Siang tadi situasi di kota Kraksaan begitu ramai dengan rombongan kedatangan jamaah haji yang diarak ramai-ramai menyusuri jalan kota, meski sempat menimbulkan sedikit kemacetan lalu lintas yang sudah menjadi jalur Pantura ini namun hal itu tidak begitu lama karena rombongan tersebut langsung menuju ke rumah masing-masing setelah sebelumnya berkumpul di Masjid alun-alun kota Kraksaan.
Suasana gembira dan haru tampak di wajah keluarga masing-masing yang telah mempersiapkan berbagai acara dalam menyambut kedatangan jamaah haji ini. Termasuk salah satu diantaranya adalah H. Achmad Fadil dan istrinya Hj. Sofiatun yang telah menjadi pelanggan tetapku selama hampir 4 tahun sejak pertama kali aku bekerja yang saat itu masih sebagai pengecer kertas rokok.
Seiring berjalannya waktu bisnisku semakin lancar dan berkembang hingga menjadi salah satu distributor terbesar di kota Kraksaan (cie...bukan sombong lho tapi kenyataan.)
Untuk menjadi seorang distributor tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, selama 2 tahun pertama aku melakukan observasi dan pendekatan kepada pemilik toko, tidak mudah untuk mendapatkan satu orang pelanggan karena dibutuhkan komitmen, kesabaran dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Dan untungnya sampai detik ini semua masih aman-aman saja kecuali satu pelanggan yang membuatku selalu gelisah. Pelanggan tersebut aku dapatkan ketika usaha pembuatan rokok tradisionalnya (DJIDURAN) masih dalam level kecil bahkan bisa di bilang Produksi Rumah Tangga karena waktu itu karyawan yang dipekerjakan sekitar 4-6 org yang dikenal dengan nama rokok "Jaya Putra".
Selang beberapa bulan kemudian usaha yang dimiliki berkembang dengan pesat sampai jumlah karyawannya mencapai 300 orang setiap hari karena permintaan dari pasar yang begitu besar. Otomatis pesanan kertas rokok juga semakin bertambah dan begitu pula dengan tagihan yang dimiliki hingga berlembar-lembar nota yang saat itu mungkin ada sekitar 20 lembar nota yang masih belum dibayar dengan jumlah total keseluruhan mencapai Rp 70 juta.
Pusing sih mikirin gimana caranya nagih tapi hal itu nggak terasa karena keuntungan yang aku dapatkan juga lumayan banyak dan kesempatan itu aku manfaatkan untuk menambah modal usahaku hingga mencapai Rp 40 juta daripada dibuat foya-foya maklumlah anak muda gitu lho...)
Memang saat itu adalah saat "EMAS" untuk rokok "JP" tapi hal itu tidak bertahan lama karena beberapa tahun kemudian sekitar pertengahan bulan Agustus 2006 usaha dalam bidang rokok tersebut mengalami penurunan dan anjlok sampai sekarang ini. Begitu juga dengan sisa utang yang dimiliki juga ikut macet. Aku bingung harus gimana? Bayangin aja sampai detik ini utang yang masih dimiliki oleh pemilik "JP" jumlahnya masih Rp48 juta. Mau ditagih bilangnya nggak punya uang tapi herannya kenapa kok bulan kemaren "kuat" beli tanah dan bikin rumah???
Bila ditagih terus-terusan orangnya malah tersinggung dan nggak diterima diperlakukan seperti itu. Tapi kalau dibiarin kayak gini terus malah aku yang pusing mikirin setoran tiap minggu,capeeeeeeeeeek deh.......
Baca Selengkapnya...
Untuk menjadi seorang distributor tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, selama 2 tahun pertama aku melakukan observasi dan pendekatan kepada pemilik toko, tidak mudah untuk mendapatkan satu orang pelanggan karena dibutuhkan komitmen, kesabaran dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Dan untungnya sampai detik ini semua masih aman-aman saja kecuali satu pelanggan yang membuatku selalu gelisah. Pelanggan tersebut aku dapatkan ketika usaha pembuatan rokok tradisionalnya (DJIDURAN) masih dalam level kecil bahkan bisa di bilang Produksi Rumah Tangga karena waktu itu karyawan yang dipekerjakan sekitar 4-6 org yang dikenal dengan nama rokok "Jaya Putra".
Selang beberapa bulan kemudian usaha yang dimiliki berkembang dengan pesat sampai jumlah karyawannya mencapai 300 orang setiap hari karena permintaan dari pasar yang begitu besar. Otomatis pesanan kertas rokok juga semakin bertambah dan begitu pula dengan tagihan yang dimiliki hingga berlembar-lembar nota yang saat itu mungkin ada sekitar 20 lembar nota yang masih belum dibayar dengan jumlah total keseluruhan mencapai Rp 70 juta.
Pusing sih mikirin gimana caranya nagih tapi hal itu nggak terasa karena keuntungan yang aku dapatkan juga lumayan banyak dan kesempatan itu aku manfaatkan untuk menambah modal usahaku hingga mencapai Rp 40 juta daripada dibuat foya-foya maklumlah anak muda gitu lho...)
Memang saat itu adalah saat "EMAS" untuk rokok "JP" tapi hal itu tidak bertahan lama karena beberapa tahun kemudian sekitar pertengahan bulan Agustus 2006 usaha dalam bidang rokok tersebut mengalami penurunan dan anjlok sampai sekarang ini. Begitu juga dengan sisa utang yang dimiliki juga ikut macet. Aku bingung harus gimana? Bayangin aja sampai detik ini utang yang masih dimiliki oleh pemilik "JP" jumlahnya masih Rp48 juta. Mau ditagih bilangnya nggak punya uang tapi herannya kenapa kok bulan kemaren "kuat" beli tanah dan bikin rumah???
Bila ditagih terus-terusan orangnya malah tersinggung dan nggak diterima diperlakukan seperti itu. Tapi kalau dibiarin kayak gini terus malah aku yang pusing mikirin setoran tiap minggu,capeeeeeeeeeek deh.......