Bimbingan Mu’minin - pada mencari redha Rabbil-‘alamin (Imam Ghazali)
Penterjemah: Ustaz Syed Ahmad Semait
Penerbit: Pustaka Nasional Pte Ltd
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, selawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia, nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan seluruh sahabatnya.
Dibawah ini adalah ulasan tentang beberapa amalan yang mudah dilaksanakan dan akan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar dengan kurnia dari Allah. Amalan-amalan ini banyak dilalaikan dan diremehkan oleh sebahagian besar manusia, padahal di dalamnya terdapat banyak pahala, di antaranya adalah sebagai berikut :-
1. Memperbanyak solat di al-Haramain asy-Syarifain (Masjid Haram dan Masjid Nabawi).
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra. Rasulullah saw. bersabda: "Salat di masjidku ini lebih afdal dari 1000 solat di masjid lainnya kecuali masjid Haram, dan solat di masjid Haram lebih afdhal dari 100.000 solat di masjid lainnya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Dan solat seorang wanita dirumahnya lebih baik daripada solat di masjid Haram dan masjid Nabawi.
2. Solat di masjid Quba'.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang keluar hingga sampai ke masjid ini, masjid Quba', lalu solat didalamnya, maka baginya pahala yang sama dengan (pahala) umrah." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).
3. Rutin melaksanakan solat Dhuha.
Dan waktu yang terbaik untuk melaksanakannya adalah ketika matahari sudah semakin terik, Rasulullah saw. bersabda: " Solatnya orang-orang yang bertaubat adalah ketika unta kecil telah merasakan panasnya (matahari)." (HR. Muslim).
4. Menggandakan istighfar,
Seperti dengan membaca doa: "Ya Allah, ampunilah orang-orang mukminin dan mukminat, orang-orang muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup di antara mereka maupun yang sudah meninggal." Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang meminta ampun untuk orang-orang mukmin dan mukminat maka Allah akan menuliskan untuknya setiap mukmin dan mukminat satu kebaikan." (HR. Thabrani).
5. Qiyamul Lail pada saat Lailatul Qodar.
Tahukah Anda bahwa pahala orang yang melaksanakan qiyamul lail pada saat lailatul qodar lebih afdhal dari pahala ibadah selama kira-kira 83 tahun lebih 3 bulan? Allah swt. berfirman: " Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qodar: 1-5).
6. Menggandakan Tasbih,
yaitu dengan membaca: " Maha suci Allah dan dengan memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, keridhoan diri-Nya, seberat Ars-Nya, dan sepanjang kalimat-Nya."
7. Membaca doa ketika akan memasuki pasar.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang memasuki pasar maka hendaklah ia membaca [ Laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumiitu, wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khoir, wa huwa 'alaa kulli syai'in qodiir.] (Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian, Yang menghidupkan dan Mematikan. Ia hidup dan tidak mati, di Tangan-Nya kebaikan dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu.), maka Allah akan menulis baginya satu juta kebaikan, dihapuskan darinya satu juta kejelekan dan diangkat dirajatnya satu juta dirajat." Dan dalam riwayat lain disebutkan: "Dan akan dibangun untuknya rumah di surga." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim).
8. Berumrah di bulan Ramadhan.
Karena berumrah di bulan Ramadhan sama dengan berhaji sekali. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. kepada Ummu Sinan: " Bila bulan Ramadhan tiba maka berumrahlah karena berumrah di saat tersebut sama dengan berhaji sekali." Atau bersabda: "sama dengan berhaji bersamaku." (Muttafaqun 'alaihi).
9. Mengamalkan adab-adab pada hari Jumat. Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang memandikan atau mandi lalu bersegera dan berjalan kaki, tidak dengan mengendarai sesuatu, lalu mendekati imam, menyimak dan tidak bercanda, maka baginya setiap langkah amal setahun pahala puasa dan solatnya." (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai).
10. Puasa.
Nabi saw. menganjurkan untuk memperbanyakkan puasa sunnah dalam beberapa hari tertentu dalam satu tahun, misalnya puasa dua hari (Senin dan Kamis), hari-hari putih (13, 14, 15 setiap bulan Hijriah), bulan Sya'ban, enam hari di bulan Syawal, Muharram, sepuluh Dzulhijjah, puasa hari Arafah bagi selain jemaah haji dan pada hari Asyura. Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya (dirinya) dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan." (HR. Ahmad).
11. Memberi buka puasa bagi orang-orang yang berpuasa.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang memberi buka pada orang yang berpuasa maka baginya sama dengan pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
12. Memperbanyak ucapan: [Laa haula walaa quwwata illaa billah]
("Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah."). Karena ucapan ini adalah salah satu kekayaan surga, sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadit Muttafaqun 'alaihi dari Rasulullah.
13. Memenuhi kebutuhan manusia.
Rasulullah saw. bersabda dalam salah satu hadit yang panjang: "Aku berjalan beriring dengan saudaraku sesama muslim dalam suatu keperluan lebih aku senangi daripada beri'tikaf di masjid selama satu bulan." (HR. Thabrani dan ditahsin oleh Al-Albani).
Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya nescaya Allah akan memenuhi keredhaannya di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya nescaya Allah akan tetapkan kakinya(ketika melalui pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu.” (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
14. Solat dua rakaat setelah terbitnya matahari.
Dari Anas bin Malik ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang solat subuh berjamaah lalu duduk-duduk berzikir kepada Allah hingga terbitnya matahari kemudian solat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah." Beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmidzi dan ditahsin oleh Al-Albani).
15. Menbantu anak yatim.
Dari Sahal bin Saad bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Saya dan pengasuh anak yatim di surga seperti ini." (HR. Bukhari) "Beliau memberi isyarat dengan kedua jarinya, jari telunjuk dan tengah." Dan Anda bisa melakukan itu melalui salah satu yayasan atau lembaga sosial lainnya.
16. Senantiasa solat jenazah.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang menghadiri jenazah hingga disolati maka baginya pahala satu qirath, dan siapa yang menghadirinya hingga dimakamkan maka ia akan mendapatkan dua pahala qirath." Dikatakan kepada beliau: "Apakah qirath itu?" Beliau menjawab: "Yaitu seperti dua gunung yang besar." (Muttafaqun 'alaihi).
17. Memperbanyak selawat untuk Nabi saw.Jadi barangsiapa yang berselawat untuk nabi saw. sekali, maka Allah akan berselawat untuknya sepuluh kali, dan akan menjadi manusia paling utama nanti pada hari kiamat. Allah swt. mewakilkan malaikat yang berkeliling menyampaikan salam ummatnya kepada nabi mereka.
18. Solat Isya'k dan Subuh secara berjamaah.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang solat isya'k secara berjamaah maka seakan-akan ia telah melaksanakan solat tengah malam, dan barangsiapa yang solat subuh berjamaah maka seakan-akan ia telah melaksanakan solat sepanjang malam." (HR. Muslim).
19. Membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing 33 kali pada setiap selesai solat, lalu membaca: laa ilaaha illallahu, wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa 'alaa kulli syai'in qodiir.
Ucapan ini memiliki keutamaan yang sangat besar sebagaimana diriwayatkan dalam hadis tentang orang-orang fakir Muhajirin yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (hadis panjang Muttafaqun 'alaihi) dalam bab "Dzikir-dzikir yang dibaca setelah solat fardu."
20. Dakwah kepada Allah dan menasihati orang lain.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia pun akan menanggung dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun." (HR. Muslim). Jadi bila Anda menasihati orang lain untuk menuju Allah maka pahala nasihat itu ukan mengalir untukmu selama nasihat itu masih berguna bagi dirinya hingga hari kiamat. Misalnya dengan menyebarkan kebaikan seperti tulisan-tulisan yang ada di hadapan Anda sekarang ini, maka Anda akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat dengan adzin Allah swt..
Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya Allah sentiasa memberi rahmat dan Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi - sehinggakan semut dalam lubangnya dan ikan di laut - sentiasa berdoa untuk sesiapa yang mengajarkan perkara-perkara yang baik kepada orang ramai." (Abu Umamah r.a)
21. Solat empat rakaat sebelum ashar.
Sabda Rasulullah saw.: "Semoga Allah merahmati seseorang yang solat 4 rakaat sebelum ashar." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Empat rakaat itu dilakukan dengan dua salam setelah azan dan sebelum iqomah.
22. Mengunjungi orang yang sakit.
Sabda Rasulullah saw.: "Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit, maka ia akan tetap di khurfah surga." Rasulullah saw. ditanya: "Apakah khurfah surga itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Buah surga yang dipetik." (HR. Muslim). "Dan Anda akan diampuni oleh 70.000 malaikat." (Sebagaimana yang terdapat dalam hadits panjang.)
23. Puasa, mengikuti jenazah, menengok orang yang sakit, dan memberi makan orang miskin.
Bila semua ini terkumpul pada seorang muslim pada satu hari maka ia akan masuk surga dengan karunia Allah, sebagaimana yang terjadi pada diri Abu Bakar ra., di mana Rasulullah saw. bersabda dalam hadis yang panjang: "Tidaklah hal itu semua berkumpul pada seseorang kecuali ia akan masuk surga." (HR. Muslim).
24. Mengadakan perdamaian di antara manusia.
Allah swt. berfirman: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia." (QS. An-Nisa: 114). Dan banyak hadits yang menunjukkan keutamaan hal itu, yang tidak mungkin kita membahasnya semua karena kesempatan yang terlalu sempit.
25. Memperbanyak ucapan [Subhaanallahi walhamdulillahi walaailaaha illallahu wallahu akbar].
Ucapan ini lebih afdhal daripada hari terbitnya matahari, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Nabi saw.. Ucapan ini juga termasuk yang paling disenangi oleh Allah swt. sebagaimana dalam hadits shohih.
26. Membaca Surah Al-Ikhlas berulang-ulang.
Karena surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Quran dalam hal pahala dan kandungan maknanya, di mana surat ini mengandung Tauhid, pengagungan dan penghormatan kepada Allah swt. Rasulullah saw. bersabda: "Qul huwallahu ahad, sebanding dengan sepertiga Al-Quran, dan Qul yaa ayyuhal kaafirun, sebanding dengan seperempat Al-Quran." (HR. Thabrani dan ditashih oleh as-Suyuti dan al-Albani). Dan perlu diperhatikan bahwa sepertiga dalam keutamaan tidak berarti merasa cukup membacanya dan meninggalkan bacaan surat-surat Al-Quran lainnya.
27. Solat empat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelahnya.
Dari Ummu Habibah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang senantiasa melaksanakan solat sunnat 4 rakaat sebelum dhuhur dan 4 rakaat setelah dhuhur maka Allah akan mengharamkan baginya neraka." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Empat rakaat itu dengan dua salam antara adzan dan iqomah, dan 4 rakaat dengan dua salam setelah sholat dhuhur.
28. Qiyamul Lail, menyebarkan salam dan memberi makan.
Dari Abdullah bin Salam ra., Nabi saw. bersabda: "Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan dan solatlah di waktu malam sementara manusia sedang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi). Rasulullah saw. bersabda: "Solat yang paling afdal setelah solat fardhu adalah sholat lail." (HR. Muslim).
29. Mengikuti ucapan muadzin.
Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang membaca ketika mendengar azan: [Allahumma rabba hadzihidda'watittaammati washsholatil qooimati aati Muhammadanil wasiilata walfadhiilata wab'atshu maqoomam mahmuudanilladzi wa 'adtah] ("Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini (azan) dan solat (wajib) yang ditegakkan ini. Berilah wasilah (derajat yang tinggi) dan fadhilah kepada Rasulullah dan bangkitkanlah beliau pada maqom yang terpuji yang telah Engkau janjikan.") Maka ia berhak mendapatkan syafaatku nanti pada hari kiamat." (HR. Bukhari).
30. Memperbanyak membaca dan menghapal Al-Quran.
Allah swt. berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS. Faathir: 29). Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan dan kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan bahwa 'alif laam mim' itu satu huruf, tetapi 'alif' satu huruf, 'laam' satu huruf, dan 'mim' satu huruf." (HR. Tirmidzi dan berkata: "Hadits hasan shohih").
31. Memperbanyak zikir kepada Allah.
Sabda Rasulullah saw.: "Maukah kalian aku kabarkan kepada kalian amalan yang paling baik dan suci yang kalian miliki, yang paling tinggi dalam derajat kalian, paling baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak dan lebih baik daripada ketika kalian bertemu musuh lalu kalian memenggal lehernya atau mereka memenggal leher kalian?" Mereka menjawab: "Tentu". Beliau bersabda: "Yaitu zikir kepada Allah Ta'ala." (HR. Tirmidzi).
32. Mengekalkan akhlak yang baik
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Sesungguhnya seseorang mukmin itu dapat mencapai darjat orang yang berpuasa yang mendirikan sembahyang ditengah malam disebabkan akhlaknya yang mulia”. (Riwayat Abu Daud)
Selawat dan salam untuk nabi kita Muhammad saw, berserta keluarga dan para sahabatnya.
Dari Abdullah bin 'Amr R.A, Rasulullah S.A.W bersabda:
" Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..."
Wahai manusia
Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah
dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah.
Bulan yang paling mulia di sisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama.
Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi
tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya.
Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih,
tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Rabbmu
dengan niat yang tulus dan hati yang suci
agar Allah membimbingmu untuk
melakukan siyam dan membaca KitabNya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah
di bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu,
kelaparan dan kehausan di hari kiamat.
Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masaakin.
Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda,
sambungkanlah tali persaudaraanmu,
jaga lidahmu, tahan pandanganmu
dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu
dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihilah anak yatim
nescaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.
Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa
pada waktu-waktu solatmu
karena itulah saat-saat yang paling utama
ketika Allah 'Azza wa Jallaa memandang
hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih.
Dia menjawab mereka ketika mereka menyeruNya,
menyambut mereka ketika mereka memanggilNya
dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia!
Sesungguhnya diri-dirimu tergadai kerana amal-amalmu
maka bebaskanlah dengan istighfar.
Punggung-punggungmu berat
kerana beban dosamu maka ringankanlah
dengan memperpanjangkan sujudmu.
Ketahuilah
Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaranNya
bahwa Dia tidak akan mengazab
orang-orang yang solat dan sujud,
dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka
pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-'alamin.
Wahai manusia!
Barangsiapa diantaramu memberi buka
kepada orang-orang mu'minin yang berpuasa di bulan ini
maka di sisi Allah nilainya sama dengan
membebaskan seorang budak
dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
Sahabat-sahabat bertanya, "Ya Rasulullah! Tidaklah kami
semua mampu berbuat demikian".
Rasulullah meneruskan:
Jagalah dirimu dari api neraka
walaupun hanya dengan sebiji kurma.
Jagalah dirimu dari api neraka
walaupun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia!
Siapa yang membaguskan akhlaqnya di bulan ini
ia akan berhasil melewati sirath
pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang
yang dimiliki tangan kanannya
(pegawai atau pembantu) di bulan ini,
Allah akan meringankan pemeriksaanNya di hari Kiamat.
Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini,
Allah akan menahan murkaNya pada hari ia berjumpa denganNya.
Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini,
Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa denganNya.
Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan ini,
Allah akan menghubungkan dia dengan rahmatNya pada hari ia berjumpa denganNya.
Barangsiapa melakukan solat sunat di bulan ini,
Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.
Barangsiapa melakukan solat fardhu
baginya ganjaran seperti melakukan 70 solat fardhu di bulan yang lain.
Barangsiapa memperbanyak selawat kepadaku di bulan ini,
Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan.
Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat al Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam al Quran pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia!
Sesungguhnya pintu-pintu syurga dibukakan bagimu maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu.
Pintu-pintu neraka tertutup maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.
Setan-setan terbelenggu maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
Amirul Mukminin karamallahu wajha berkata,
"Aku berdiri dan berkata, 'Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?' "
Jawab Nabi, 'Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah'."
Alhamdulillaahi rabbal 'aalamiin.
Hasil mujahadah yang tinggi, serius serta istiqamah, Allah akan kurniakan kepada kita sifat taqwa. Bermacam-macam kebaikan yang Allah janjikan dalam Al Quran kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini.
Ini adalah janji Allah yang pasti tepat dan pasti ditunaikan-Nya. Ia tidak terhingga nilainya yang tidak dapat diukur dengan mana-mana mata wang di dunia ini. Di antara janji-janji Allah kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini ialah:
1. Terpimpin
Mereka mendapat pimpinan daripada Allah. Ini jelas sekali melalui firman Allah:
Maksudnya: "Allah menjadi (Pemimpin) Pembela bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al Jasiyah: 19)
2. Terlepas dari kesusahan
Mereka dapat terlepas daripada kesusahan. Bukan ertinya mereka tidak mendapat susah atau tidak ditimpa ujian tetapi selepas kesusahan dan ujian, mereka akan terselamat. Walaupun ada pelbagai rintangan dalam ujian itu, ia sementara waktu sahaja. Selepas itu Allah akan lepaskan dari ujian dan rintangan itu dengan menghadiahkan pelbagai macam nikmat pula. Ini jelas dalam firman Allah:
Maksudnya: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan lepaskan dia dari masalah hidup." (At Thalaq: 2)
3. Rezeki
Di dunia lagi akan diberi rezeki yang tidak tahu dari mana sumber datangnya. Diberi rezeki yang tidak terduga dan dirancang. Ini jelas dalam sambungan ayat tadi:
Maksudnya: "Dan akan diberi rezeki sekira-kira tidak diketahui dari mana sumbernya." (At Thalaq: 3)
Inilah jaminan daripada Allah SWT bagi mereka yang bertaqwa. Sesiapa yang bertaqwa, rezekinya ada sekadar yang perlu. Makan minumnya yang perlu tetap ada walaupun dia tidak berusaha. Walaupun dia tidak ada kerja, tetap ada jaminan daripada Allah. Ini diakui sendiri oleh Imam Ghazali, mungkin ianya dari pengalaman beliau sendiri. Imam Ghazali pernah berkata: "Kalau sekalipun orang bertaqwa itu tidak ada kerja, keperluan-keperluan nya tetap diperolehinya."
Waktu makan akan diberi makanan. Jika patut dapat pakaian, akan diberi pakaian. Dia sendiri tidak tahu dari mana sumbernya kerana ianya bukan daripada usaha dan cariannya sendiri. Dia dapat rezeki bukan melalui sumber usahanya tetapi melalui sumber usaha orang lain. Kalau taqwanya secara jemaah, maka rezeki itu diberi secara berjemaah. Sekiranya taqwanya secara individu, maka secara individu jugalah pemberian Allah itu.
4. Kerja dipermudah
Kerja-kerja orang yang bertaqwa itu dipermudahkan Allah. Ini jelas Allah gambarkan di dalam sepotong ayat:
Maksudnya: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, dipermudahkan Allah segala urusannya." (At Thalaq: 4)
Allah memberi jaminan, kerja orang yang bertaqwa itu dipermudahkan. Mungkin juga di samping mudah, hasilnya banyak. Buat sedikit, hasilnya banyak. Jadi kalaulah kita buat kerja berhempas-pulas, di samping hempas-pulas banyak pula rintangan, kemudian hasilnya pula sedikit atau langsung tidak ada, itu menunjukkan kita belum mempunyai sifat taqwa hinggakan Allah tidak membantu.
Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)
Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1) Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2) Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
3) Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
(Alhamdulillahi rabbil 'Aalamin hamdan yuwafiini 'amahu wa yukaafi umazidah)
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, suatu pujian yang meliputi kesemua nikmat-nikmatNya dan mencukupi semua tambahan daripadaNya. (Itulah dia kumpulan puji dan tasbih).
Imam Nawawi berkata: Telah berkata ulama' mutaakhir dari para sahabat kami orang-orang Khurasan: Sekiranya ada orang bersumpah akan memuji Allah Ta'ala dengan kumpulan puji-pujian, ataupun dia bersumpah hendak memuji Allah Ta'ala dengan setinggi-tinggi pujian, maka jalan keluarnya untuk menunaikan sumpahnya ialah dengan mengucapkan zikir yang di atas tadi.
Tersebut dalam Sunan Ibn Majah dari Ibn Umar RA bahawa Rasulullah SAW telah menceritakan kepada mereka; iaitu ada seorang hamba Allah mengucap kepujian dengan kata:
(Ya rabbi lakalhamdu kama yam baghi li jala li wajhika wa 'azi mi sulto nik)
"Wahai Tuhanku! Segala kepujian itu terpulang kepada-Mu, iaitu kepujian yang layak dengan keagungan zat-Mu dan kebesaran kuasa-Mu."
Ucapan ini telah menyulitkan dua Malaikat pencatat amalan, keduaduanya tidak tahu bagaimana hendak menulis pahalanya lalu kedua-dua Malaikat itu menghadap Allah dan berkata kepada-Nya: "Ada seorang hamba mengucapkan pujian yang kami tidak mengetahui bagaimana hendak menulis balasannya?" Firman Allah: (Sedangkan Dia lebih mengetahui apa yang telah diucapkan hamba-Nya itu) "Apakah pujian yang telah diucapkan oleh hamba Ku itu?" Jawab kedua-dua Malaikat itu dia berkata: "Wahai Tuhanku segala kepujian itu terpulang kepada Mu, iaitu kepujian yang layak dengan keagungan zat-Mu dan kebesaran kuasa-Mu." Firman Allah kepada kedua-duanya: "Tulislah ucapan itu sebagaimana yang diucapkan oleh hamba Ku sehingga ia menemui Aku dan Akulah sendiri akan membalaskannya."
Diriwayat daripada Abu Hurairah r.a. bahawa seorang lelaki meminta nasihat daripada Nabi s.a.w. katanya, "Berilah wasiat kepadaku." Sabda s.a.w ,'ìJanganlah engkau marah.î Lelaki itu mengulangi (permintaannya) beberapa kali. Rasulullah s.a.w. tetap bersabda, "Janganlah engkau marah." (Hadis Riwayat al-Bukhari)
Larangan jangan marah
Marah adalah sifat semula jadi yang ada pada semua orang, antara mereka ada yang cepat marah dan ada yang lemah lembut. Marah bukanlah suatu sifat yang boleh dibuat serta merta, malah ia biasanya didahului sesuatu yang boleh menyebabkan seseorang itu marah, perasaannya memberontak dan akan bertindak kasar. Seseorang yang sedang marah akan hilang kewarasan fikirannya. Pertimbangannya sudah hilang, lidahnya asyik memaki hamun dan mengejek-ejek. Kadang-kadang perasaan marah berlanjutan sehingga menimbulkan permusuhan antara keluarga dan sahabat handai, dan lebih aneh lagi ada orang boleh berkelahi dengan benda-benda yang tidak berakal.
Perasaan marah dapat diatasi dengan mengikuti beberapa panduan yang ditunjukkan oleh Islam, iaitu:
1. Hendaklah melatih diri dengan akhlak yang mulia seperti sabar, lemah lembut, berhati-hati dalam membuat keputusan. Sifat ini hendaklah berpandu kepada contoh yang paling baik iaitu contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w terutamanya contoh yang terdapat dalam Sunnahnya yang bersifat amali. Hendaklah mengawal dan menguasai diri ketika didatangi perasaan marah, iaitu dengan mengingati akibat buruk yang akan menimpa dan kelebihan pahala orang yang menahan marah serta memaafkan sahaja seseorang melakukan kesalahan yang menyebabkan dia marah, firman Allah S.W.T: "ÖDan orang yang menahan kemarahan-nya, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang. Dan (ingatlah) Allah mengasihi orang-orang yang berbuat perkara-perkara yang baik." (Ali Imran3-134)
2. Memohon kepada Allah supaya menjauhkannya daripada syaitan yang dilaknat. Panduan ini dinyatakan didalam Al-Quran melalui firman Allah S.W.T.: "Dan jika engkau dihasut oleh sesuatu hasutan daripada syaitan, maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat Mendengar lagi Amat Mengetahui." (al-A'raf :200)
3. Meninggalkan tempat yang menyebabkan seseorang itu marah. Sabda Baginda: "Apabila seseorang kamu marah, sedang dia berdiri, maka duduklah, jika marahnya berhenti (maka baiklah) jika belum, maka hendaklah dia berbaring." (Abu Daud)
4. Mengambil wuduk, sabda Nabi s.a.w.: "Sesungguhnya marah itu dari syaitan. Syaitan itu dijadikan daripada api,apabila kamu marah, maka hendaklah dia mengambil wuduk." (Abu Daud)
Oleh kerana besarnya bahaya marah, Nabi s.a.w. melarang keras seseorang daripada marah, dengan menyifatkan orang yang berjaya menahan diri daripada perasaan marah sebagai pahlawan yang berani. "Bukannya kuat (kerana dapat mengalahkan orang) dengan bergusti, tetapi kekuatan sebenarnya ialah orang yang dapat mengawal dirinya ketika marah." (Al-Tirmizi)
Imam Abdullah bin Al Mubarak radhiAllahu `anhu telah meriwayatkan di dalam kitab Al Zuhd dengan sanad beliau daripada seorang lelaki (iaitu Khalid bin Maadan) yang pernah berkata kepada Muaz bin Jabal: "Wahai Muaz! Ceritakanlah kepadaku sebuah hadis yang pernah engkau dengar daripada Rasulullah sollallahu `alahi wasallam."
Dari Nukman bin Basyir, katanya…
Hadis-hadis dibawah ini pula adalah tentang keistimewaan yang baginda perolehi sebagai Rasul dan kita sebagai umatnya.
1- Rasullullah s.a.w. Penghulu Manusia
Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Akulah penghulu manusia pada hari Kiamat." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- Nabi s.a.w. mengatakan sebegini untuk menceritakan nikmat Allah s.w.t. Ia juga merupakan nasihat supaya kita mengetahui hak terhadap baginda s.a.w. (Tuhfah al-Ahwazi)
2- Rasullullah s.a.w. Sebagai Rahmat
Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya aku diutuskan sebagai rahmat." (Riwayat Muslim)
3- Pendidik Insan Berakhlak Mulia
Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (Riwayat Ahmad)
4- Keistimewaan pada Penyampaian Rasullullah
Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Aku diutuskan denagn perkataan-perkataan yang ringkas dan padat."(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- "perkataan-perkataan yang ringkas dan padat"; Al-Quran dan Hadis Nabi s.a.w. kerana ia mengandungi lafaz-lafaz yang ringkas dan makna yang banyak. (Tuhfah al-Ahwazi)
5- Nabi s.a.w Mendahului Umatnya
Daripada Jundub bin Sufyan r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Aku mendahului kamu tiba ke kolam di syurga." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:- "aku mendahului", menyediakan dan memberikan apa yang kamu perlukan. (Syarah Sahih Muslim)
Orang yang beriman tentu mengetahui hikmat diturunkan al-Quran, dan tentu sedar tentang keistimewaannya dari segala kitab. Huruf dan kalimahnya menimbulkan kelazatan pendengaran yang tidak jemu-jemu. Manakala maknanya membangkitkan hati, membukakan fikiran untuk berbakti serta mengubah pandangan hidup ke arah usaha melipatgandakan amal kebaikan yang lebih suci demi mencari keredhaan Ilahi di dalam dunia yang sementara ini.
Demikianlah kitab Allah al-Quran, sebuah kitab petunjuk sepanjang zaman, perlembagaan hidup orang mukmin yang inginkan kemuliaan. Yang demikian hendaklah diamalkan pengajarannya dan janganlah diutamakan saja hurufnya, tetapi ditinggalkan hududnya (hukumnya) atau dipelajari tajwidnya, tidak dipedulikan pantang larangnya, sebagaimana yang pernah berlaku sepanjang zaman kemunduran umat Islam, sesuai dengan maksud hadith Ibn Mas’ud yang menyatakan sebagai berikut:
"Sesungguhnya engkau berada pada satu zaman yang didapatinya banyak fuqaha'nya (orang-orang yang faham ayat al-quran) dan sedikit pula qarinya (orang-orang yang pandai membaca ayat-ayatnya) tetapi hudud al-quran (larangan-larangan) tetap dipeliharanya sedangkan hurufnya tidak pula sangat diwajibkannya. Sedikit orang meminta, banyak orang memberi. Mereka memanjangkan sembahyang dan memendekkan khutbah. Mereka mulakan saja amal-amal mereka sebelum percakapan mereka. Dan akan datang satu zaman kepada manusia yang didapati sedikit sekali fuqaha'nya, banyak pula qarinya, dipelihara benar hurufnya tetapi disia-siakan hududnya. Banyak orang meminta, sedikit orang memberi. Mereka memanjangkan khutbah, memendekkan sembahyang. Mereka mulai menuruti kemahuan-kemahuan mereka sebelum melakukan amal-amal mereka."
*hadith ini di dalam kitab al-Muwatta’ dan Imam Shatabi menerangkannya dalam al-Muwafaqat.
Imam Ali ibn Musa al-Ridha AS meriwayatkan berdasarkan
rangkaian perawi dari kakek-kakeknya dari Imam Ali AS
bahwa Rasulullah SAWA menyampaikan khutbah berikut
ketika datangnya bulan Ramadhan
Wahai manusia !
Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah
dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah.
Bulan yang paling mulia di sisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama.
Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi
tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya.
Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih,
tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Rabb-mu
dengan niat yang tulus dan hati yang suci
agar Allah membimbingmu untuk
melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah
di bulan yang agung ini.
Rasulullah kami umatmuwalau tak pernah melihat wajahmukami cuba mengingatimudan kami cuba mengamal sunnahmu"
Pada suatu hari, berlaku perbualan di antara Nabi saw. dengan Saidina Abu Bakar Siddiq serta para sahabat lain. “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku( ikhwanku ),” berkata Nabi saw. “Wahai Rasulullah, bukankah kami ini teman-teman engkau?” jawab Abu Bakar. “Bukan,” jawab Nabi saw. “Kamu adalah sahabat-sahabatku”.
Para sahabat menjadi keliru dan hairan siapakah yang dimaksudkan dengan ikhwan yang Nabi rindukan itu. Setahu mereka yang paling rapat dengan Nabi ialah para sahabat sendiri. Melihatkan Abu Bakar dan sahabat-sahabat lain kebingungan, Nabi segera menjelaskan; “Ikhwan ialah mereka yang belum pernah melihat aku, tetapi mereka beriman dengan aku sebagai Rasulullah dan mereka mencintaiku lebih daripada kecintaannya kepada anak dan orang-orang tua mereka”. Para sahabat masih belum berpuas hati dan bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah kami ini ikhwan( saudara) engkau?”. “Kamu semua adalah sahabat-sahabatku!” sekali lagi Nabi menjelaskan.
“Wahai Abu Bakar, tidakkah engkau juga merindui ikhwanku itu, kerana mereka juga mencintai engkau lantaran engkau adalah sahabatku?” Persoalan ikhwan menjadi teka-teki kepada para sahabat. Kemudian Nabi memberitahu bahawa mereka ialah umat Nabi sesudah wafatnya baginda. Walaupun mereka tidak berjumpa dengan baginda namun tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka membaca al-Quran dan al-Hadis serta mencintai Nabi-Nya sebagai Rasulullah yang penghabisan. Mereka juga mencintai sahabat-sahabat Nabi yang berjuang menegakkan Islam”.
Alhamdulillah yang dimaksudkan oleh Nabi sebagai ikhwan itu ialah umat terkemudian termasuk diri kita. Jika kita mengikut ajaran Nabi serta mencintai baginda, Nabi saw. amat menyanjungi serta merindui kita kerana menurut baginda meskipun kita tidak berpeluang berjumpa dengannya, namun kita tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Golongan ikhwan ini pernah Nabi katakan sebagai makhluk yang paling ajaib imannya kerana beriman tanpa bertemu dengan Nabi sendiri. “Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman dengan aku. Dan berbahagialah 70 kali ganda orang-orang yang beriman dengan aku, meskipun tidak pernah berjumpa dengan aku!” jelas Nabi lagi. Semoga kita termasuk dalam golongan umat yang diberi gelaran sebagai ‘ikhwan’ – umat yang dirindui Nabi saw.
Berangkat dari riwayat di atas, saya belajar memaknai iman sebagai sebuah tantangan. Semakin tinggi tingkat tantangan, semakin tinggi pula tingkat iman kita. Semakin sulit kita menjalankan sebuah keyakinan (iman), semakin tinggi pula nilai iman kita di sisi Allah.
Ilustrasi berikut mungkin bisa menyederhanakan persoalan: Seorang waliyullah tidak diragukan lagi telah melihat berbagai "keajaiban" dan "rahasia" Allah. Dia sudah menyaksikan dan merasakan getaran cinta ilahi. Kalau Allah mengangkat derajatnya, tentu saja kita tak akan hairan. Yang membuat kita takjub adalah, seorang usahawab yang sangat sibuk dan telah menyaksikan bahwa
"time is money", namun tetap berusaha menunaikan shalat lima waktu di sela-sela kesibukannya. Begitu juga dengan seorang kuli bangunan yang lebih banyak menggunakan potensi otot dibanding potensi otaknya, namun tetap berpuasa di bulan Ramadhan meskipun dia harus kerja di tengah terik mentari.
Bagi saya, usahawan dan kuli bangunan tersebut memiliki iman yang paling menakjubkan.
Kita bukanlah sahabat Nabi yang menyaksikan secara langsung betapa mulianya akhlak junjungan kita itu; kita juga bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu; kita juga bukan waliyullah yang telah merasakan manisnya kasih sayang Allah. Kita adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan.
Dalam kelemahan itulah kita masih beriman kepada Allah. Dalam ketidak hebatan kita itulah kita selalu berusaha mendekati Allah. Di tengah kesibukan dan beban ekonomi yang semakin meningkat, kita tetap keluarkan zakat dan sedekah. Tak sedikitpun kita akan gadaikan iman kita.
Di tengah dunia yang semakin mencabar, kita masih sempatkan untuk shalat. Di tengah godaan duniawi yang luar biasa, kita tahan nafsu kita di bulan Ramadhan. Di tengah kumpulan manusia yang selalu dalam kesibukan ini, kita masih bisa mensyukuri sejumput ni'mat yang diberikan Allah.
Nabi Muhammad menghibur kita, "Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku," Nabi ucapkan kalimat ini satu kali.
"Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku." Nabi ucapkan kalimat terakhir ini tujuh kali.
Wallahu’alam.
Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Sekiranya anak Adam memiliki satu lembah daripada harta, nescaya ia mahu yang kedua dan sekiranya ia mempunyai dua lembah nescaya ia mahu yang ketiga. Tidak akan memenuhi perut anak Adam melainkan tanah dan Allah sentiasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (Riwayat Ahmad)
Huraian
i) Manusia secara semulajadinya bersifat tamak dan dengki terhadap kelebihan orang lain.
ii) Kedua-dua sifat ini membawa kerugian kerana ia akan melahirkan individu yang tidak bersyukur sehingga hubungan dalam masyarakat menjadi rosak akibat daripada berlakunya pergaduhan dan persengketaan sesama sendiri.
iii) Selaku umat Islam kita dituntut untuk sentiasa bersyukur kepada Allah kerana dengan bersyukur hati kita akan tenang dan redha di samping mempercayai bahawa rezeki itu terletak di tangan Tuhan. Kita wajib berusaha sedangkan yang menentukannya adalah Allah S.W.T. Bahkan Allah telah berjanji bahawa rezeki orang yang bersyukur akan ditambah sebaliknya pula bagi orang kufur (tidak bersyukur).
iv) Lawan kepada sikap tamak itu adalah bersikap sederhana iaitu menolak keterlaluan di mana kita dituntut agar bersederhana dalam menetapkan sesuatu peraturan, perbelanjaan dan sebagainya tetapi mestilah menyeimbangkannya terutama dalam memenuhi tuntutan keduniaan dan tuntutan akhirat.
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bakal masuk Surga atau masuk Neraka? Salah satunya digambarkan Allah lewat idiom cahaya. Orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya, kata Allah, akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sebaliknya, orang-orang yang kafir dan banyak dosanya akan 'memancarkan' kegelapan. Hal itu dikemukakan olehNya di ayat-ayat berikut ini:
QS Al Hadiid (57) : 12
"Pada hari dimana kalian melihat orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya."
QS. Yunus (10) : 27
“… seakan-akan wajah mereka ditutupi oleh kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Kenapakah orang-orang yang beriman dan banyak pahalanya memancarkan cahaya, sedangkan yang banyak dosa 'memancarkan' kegelapan alias kehilangan cahaya?
Ini memang rahasia yang sangat menarik. Allah sangat sering menggunakan istilah cahaya di dalam Al Qur’an. Dia mengatakan bahwa Allah adalah cahaya langit dan Bumi (QS. 24:35). Firman firmanNya juga berupa cahaya (Qur’an QS. 4:174; Taurat QS. 5:44; Injil QS. 5:46). Malaikat sebagai hamba-hamba utusanNya juga terbuat dari badan cahaya. Dan pahala adalah juga cahaya (QS. 57:19). Karena itu orang-orang yang banyak pahalanya memancarkan cahaya di wajahnya (QS. 57:12).
Kunci pemahamannya adalah di Al Qur’an Surat An Nuur: 35. Di ayat itu Allah membuat perumpamaan bahwa DzaNya bagaikan sebuah pelita besar yang menerangi alam semesta. Pelita itu berada di dalam sebuah lubang yang tidak tembus. Tetap di salah satu bagian yang terbuka, ditutupi oleh tabir kaca
Dari tabir kaca itulah memancar cahaya ke seluruh penjuru dunia, bagaikan sebuah mutiara. Pelita itu dinyalakan dengan menggunakan minyak Zaitun yang banyak berkahnya, yang sinarnya memancar dengan sendirinya tanpa disentuh api. Cahaya yang dipancarkan pelita itu berlapis-lapis, mulai dari yang paling rendah frekuensinya sampai yang tertinggi menuju cahaya Allah.
Ayat tersebut memberikan perumpamaan yang sangat misterius tetapi sangat menarik. Dia mengatakan bahwa hubungan antara Allah dengan makhlukNya adalah seperti hubungan antara Pelita (sumber cahaya) dengan cahayanya. Artinya makhluk Allah ini sebenarnya semu saja. Yang sesungguhnya ADA adalah DIA. Kita hanya 'pancaran atau pantulan' saja dari eksistensiNya.
Nah, cahaya yang dipancarkan oleh Allah itu berlapis-lapis mulai dari yang paling jelek (Kegelapan) sampai yang paling baik (Cahaya Putih Terang). Allah telah menetapkan dalam seluruh ciptaanNya itu bahwa Kegelapan mewakili Kejahatan dan Keburukan. Sedangkan Cahaya Terang mewakili Kebaikan.
Maka, kalau kita ingin memperoleh kebaikan dan keberuntungan, kita harus memperoleh cahaya terang. Dan sebaliknya kalau kita mempoleh kegelapan berarti kita masuk ke dalam lingkaran kejahatan dan kerugian.
Yang menarik, ternyata 'cahaya' dan 'kegelapan' itu digunakan oleh Allah di dalam firmannya sebagai ungkapan yang sesungguhnya. Misalnya ayat-ayat yang saya kutipkan di atas. Bahwa orang-orang yang beriman, kelak di hari kiamat, benar-benar akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sedangkan orang-orang kafir, justru kehilangan cahaya alias wajahnya gelap gulita.
Dari manakah cahaya di wajah orang beriman itu muncul? Ternyata berasal dari berbagai ibadah yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Setiap ibadah yang diajarkan rasulullah kepada kita selalu mengandung dua unsur, yaitu ingat kepada Allah (dzikrullah) dan membaca firmanNya yang berasal dari KitabNya. Baik ketika kita membaca syahadat, melakukan shalat, mengadakan puasa, berzakat, maupun melaksanakan ibadah haji.
Nah, dari kedua kedua unsur itulah cahaya Allah muncul. Bagaimanakah mekanismenya? Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa Allah adalah sumber cahaya langit dan Bumi. Maka ketika kita berdzikir kepada Allah, kita sama saja dengan memproduksi getaran getaran cahaya. Asalkan berdzikirnya khusyuk dan menggetarkan hati. Kuncinya adalah pada 'hati yang bergetar.’
Hati adalah tempat terjadinya getaran yang bersumber dari kehendak jiwa. Ketika seseorang marah, maka hatinya akan berdegup keras. Semakin marah ia, semakin kencang juga getarannya. Demikian pula ketika seseorang sedang sedih, gembira, berduka, tertawa, dan lain sebagainya.
Getaran yang kasar akan dihasilkan jika kita sedang dalam keadaan emosional. Sebaliknya getaran yang lembut akan muncul ketika kita sedang sabar, tenteram dan damai.
Ketika sedang berdzikir, hati kita akan bergetar lembut. Hal ini dikemukan oleh Allah, bahwa orang yang berdzikir hatinya akan tenang dan tenteram.
QS. Ar Ra’d (13) : 28
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tenteram.”
Ketika seseorang dalam keadaan tenteram, getaran hatinya demikian lembut. Amplitudonya kecil, tetapi frekuensinya sangat tinggi. Semakin tenteram dan damai hati seseorang maka semakin tinggi pula frekuensinya. Dan pada, suatu ketika, pada frekuensi 10 pangkat 13 sampai pangkat 15, akan menghasilkan frekuensi cahaya.
Jadi, ketika kita berdzikir menyebut nama Allah itu, tiba-tiba hati kita bisa bercahaya. Cahaya itu muncul disebabkan terkena resonansi kalimat dzikir yang kita baca. lbaratnya, hati kita adalah sebuah batang besi biasa, ketika kita gesek dengan besi magnet maka ia akan berubah menjadi besi magnetik juga. Semakin sering besi itu kita gesek maka semakin kuat kemagnetan yang muncul daripadanya.
Demikianlah dengan hati kita. Dzikrullah itu menghasilkan getaran-getaran gelombag elektromagnetik dengan frekuensi cahaya yang terus menerus menggesek hati kita. Maka, hati kita pun akan memancarkan cahaya. Kuncinya, sekali lagi, hati harus khusyuk dan tergetar oleh bacaan itu. Bahkan, kalau sampai meneteskan air mata.
Unsur yang kedua adalah ayat-ayat Qur’an. Dengan sangat gamblang Allah mengatakan bahwa Al Qur'an ada cahaya. Bahkan, bukan hanya Al Qur’an, melainkan seluruh kitab-kitab yang pernah diturunkan kepada para rasul itu mengandung cahaya.
QS. An Nisaa' (4) : 174
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).”
QS. Al Maa’idah (5 ) : 44
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya …”
QS Al Maa’idah (5 ) : 46
"Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya . . . "
Artinya, ketika kita membaca kalimat-kalimat Allah itu kita juga sedang mengucapkan getaran-getaran cahaya yang meresonansi hati kita. Asalkan kita membacanya dengan pengertian dan pemahaman. Kuncinya, hati sampai bergetar. Jika tidak mengetarkan hati, maka proses dzikir atau baca Al Qur’an itu tidak memberikan efek apa-apa kepada jiwa kita. Yang demikian itu tidak akan menghasilkan cahaya di hati kita.
Apakah perlunya menghasilkan cahaya di hati kita lewat kegiatan dzikir, shalat dan ibadah-ibadah lainnya itu? Supaya, pancaran cahaya di hati kita mengimbas ke seluruh bio elektron di tubuh kita. Ketika cahaya tersebut mengimbas ke miliaran bio elektron di tubuh kita, maka tiba-tiba badan kita akan memancarkan cahaya tipis yang disebut 'Aura'. Termasuk akan terpancar di wajah kita.
Cahaya itulah yang terlihat di wajah orang-orang beriman pada hari kiamat nanti. Aura yang muncul akibat praktek peribadatan yang panjang selama hidupnya, dalam kekhusyukan yang sangat intens. Maka Allah menyejajarkan atau bahkan menyamakan antara pahala dan cahaya, sebagaimana firman berikut ini.
QS. Al Hadiid (57) : 19
“... bagi mereka pahala dan cahaya mereka…”
Dan ternyata cahaya itu dibutuhkan agar kita tidak tersesat di Akhirat nanti. Orang-orang yang memililki cahaya tersebut dapat berjalan dengan mudah, serta memperoleh petunjuk dan ampunan Allah. Akan tetapi orang-orang yang tidak memiliki cahaya, kebingungan dan berusaha mendapatkan cahaya untuk menerangi jalannya.
QS. Al Hadiid (57) : 28
“…dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu.”
QS. Al Hadiid (57) 13
"Pada hati ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman : "Tunggulah kami, supaya kami bisa mengambil cahayamu."
Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang, dan carilah sendiri cahaya (untukmu). "Lalu diadakanlah di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa."
QS. Ali lmraan (3) : 106 - 107
"Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri dan ada Pula yang menjadi hitam muram. 'Ada pun orang-orang yang hitam muram mukanya, (dikatakan kepada mereka) : kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
"Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalamnya.”
Jadi, selain wajah yang memancarkan cahaya, Allah juga memberikan informasi tentang orang-orang kafir yang berwajah hitam muram. Bahkan di QS. 10 : 27 dikatakan Allah, wajah mereka gelap gulita seperti tertutup oleh potongan¬-potongan malam.
Dalam konteks ini memang bisa dimengerti bahwa orang -orang kafir yang tidak pernah beribadah kepada Allah itu wajahnya tidak memancarkan aura. Sebab hatinya memang tidak pernah bergetar lembut. Yang ada ialah getaran-getaran kasar.
Semakin kasar getaran hati seseorang, maka semakin rendah pula frekuensi yang dihasilkan. Dan semakin rendah frekuensi itu, maka ia tidak bisa menghasilkan cahaya.
Bahkan kata Allah, di dalam berbagai firmanNya, hati yang semakin jelek adalah hati yang semakin keras, tidak bisa bergetar. Seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, tingkatan hati yang jelek itu ada 5, yaitu : 1. Hati yang berpenyakit (suka bohong, menipu, marah, dendam, iri, dengki disb), 2. Hati yang mengeras. 3. hati yang membatu. 4. Hati yang tertutup. dan 5. Hati yang dikunci mati oleh Allah.
Maka, semakin kafir seseorang, ia akan semakin keras hatinya. Dan akhirnya tidak bisa bergetar lagi, dikunci mati oleh Allah. Naudzu billahi min dzalik. Hati yang:seperti itulah yang tidak bisa memancarkan aura. Wajah mereka gelap dan muram.
QS. Az Zumaar (39) : 60
"Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta kepada Allah, mukanya menjadi hitam."
QS. Al An’aam (6) : 39
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita…”
Seperti yang telah saya kemukakan di depan, bahwa ternyata kegelapan itu ada kaitannya dengan kemampuan indera seseorang ketika dibangkitkan. Di sini kelihatan bahwa orang-orang kafir itu dibangkitkan dala keaaan tuli, bisu, buta, dan sekaligus berada di dalam kegelapan. Sehingga mereka kebingungan. Dan kalau kita simpulkan semua itu disebabkan oleh hati mereka yang tertutup dari petunjuk-petunjuk Allah swt.
QS. Al Hajj (22) : 8
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang bercahaya."
QS. Al Maa’idah (5 ) : 16
“…dan (dengan kitab itu) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya.”
QS. Al A’raaf (7) : 157
“…dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
QS. An Nuur (24) : 40
“…dan barangsiapa tidak diberi cahaya oleh Allah, tidaklah ia memiliki cahaya sedikit pun.”
QS. At Tahriim (66) : 8
"Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah, dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan para nabi dan orang-orang beriman yang bersama dengan dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan : Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."