Penderitaan Rasulullah SAW siri-1
Dicatat oleh ozay wahid | 1/31/2009 08:33:00 PTG | Pedoman Muslim | 1 ulasan »Pentingnya Mentaati Sunnah Rasulullah SAW
Dicatat oleh ozay wahid | 1/31/2009 08:32:00 PTG | Pedoman Muslim | 0 ulasan »Dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Akan berlaku ke atas ummatku seperti mana yang berlaku ke atas kaum Bani Israel umpama sepasang sepatu, satu dengan yang lain, sampai terjadi di antara mereka orang yang mendatangi (melakukan zina) ibunya secara terang-terangan, demikian pula yang akan berlaku pada ummatku juga. Dan bahwasanya kaum Bani Israel akan terpecah-belah kepada tujuh puluh dua kaum, dan ummatku pula akan terpecah-belah kepada tujuh puluh tiga kaum, semuanya adalah di dalam neraka, kecuali satu kaum saja. Para sahabat bertanya: Siapa kaum itu, hai Rasulullah?! jawab beliau: kaum yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku!' (Riwayat Tarmidzy)
Pentingnya Sunnah Rasulullah SAW
Dicatat oleh ozay wahid | 1/29/2009 12:32:00 PG | Pedoman Muslim | 0 ulasan »Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah SAW telah berkata
kepadaku: 'Hai anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan
dendam kepada orang lain sejak dari pagi sampai ke petangmu,
hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau
menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku),
dan barangsiapa yang menyukai sunnahku, maka dia telah
menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia akan berada
denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW yang berkata: "Barangsiapa
yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan
pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati
syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari
Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya
pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)
Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis
marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW
telah bersabda: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam
zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati
syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa
Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku
dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang
yang menggenggam bara api. (Kanzul Ummal 1: 47)
Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah SAW
katanya: Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia
dari golonganku! Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir
dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi:
Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.
Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti
Aisyah r.a. dari Nabi SAW katanya: Sesiapa yang berpegang kepada
sunnahku akan memasuki syurga!
Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi SAW
katanya: Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia
telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku dia akan memasuki
syurga bersama-sama aku!
Keadaan Lapar Nabi Muhammad SAW
Dicatat oleh ozay wahid | 1/29/2009 12:28:00 PG | Pedoman Muslim | 0 ulasan »Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin
Basyir ra. dia berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari
makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya?
Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad SAW hanya
mendapat kurma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!
Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir ra.
katanya, bahwa pada suatu ketika Umar ra. menyebut apa
yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia
berkata, aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian
menanggung lapar, karena tidak ada makanan,
kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari
korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.
Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib,
Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah ra. dia berkata:
Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika dia sedang
bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya:
Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk,
apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar wahai Abu
Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis
sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan
melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah!
jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari
kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di
dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)
Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Sekali peristiwa
keluarga Abu Bakar ra. (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing
kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi SAW
memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan,
lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini
karena tidak punya lampu.
Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya:
Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah:
Jika kami ada minyak ketika itu tentu kami utamakan untuk dimakan.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)
Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Ada kalanya
sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah SAW
tidak ada satu hari pun yang berlampu dan dapurnya pun tidak berasap.
Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah ra.
dia berkata: Demi Allah hai anak saudaraku (Urwah anak Asma,
saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada
anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah SAW
tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah
makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika
ada tetangga-tetangga Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang membawakan
buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan
kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah ra. katanya: sering kali kita duduk
sampai empat puluh hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya l
ampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya:
Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Kurma dan air saja,
itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)
Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi
Aisyah ra. lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia
mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah
kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya!
Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab:
Aku teringat keadaan di mana Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia ini!
Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)
Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah SAW kenyang
dari roti gandum tiga hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah
sehingga beliau meninggal dunia. Di lain-lain versi: Tidak pernah kenyang
keluarga Rasulullah SAW dari roti syair dua hari berturut-turut sehingga
beliau wafat. Dalam versi lain lagi: Rasulullah SAW telah meninggal dunia,
dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air.(Kanzul Ummal 4:38)
Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah ra.:
Rasulullah SAW tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan
sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu
mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)
Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan ra. secara mursal,
katanya: Rasulullah SAW selalu membantu orang dengan tangannya
sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri,
dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur
selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah.
Bukhari meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah
SAW makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau
meninggal dunia. Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang
sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging
panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)
Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas ra. katanya: Rasulullah
SAW sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik
di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam.
Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar. Bukhari pula
meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Pernah Rasulullah SAW
mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka
mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan.
Dan Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW meninggal dunia,
dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)
Pernah Fathimah binti Rasulullah SAW datang kepada Nabi SAW
membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka
ujar beliau kepada Fathimah ra: Inilah makanan pertama yang dimakan
ayahmu sejak tiga hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada
tambahan ini, yaitu: Maka Rasulullah SAW pun bertanya kepada Fathimah:
Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab:
Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu,
sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau
memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id 10:312)
Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra. katanya:
Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada
Rasulullah SAW maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau
mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama
memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)
Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad ra. dia berkata: Tidak pernah
Rasulullah SAW melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan
menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia.
Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi SAW ayak
yang dapat mengayak tepung?
Jawabnya: Rasulullah SAW tidak pernah melihat ayak tepung dari
sejak beliau diutus menjadi
Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi: Jadi, bagaimana
kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya:
Mula-mula kami menumbuk gandum itu kemudian kami meniupnya
sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah
yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)
Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah ra. katanya: Sekali
peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah
SAW lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu
demi batu pada perut kami. Maka Rasulullah SAW pun mengangkat
kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat dua batu demi dua batu.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)
Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair ra. dan dia ini dari para
sahabat Nabi SAW Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi SAW merasa
terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya
pada perutnya. Kemudian beliau bersabda: Betapa banyak orang yang
memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar
dan telanjang di hari kiamat!
Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini,
kelak dia akan dihinakan di akhirat.
Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini,
kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'
Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata:
Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah
kepergian Nabi SAW ialah kekenyangan perut! Sebab
apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan
lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya!
(At-Targhib Wat-Tarhib 3:420).
Gurau dan Canda Rasulullah SAW
Dicatat oleh ozay wahid | 1/29/2009 12:17:00 PG | Pedoman Muslim | 0 ulasan »Rasulullah SAW bergaul dengan semua orang. Baginda menerima hamba, orang buta, dan anak-anak. Baginda bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Baginda tidak berkata kecuali yang benar saja.
Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata,
"Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta", katanya.
"Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta", kata Rasulullah SAW.
"Ia tidak mampu", kata perempuan itu. "Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta". "Ia tidak mampu". Para sahabat yang berada di situ berkata, "bukankah unta itu juga anak unta?"
Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu".
"Semoga suamimu yang dalam matanya putih", kata Rasulullah SAW.
Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya.
Suaminya bertanya dengan keheranan, "kenapa kamu ini?".
"Rasulullah memberitahu bahwa dalam matamu putih", kata istrinya menerangkan.
"Bukankah semua mata ada warna putih?" kata suaminya.
Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam syurga".
"Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua". Perempuan itu lalu menangis.
Rasulullah menjelaskan, "tidakkah kamu membaca firman Allah ini,
Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya".
Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na'im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.
Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Dicatat oleh ozay wahid | 1/28/2009 11:51:00 PTG | Pedoman Muslim | 0 ulasan »Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata: Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pemah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.
Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.
(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)
12 KELOMPOK MANUSIA DIBANGKITKAN ALLAH SWT
Dicatat oleh ozay wahid | 1/28/2009 02:22:00 PTG | Pedoman Muslim | 0 ulasan » DIRIWAYATKAN bahawa Rasulullah s.a.w. menangis hingga membasahi bajunya ketika ditanya oleh Mu’adz bin Jabbal mengenai maksud firman Allah s.w.t.: “Iaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kamu datang berkelompok-kelompok.” |
Apabila ditanya punca baginda bersedih, Rasulullah bersabda: “Engkau bertanya mengenai sesuatu yang dahsyat. Umatku akan dikumpul dan dibangkitkan di hari kiamat dalam 12 kelompok.” |
Kelompok pertama akan dibangkitkan dalam keadaan tanpa tangan dan kaki, lalu terdengar suara Allah:“Mereka ini adalah orang yang ketika didunia dulu senang mengganggu jirannya, maka inilah balasannya dan nerakalah tempat baginya.” |
Kelompok kedua (2) pula di bangkitkan dalam keadaan berbentuk babi kerana ketika di dunia golongan ini malas seperti firman Allah: “Celakalah! Mereka yang mengerjakan solat, iaitu lalai dalam solatnya.” |
Kelompok ketiga (3) dibangkitkan daripada kubur dalam keadaan perut membesar seperti gunung, dengan didalamnya penuh ular dan kala jengking kerana ketika di dunia mereka tidak membayar zakat. |
Kelompok keempat (4) pula dibangkitkan daripada kubur dalam keadaan mulutnya mengalir darah kerana ketika berniaga, mereka suka berdusta. |
Kelompok kelima (5) pula dalam keadaan lebih buruk daripada bangkai kerana ketika di dunia, mereka selalu melakukan maksiat secara sembunyi kerana takut dilihat orang, tetapi tidak takut kepada Allah. |
Kelompok keenam (6) akan dibangkitkan dengan keadaan leher terputus kerana ketika di dunia selalu memberikan kesaksian palsu. |
Kelompok ketujuh (7) akan dibangkitkan dalam keadaan tanpa lidah kerana selalu berdusta ketika di dunia. |
Kelompok kelapan (8) akan dibangkitkan daripada kubur dalam keadaan kepala tersungkur, sedangkan keduadua kakinya di atas kepala dan farajnya mengeluarkan nanah yang mengalir seperti air kerana ketika hidup di dunia golongan ini suka berzina dan mati tanpa sempat bertaubat. |
Kelompok kesembilan (9) pula dibangkitkan dari kubur dalam keadaan wajahnya yang hitam tetapi matanya biru dan perutnya dipenuhi api kerana ketika di dunia dulu mereka selalu memakan harta anak yatim secara zalim. |
Kelompok kesepuluh (10) dibangkitkan dalam keadaan penuh kusta dan sopak kerana ketika hidup didunia menderhakai kedua orang tuanya. |
Kelompok kesebelas (11) akan dibangkitkan dalam keadaan buta hati, giginya seperti tanduk, bibirnya menjulur sampai ke dada, lidahnya sampai ke perut manakala perutnya pula menjulur sehingga ke paha, perutnya penuh dengan kekotoran kerana ketika hidup di dunia mereka gemar minum arak dan mati sebelum sempat bertaubat. |
Bagaimanapun kelompok (12) kedua belas, mereka akan dibangkitkan daripada kubur dengan wajah bercahaya seperti bulan purnama dan mereka akan melewati sirat (titian) seperti kilat yang menyambar kerana golongan ini ketika hidupnya rajin beramal soleh, meninggalkan maksiat dan menjaga solat lima waktunya dengan berjamaah. Mereka mati dalam keadaan bertaubat, maka balasannya ialah syurga, pengampunan, rahmat dan nikmat. Senang cerita, Jadilah kelompok manusia yang kedua belas.... Semoga amalan kita diterima oleh ALLAH s.w.t |