Perempuan,
Duhai, siapakah engkau ini?
Jika jadi anak, dia adalah bidadari kecil ayah bonda
Permata yang siang malam dijaga keduanya
Jika jadi pasangan ia adalah kesenangan terindah
Syurga untuk pasangannya di dunia
Jika jadi orang tua, wah! Syurga itu telah berpindah di telapak kakinya
Dia bawa ke mana-mana
Nabi pun membilangnya sebagai tiang
Tatkala kehidupan adalah bangunan
Ya, engkaulah tiang itu
Engkaulah perempuan
Perempuan adalah tiang negara
Jika perempuan baik, baiklah negaranya
Jika perempuan rosak, hancurlah negaranya
Engkaulah tiang dalam bangunan rumah tangga ini
Engkau sandaran bagi dinding, pintu, atap dan jendela
Nabi selalu benar memilih istilah kata
Kerna di rumahmu semua urusan kepadamu bertumpu
Maka sebagai tiang, kau harus kuat tak tergoyahkan
Sebagai sandaran kokohmu adalah karang dilautan
Tidak rentan diterjah angin dan badai
Tapi aku tak sekuat itu, katamu
Aku tak berdaya menghadapi kebrutalan dunia ini
Zaman semakin menggerusku
Bebannya melumatku hingga luluh
Aku begitu lemah, aku tertindas, aku teraniaya
Katamu pula, tunggu wahai perempuan
Kau lupa
Ada Allah dalam hidupmu
Yang siap menanggung segala keluh
Ada Allah dalam harimu, sumber kekuatan yang penuh
Ada Allah dalam hatimu,
Jika kau serahkan padaNya segala sesuatu
Ia akan menjaganya hingga utuh
Maka,
Dalam tiap gerimis kesedihan
Hanyutkan dirimu dalam zikir panjang malam mu
Dalam tiap kerikil tajam di jalanan
Benamkan wajahmu dalam sujud kepasrahan
Dalam tiap duka yang menyapa
Hanyutkan airmata mu dalam sungai kasihnya
Dalam tiap nestapa
Larutkan pahit air matamu, dalam manis cintaNya
Dan dalam tiap kelabu langit mu
Panggillah namaNya,
Allah, Allah..
dan tunggulah hingga Dia merubah mendungmu
Menjadi pelangi warna warni
Nukilan, Ustazah Halimah Alaydrus