SELAMAT DATANG DI "ISLAM AGAMAKU DAN AGAMAMU" KLIK BENDERA UNTUK PILIH BAHASA"
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Showing posts with label sholat. Show all posts
Showing posts with label sholat. Show all posts

Monday, 2 November 2015

PETUNJUK PRAKTIS DAN LENGKAP CARA SHALAT DARI AWAL PERMULAAN SHALAT SAMPAI AKHIR



1. Memperbaiki (menyempurnakan) wudhu’, yaitu mengerjakan wudhu sebagaimana yang diperintahkan Allah melalui firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu ingin mendirikan shalat maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki.” (QS, Al-Maidah : 6), dan Nabi saw bersabda, “Tidak diterima shalat kecuali dalam keadaan suci.”, dalam riwayat lain “Allah tidak menerima shalat salah satu diantara kalian ketika berhadats sehingga ia berwudhu.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra)

2. Orang yang shalat harus menghadapkan wajahnya ke kiblat, yaitu Ka’bah dimana saja dia berada dengan badannya dengan niat dalam hatinya mengerjakan shalat yang dikehendaki dari (shalat) fardhu atau (shalat) sunat.
Dari Abu Hurairah ra berkata, “Sesungguhnya Nabi saw bersabda, “Jika engkau bangkit hendak shalat, maka sempurnakanlah wudhu’ kemudian menghadaplah ke kiblat lalu bertakbirlah,” (HR. Bukhari Muslim), dan tidak mengucapkan niat dengan lisannya (bagi yang menghendaki), karena melafatkan niat dengan lisan tidak disunahkan oleh Nabi saw juga para shahabat ra, namun boleh juga dilafatkan dengan lisan. Apabila dalam shalat jama’ah ada orang perempuan sebaiknya dibuatkan satir (pembatas).

3. Membaca takbiratul ihram, dengan mengucapkan, “Allahu Akbar” seraya mata memandang tempat sujudnya. Dari ‘Aisyah ra berkata, “Adalah Rasulullah saw jika membuka shalat dengan membaca takbiratul ihram,” (HR. Muslim) Dari Anas bin Malik ra berkata, “Rasulullah bersabda, “Apakah sebabnya kaum-kaum itu mengangkat pandangannya ke langit ketika shalat. Lalu Rasul mempertegas sabdanya itu dengan bersabda, ”Hendaklah mereka berhenti dari (pandangannya ke langit) itu, atau pandangan mereka dicabut.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari)

4. Mengangkat kedua tangannya ketika takbir sampai sejajar dengan kedua bahunya atau sampai sekitar kedua telinganya. Abi Humaid As-Sa’idi berkata, “Aku melihat Rasulullah saw ketika bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya,” (HR. Bukhari).
Dari Wail bin Hujr ra berkata, bahwa telah melihat, “Sesungguhnya Nabi saw bertakbir ketika masuk (mulai) shalat dengan bertakbir (Alloohu Akbar) dengan mengisyaratkan kedua tangannya (diangkat) sekitar kedua telinganya kemudian diletakkannya dibalik bajunya kemudian diletakkannya tangannya yang kanan diatas tangannya yang kiri, maka ketika hendak ruku’ dikeluarkannya kedua tangannya dari balik bajunya, kemudian diangkat keduanya kemudian bertakbir (Alloohu Akbar) maka ruku’lah. Maka ketika mengucapkan “Sami’alloohu liman hamidah” (I’tidal), diangkat kedua tangannya, maka ketika sujud, sujudlah di antara kedua telapak tangannya.” (HR. Muslim).

5. Meletakkan kedua tangan di atas dada. Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Aku telah memperhatikan benar kepada shalat Rasulullah saw, bagaimana cara ia shalat, maka aku melihat kepadanya, diletakakannya tangannya yang kanan di atas belakang tangannya yang kiri, memegang pergelangan tangan dan hasta tangan kiri itu,” (HR. Abu Daud) Wail bin Hujr pula ia berkata, “Pernah aku shalat bersama-sama dengan Rasulullah saw, lalu diletakkannya tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas dada.” (HR. Abu Bakar dan Khuzaimah).

6. Disunnahkan membaca do’a istiftah (pembuka), yaitu “Wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardho haniifam muslimaw wa maa ana minal musyrikiin. Inna sholaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamatii lillaahi robbil ‘aalamiin, laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin. (HR. Muslim dari Ali bin Abi Thalib ra) dan dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa ada seorang sahabat yang menambahi do’a Rasul di atas dengan kalimat, “Alloohu akbar kabiiroo wal hamdulillaahi katsiiroo wasubhaanalloohi bukrotaw wa ashiilaa.”Maka Rasul bersanda, “Siapakah yang membaca kalimat begini dan begitu?” Seorang laki-laki menjawab, “Saya ya Rasulullah!” Rasulullah bersabda, “Aku kagum dengan kalimat itu di mana pintu langit terbuka karena kalimat itu.” (HR. Muslim).
Atau dengan do’a, “Alloohumma baa’id bainii wa baina khothooyaaya kamaa baa’adta baimal masyriq wal maghrib, Alloohumma naqqinii min khothooyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Alloohumma ighsilnii min khothooyaaya bil maa-i wats tsalji wal barodi.” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra), jika menghendaki (boleh juga ) membaca do’a sebagai ganti dari do’a itu dengan, “Subhaanaka Alloohumma wa bihamdika wa tabaaroka ismuka wa ta’aalaa jadduka wa laa ilaaha ghoiruka.” Kemudian membaca ta’awudz. Dari Jubair bin Muth’am ra berkata, adalah Nabi saw membaca ta’awudz sebelum membaca fatihah. (HR. Ahmad dan Abu Daud) juga basmalah.
Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda, “Apabila kamu hendak membaca Alhamdulillah (Alfatihah), maka bacalah Bismillahirrahmanirrahim, karena sesungguhnya Alhamdulillah (Alfatihah) itu Ummul Kitab dan Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Bismillahirrahmanirrahim itu salah satu dari ayatnya.” (HR. Daruquthni dari Abu Hurairah ra) dan membaca fatihah bagi yang mampu, karena Nabi saw bersabda, “Tidaklah sah shalat yang tidak membaca fatihah didalamnya.” (HR. Bukhari Muslim dari Ubadah bin Shamith ra).
Bagi yang belum bisa membaca fatihah boleh membaca yang lainnya. Nabi saw bersabda, “Apabila kamu diperintah mengerjakan sesuatu, maka lakukanlah darinya sesuai kemampuanmu.” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra), dan mengucapkan sesudahnya “Amiin”. Nabi bersabda, “Jika imam selesai membaca “Ghoiril maghzhuubi ‘alaihim wa ladh-dhoolliin” maka ucapkanlah “Amiin” karena barangsiapa ucapannya tepat dengan ucapan malaikat, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni.” (HR. Bukhari) Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Bila imam membaca “Amiin” maka imiin pulalah olehmu, karena malaikat mengaminkan beserta aminnya imam. Maka barangsiapa yang sama aminnya dengan amin malaikat, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).
Dalam riwayat lain Nabi saw seusai membaca “Ghoiril maghdhuubi ‘alaihim waladh-dhoolliin” Maka beliau berkata, “Amiin” dengan memanjangkan suaranya (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud dari Wail bin Hujr ), kemudian membaca surat yang mudah.dalam dua rakaat pertama, jika shalat lebih dua rakaat maka rakaat berikutnya cukup membaca Fatihah saja. Bahwasanya Nabi saw membaca Ummul Kitab (Alfatihah) dan dua surat pada shalat zhuhur, dan pada rekaat berikutnya (dua rakaat terakhir) dengan Ummul Kitab saja. Kadang-kadang beliau memperdengarkan Al-Qur’an kepada shahabat (dalam shalatnya -yang jahriyah-) (HR. Muttafaq ‘Alaih).

7. Ruku’ dengan membaca takbir “Alloohu Akbar”, dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahunya atau kedua telinganya, kepalanya diluruskan dengan punggungnya, kedua tangannya diletakkan di kedua lututnya dengan merenggangkan jari-jari (tangannya), serta thuma’ninah dan mengucapkan, “Subhaana rabbiyal azhiimi” dan yang utama diulang tiga kali (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud ra) atau lebih banyak, dan disunatkan jika menambahi bacaan dengan “Subhaanaka Alloohumma wa bihamdika Alloohummaghfirlii.” (HR. Bukhari Muslim dari Aisyah ra) Dari Aisyah ra berkata, “Dan biasanya bila beliau ruku’, maka beliau tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya, akan tetapi antara itu.” (HR. Muslim).

8. Mengangkat kepala dari ruku’ (I’tidal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu atau kedua telinga dengan mengucapkan, “Sami’alloohu liman hamidah” baik ketika berjama’ah maupun sendirian dan ketika sudah berdiri membaca, “Robbanaa walakalhamdu” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra) atau “Robbana lakalhamdu mil’us samaawati wa mil’ul ardhi wa mil’u maa syi’ta min syai-im ba’du.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Abi ‘Aufa) atau “Robbanaa wa lakalhamdu hamdan katsiiroon thoiyiban mubaarokan fiihi,” (HR. Muslim).
Disunatkan dalam i’tidal meletakkan kedua tangannya di atas dadanya seperti yang dilakukan sebelum ruku’ (sesudah takbiratul ihram) dan boleh juga tidak. Dari Wail bin Hujr dan Sahal bin Sa’ad ra, bahwasanya Nabi saw setelah mengucapkan, “Sami’alloohu liman hamidah” dan mengangkat kedua tangannya dan berdiri tegak hingga kembali semua tulang pada tempatnya seperti semula.”

9. Sujud dengan membaca takbir “Alloohu Akbar”, mendahulukan (meletakkan) kedua lututnya sebelum kedua tangannya, “Adalah Nabi jika ia sujud, meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dari Wail bin Hujr) jika hal itu mudah dilakukan, apabila sulit maka boleh sebaliknya dengan menghadapkan jari-jari kaki dan jari-ari tangannya (dirapatkan) ke arah kiblat, ” Adalah Rasulullah saw jika ia sujud, lalu diletakkannya kedua telapak tangan dan kakinya dan anak-anak jarinya ke kiblat.” (HR. Baihaqi dari Al-Bara’ in ‘Azib).
Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Adalah Nabi saw apabila ruku’ merenggangkan jari-jari tangannya, dan apabila sujud merapatkan jari-jari tangannya.” (HR. Al-Hakim) Dan adalah sujud itu dengan tujuh anggauta, yaitu jidat beserta hidung, dua (telapak) tangan, dua lutut, dan dua ujung jari-jari kaki menghadap ke kiblat. Dari Ibnu Abbas ra berkata, “Aku diperintahkan sujud atas tujuh tulang, atas dahi dan beliau menunjuk dengan tangannya atas hidungnya, dua tangannya, dua lututnya, dan ujung-ujung jari kedua kakinya.“ (HR. Muttafaq ‘Alaih) dengan mengucapkan, “Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdih” diulang tiga kali atau lebih, dan disunatkan menambahkan ucapan, “Subhaanaka Alloohumma robbanaa wa bihamdika Alloohummaghfirlii.”Dari Aisyah ra berkata, adalah Nabi saw memperbanyak bacaan tersebut (HR. Bukhari Muslim).
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, Nabi saw bersabda, “Dan bila sujud, maka membaca “Subhaana robbiyal a’la wa bihamdih” tiga kali, maka sesungguhnya telah sempurna sujudnya, dan itulah sekurang-kurangnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) Dan di dalam sujud memperbanyak do’a, baik dalam shalat wajib atau shalat sunat.
Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur’an sewaktu ruku atau sujud. Adapun ketika ruku’ maka agungkanlah Tuhan, dan ketika sujud maka bersungguh-sungguhlah berdo’a, karena besar harapan do’amu dikabulkan. (HR. Muslim) Dalam sujud harus merenggangkan anggauta badan dari lambungnya, dan perutnya dari kedua pahanya.
Dari Anas ra berkata dari Nabi saw bersabda, “Luruskanah badanmu ketika sujud dan janganlah salah satu diantaramu menghamparkan kedua lengan tangannya sebagaimana anjing menghamparkan tangannya.” (HR. Bukhari Muslim) Dari Barra’ bin ‘Azib ra, Rasul bersabda, “Apabila engkau sujud maka letakkan kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikutmu.” (HR. Muslim).

10. Mengangkat kepala (bangun) dari sujud dan membaca takbir, “Alloohu Akbar”, dengan duduk iftirasy yaitu menghamparkan kakinya yang kiri (diduduki) dan menegakkan kakinya yang kanan menghadapkan ujung jari kaki ke kiblat (HR. Muslim dan Baihaqi dari Aisyah ra,.), dan kedua tangan diletakkan diatas kedua lutut dan membaca, “Robbighfirlii (Alloohummaghfirlii) warhamnii (wajburnii) wa ‘aafinii wahdinii warzuqnii.” (HR. Abu Daud da Tirmidzi dari Ibnu Abbas ra).

11. Sujud yang kedua dengan membaca takbir “Alloohu Akbar”, dan melakukan sujudnya seperti sujud yang pertama.

12. Bangun (mengangkat kepala) dari sujud membaca takbir “Alloohu Akbar”, dan duduk sebentar yaitu duduk istirahah (istirahat), dan ini sunat, jika ditinggalkan tidak mengapa, tidak ada bacaan atau do’a. Kemudian berdiri untuk rekaat kedua dengan bantuan kedua lutut jika itu mudah dilakukannya, jika sulit, maka boleh dengan bantuan tangan ke tanah (lantai) kemudian membaca fatihah dan membaca apa (surat) yang mudah (bisa) dari Al-Qur’an, kemudian melakukan apa yang telah dilakukan seperti pada rekaat pertama.

13. Jika shalat itu shalat yang dua rakaat seperti shalat Shubuh, Jum’at, atau shalat ‘Id, duduk (terakhir)nya (bukan duduk iftirasy seperti ketika duduk d iantara dua sujud atau duduk pada dua rakaat pertama (tahiyat awal), yaitu kaki kiri diduduki dan kaki kanan berdiri dan ujung jari kaki menghadap kiblat), diletakkannya tangan kanan diatas paha yang kanan semua jari-jari di genggam kecuali jari telunjuk untuk berisyarat tauhid, dan jika jari kelingking dan jari manis digenggam, ibu jari (jempol) dan jari tengah di akadkan (dilingkarkan) dan memberi isyarat (tauhid) dengan telunjuk itu lebih baik.
Dari Ibnu Umar ra berkata, “Sesunguhnya Rasulullah saw apabila duduk untuk tasyahud, diletakkannya tangannya yang kanan diatas lututnya yang kanan, dan diakadkan bilangan lima puluh tiga (huruf arab), dan diisyaratkan dengan telunjuk.” (HR. Muslim) Mengisyaratkan dengan telunjuk ketika mengucapkan “Laa Ilaaha -Illallooh-” (HR. Al-Baihaqi) Dari Ibnu Zubair ra, “Sesungguhnya Nabi saw adalah ber-isyarat dengan telunjuk dan tidak menggerak-gerakkannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Hibban).
Dari Wail bin Hujr berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw mengangkat anak jarinya (telunjuk ketika tasyahud), maka aku melihat ia menggerak-gerakkanya, yang memanggil-manggil dengan jari itu.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi) Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Sesungguhnya Nabi saw meletakkan sikunya yang kanan diatas pahanya yang kanan, kemudian diakadkannya jari-jarinya, yaitu kelingking dan yang mengirinya (jari manis dan jari tengah), dan dibuatnya lingkaran dengan jarinya dengan ibu jari (jempol)nya, lalu diangkat telunjuknya dan kulihat ia mengisyaratkan dengan telunjuk itu.” (HR. Al-Baihaqi), dan meletakkan tangan kiri dan sikutnya di atas paha yang kiri kemudian membaca tasyahud, yaitu “Attaahiyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoiyibaatu lillaah……ilaa akhirihi (sampai akhirnya) (HR. Muslim.
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw menoleh kepada kami lalu bersabda,”Apabila seorang dari kalian shalat, hendaklah mengucapkan: “Attahiyaatu lillaah, wash-sholawaatu wath-thoiyibaat, assalaamu’alaika aiyuhannabiyyu wa rohmatulloohi wa barookaatuh, assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin, asyhadu allaa ilaaha illallooh, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rosuuluh.“ Kemudian hendaklah memilih do’a itu sesuai yang dia sukai lalu berdo’a dengan do’a itu. (HR. Muttafaq ‘Alaih) Kemudian membaca, ”Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad……ilaa akhirihi (sampai khirnya) fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.” Dari Fadholah bin ‘Ubaid ra berkata, Rasulullah saw pernah mendengar seorang yang berdo’a di dalam shalatnya dan tidak membaca shalawat atas Nabi, lalu beliau bersabda, “Jika di antara kamu shalat, maka hendaklah memulai dengan memuji Tuhannya dan menyanjungnya kemudian membaca shalawat atas Nabi saw kemudian berdo’a dengan do’a yang dia sukai.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Dari Abu Mas’ud ra berkata; Basyir bin Sa’ad bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, Allah memerintahkan kami untuk bershalawat kepada engkau, bagaiman cara kami mengucapkan shalawat atasmu? Beliau diam sebentar dan berkata, “Ucapkanlah; Alloohummaa sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa Ibroohim……ilaa akhirihi (sampai khirnya) fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Dan membaca salam sebagaimana telah kamu ketahui” (HR. Muslim) Kemudian berdo’a minta perlindungan dari empat hal yaitu, “Alloohumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama wa min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wamin fitnatil masiikhid dajjaal.” Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Ketika diantara kamu sedang tasyahhud (Tahiyat), maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat hal, Nabi berkata, “Alloohummaa innii a’uudzubika……(sampai akhir do’a).” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Kemudian berdo’a lagi dengan do’a-do’a yang dikehenddaki dari kebaikan dunia dan akhirat, dan apabila berdo’a untuk kedua orang tua atau selain keduanya dari orang-orang muslim maka tidaklah mengapa. Adalah hal itu dilakukan dalam shalat fardhu maupun sunat sama saja. Kemudian setelah itu barulah salam dari sebelah kanannya dan ke kirinya dengan mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullooh” Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw adalah ketika salam dari arah kanannya dan baru arah kirinya sehingga terlihat putih pipinya seraya mengucap, “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullooh.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih).
Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi saw, maka ketika dia salam ke arah kanannya mengucapkan, “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatulloohi wa barookaatuh” dan ke arah kirinya juga mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatulloohi wa barookaatuh” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih).
14. Jika shalat itu tiga rakaat seperti shalat Maghrib atau empat rakaat seperti Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya’, membaca tasyahud tersebut beserta shalawat atas Nabi saw kemudian bangkit berdiri bertatakan kedua lututnya dengan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu atau sekitar kedua telinganya dengan mengucapkan “Alloohu Akbar” dan meletakkan keduanya yaitu kedua tangannya di atas dadanya seperti dijelaskan sebelumnya dan membaca fatihah saja.
Jika pada rakaat ketiga dan keempat dalam shalat zhuhur (misalnya) menambahkan dari al-Fatihah tidaklah mengapa. Ketetapan ini sebagaimana petunjuk dari Nabi saw dari riwayat Abi Sa’id ra. Kemudian setelah membaca tasyahud (akhir) sesudah rakaat ketiga dari maghrib dan sesudah rakaat keempat dari shalat Zhuhur, Ashar dan ‘Isya’ sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya didalam shalat yang dua rakaat, kemudian salam dari arah kanan dan arah kiri, dan beristighfar tiga kali dan mengucapkan, “Alloohumma antas salaam wa minkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom” (HR. Muslim dari Tsauban ra). “Laa Ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra). “Alloohumma laa maani’a limaa a’thoita wa laa mu’thiya limaa mana’tawa laa yanfa’u dzal jaddi minkaljad” (HR. Muttafaq ‘Alaih dari Mughirah bin Syu’bah ra). “Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah, laa ilaaha illalloohu wa laa na’budu illaa iyyah, lahun ni’matu wa lahul fadhlu wa lahuts tsinaa’ul husni, laa ilaaha illalloohu mukhlishiina lahud diini wa lau karihal kaafiruun.” Dan bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid dan bertakbir demikian pula, dan mengucapkan untuk menyempurnakan seratus, “Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qoodiir.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.).
Dan membaca ayat kursi, al-Ikhlash dan surat mu’awidzatain sesudah selesai tiap-tiap shalat (HR. Nasa’i, Ibnu Hibban dan Ath-Thabrani dari Abi Amamah ra), dan disunnatkan mengulangi masing-masing surat tersebut tiga kali sesudah shalat fajar (Subuh) dan Maghrib. Telah diriwayatkan beberapa hadits tentangnya dari Nabi saw, dan tiap-tiap dzikir itu hukumnya sunat bukanlah fardhu. Dan Allah lah yang telah memberikan taufik kepadaku.
Dan semoga Allah memberikan keselamatan dan keberkahan kepada Nabi kita Muhammad saw bin ‘Abdullah dan atas keluarganya, sahabat-sahabatnya dan pengikut-pengikutnya yang baik sampai hari pembalasan. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Wallahu A’lam.
Sumber Rujukan :
Al-Qur’an Al-Karim
Shahih Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu Daud
Fikih Syafi’i oleh Idris Ahmad
Fikih Kifayatul Akhyar oleh Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini
Fikih Minhajul Muslim oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Fikih Madzahib Al-Arba’ah oleh Abdurrahman Al-Jazairiy
Bulughul Maram oleh Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani
Subuulus Salam oleh Imam Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani (Ash-Shon’aniy)




Wednesday, 11 June 2014

Tata Cara Shalat Istikharah Dalam Ajaran Islam




Bismillahirrahmaanirrahiim…
Assalamualaikum Wr. Wb.
Istikharah merupakan memohon agar dipilihkan dan diberi kecondongan untuk memilih yang baik. Adapun shalat istikharah adalah salat sunnah dua rekaat yang dapat dilakukan secara tersendiri atau pun menyatu dengan salat sunnah lain (rawatib, tahiyyatul masjid, dll.). Kalau menyatu, harus ada niat bahwa dengan salat sunnah lain itu hendak dilakukan salat istikharah sekaligus.
kali ini Islam Agamaku dan Agamamu akan memberikan sedikit ilmu tentang bagaimana caranya shalat Istikharah yang benar di dalam ajaran agama Islam dan menurut Rasulullah. Apabila seorang muslim dihadapkan dengan suatu pilihan atau bertekad untuk melakukan suatu urusan maka hendaklah memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya pilihan yang tepat dan baik untuk agama, dunia dan akhiratnya. Karena Allah lah yang menciptakan kita dan segala yang ada di langit dan di bumi, maka sudah pasti Dia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Mengetahui hal ghaib dan apa-apa yang telah terjadi dan akan terjadi pada diri kita.
Manusia adalah hamba yang lemah, diberi pengetahuan yang terbatas dan tidak mengetahui perkara yang ghaib, sehingga sangat membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang akan terjdi. Dan tidak ada yang berhak dimintai bantuan tentang masalah ini kecuali yang telah menciptakan kita.Sehingga dengan kasih sayangNya, Islam mensyari’atkan shalat istikharah untuk meminta bantuan kepada Allah agar menunjukkan mana pilihan yang baik untuk agama, dunia dan akhiratnya.
Ketika Zainab mendapat lamaran dari Rasulullah saw melalui Zaid, Zainab menjawab, “Aku tidak akan melakukan apa pun sebelum aku bermusyawarah dengan Tuhanku [dengan istikharah].” (HR Muslim)
Al ‘Allamah Al Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Sebagian ulama menjelaskan: tidak sepantasnya bagi orang yang ingin menjalankan di antara urusan dunianya sampai ia meminta pada Allah pilihan dalam urusannya tersebut yaitu dengan melaksanakan shalat istikharah.

Doa Istikharah:
للَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العظيم ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أن هَذَا الأَمْرَ – ثُمَّ تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ – خَيْرًا لِى ْ فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى  فَاقْدُرْهُ لِى ، وَيَسِّرْهُ لِى ، ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هذا الأمر شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْه عَنْي فاصرفني عنه ، وَاقْدُرْ لِىَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ، ثُمَّ رَضِّنِى بِهِ
Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika al ‘adziim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii  faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii fash-rifhu anni  wash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.
“Ya Allah, aku memohon petunjuk kepadaMu dengan ilmuMu dan aku memohon ketentuan daripadaMu dengan kekuasaanMu dan aku memohon daripadaMu akan limpah kurniaanMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahu segala perkara yang ghaib. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui bahwasanya urusan ini (sebutkan..) adalah baik bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku, takdirkanlah ia bagiku dan permudahkanlah serta berkatlah bagiku padanya da seandainya Engkau mengetahui bahawa urusan ini (sebutkan..) mendatangkan keburukan bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku, jauhkanlah aku daripadanya dan takdirkanlah yang terbaik bagiku kemudian redhailah aku dengannya”
Doa tersebut boleh dibaca dalam shalat atau sesudah shalat. Akan tetapi dibaca setelah salam lebih utama, karena dalilnya menunjukan demikian. Yaitu sabda rasulullah saw “Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka’at selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia berdo’a” dengan doa yang diatas.
Bagi yang berhalangan (misalnya lantaran haid, nifas dll), istikharahnya cukup dengan baca doa istikharah tanpa salat.
Adapun waktunya boleh dilaksanakan kapan saja dan boleh membaca surat apa saja setelah membaca al Fatihah. Yang lebih utama adalah membaca surat al Kafirun pada rekaat pertama dan surat al Ikhlas pada rekaat ke dua, sebagaimana shalat sunnah dua rekaat lainnya.
Istikharah boleh dilakukan berulang kali jika kita ingin istikharah pada Allah dalam suatu perkara. Karena istikharah adalah do’a dan tentu saja boleh berulang kali. Ibnu Az Zubair sampai-sampai mengulang istikharahnya tiga kali. Dalam shahih Muslim, Ibnu Az Zubair mengatakan,
إِنِّى مُسْتَخِيرٌ رَبِّى ثَلاَثًا ثُمَّ عَازِمٌ عَلَى أَمْرِى
“Aku melakukan istikharah pada Rabbku sebanyak tiga kali, kemudian aku pun bertekad menjalankan urusanku tersebut.”
Melihat dalam mimpi mengenai pilihannya bukanlah syarat dalam istiharah karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal ini. Yang tepat, istikharah tidak mesti menunggu mimpi. Dan tidak ada ritual-ritual lain setelah melakukan shalat istikharah, seperti melempar kertas undian, membuka al Qur’an secara acak kemudian membaca ayat pertama. Apabila ayat tersebut berbicara tentang hal baik maka pilihannya adalah baik dan apabila ayat tersebut tentang hal buruk maka pilihannya adalah buruk. Ritual semacam itu adalah perkara bid’ah dan tidak ada dalilnya.
Yang jadi pilihan dan sudah jadi tekad untuk dilakukan, maka itulah yang dilakukan. Jika memang yang jadi pilihannya tadi dipersulit, maka berarti pilihan tersebut tidak baik untuknya. Namun jika memang pilihannya tadi adalah baik untuknya, pasti akan Allah mudahkan.
Selamat mengamalkan…! Semoga Allah memilihkan untuk kita sebuah pilihan yang baik untuk urusan agama kita, dunia dan akhirat kita, amin.

Tuesday, 10 June 2014

SHALAT JAMAK TAKDIM DAN TAKHIR




Assalamualaikum Wr Wb
Kali ini saya akan membahas tentang "Shalat Jamak ". Untuk lebih lengkapnya mari simak pembahasan selanjutnya ...

Shalat jamak adalah shalat yang digabungkan, maksudnya menggabungkan dua shalat fardu yang dilaksanakan pada satu waktu. Misalnya menggabungkan shalat Dzuhur dan Asar dikerjakan pada waktu Duhur atau pada waktu Asar. Atau menggabungkan shalat magrib dan ‘Isya dikerjakan pada waktu magrib atau pada waktu ‘Isya. Sedangkan shalat Subuh tetap pada waktunya tidak boleh digabungkan dengan shalat lain.
Hukum mengerjakan shalat Jamak adalah mubah (boleh) bagi orang-orang yang memenuhi persyaratan.
“Rasulullah apabila ia bepergian sebelum matahari tergelincir, maka ia mengakhirkan shalat duhur sampai waktu asar, kemudian ia berhenti lalu menjamak antara dua shalat tersebut, tetapi apabila matahari telah tergelincir (sudah masuk waktu duhur) sebelum ia pergi, maka ia melakukan shalat duhur (dahulu) kemudian beliau naik kendaraan (berangkat), (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak shalat karena ada suatu sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa menggabungkan dua shalat diperbolehkan dalam Islam namun harus ada sebab tertentu.
Shalat jamak boleh dilaksanakan karena beberapa alasan (halangan), yakni:
  1. Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian besar imam madzhab)
  2. Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
  3. Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya perang, sakit,  hujan lebat, angin topan dan bencana alam.
Shalat fardu dalam sehari semalam yang boleh dijamak adalah pasangan shalat duhur dengan asar dan shalat magrib dengan ‘isya. Sedangkan shalat subuh tidak boleh dijamak. Demikian pula orang tidak boleh menjamak shalat asar dengan magrib.
Shalat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara:
  1. Jamak Takdim (jamak yang didahulukan), yakni menjamak dua shalat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama. Misalnya menjamak shalat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu duhur ( 4 rakaat shalat duhur dan 4 rakaat shalat asar) atau menjamak shalat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu magrib (3 rakaat shalat magrib dan 4 rakaat shalat ‘isya).
  2. Jamak Ta’khir (jamak yang diakhirkan), yakni menjamak dua shalat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua. Misalnya menjamak shalat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu asar atau menjamak shalat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu ‘isya.
Dalam melaksanakan shalat jamak takdim maka harus berniat menjamak shalat kedua pada waktu yang pertama, mendahulukan shalat pertama dan dilaksanakan berurutan, tidak diselingi perbuatan atau perkataan lain. Adapun saat melaksanakan jamak ta’khir maka harus berniat menjamak dan berurutan. Tidak disyaratkan harus mendahulukan shalat pertama. Boleh mendahulukan shalat pertama baru melakukan shalat kedua atau sebaliknya.
Cara Melaksanakan Shalat Jamak Takdim
Misalnya shalat duhur dengan asar: shalat duhur dahulu empat rakaat kemudian shalat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur.
Tata caranya sebagai berikut:
1)        Berniat shalat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:
اُصَلِّى فَرْضَ الظُهْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَقْدِيْمًا مَعَ العَصْرِ فَرْضًا للهِ تَعَالى
” Saya niat shalat shalat duhur empat rakaat digabungkan dengan shalat asar dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala”
2)   Takbiratul ihram
3)   Shalat duhur empat rakaat seperti biasa.
4)   Salam.
5)   Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai berikut;
  1. اُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَقْدِيْمًا مَعَ الظُهْرِ فَرْضًا للهِ تَعَالى
“ Saya niat shalat asar empat rakaat digabungkan dengan shalat duhur dengan jamak takdim karena Allah ta’ala.
6)   Takbiratul Ihram
7)   Shalat asar empat rakaat seperti biasa.
8)   Salam.
Catatan: Setelah salam pada shalat yang pertama harus langsung berdiri,tidak boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap dan lain-lain).
Cara Melaksanakan Shalat Jamak Ta’khir.
Misalnya shalat magrib dengan ‘isya: boleh shalat magrib dulu tiga rakaat kemudian shalat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya.
Tata caranya sebagai berikut:
1)   Berniat menjamak shalat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkanyaitu:
2)     اُصَلِى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ العِشَاءِ فَرْضًا للهِ تََعَالَى
“ Saya niat shalat shalat magrib tiga rakaat digabungkan dengan shalat ‘isya dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala”
3)   Takbiratul ihram
4)   Shalat magrib tiga rakaat seperti biasa.
5)   Salam.
6)   Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai berikut;
7)        اُصَلّى فَرْضَ العِسَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ المَغْرِبِ فَرْضًا للهِ تََعَالَى
“ Saya berniat shalat ‘isya empat rakaat digabungkan dengan shalat magrib dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
8)   Takbiratul Ihram
9)   Shalat ‘isya empat rakaat seperti biasa.
10)    Salam.
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ARTIKEL "ISLAM AGAMAKU DAN AGAMAMU"

Sunday, 8 June 2014

Tips-tips Sholat agar Khusyu'


CetakE-mail

Assalamualaikum Wr Wb
Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).
Allah berfirman :
حَـٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٲتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَـٰنِتِينَ.
Peliharalah segala shalat [mu], dan [peliharalah] shalat wusthaa [1]. Berdirilah karena Allah [dalam shalatmu] dengan khusyu’. (al-Baqarah: 238)
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45)
Dan mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (al-Baqarah: 45)
Khusyu' merupakan kekuatan sholat. Tanpa khusyu' sholat seakan tidak mempunyai makna bagi pelakunya, karena sholat hanya berupa aktifitas fisik yang rutin, tanpa kenikmatan dan tanpa rasa hidmat di dalamnya.
Menghancurkan dan merusak kekhusyu'an dalam sholat adalah salah satu misi syetan di dunia ini. Firman Allah dalam menceritakan misi syetan tersebut:
ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur [ta’at]. (al-A'raaf: 17)
Rasulullah s.a.w. bersabda
قال النبي صلى الله عليه وسلم ( أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا .)
Yang pertama akan hilang ari umatku adalah khusyu', hingga kalian tidak lagi melihat orang khusyu'. (H.R. Tabrani. Sahih)
Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).
Maka khsyu' ini juga merupakan salah satu sifat orang beriman. Allah berfirman:
قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون }
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (1) [yaitu] orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.
Ibnu Katsir mengatakan: khusyu' adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu' karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu' adalah sadarnya hati seakan berdiri di depat Allah dengan penuh penghormatan, pengabdian. (al-Madarij 1/520).
Tempat khusyu' adalah di dalam hari dan membekas ke seluruh tubuh manusia. Kalau hati sudah tidak khusyu' maka seluruh anggota tubuh tidak lagi beribadah secara serius karena hati ibarat komandonya dan anggota badan adalah tentaranya.
Khusyu' juga menjadi bukti keikhlasan.  Karena hanya mereka yang ikhlash ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu' secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu'an palsu atau yang sering disebut kekhusyu'an dusta.
Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu', yaitu khusyu' iman dan khusyu' munafik. khusyu' Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota badannya.
Adapun khusyu' munafik adalah fisiknya khusyu' tapi hatinya tidak. Para sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu' munafik. (Ruh 314).
Ulama mengatakan bahwa hukum khusyu' adalah wajib, karena banyaknya dalil yang menganjurkan khusyu' dan mencela orang yang tidak khusyu' dalam sholat.
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan ruku'nya dan kekhusyu'annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji Allah, kalau Allah berkehendak maka Mengampuninya, kalau Allah berkehendak maka akan menyiksanya." (H.R. Abu Dawud – sahih)
Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barang siapa berwudlu dan memperbaiki wudlunya kemudaian ia sholat dua rakaat, ia konsentrasikan hati dan wajahnya (dan tidak diganggu oleh nafsunya), maka ia akan diampuni dosanya yang telah telah lewat. (H.R. Bukhari).
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:"Banyak sekali orang yang sholat hanya mendapatkan capek berdiri" (H.R. Nasai: hasan).
Tip menghadirkan khusyu dalam sholat
Menghadirkan khusyu' dalam sholat dalam dilakukan melalui dua cara. Pertama: mengupayakan amalan-amalan yang merangsang kekhusyu'an dan kedua: menghilangkan hal-hal yang merusak kekhusyu'an.
Adapun amalan-amalan yang mengantarkan kepada kekhusyu'an adalah sbb:
  1. Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu, melakukan siwak sebelum sholat, mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu sholat. Bukan bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.
  2. Thoma'ninah: yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat. Dalam hadist diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika sholat, beliau melakukan thma'ninah hingga semua anggota badan beliau kembali pada tempatnya. (H.R. Abu Dawud dll.) Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri sholat. Bagaimana itu wahai Rasulullah, tanya sahabat. "Mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih). Seseorang tidak akan bisa khusyu' tanpa thoma'ninah ini karena cepatnya pergerakan sholat telah menghilangkan kekhusyu'an dan konsentrasi hati.
  3. Ingat kematian saat sholat. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:"Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir" (Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Ayub r.a. "Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan" (Ahmad: sahih).
  4. Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu juga dzikir-dzikir dan bacaan sholat lainnya lainnya serta menyerapkannya dalam diri mushalli.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shad:29).
Dari Hudzaifah r.a. :Aku sholat di belakang Rasulullah s.a.w., satu malam. Beliau membaca dengan bebas. Ketika melewati ayat di dalamnya ada tasbih, beliau bertasbih, ketika melewati ayat permintaan beliau meminta dan ketika melewati ayat minta perlindungan, beliau pun meminta perlindungan" (Muslim).
Tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Allah merupakan pengantar kekhusyu'an. Begitu juga menangis saat mendengar atau membaca ayat-ayat Allah. Allah berfirman:
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.(Isra':109).
Atho' pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: ceritakan kepadaku apa yang paling kau kagumi dari Rasulullah, lalu Aisyah menangis. Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk sholat, beliau berkata: Wahai Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku. Sesungguhnya aku senang bersamamu dan aku senang menyenangkanmu". Lalu beliau pun bangun dan sholat, lalu beliau sholat sambil menangis sehingga lantai kamarku basah karena air mata beliau. Lalu berkumandanglah adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena menangis, Bilal pun bertanya:"Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang? Rasul menjawab: Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang ruglilah orang yang membacanya dan tidak menghayatinya, yaitu ayat Ali Imran 190-194. (Ibnu Hibban:sahih).
  1. Membaca ayat satu-satu. Ini juga mengantarkan kepada khusyu' karena mengantarkan kepada pamahaman dan penghayatan. Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam sholat dengan basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).
  2. Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an. Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلۡمُزَّمِّلُ  قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلاً۬   نِّصۡفَهُ ۥۤ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلاً    أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً
Hai orang yang berselimut [Muhammad], (1) bangunlah [untuk sembahyang] di malam hari [1] kecuali sedikit [daripadanya], (2) [yaitu] seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (3) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Muzammil 1-4)

Rasulullah s.a.w. berpesan:"Perindahlah al-Qur'an dengan suaramu yang merdu, karena suara yang indah akan memperindah al-Quran" (Hakim:sahih). Dalam hadist lain beliau bersabda:"Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran, adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada Allah. (Ibnu Majah: sahih).

  1. Beranggapan bahwa saat sholat ia sedang menghadap kepada Allah. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan. Hakim: sahih).
  2. Memperhatikan pembatas depan sholat. Sebaiknya ketika sholat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi kita. Rasulullah s.a.w. bersabda" Hendaklah kalian ketika sholat menaruh pembatas di depannya agar syetan tidak memutuskan sholatnya" (Abu Dawud: sahih). Sebaiknya pembatas tersebut berjarak tiga jengkal dari tempatnya berdiri dan sejengkal dari tempat sujudnya. (Fathul Bari).
  3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Rasulullah s.a.w. bersabda: Kami para nabi diperintahkan agar dalam sholat meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah dengan khusyu'. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih mengantarkan kepada kekhusyu'an.
  4. Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud. Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika sholat beliau menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim:sahih). Begitu juga ketika beliau memasuki Ka'bah beliau tidak memalingkan pandangannya dari tempat sujudnya hingga keluar dari Ka'bah". (Hakim: sahih).
Bagaimana dengan pendapat sebagian orang yang melakukan sholat dengan memejamkan mata dengan dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhsyu'an. Sesungguhnya itu bertentangan dengan contoh yang diberikan Rasulullah s.a.w. Beliau diriwayatkan tidak pernah sholat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat sholat hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat sholat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.
  1. Sebagian ulama melihat bahwa meragamkan bacaan sholat dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an karena menciptakan suasana baru dalam melaksanakan sholat. Misalnya redaksi bacaan doa iftitah, ruku', sujud, I'tidal, duduk antara dua sujud dan tashahhud ada beberapa riwayat sahih yang berbeda-beda. Membacanya dengan redaksi yang berbeda-beda dapat mempersegar suasana sholat dan mengantarkan kepada kekhusyu'an. Begitu juga bacaan-bacaan surat setelah fatihah dapat dilakukan dengan variasi ayat yang berbeda-beda.
  2. Disunnahkan membaca ta'awwudz (أغوذ بالله من الشيطان الرجيم) ketika merasakan ada gangguan konsentrasi dalam sholat. Konon ketika seorang hamba hendak melaksanakan sholat, syetan menurunkan pasukannya yang disebut Khanzab untuk mengganggu orang sholat. Abi 'Ash r.a. berkata kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah syetan telah mengganggu sholatnya dan membolak balikkan bacaannya, Rasulullah bersabda: Itu syetan bernama Khanzab kalau kamu merasakannya maka bacalah ta'wudz lalu tiuplah ke kiri tiga kali". Iapun melakukannya dan syetan tidak lagi mengganggunya. (Muslim). Rasulullah juga mengingatkan: Kalau kalian sholat maka datanglah syetan mengganggu kalian, sehingga kalian lupa hitungan rakaatnya. Kalau kalian merasakannya maka sujudlah dua kali ketika ia duduk (Bukhari). Rasulullah juga mengingatkan bahwa Syetan datang kepada kalian ketika sholat lalu membuka tempat duduk kalian, lalu ia merekayasa agar dia ragu apa kentut apa tidak, kalau kalian merasakan  itu janganlah membatalkan sholat hingga dengar suara atau mencium bau (Thabrani: sahih). Bahkan konon syetan juga menganggu orang yang sholat dengan isu-isu kebaikan seperti masalah dakwah, masalah sunnah, masalah keilmuan dan politik agar sholatnya tidak lagi terfokus.
  3. Bacalah cerita orang solih terdahulu bagaimana mereka berkhusyu' dalam sholatnya. Ali r.a. ketika hendak sholat maka mukanya berubah, lalu ia ditanyai tentang itu, beliau menjawab: datang waktu ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka menolak tapi aku kini membawanya. Konon mereka ketita sholat memerah wajahnya karena takut akan menghadap Allah. Salah seorang sahabat diceritakan terkena panah saat berperang, lalu ia minta agar dicabut saat ia sholat karena saat itu ia lupa semuanya dan hanya ingat Allah.
  4. Berdoa dalam sholat, khususnya saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kondisi paling antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah doa" (Muslim).
  5. Dzikir setelah sholat. Setelah melaksanakan sholatnya hendaknya seorang hamba melakukan dzikir selesai sholat  untuk memperkuat dan menyempurnakan sholatnya. Tentu saja tidak hanya dzikir dalam lisan tapi juga diresapi makna dan kandungannya.
Adapun perkara-perkara yang mengganggu kekhusyu'an adalah sbb:
1.                    Membersihkan tempat sholat dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti gambar-gambar dan ornamen yang menarik perhatian orang sholat. Aisyah r.a. pernah mempunyai kelambu di rumahnya berwarna-warni, lalu Rasulullah memintanya agar menyingkirkan itu karena itu mengganggu sholat beliau. (Bukhari). Maka hendaknya melakukan sholat di tempat yang jauh dari kebisingan dan banyak orang lalu lalang, tempat orang ngobrol, apalagi tempat hiburan dan bersenang-senang karena itu akan mengganggu kekhusyu'an sholat. Begitu juga agar lokasi sholat tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar para sahabat melakukan sholat dhuhur saat cuaca agak dingin.
2.                    Memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan menarik pandangan mushalli dan mengganggu konsentrasinya dalam sholat. Rasulullah pernah sholat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).
3.                    Hindari solat di waktu makan. Rasulullah s.a.w. bersabda"Tidak baik sholat di hadapan makanan" (Muslim). Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam sudah siap dan datang waktu sholat, maka dahulukan makan malam" (Bukhari).
4.                    Hindari menanah buang air besar, kecil dan angin. Rasulullah s.a.w. melarang sholat sambil menahan kencing (Ibnu Majah:sahih). Riwayat lain mengatakan bahwa Rasululllah s.a.w. bersabda kalau kalian akan sholat dan ingin ke wc maka pergilah ke wc dulu (Abu Dawud:sahih).
5.                    Hindari sholat dalam keadaan ngantuk berat. Rasulullah s.a.w. bersabda "Kalau kalian sholat dan ngantuk maka tidurlah hingga ia mengerti apa yang dikatakan" (Bukhari). Riwayat lain dengan tambahan: ditakutkan ketika kalian ngantuk dan melakukan sholat maka ia tidak sadar maunya meminta ampunan Allah tapi malah mengumpat dirinya. (Bukhari)
6.                    Hindari sholat di tempat yang kurang rata atau kuarng bersih karena itu akan menganggu konsentrasi saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kau membersihkan tempat sujudmu (dari kerikil) saat sholat, kalau terpaksa melakukannya maka itu cukup sekali (Abu Dawud:sahih).
7.                    Jangan membaca terlalu keras sehingga mengganggu orang sholat di samping kita. Rasulullah s.a.w. bersabda "Ingatlah bahwa kalian semua menghadap Allah, janganlah saling mengganggu, jangan membaca lebih keras dari saudaranya dalam sholat" (Abu Dawud: sahih).
8.                    Jangan tengak-tengok saat sholat. Rasulullah s.a.w. mengingatkan bahwa tengak-tengok dalam sholat adalah gangguan syetan. (Bukhari). Dalam hadist lain dikatakan "Allah senantiasa melihat hambanya saat sholat selama ia tidak menengok, kalau menengok maka Allah meninggalkannya" (Abu Dawud: sahih).
9.                    Jangan melihat ke arah atas. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Ada orang-orang sholat sambil menghadap ke atas, mudah-mudahan matanya tidak kembali" (Ahmad:sahih).
10.                 menahan mulut ketika ingin menguap. Sabda Rasulullah s.a.w. Ketika kalian menguap saat sholat, maka tahanlah sekuatnya karena syetan akan masuk ke mulut kalian" (Muslim).
11.                 Jangan sholat seperti kebiasaan binatang. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. melarang sholat seperti patukan gagak, duduknya harimau dan menjalankan ibadah di tempat yang satu seperti onta (Ahmad: sahih).

Akhirnya, khusyu' ini berat tapi dapat kita jalankan melalui latihan dan membiasakan diri. Salah satu upaya agar kita dapat melakukan khusyu' dengan mudah adalah dengan memperbanyak doa:
اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَالْمَاءِ الْبَارِدِ ، اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا طَهَّرْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ ذُنُوبِي كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَنَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ، وَدُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ ، وَعِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ هُؤُلاَءِ الأَرْبَعِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِيشَةً نَقِيَّةً وَمَيْتَةً سَوِيَّةً وَمَرَدًّا غَيْرَ مُخْزٍى.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Disusun Muhammad Niam
Dari berbagai sumber.