khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional.
Kesedaran penuh akan kehidupan dunia yang berdomensikan akhirat harus berada pada puncaknya saat Aidilfitri, dan bukan sebaliknya.