Nama astuti begitu berarti untuk Indri Greg Hambali. Pada seorang perempuan bernama indah itu ia memanggil Bunda. 'Orang yang paling berjasa dalam hidup saya,' kata Indri. Bukti kasih pada sang Ibu, nama astuti disematkan pada aglaonema elok berbatik merah silangan tergres Greg Hambali - suami tercinta.
Dua puluh tujuh tahun Greg menyilang aglaonema, hampir semua nama orang terdekat pasangan itu diambil sebagai nama silangan. Sebut saja srikandi, nama adik; madame suroyo sahabat keduanya, dan tiara; anak rekan Greg. 'Kini giliran Bunda,' ujar Indri.
Sifat astuti mirip tiara: mudah tumbuh kompak. Namun, ukuran daun lebih kecil. Bercak batiknya kecil-kecil. Tangkai daun yang kokoh tidak panjang tapi juga tidak pendek. Produksi anakan 2 - 7 buah. Astuti relatif tahan serangan hama dan penyakit. Pada sehari setelah perayaan Valentine 14 Februari 2009 astuti akan diperkenalkan pada hobiis. Ada sekitar 100 paket astuti yang disiapkan untuk momen kasih sayang itu.
Jumbo
Selain astuti, ada lagi aglaonema terbaru dari tangan Greg. Sebut saja tamara, arini, hughes, dan molek. Dua yang disebut pertama sudah berpindah tangan kepada Hendra Wijaya, pemilik Elegant Flora, sejak 6 bulan silam. Tamara berbatang besar dan kokoh. Corak pun cantik: berbercak batik warna merah jambu. Bentuk daun mirip tiara, ujung meruncing. Tamara dibandrol Rp60-juta per 3 daun alias Rp20-juta per daun.
Arini tak kalah cantik. Daun besar dengan pinggiran agak melekuk ke atas. Penampilannya menyolok lantaran berbatik merah. Harganya? Juga fantastis: Rp40-juta per 5 daun. Hughes beda lagi. Aglaonema yang kini dikoleksi Songgo Tjahaja di Jakarta Barat itu berdaun jumbo seperti moonlight dan esmeralda.
'Hughes termasuk aglaonema bersosok besar,' kata Songgo. Di tangannya, sri rejeki yang diperoleh 10 bulan silam itu baru sekali beranak. Toh Songgo yakin, jika perawatan lebih optimal tanaman sehat dan anakan pun cepat dihasilkan. Si bongsor dibandrol Rp5-juta per daun.
Molek ada di Kalimalang, Jakarta Timur. Kerabat anthurium itu didapat si empunya, Harry Setiawan, 3 tahun silam. Waktu itu baru berdaun 5 lembar. Bentuk daun molek bulat sedang. Batang kokoh dan sosok kompak. Ia cantik tampil tunggal maupun majemuk. Dengan perawatan tepat, setiap indukan dengan 12 daun menghasilkan 10 anakan dan cucu dalam 1 tahun. 'Tanamannya pun bandel dan tak ringkih,' ujar pemilik Irene Flora itu. Harganya lebih terjangkau, Rp750.000 per daun.
Tebal
Harry juga punya intan. Sri rejeki yang diperoleh setahun silam dari Th ailand itu kompak dengan tangkai daun pendek. Sayang, intan pelit beranak sehingga jumlah tanaman masih terbatas. Bandrolnya Rp1,5-juta per pot tanaman 6 - 7 daun.
Jenis baru lain, jolie. Aglaonema asal negeri Siam koleksi Gunawan Widjaja di Sentul, Bogor, itu berdaun tebal mirip moonlight. Untuk perbanyakan perlu perlakuan ekstra. Sri rejeki yang diperoleh 3 tahun silam itu harus sudah dewasa dan sehat. Hingga kini Gunawan hanya punya 3 pot.
Di negeri Gajah Putih Trubus melihat langsung parade silangan terbaru di Nonthaburi. Di sana ada sri rejeki berdaun lanset dengan tulang daun warna merah, aglaonema turunan cochin berdaun tegak, hingga dominan merah. Mana yang Anda pilih untuk Hari Kasih Sayang? (Rosy Nur Apriyanti)
Source : http://www.trubus-online.co.id
Jumat, April 03, 2009
Ratu Kasih Sayang di Tahun Kerbau
Diposting oleh ' di Jumat, April 03, 2009 |
Label: aglaonema, Greg Hambali, hari valentine, tanaman hias
Terpesona Lagi Kelingking Putri
Elok nian rangkaian kembang itu. Empat tangkai anthurium bunga berwarna merah cerah menjulang dengan spadiknya yang seperti menunjuk langit. Di bawahnya, 4 bunga ekor bermotif belang-belang mempercantik rangkaian.
Rangkaian karya Iriannie Jasmine itu sederhana, tapi menawan. Merah cerah anthurium bunga menjadi daya tariknya. 'Dalam suatu rangkaian, warna merah terlihat tegas,' tutur Erna Utami Roesdiono dari Asosiasi Pengusaha dan Petani Flora Indonesia (ASPENI) Jawa Timur. Makanya cinggir putri-nama di Bogor, artinya kelingking putri-warna merah banyak diminta perangkai.
Dari rata-rata penjualan 500 tangkai anthurium bunga per bulan di Melrimba Sentra Agrotama-produsen bunga potong, sebagian besar berwarna merah. Salah satunya bernama tropical. Ukuran bunga besar, diameter 12-14 cm. Permukaan atas bunga mengkilap. Bunga tetap segar dipajang sampai 23 hari pascapanen. 'Tropical didapat dari Belanda,' kata Andri Prabowo, manajer pemasaran Melrimba.
Telunjuk besar
Tropical itulah salah satu yang Trubus temukan dalam bedengan bunga ekor yang berderet-deret di nurseri Anthura. Si merah mengkilap memang berasal dari nurseri di Rotterdam, Belanda, itu. Ia lahir dari tangan Nic van der Knap 23 tahun silam. Sampai sekarang flamingo flower itu tetap favorit.
Di sana juga ada sonera berkelir merah-hijau. Dari kertas putih di depan bedengannya didapat informasi ukuran bunga 19-21 cm. Setelah panen, bunga awet simpan hingga 39 hari. Penampilannya berbeda dengan artica. Yang disebut belakangan warnanya putih dan mungil-ukuran hanya 10-12 cm. Bunga tahan simpan 31 hari setelah dipetik. Graffity memiliki spadik yang unik, melengkung seperti huruf U. Ukuran bunga 10-12 cm dan awet simpan hingga 17 hari.
Di beberapa bedeng, nama varietas hanya berupa kode nomor. Itu hibrida-hibrida yang masih dalam tahap seleksi. Trubus melihat sesosok yang seludangnya berwarna merah-hijau superbesar, ukurannya mencapai 24 cm. 'Dari segi penampilan memang unik, tapi ini tidak bisa komersial,' ujar Gerrie Schumacher, sales manager Anthura. Pengalaman Gerrie, mengepak-kan bunga-bunga superbesar sulit.
Pantas meski setiap tahun nurseri yang berdiri sejak 36 tahun silam itu menghasilkan minimal 39.600 hibrida baru, hanya 3-5 varietas dirilis ke pasar. Itu setelah melewati tahap seleksi selama 8-10 tahun. Syarat tanaman lolos seleksi: tahan penyakit, tangkai bunga panjang dan kuat, serta bunga tahan lama setelah dipetik dan berwarna menarik. Dengan begitu bunga-bunga cinggir putri dari Anthura selalu mempesona. (Rosy Nur Apriyanti)
Source : http://www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Jumat, April 03, 2009 |
Label: anthurium, tanaman hias
Kamis, Maret 05, 2009
PERMOHONAN MAAF
Mohon maaf untuk seluruh sahabat blogger 2 bulan ini saya tidak aktiv di blog dikarenakan tugas keluar kota dan untuk itu saya sama sekali tidak pernah, meng-update ...
Bukan nya saya sombong atau tidak perduli dengan kehadiran para sahabat yang sudah menyempatkan diri untuk mampir di blog aglaonemaku... tetapi alasan diataslah yang membuat keadaannya saya tidak dapat aktiv...
Tapi insyallah pertengahan Maret 2009 saya akan aktiv kembali... (kalo tidak meleset dari jadwal) doakan pertanggungjawaban tugas saya keluar kota berhasil...
Salam Aglaonemaku
Tetap semangat untuk nge-blog
Diposting oleh ' di Kamis, Maret 05, 2009 |
Kamis, Januari 08, 2009
TRAGEDI DAN BENCANA... MARI BERDOA
Saat ini bantuanku aku hanya bisa mendoakan saudara-saudara yang tertimpah musibah baik di tragedi Palestina dan Bencana Gempa di Manokwari
Diawal tahun 2009 Tragedi Palestina dan Bencana melanda Indonesia, Gempa Guncang Manokwari hari Minggu 4 Januari 2009 Gempa berkekuatan 7,2 SR pada 0,42 Lintang Selatan-132,93 Bujur Timur sejauh 135 km Barat Laut Kota Manokwari dengan kedalaman 10 km mengguncang Manokwari pada sekitar pukul 04.45 WIT, suasana mencekam menjelang subuh ditambah listrik yang pada pada saat gempa terjadi membuat ketakutan warga. Gempa Susulan berkekuatan 7,6 SR 0,88 LS - 133,48 BT kedalaman 10 km dan pust gempa 76 km Barat Daya pusat kota Manokwari
Gempa tersebut sampai saat ini menelan korban yang meninggal, luka ringan dan berat serta korban harta benda serta fasilitas umum yang hancur berantakan dan pastinya terjadi pengungsian, sampai saat ini gempa susulan masih menghantui masyarakat pengungsi
KAMI MENDUKUNG PERJUANGANMU RAKYAT PALESTINA
Sampai saat ini 8 Januari 2009 Gempuran Israel sejauh ini telah menewaskan sekitar 700 warga Palestina (yang menjadi korban rakyat sipil terdiri dari anak-anak, kaum hawa serta laum adam)dan melukai sekitar 3.100 orang. Demikian menurut paramedis Gaza. Agresi ke Gaza tersebut mulai dilancarkan Israel pada 27 Desember 2008.
SERUKAN DOA UNTUK PERJUANGAN RAKYAT PALESTINA
"Ya Allah!! Sebagaimana Engkau Pernah menghantar burung-burung ababil menghancurkan tentera bergajah Musyrikin dan sebagaimana Engkau menuurunkan malaikat membantu Rasulullah SAW dalam perang Badar, maka kami memohon kepada MU Ya ALLAH...
Mari kita baca Surah Al Fil
"A'lam tara kayfa fa'ala rabbuka bi as-hab al-fil "A'lam ya'jal kaydahum fi tadlil Wa arsala alayhim tayran ababil "Tarmihim bi hijaratin min sijjil Fa ja'ala hum ka asfin ma'kul"
Lipat gandakan doa ini. Kirim kepada 7 orang rekan anda yang lain... Maka 7 X 7 X 7 X 7 X 7 X 7 X 7 = 823453 orang akan berbuat berdoa, kemudian 823453 X 7 = 5.8 juta orang...InsyaAllah akan ikut berdoa...
Diposting oleh ' di Kamis, Januari 08, 2009 |
Label: Bencana alam, Gempa, palestina, Terroris
Senin, Januari 05, 2009
Turunan Rotundum di Negeri Gajah Putih
Kepiawaian itu Trubus saksikan di nurseri Unyamanee Garden milik Pramote Rojruangsang yang terletak di utara Bangkok, tepatnya di Tambon Khlongsam, Amphoe Khlong Luang, Pathum Thani. Di atas rak plastik berpenyangga beton selebar 2 m, terlihat lebih dari 100 hibrida aglaonema. Itulah turunan rotundum yang diwarisi oleh chawang-hasil silangan rotundum dengan Aglaonema simplex.
Penampilan anggota famili Araceae itu beragam. Sebut saja sri rejeki setinggi 35 cm yang terletak di tengah rak dan aglaonema berdaun 13 helai di sebelahnya. Yang disebut pertama bertangkai panjang.
Penampilannya pasti menarik setelah rimbun anakan. Sedangkan yang kedua bertangkai pendek, penampilannya lebih kompak meski tunggal.
Seluruh hibrida di kebun, hasil silangan Tjiew sendiri. Pria berkacamata itu memiliki 6.000 indukan. Lebih dari 50%indukan berupa rotundum dan turunannya -chawang. Rotundum memang idola penyilang. Anggota famili Araceae itu satu-satunya spesies yang dapat mewarisi warna merah. Selain itu, Tak ada aglaonema yang memiliki keragaman begitu tinggi dan dalam populasi tinggi, kecuali rotundum, kata Gregori Garnadi Hambali, penyilang di Bogor.
Meski rotundum berasal dari Indonesia, tapi sri rejeki itu sudah banyak di Thailand. Anggota famili Araceae itu dikirim dalam jumlah besar sejak 80-an. Nurdi Basuki, praktisi tanaman hias di Bogor, menyaksikan sendiri sejumlah 200 -250 rotundum dipasarkan di Chatuchak, Bangkok.
Kepincut
Keandalan rotundum tak hanya dimanfaatkan oleh Tjiew, tapi juga Prapanpong Tangpit. Bahkan pria yang berdomisili di Khet Thawi Watana, Bangkok,itu telah memakai rotundum sebagai indukan sejak 10 tahun silam. Di halaman rumah At -sapaan Prapanpong -seluas 50 m2 terlihat 20 hibrida turunan rotundum. Mereka diletakkan di atas rak beralaskan plastik yang disangga beton setinggi 1 m. Di rak paling kanan terdapat sri rejeki turunan cochinchinense dengan rotundum yang berumur kurang dari 6 bulan. Semua sri rejeki itu dilindungi shading net 70%.
Keindahan rotundum tidak hanya dilihat oleh Tjiew dan At, dua penyilang kawakan. Kemolekan aglaonema asal Indonesia itu pun menggaet minat para pedagang. Sebut saja Witchai Chan-aram di Bangkapi, dan Siriwat Saeko di Kum Khet Bueng Kum, Bangkok.
Yang disebut pertama berburu hibrida turunan rotundum sejak 2 tahun silam. Saking terpesona keindahan sang ratu daun, Witchai sampai tak bisa tidur sebelum memilikinya. Hampir seluruh anggota famili Araceae itu dibeli dalam bentuk seedling. Harganya pun cukup tinggi, 100.000 baht/pot setara Rp2,5-juta/pot. Sri rejeki itu diletakkan di atas rak kayu setinggi 50 cm yang beratapkan shading net 70%di halaman belakang, samping, sampai atap rumah. Maklum halaman belakang dan samping rumah masing-masing hanya seluas 15 m2 dan 8 m2. Kini 100 hibrida turunan spesies asli Indonesia itu diperbanyak dengan memisahkan anakan.
Setali tiga uang dengan Witchai, Siriwat juga rajin berburu hibrida turunan rotundum dalam bentuk seedling. Setelah diboyong ke rumah, pria 60 tahun itu merawat sri rejeki itu layaknya anak sendiri. Anggota famili Araceae itu diletakkan di atas rak bambu beralaskan asbes di lahan seluas 200 m2 yang terletak di depan rumah. Ti -begitu ia disapa -menyiram hibrida turunan rotundum itu setiap hari menggunakan sprayer. Mantan pekerja konstruksi itu menggunakan media campuran peatmoss, cocofiber, dan humus dengan perbandingan 1:2:4.
Hasilnya, semua sri rejeki koleksinya tumbuh subur terlihat dari daun yang segar. Wajar bila hibrida turunan rotundum miliknya banyak meraih juara di kontes. Ti pun dapat menjual kerabat keladi itu dengan harga tinggi. Itulah kehebatan hibrida aglaonema asli Indonesia yang dimanfaatkan oleh orang Thailand.(Rosy Nur Apriyanti)
Source : www.duniaflora.com
Diposting oleh ' di Senin, Januari 05, 2009 |
Label: aglaonema, rotundum, tanaman hias
Budidaya Aglaonema Rotundum
Budidaya Aglaonema Rotundum
Dalam usaha untuk melestarikan A. rotundum karena di alam tidak dapat dilakukan melalui pengetatan status cagar alam Leuser yang merupakan habitat asli, maka agar dilakukan upaya pelestarian A. rotundum adalah :
BUDIDAYA
• Media tanam
Di habitat aslinya tanaman ini tumbuh pada lapisan humus yang ideal untuk pertumbuhannya. Dalam pembudidayaan tanaman ini dapat ditanam pada media berbahan humus, arang sekam, sekam lapuk, pasir kasar dan tanah kebun yang digunakan sendiri-sendiri atau berupa campuran.
• Penyiraman
Penyiraman dapat dilakukan 3 - 4 hari sekali, diselingi dengan penyiraman pupuk cair yang diberikan 2 - 3 minggu sekali.
• Pencahayaan
Tanaman ini mampu ditanam di bawah rak tanaman yang masih mendapatkan cahaya samping. Pertumbuhan yang ideal diperkirakan dapat diperoleh dengan pencahayaan sekitar 30 - 40 %.
• Perbanyakan
Tanaman ini mudah diperbanyak dengan setek batang atau biji seperti halnya jenis Aglaonema lainnya.
• Pemberantasan hama dan penyakit
Tanaman ini biasa diserang oleh hama yang menyerang jenis- jenis Aglaonema yang lain. Ulat-ulat Sphingidae dewasa mampu melalap habis 1 - 2 lembar daun dalam semalam. Ulat-ulat Noctuidae mampu mengosongkan batang-batangnya dalam beberapa hari serangannya. Pemberantasan hama-hama ini dan hama lainnya mudah dilakukan dengan penyemprotan dengan insektisida sistemik.Penyakit busuk batang dan daun merupakan masalah paling sulit diatasi dalam pembudidayaan A. rotundum, bakteri Erwinia sebagai salah satu penyebabnya sangat sulit dieliminasi jika tanaman telah terserang. Upaya memperkecil serangan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan penyiraman pada saat media telah cukup kering dan menghindari penyiraman berlebihan. Penyakit-penyakit yang muncul di tempat pembudidayaan merupakan penyebab utama kemusnahan koleksi-koleksi hidup A. rotundum di berbagai nurseri.
KONTES A. ROTUNDUM
Kegiatan pengikut sertaan A. rotundum hasil seleksi dalam lomba-lomba Aglaonema untuk diadakan kelas khusus untuk A. rotundum seperti yang telah dirintis dan dilaksanakan oleh sdr. Frans Kusdianto (Alm) di Semarang.
PERSILANGAN A. ROTUNDUM
Usaha untuk melakukan persilangan antar klon perlu secara serius dilakukan karena melalui cara inilah klon-klon A. rotundum yang lebih cantik dan tahan penyakit dapat dihasilkan sehingga nilai komersial klon-klon A. rotundum hasil budidaya dapat kita tingkatkan
Source: www.klikhangarden.com
Diposting oleh ' di Senin, Januari 05, 2009 |
Label: aglaonema, budidaya, media tanam, tanaman hias
Spesies Aglaonema Primadona asal Sumatera Utara
Spesies aglaonema primadona asal Sumatera Utara adalah Aglaonema rotundum. A. rotundum (rotundum=bulat) dikenal juga dengan nama daun seroja. Di habitat aslinya di Sumatera utara yang meliputi wilayah provinsi Sumatera Utara dan Aceh Selatan tanaman ini tumbuh di dalam kelompok-kelompok kecil yang letaknya relatif berdekatan di bawah tajuk hutan primer yang kurang mendapat cahaya matahari pada lapisan humus, yang merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Keragaman ditunjukkan pula oleh sifat-sifat yang relatif mudah diamati seperti misalnya perbedaan intensitas warna merah tulang daun dan warna merah permukaan bawah daun, bentuk daun yang membulat sampai bentuk bulat telur,
Ukuran daun (lebar daun 4 - 14 cm), jumlah tulang daun yang menghiasi permukaan atas daun (6 - 20), jumlah bakal buah per tongkol bunga (1 - 15), warna bakal buah hijau muda atau merah muda, ujung kelopak bunga (runcing atau membulat), jumlah serbuk sari yang dikeluarkan (sangat sedikit atau tidak ada sama sekali sampai sangat banyak), jumlah anakan yang dihasilkan (0 - 7), toleransi tanaman terhadap serangan penyakit busuk batang dan busuk daun (sangat peka sampai sangat toleran) dan juga tingkat kekekaran pertumbuhan.
A. rotundum meskipun merupakan satu-satunya spesies yang mempunyai peran penting dalam pemunculan warna-warna merah meriah pada silangan-silangan Aglaonema komersial, kurang mendapat perhatian yang semestinya oleh berbagai pihak yang dapat membantu mempertahankan kelestariannya di alam.
Tulisan ini disampaikan untuk mengulas beberapa hal penting mengenai tanaman ini dan diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dalam diskusi-diskusi yang mendorong diadakannya tindakan-tindakan konkrit yang diperlukan untuk mencegah kepunahannya di alam.
Kriteria A. rotundum yang baik, sebagai berikut :
• Daun berwarna merah pada permukaan atas maupun bawah
• Daun bergaris merah dan rapat antar garis (bergaris putih agak langkah)
• Daun tebal
• Daun berbentuk bulat telur
• Daun posisi datar/flat atau seperti mangkok
• Daun membentuk sudut 30
• Tangkai daun pendek
• Susunan tangkai rapat antar ruas
• Batang tegak (karena dihabitat merambat)
Source: www.klikhangarden.com
Diposting oleh ' di Senin, Januari 05, 2009 |
Label: aglaonema, primadona, sumatera, tanaman hias
Senin, Desember 15, 2008
Widuri Tercantik di Taman Raja Thailand
Kontes Tanaman Hias Suan Luang 2007, Widuri Tercantik di Taman Raja
Dua pita merah muda dan kuning tertancap mantap di pot keramik biru itu. Pita kuning lambang aglaonema di pot itu sebagai terbaik di kelas batang majemuk. Pita merah muda ditancapkan kemudian oleh tim juri ternama: Surat Wanno, Profesor Chirayupin Chantaraprasong, Kasem Kingkaew, Wanlop Ngam-wattana, dan Kolonel Winai Puksrisukg. Itu tanda ia didaulat jadi grand champion kontes aglaonema 2007 di Suan Luang, Thailand.
Penghuni pot nomor 32 itu tak lain widuri karya penyilang tanah air (asli Indonesia) Gregori Garnadi Hambali. Aglaonema bermotif hijau berbercak merah itu kini milik Pairoj Tianchai, kolektor di Bangkok. Widuri didaulat menjadi grand champion setelah mengalahkan 12 pesaing, juara di tiap kelas. Sri rejeki berdarah rotundum itu layak dianugerahi gelar paling bergengsi karena berpenampilan aduhai.
Daunnya bersusun rapi dan mulus tak ternoda penyakit. Warna hijau daun ngejreng berpadu bercak-bercak merah sehingga terlihat kontras. Tajuknya simetris diwadahi ukuran pot yang pas. Tak heran kelima juri memilihnya menjadi yang terbaik di kontes tahunan memperingati hari ulang tahun Raja Bhumibol Adulyadej itu.
'Daunnya sehat dan warnanya indah,' kata Surawit Wannakrairoj PhD, pakar tanaman hias yang sering menjadi juri di berbagai kontes. Ia menunjuk lembar-lembar daun widuri yang memang tampak prima tanpa noda sedikit pun. Di mata Surawit, kecantikan widuri tak tertandingi yang lain.
Komentar serupa datang dari Ukay Saputra, pemilik Annisa Flora di Jakarta, yang sempat menjadi juri di kontes yang sama tahun lalu. Ukay memuji keindahan widuri. 'Tahun lalu, widuri hanya menempati peringkat dua di kelas chocin merah batang majemuk,' katanya. Ukay ingat betul, saat itu belum ada widuri berbatang majemuk sebesar itu. Paling besar satu indukan yang ditemani 2 anakan yang masih kecil-kecil. Makanya ia takjub begitu melihat sosok sang grand champion yang begitu rimbun.
'Sulit mendapat widuri rimbun seperti itu,' kata Haji Basri, pemain tanaman hias dari Pamulang, yang turut hadir di Suan Luang. Ia mencontohkan salah satu widuri batang majemuk yang ikut di kontes Trubus Agro Expo 2007 di Taman Bunga Wiladatika Cibubur. Widuri itu meski rimbun tapi masih terlihat 'kosong' di beberapa tempat. Songgo Tjahaja, sang pemilik, mengakui sulit mendapat widuri yang rimbun dan kompak. Musababnya, tangkai daun widuri sangat keras. Dalam pertumbuhannya tangkai itu saling dorong mendorong, sulit untuk disusun. 'Kalau tunggal ia cantik,' ujar Songgo.
Turun di kelas tunggal kategori daun kuning, big mama mencorong berkat kesehatannya yang prima. 'Warna kuning berpadu merah pada daun sempurna,' ujar Surawit. Ukuran daun besar dan cembung semakin menonjolkan keindahan daunnya. Ukay memuji performa apik aglaonema asal Thailand itu. Menurutnya ukuran daun dari atas sampai bawah seimbang. Tak ada daun bawah yang lebih besar dibanding di atasnya.
Superstar
Kontes sansevieria yang berlangsung bersamaan dengan lomba aglaonema tak kalah seru. Yang istimewa, kontes kali ini dipadati berbagai jenis unik dan langka. Superstar, sansevieria variegata milik Pramote Rojruangsang, dinobatkan menjadi grand champion.Padahal lawannya tak bisa dianggap enteng. Sebut saja samurai dwarf, mansoniana variegata, hibrid parva x gracilis, dan pongii berpenampilan prima.
Toh, bintang terang memang layak menaungi sang superstar. Meski dominasi variegata begitu kuat, sansevieria berumur 7 tahun itu sehat dan tak menunjukkan tanda terbakar. 'Ia memang bandel,' kata pria yang akrab disapa Tjiew itu. Keistimewaan superstar diamini Aris Andi, pemain tanaman hias di Yogyakarta, yang bertemu Trubus di area kontes. Menurutnya selain langka penampilan superstar kompak dan warna benar-benar indah. Berkali-kali Aris bolak-balik ke area lomba untuk mengabadikan sang bintang.
Keluar sebagai yang terbaik di kontes adenium, ra chinne pandok milik Choochart Suntrapornchai dari Siam Adenium. Pohon induk berumur 35 tahun itu memukau juri lewat kondisinya yang prima. Diameter batang grand champion mencapai 1,25 m dan tingginya 1,75 m. Pantaslah bila juri menganugerahinya pita merah kemenangan. 'Kualitasnya bagus,' kata Chandra Gunawan dari nurseri Godongijo di Sawangan yang hampir setiap tahun datang ke Suan Luang. Menurut Chandra sang grand champion baru sekali ini turun lapang dan langsung jadi pemenang.
Ramai
Pameran yang berlangsung di Suan Luang Rama IX Park pada 30 November-10 Desember itu juga disemarakkan kontes caladium dan bonsai. Pada kontes caladium, Putri Maha Chakri Sirindhorn yang memberikan penghargaan pada grand champion. Tak heran karena caladium memang tanaman favorit keluarga kerajaan, terutama Ratu Sirikit. Decak kagum terdengar dari ruang caladium tempat jawara kontes dipamerkan. Sang grand champion berwarna merah dengan urat daun gelap tampil memikat, bersanding dengan kontestan dan para jawara kelas lainnya. Sementara di lomba bonsai, jenis beringin yang jadi pemenang.
Sebanyak 300 stan tanaman hias dan buah serta perlengkapannya ambil bagian memeriahkan pameran flora tahunan itu. Tak kurang dari 50 pemain tanaman hias Indonesia tampak di berbagai sudut stan. Tujuannya, memantau perkembangan terkini dunia tanaman hias Thailand sekaligus berbelanja. Namun, tren tanaman hias di tanahair rupanya berimbas kencang hingga ke negeri Siam. 'Sekarang harga tanaman mahal-mahal. Bedanya hanya 20-30% daripada harga di Indonesia,' kata Sugiono Budhiprawira, hobiis anthurium. Contohnya Anthurium jenmanii golden ukuran daun 20 cm yang dijual seharga 1-juta bath setara Rp330-juta. 'Memang cantik, tapi terlalu mahal,' komentar Nurdi Basuki, pemain tanaman hias dari Bogor.
Namun begitu, kemeriahan tetap mewarnai Suan Luang Rama IX Park. Para pemenang di berbagai ajang lomba jadi perhatian utama. (Andretha Helmina)
source: www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Senin, Desember 15, 2008 |
Label: aglaonema, media tanam, tanaman hias, thailand, widuri
Aglaonema Masa Depan
Jewel siam mendapat pujian dari Gregorius Garnadi Hambali. Aglaonema silangan Sutthi Klin-U-Thai yang dipamerkan di Suan Luang, Bangkok, Thailand, awal Desember 2007 itu disebutnya berpenampilan bagus.
Wajar bila Greg kagum pada jewel siam. 'Daun bulat, besar, dan bercaknya menarik serta menyebar,' kata penyilang aglaonema kawakan asal Bogor itu. Umumnya aglaonema asal Thailand bercorak splash, berwarna solid, dan polos mengikuti sifat induknya, Aglaonema cochinchinense. Menurut Greg, hibrida silangan Sutthi itu mirip varian ruby, tapi warna hijau lebih kuat dan bercak merah menyebar. Pola bintik-bintik seperti itu biasanya sifat yang diturunkan A. brevispathum.
Warna merah sudah tak asing lagi, pasti diturunkan oleh A. rotundum. Namun, Sutthi tak menggunakan aglaonema spesies asal Sumatera itu, tapi turunannya-chawang. Maklum, rotundum sulit dikembangkan di Thailand. Kelebihan lain, jewel siam berdaun raksasa. Panjang daun 33 cm dan lebar 18 cm. Lazimnya, panjang daun aglaonema rata-rata 20-25 cm dengan lebar 10-15 cm.
Menurut Greg A. commutatum 'tricolor' bisa menurunkan sifat daun bulat dan besar. Dengan melihat sifat-sifat yang diturunkan aglaonema-aglaonema spesies tersebut, wajar bila Handry Chuhairy, praktisi tanaman hias di Serpong, Tangerang, menduga jewel siam hasil silangan (A. commutatum x A. brevispathum) x chawang.
Layak tampil
Sebenarnya hibrida aglaonema tipe daun bulat dan besar sudah lama dihasilkan oleh Greg. Sebut saja esmeralda, moonlight, dan kresna. Namun, warna daun masih didominasi hijau dan bentuknya cekung. Sementara jewel siam, 'Sudah flat sehingga akan membentuk suatu tanaman pot plant yang kompak,' ujar Handry.
Sayang, 'Jewel siam tidak memenuhi syarat sebagai sosok untuk dikembangkan secara komersial. 'Sebagai varian ia menarik, tapi perlu diperbaiki lagi,' kata Greg. Itu karena hibrida asal Thailand itu berdaun tipis, lemas, tangkai relatif panjang, dan jarak antardaun lebar. Penampilannya lebih menarik dalam kelompok atau dengan anakan.
Menurut Greg tipe aglaonema masa depan bisa berdaun lebar, bulat, kecil, atau panjang. Yang paling utama sosoknya kokoh, kompak, banyak anakan, kombinasi warna menarik, dan memiliki corak baru. Dengan begitu layak tampil dan bisa dikembangkan secara komersial.
Serupa
Penelusuran Andretha Helmina, wartawan Trubus, di Thailand, aglaonema baru yang benar-benar berpenampilan beda sangat susah didapat. Itu karena, 'Dari 1.000 biji aglaonema yang ditanam paling hanya 20 saja yang penampilannya benar-benar beda,' kata Pramote Rojruangsang, penyilang di Pathumthani, Thailand. Buktinya, jenis seragam Trubus temui pada aglaonema silangan Tjiew-sapaannya. Corak daun dominan splash merah lantaran masih keturunan cochin. Namun, tangkai daun jadi lebih pendek dan warna daun terlihat lebih terang daripada generasi sebelumnya.
Penampilan sedikit berbeda terlihat pada aglaonema koleksi Nuu Wong Tse di Samuth Songkhram. Daun muda berwarna merah dan bercorak batik, semakin tua berubah menjadi hijau kekuningan. Mangkonyok, itulah nama hibrida aglaonema yang ditanam dalam media cocochip dan serasah daun bambu dengan perbandingan 2:1. Aglaonema yang namanya berarti giok naga dalam bahasa Thailand itu dijual seharga 100.000 bath/pot atau setara Rp33.000.000/pot.
Nun di Cilandak, Jakarta Selatan, Trubus menemui hibrida baru silangan Thailand koleksi Henry Biantoro. Hibrida itu diperoleh 1,5 tahun silam dari teman di Dumai, Riau. Ukuran daun aglaonema bercorak batik itu besar: panjang 31,5 cm dan lebar 16 cm. Tangkai daun panjang sehingga penampilannya terlihat lebih menarik ketika ada anakan.
Dua aglaonema baru juga terlihat di Sentul, Bogor. Penampilan salah satu anggota famili Araceae itu mirip butterfly. Namun, corak daun lebih cerah, warna tulang daun lebih merah, dan daun lebih tebal. Sosok butterfly varian baru koleksi nurseri Wijaya itu terlihat mempesona lantaran kompak dan rimbun. Lainnya, wijaya red. Ia tampil menarik lantaran bercorak batik warna merah. Sayang, daun berukuran sedang. Beda dengan jewel siam yang besar dan bulat. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Andretha Helmina)
source: www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Senin, Desember 15, 2008 |
Label: aglaonema, Greg Hambali, Hibrida, tanaman hias
Dua Miliar Parkir di Senayan
Dua pria kekar berambut cepak berdiri tegak di depan tenda tertutup berukuran 36 m x 16 m. Pengaman swasta berseragam hitam itu menatap waspada setiap pengunjung yang masuk. Di langit-langit ruangan terpasang 12 lensa kamera CCTV yang tersambung layar monitor yang diawasi 2 orang. Total jenderal 6 petugas mengamankan ruangan berisi tanaman senilai Rp2-miliar.
Angka itu nilai total 60 tanaman mewah dari berbagai penjuru Pulau Jawa. Sebut saja Sansevieria eilensis koleksi Iwan Rassat. Harganya Rp55-juta. Yang termahal aglaonema bidadari. Harga per lembar daun Rp15-juta. Dengan 20 daun harga sri rejeki koleksi Harry Setiawan itu Rp300-juta. Tanaman aneh Aglaomorpha sp yang mirip ular pun dipajang di sana.
Pantas pengamanannya superketat. Selain petugas keamanan, sekeliling tenda seluas 576 m2 itu dibentengi pagar besi setinggi 2,7 m. 'Itu untuk menjamin tidak ada penerobos yang masuk mencuri tanaman,' kata Utami Kartika Putri, penanggung jawab acara. Agar tanaman aman dari goresan dan luka, pengunjung dilarang menyentuh tanaman.
Parade tanaman mahal itu membuat pencinta tanaman hias dari Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung rela terbang ke Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat. Kartini Omar, asisten direktur Hotpark, National Park, Singapura, pun memuji. 'Indonesia luar biasa. Sejumlah tanaman langka bernilai tinggi berkumpul di sini,' katanya pada wartawan Trubus, Imam Wiguna. (Destika Cahyana)
www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Senin, Desember 15, 2008 |
Label: aglaonema, Pameran, Senaya, tanaman hias
Kamis, Desember 11, 2008
APA ITU HYDROGEL ??
Hydrogel, produk yang MENAWAN dan RAMAH LINGKUNGAN ini merupakan kristal polimer yang berfungsi menyerap dan menyimpan air dan nutrisi untuk tanaman dalam jumlah besar. Hydrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikroba sehingga produk ini aman digunakan.
Hydrogel tidak larut dalam air tetapi dia hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrisi secara proporsional pada saat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan demikian tanaman akan selalu mempunyai persediaan air dan nutrisi setiap saat karena hydrogel berfungsi menyerap dan melepaskan (absorption - release cycles). Hydrogel mampu menyerap air sebanyak 500 kali berat hydrogel itu sendiri.
Selain tampak indah, butiran hydrogel yang lebih mirip kristal sering mengecoh siapa saja yang baru melihatnya. Hydrogel juga menarik karena warnanya. Bisa dibayangkan betapa indahnya jika ruangan Anda ada vas bening berisi tanaman yang tumbuh di dalam media hydrogel dengan warna-warna yang menawan seperti Merah, Pink, Ungu, Biru, Hijau, Kuning, Orange dan Putih yang berkilauan.
Selain untuk mempercantik ruangan, hydrogel ini dapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot, lahan pertanian, perkebunan, hutan dll. Jadi Anda yang tinggal di daerah yang kekurangan persediaan air atau daerah yang harga airnya mahal atau Anda yang ingin mengurangi volume dan frekuensi penyiraman tanaman Anda dan Anda yang akan melakukan perjalanan jauh dan panjang, Anda tak perlu khawatir, HYDROGEL akan menyediakan air dan memenuhi kebutuhan air tanaman Anda. Keuntungan menggunakan hydrogel :
- Memastikan keteresediaan air sepanjang tahun.
- Mengurangi ferekuensi penyiraman / irigasi hingga 50%.
- Mengurangi hilangnya air dan nutrient disebabkan oleh leaching dan evaporasi.
- Memperbaiki physical properties dari compact soils dengan membentuk aerasi udara yang baik.
- Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrient selalu tersedia di sekitar tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar.
- Mengurangi angka mortalitas.
- Mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah.
Source: www.horties.com
Selanjutnya Klik......
Diposting oleh ' di Kamis, Desember 11, 2008 |
Label: aglaonema, Hydrogel, Ramah Lingkungan, tanaman hias
HYDROGEL Untuk Kreasi Tanamah Hias
Tanaman hias hidroponik untuk ruangan Anda. Tidak lagi menggunakan kerikil, pasir, zeolit dll, tapi kini bertanam hidroponik sudah menggunakan hydrogel sebagai media tanamnya. Selain terlihat lebih indah, menanam dengan menggunakan hydrogel memiliki perawatan yang lebih mudah. Kalau tanaman sudah mampu beradaptasi dengan baik, kita cukup menyemprotnya satu sampai dua bulan sekali saja.
Aluminium Plant (Daun Mutiara) dan Bambu Emerald
Aluminium plant dan bambu emerald dengan bentuk kepang yang melingkar membentuk silinder ini terlihat begitu mempesona dan tumbuh segar dalam media hydrogel.
Aglaonema dan Paku-pakuan
Indah, hijau dan segar dalam ruang yang tropis ini.
Scindapsus sp. (Sirih Belanda)
Daun sirih belanda ini indah menjuntai dan vas berkaki yang dipenuhi aneka warna hydrogel. Scindapsus sp.
Cara Penanaman Persiapan pemindahan tanaman sebaiknya dilakukan sebelum membuat media hidrogel yang telah siap:
- Siramlah dahulu pot tanaman sehingga tanaman mudah dicabut.
- Angkatlah tanaman dari pot secara hati-hati supaya tidak banyak akar yang rusak.
- Rendam tanaman dalam air selama lebih dari 1 jam supaya tanah mudah dibersihkan
- Cucilah semua bagian tanaman tersebut dengan air bersih samapai seluruh daun, batang dan perakaranya bersih, perakaran yang terlalu panjang dapat dipotong
- Setelah diadaptasikan, periksa akar yang rusak patah atau membusuk, akar yang demikian di buang lalu di cuci lagi.
- Tanaman harus benar benar bersih dari tanah karena tanah dapat merusak hidrogel juga tanah dapat membuat hidroigel ditumbuhi lumut.
- Tanaman siap dimasukkan kedalam media baru berisikan hydrogel, pertama tama masukan hydrogel sebagian (1/4 volume vas)kemudian masukan tanaman lalu masukan hydrogel sisanya sampai semua akar tertutup, vas yang telah jadi siap untuk dijadikan hiasan dan ditempatkan sesuai dengan keinginan anda.
- Tahan genangan (tahan kadar air berlebih)
- Tahan kelembaban yang tinggi
- Umumnya tidak berkayu
- Tanaman indoor (tanaman dalam ruangan ) sehingga bisa hidup dengan cahaya pantulan atau cahaya tidak langsung.
- Umumnya tanaman tidak berbunga, karena pembungaan membutuhkan suplai cahaya yang besar sedangkan cahaya yang besar menyebabkan hydrogel berlumut
- Tanaman harus benar benar bersih dari tanah karena tanah dapat merusak hidrogel juga tanah dapat membuat hidroigel ditumbuhi lumut.
Perawatan Tanaman
Tips perawatan tanaman yang ditanam dalam media hydrogel :
- Gunakan tanaman yang dapat survive di media hydrogel adalah tanaman yang dapat survive di media basah antara lain Aglaonema sp, Scindapsus sp, Cripthantus sp, Dracaena sp (bambu emerald), Pilea cadieri (daun mutiara), Anthurium sp, Diffenbachia sp, Philodendron sp, Cyperus sp (rumput payung), Cordyline sp (berbagai jenis hanjuang) dll.
- Cukup mendapat sinar matahari.
- Penyiraman dan pemupukan dapat dilakukan sebulan sekali. Gunakan pupuk yang tidak merusak warna hydrogel (misal : gandapan, hyponex) dan gunakan sesuai dosis.
- Hindarkan dari cahaya matahari langsung, hal ini menyebabkan warna hydrogel pudar dan tumbuhnya lumut pada hydrogel.
Selanjutnya Klik......
Diposting oleh ' di Kamis, Desember 11, 2008 |
Label: aglaonema, Hydrogel, Ramah Lingkungan, tanaman hias