Nama astuti begitu berarti untuk Indri Greg Hambali. Pada seorang perempuan bernama indah itu ia memanggil Bunda. 'Orang yang paling berjasa dalam hidup saya,' kata Indri. Bukti kasih pada sang Ibu, nama astuti disematkan pada aglaonema elok berbatik merah silangan tergres Greg Hambali - suami tercinta.
Dua puluh tujuh tahun Greg menyilang aglaonema, hampir semua nama orang terdekat pasangan itu diambil sebagai nama silangan. Sebut saja srikandi, nama adik; madame suroyo sahabat keduanya, dan tiara; anak rekan Greg. 'Kini giliran Bunda,' ujar Indri.
Sifat astuti mirip tiara: mudah tumbuh kompak. Namun, ukuran daun lebih kecil. Bercak batiknya kecil-kecil. Tangkai daun yang kokoh tidak panjang tapi juga tidak pendek. Produksi anakan 2 - 7 buah. Astuti relatif tahan serangan hama dan penyakit. Pada sehari setelah perayaan Valentine 14 Februari 2009 astuti akan diperkenalkan pada hobiis. Ada sekitar 100 paket astuti yang disiapkan untuk momen kasih sayang itu.
Jumbo
Selain astuti, ada lagi aglaonema terbaru dari tangan Greg. Sebut saja tamara, arini, hughes, dan molek. Dua yang disebut pertama sudah berpindah tangan kepada Hendra Wijaya, pemilik Elegant Flora, sejak 6 bulan silam. Tamara berbatang besar dan kokoh. Corak pun cantik: berbercak batik warna merah jambu. Bentuk daun mirip tiara, ujung meruncing. Tamara dibandrol Rp60-juta per 3 daun alias Rp20-juta per daun.
Arini tak kalah cantik. Daun besar dengan pinggiran agak melekuk ke atas. Penampilannya menyolok lantaran berbatik merah. Harganya? Juga fantastis: Rp40-juta per 5 daun. Hughes beda lagi. Aglaonema yang kini dikoleksi Songgo Tjahaja di Jakarta Barat itu berdaun jumbo seperti moonlight dan esmeralda.
'Hughes termasuk aglaonema bersosok besar,' kata Songgo. Di tangannya, sri rejeki yang diperoleh 10 bulan silam itu baru sekali beranak. Toh Songgo yakin, jika perawatan lebih optimal tanaman sehat dan anakan pun cepat dihasilkan. Si bongsor dibandrol Rp5-juta per daun.
Molek ada di Kalimalang, Jakarta Timur. Kerabat anthurium itu didapat si empunya, Harry Setiawan, 3 tahun silam. Waktu itu baru berdaun 5 lembar. Bentuk daun molek bulat sedang. Batang kokoh dan sosok kompak. Ia cantik tampil tunggal maupun majemuk. Dengan perawatan tepat, setiap indukan dengan 12 daun menghasilkan 10 anakan dan cucu dalam 1 tahun. 'Tanamannya pun bandel dan tak ringkih,' ujar pemilik Irene Flora itu. Harganya lebih terjangkau, Rp750.000 per daun.
Tebal
Harry juga punya intan. Sri rejeki yang diperoleh setahun silam dari Th ailand itu kompak dengan tangkai daun pendek. Sayang, intan pelit beranak sehingga jumlah tanaman masih terbatas. Bandrolnya Rp1,5-juta per pot tanaman 6 - 7 daun.
Jenis baru lain, jolie. Aglaonema asal negeri Siam koleksi Gunawan Widjaja di Sentul, Bogor, itu berdaun tebal mirip moonlight. Untuk perbanyakan perlu perlakuan ekstra. Sri rejeki yang diperoleh 3 tahun silam itu harus sudah dewasa dan sehat. Hingga kini Gunawan hanya punya 3 pot.
Di negeri Gajah Putih Trubus melihat langsung parade silangan terbaru di Nonthaburi. Di sana ada sri rejeki berdaun lanset dengan tulang daun warna merah, aglaonema turunan cochin berdaun tegak, hingga dominan merah. Mana yang Anda pilih untuk Hari Kasih Sayang? (Rosy Nur Apriyanti)
Source : http://www.trubus-online.co.id
Jumat, April 03, 2009
Ratu Kasih Sayang di Tahun Kerbau
Diposting oleh ' di Jumat, April 03, 2009 |
Label: aglaonema, Greg Hambali, hari valentine, tanaman hias
Terpesona Lagi Kelingking Putri
Elok nian rangkaian kembang itu. Empat tangkai anthurium bunga berwarna merah cerah menjulang dengan spadiknya yang seperti menunjuk langit. Di bawahnya, 4 bunga ekor bermotif belang-belang mempercantik rangkaian.
Rangkaian karya Iriannie Jasmine itu sederhana, tapi menawan. Merah cerah anthurium bunga menjadi daya tariknya. 'Dalam suatu rangkaian, warna merah terlihat tegas,' tutur Erna Utami Roesdiono dari Asosiasi Pengusaha dan Petani Flora Indonesia (ASPENI) Jawa Timur. Makanya cinggir putri-nama di Bogor, artinya kelingking putri-warna merah banyak diminta perangkai.
Dari rata-rata penjualan 500 tangkai anthurium bunga per bulan di Melrimba Sentra Agrotama-produsen bunga potong, sebagian besar berwarna merah. Salah satunya bernama tropical. Ukuran bunga besar, diameter 12-14 cm. Permukaan atas bunga mengkilap. Bunga tetap segar dipajang sampai 23 hari pascapanen. 'Tropical didapat dari Belanda,' kata Andri Prabowo, manajer pemasaran Melrimba.
Telunjuk besar
Tropical itulah salah satu yang Trubus temukan dalam bedengan bunga ekor yang berderet-deret di nurseri Anthura. Si merah mengkilap memang berasal dari nurseri di Rotterdam, Belanda, itu. Ia lahir dari tangan Nic van der Knap 23 tahun silam. Sampai sekarang flamingo flower itu tetap favorit.
Di sana juga ada sonera berkelir merah-hijau. Dari kertas putih di depan bedengannya didapat informasi ukuran bunga 19-21 cm. Setelah panen, bunga awet simpan hingga 39 hari. Penampilannya berbeda dengan artica. Yang disebut belakangan warnanya putih dan mungil-ukuran hanya 10-12 cm. Bunga tahan simpan 31 hari setelah dipetik. Graffity memiliki spadik yang unik, melengkung seperti huruf U. Ukuran bunga 10-12 cm dan awet simpan hingga 17 hari.
Di beberapa bedeng, nama varietas hanya berupa kode nomor. Itu hibrida-hibrida yang masih dalam tahap seleksi. Trubus melihat sesosok yang seludangnya berwarna merah-hijau superbesar, ukurannya mencapai 24 cm. 'Dari segi penampilan memang unik, tapi ini tidak bisa komersial,' ujar Gerrie Schumacher, sales manager Anthura. Pengalaman Gerrie, mengepak-kan bunga-bunga superbesar sulit.
Pantas meski setiap tahun nurseri yang berdiri sejak 36 tahun silam itu menghasilkan minimal 39.600 hibrida baru, hanya 3-5 varietas dirilis ke pasar. Itu setelah melewati tahap seleksi selama 8-10 tahun. Syarat tanaman lolos seleksi: tahan penyakit, tangkai bunga panjang dan kuat, serta bunga tahan lama setelah dipetik dan berwarna menarik. Dengan begitu bunga-bunga cinggir putri dari Anthura selalu mempesona. (Rosy Nur Apriyanti)
Source : http://www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Jumat, April 03, 2009 |
Label: anthurium, tanaman hias
Senin, Januari 05, 2009
Turunan Rotundum di Negeri Gajah Putih
Kepiawaian itu Trubus saksikan di nurseri Unyamanee Garden milik Pramote Rojruangsang yang terletak di utara Bangkok, tepatnya di Tambon Khlongsam, Amphoe Khlong Luang, Pathum Thani. Di atas rak plastik berpenyangga beton selebar 2 m, terlihat lebih dari 100 hibrida aglaonema. Itulah turunan rotundum yang diwarisi oleh chawang-hasil silangan rotundum dengan Aglaonema simplex.
Penampilan anggota famili Araceae itu beragam. Sebut saja sri rejeki setinggi 35 cm yang terletak di tengah rak dan aglaonema berdaun 13 helai di sebelahnya. Yang disebut pertama bertangkai panjang.
Penampilannya pasti menarik setelah rimbun anakan. Sedangkan yang kedua bertangkai pendek, penampilannya lebih kompak meski tunggal.
Seluruh hibrida di kebun, hasil silangan Tjiew sendiri. Pria berkacamata itu memiliki 6.000 indukan. Lebih dari 50%indukan berupa rotundum dan turunannya -chawang. Rotundum memang idola penyilang. Anggota famili Araceae itu satu-satunya spesies yang dapat mewarisi warna merah. Selain itu, Tak ada aglaonema yang memiliki keragaman begitu tinggi dan dalam populasi tinggi, kecuali rotundum, kata Gregori Garnadi Hambali, penyilang di Bogor.
Meski rotundum berasal dari Indonesia, tapi sri rejeki itu sudah banyak di Thailand. Anggota famili Araceae itu dikirim dalam jumlah besar sejak 80-an. Nurdi Basuki, praktisi tanaman hias di Bogor, menyaksikan sendiri sejumlah 200 -250 rotundum dipasarkan di Chatuchak, Bangkok.
Kepincut
Keandalan rotundum tak hanya dimanfaatkan oleh Tjiew, tapi juga Prapanpong Tangpit. Bahkan pria yang berdomisili di Khet Thawi Watana, Bangkok,itu telah memakai rotundum sebagai indukan sejak 10 tahun silam. Di halaman rumah At -sapaan Prapanpong -seluas 50 m2 terlihat 20 hibrida turunan rotundum. Mereka diletakkan di atas rak beralaskan plastik yang disangga beton setinggi 1 m. Di rak paling kanan terdapat sri rejeki turunan cochinchinense dengan rotundum yang berumur kurang dari 6 bulan. Semua sri rejeki itu dilindungi shading net 70%.
Keindahan rotundum tidak hanya dilihat oleh Tjiew dan At, dua penyilang kawakan. Kemolekan aglaonema asal Indonesia itu pun menggaet minat para pedagang. Sebut saja Witchai Chan-aram di Bangkapi, dan Siriwat Saeko di Kum Khet Bueng Kum, Bangkok.
Yang disebut pertama berburu hibrida turunan rotundum sejak 2 tahun silam. Saking terpesona keindahan sang ratu daun, Witchai sampai tak bisa tidur sebelum memilikinya. Hampir seluruh anggota famili Araceae itu dibeli dalam bentuk seedling. Harganya pun cukup tinggi, 100.000 baht/pot setara Rp2,5-juta/pot. Sri rejeki itu diletakkan di atas rak kayu setinggi 50 cm yang beratapkan shading net 70%di halaman belakang, samping, sampai atap rumah. Maklum halaman belakang dan samping rumah masing-masing hanya seluas 15 m2 dan 8 m2. Kini 100 hibrida turunan spesies asli Indonesia itu diperbanyak dengan memisahkan anakan.
Setali tiga uang dengan Witchai, Siriwat juga rajin berburu hibrida turunan rotundum dalam bentuk seedling. Setelah diboyong ke rumah, pria 60 tahun itu merawat sri rejeki itu layaknya anak sendiri. Anggota famili Araceae itu diletakkan di atas rak bambu beralaskan asbes di lahan seluas 200 m2 yang terletak di depan rumah. Ti -begitu ia disapa -menyiram hibrida turunan rotundum itu setiap hari menggunakan sprayer. Mantan pekerja konstruksi itu menggunakan media campuran peatmoss, cocofiber, dan humus dengan perbandingan 1:2:4.
Hasilnya, semua sri rejeki koleksinya tumbuh subur terlihat dari daun yang segar. Wajar bila hibrida turunan rotundum miliknya banyak meraih juara di kontes. Ti pun dapat menjual kerabat keladi itu dengan harga tinggi. Itulah kehebatan hibrida aglaonema asli Indonesia yang dimanfaatkan oleh orang Thailand.(Rosy Nur Apriyanti)
Source : www.duniaflora.com
Diposting oleh ' di Senin, Januari 05, 2009 |
Label: aglaonema, rotundum, tanaman hias
Budidaya Aglaonema Rotundum
Budidaya Aglaonema Rotundum
Dalam usaha untuk melestarikan A. rotundum karena di alam tidak dapat dilakukan melalui pengetatan status cagar alam Leuser yang merupakan habitat asli, maka agar dilakukan upaya pelestarian A. rotundum adalah :
BUDIDAYA
• Media tanam
Di habitat aslinya tanaman ini tumbuh pada lapisan humus yang ideal untuk pertumbuhannya. Dalam pembudidayaan tanaman ini dapat ditanam pada media berbahan humus, arang sekam, sekam lapuk, pasir kasar dan tanah kebun yang digunakan sendiri-sendiri atau berupa campuran.
• Penyiraman
Penyiraman dapat dilakukan 3 - 4 hari sekali, diselingi dengan penyiraman pupuk cair yang diberikan 2 - 3 minggu sekali.
• Pencahayaan
Tanaman ini mampu ditanam di bawah rak tanaman yang masih mendapatkan cahaya samping. Pertumbuhan yang ideal diperkirakan dapat diperoleh dengan pencahayaan sekitar 30 - 40 %.
• Perbanyakan
Tanaman ini mudah diperbanyak dengan setek batang atau biji seperti halnya jenis Aglaonema lainnya.
• Pemberantasan hama dan penyakit
Tanaman ini biasa diserang oleh hama yang menyerang jenis- jenis Aglaonema yang lain. Ulat-ulat Sphingidae dewasa mampu melalap habis 1 - 2 lembar daun dalam semalam. Ulat-ulat Noctuidae mampu mengosongkan batang-batangnya dalam beberapa hari serangannya. Pemberantasan hama-hama ini dan hama lainnya mudah dilakukan dengan penyemprotan dengan insektisida sistemik.Penyakit busuk batang dan daun merupakan masalah paling sulit diatasi dalam pembudidayaan A. rotundum, bakteri Erwinia sebagai salah satu penyebabnya sangat sulit dieliminasi jika tanaman telah terserang. Upaya memperkecil serangan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan penyiraman pada saat media telah cukup kering dan menghindari penyiraman berlebihan. Penyakit-penyakit yang muncul di tempat pembudidayaan merupakan penyebab utama kemusnahan koleksi-koleksi hidup A. rotundum di berbagai nurseri.
KONTES A. ROTUNDUM
Kegiatan pengikut sertaan A. rotundum hasil seleksi dalam lomba-lomba Aglaonema untuk diadakan kelas khusus untuk A. rotundum seperti yang telah dirintis dan dilaksanakan oleh sdr. Frans Kusdianto (Alm) di Semarang.
PERSILANGAN A. ROTUNDUM
Usaha untuk melakukan persilangan antar klon perlu secara serius dilakukan karena melalui cara inilah klon-klon A. rotundum yang lebih cantik dan tahan penyakit dapat dihasilkan sehingga nilai komersial klon-klon A. rotundum hasil budidaya dapat kita tingkatkan
Source: www.klikhangarden.com
Diposting oleh ' di Senin, Januari 05, 2009 |
Label: aglaonema, budidaya, media tanam, tanaman hias
Spesies Aglaonema Primadona asal Sumatera Utara
Spesies aglaonema primadona asal Sumatera Utara adalah Aglaonema rotundum. A. rotundum (rotundum=bulat) dikenal juga dengan nama daun seroja. Di habitat aslinya di Sumatera utara yang meliputi wilayah provinsi Sumatera Utara dan Aceh Selatan tanaman ini tumbuh di dalam kelompok-kelompok kecil yang letaknya relatif berdekatan di bawah tajuk hutan primer yang kurang mendapat cahaya matahari pada lapisan humus, yang merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Keragaman ditunjukkan pula oleh sifat-sifat yang relatif mudah diamati seperti misalnya perbedaan intensitas warna merah tulang daun dan warna merah permukaan bawah daun, bentuk daun yang membulat sampai bentuk bulat telur,
Ukuran daun (lebar daun 4 - 14 cm), jumlah tulang daun yang menghiasi permukaan atas daun (6 - 20), jumlah bakal buah per tongkol bunga (1 - 15), warna bakal buah hijau muda atau merah muda, ujung kelopak bunga (runcing atau membulat), jumlah serbuk sari yang dikeluarkan (sangat sedikit atau tidak ada sama sekali sampai sangat banyak), jumlah anakan yang dihasilkan (0 - 7), toleransi tanaman terhadap serangan penyakit busuk batang dan busuk daun (sangat peka sampai sangat toleran) dan juga tingkat kekekaran pertumbuhan.
A. rotundum meskipun merupakan satu-satunya spesies yang mempunyai peran penting dalam pemunculan warna-warna merah meriah pada silangan-silangan Aglaonema komersial, kurang mendapat perhatian yang semestinya oleh berbagai pihak yang dapat membantu mempertahankan kelestariannya di alam.
Tulisan ini disampaikan untuk mengulas beberapa hal penting mengenai tanaman ini dan diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dalam diskusi-diskusi yang mendorong diadakannya tindakan-tindakan konkrit yang diperlukan untuk mencegah kepunahannya di alam.
Kriteria A. rotundum yang baik, sebagai berikut :
• Daun berwarna merah pada permukaan atas maupun bawah
• Daun bergaris merah dan rapat antar garis (bergaris putih agak langkah)
• Daun tebal
• Daun berbentuk bulat telur
• Daun posisi datar/flat atau seperti mangkok
• Daun membentuk sudut 30
• Tangkai daun pendek
• Susunan tangkai rapat antar ruas
• Batang tegak (karena dihabitat merambat)
Source: www.klikhangarden.com
Diposting oleh ' di Senin, Januari 05, 2009 |
Label: aglaonema, primadona, sumatera, tanaman hias
Senin, Desember 15, 2008
Widuri Tercantik di Taman Raja Thailand
Kontes Tanaman Hias Suan Luang 2007, Widuri Tercantik di Taman Raja
Dua pita merah muda dan kuning tertancap mantap di pot keramik biru itu. Pita kuning lambang aglaonema di pot itu sebagai terbaik di kelas batang majemuk. Pita merah muda ditancapkan kemudian oleh tim juri ternama: Surat Wanno, Profesor Chirayupin Chantaraprasong, Kasem Kingkaew, Wanlop Ngam-wattana, dan Kolonel Winai Puksrisukg. Itu tanda ia didaulat jadi grand champion kontes aglaonema 2007 di Suan Luang, Thailand.
Penghuni pot nomor 32 itu tak lain widuri karya penyilang tanah air (asli Indonesia) Gregori Garnadi Hambali. Aglaonema bermotif hijau berbercak merah itu kini milik Pairoj Tianchai, kolektor di Bangkok. Widuri didaulat menjadi grand champion setelah mengalahkan 12 pesaing, juara di tiap kelas. Sri rejeki berdarah rotundum itu layak dianugerahi gelar paling bergengsi karena berpenampilan aduhai.
Daunnya bersusun rapi dan mulus tak ternoda penyakit. Warna hijau daun ngejreng berpadu bercak-bercak merah sehingga terlihat kontras. Tajuknya simetris diwadahi ukuran pot yang pas. Tak heran kelima juri memilihnya menjadi yang terbaik di kontes tahunan memperingati hari ulang tahun Raja Bhumibol Adulyadej itu.
'Daunnya sehat dan warnanya indah,' kata Surawit Wannakrairoj PhD, pakar tanaman hias yang sering menjadi juri di berbagai kontes. Ia menunjuk lembar-lembar daun widuri yang memang tampak prima tanpa noda sedikit pun. Di mata Surawit, kecantikan widuri tak tertandingi yang lain.
Komentar serupa datang dari Ukay Saputra, pemilik Annisa Flora di Jakarta, yang sempat menjadi juri di kontes yang sama tahun lalu. Ukay memuji keindahan widuri. 'Tahun lalu, widuri hanya menempati peringkat dua di kelas chocin merah batang majemuk,' katanya. Ukay ingat betul, saat itu belum ada widuri berbatang majemuk sebesar itu. Paling besar satu indukan yang ditemani 2 anakan yang masih kecil-kecil. Makanya ia takjub begitu melihat sosok sang grand champion yang begitu rimbun.
'Sulit mendapat widuri rimbun seperti itu,' kata Haji Basri, pemain tanaman hias dari Pamulang, yang turut hadir di Suan Luang. Ia mencontohkan salah satu widuri batang majemuk yang ikut di kontes Trubus Agro Expo 2007 di Taman Bunga Wiladatika Cibubur. Widuri itu meski rimbun tapi masih terlihat 'kosong' di beberapa tempat. Songgo Tjahaja, sang pemilik, mengakui sulit mendapat widuri yang rimbun dan kompak. Musababnya, tangkai daun widuri sangat keras. Dalam pertumbuhannya tangkai itu saling dorong mendorong, sulit untuk disusun. 'Kalau tunggal ia cantik,' ujar Songgo.
Turun di kelas tunggal kategori daun kuning, big mama mencorong berkat kesehatannya yang prima. 'Warna kuning berpadu merah pada daun sempurna,' ujar Surawit. Ukuran daun besar dan cembung semakin menonjolkan keindahan daunnya. Ukay memuji performa apik aglaonema asal Thailand itu. Menurutnya ukuran daun dari atas sampai bawah seimbang. Tak ada daun bawah yang lebih besar dibanding di atasnya.
Superstar
Kontes sansevieria yang berlangsung bersamaan dengan lomba aglaonema tak kalah seru. Yang istimewa, kontes kali ini dipadati berbagai jenis unik dan langka. Superstar, sansevieria variegata milik Pramote Rojruangsang, dinobatkan menjadi grand champion.Padahal lawannya tak bisa dianggap enteng. Sebut saja samurai dwarf, mansoniana variegata, hibrid parva x gracilis, dan pongii berpenampilan prima.
Toh, bintang terang memang layak menaungi sang superstar. Meski dominasi variegata begitu kuat, sansevieria berumur 7 tahun itu sehat dan tak menunjukkan tanda terbakar. 'Ia memang bandel,' kata pria yang akrab disapa Tjiew itu. Keistimewaan superstar diamini Aris Andi, pemain tanaman hias di Yogyakarta, yang bertemu Trubus di area kontes. Menurutnya selain langka penampilan superstar kompak dan warna benar-benar indah. Berkali-kali Aris bolak-balik ke area lomba untuk mengabadikan sang bintang.
Keluar sebagai yang terbaik di kontes adenium, ra chinne pandok milik Choochart Suntrapornchai dari Siam Adenium. Pohon induk berumur 35 tahun itu memukau juri lewat kondisinya yang prima. Diameter batang grand champion mencapai 1,25 m dan tingginya 1,75 m. Pantaslah bila juri menganugerahinya pita merah kemenangan. 'Kualitasnya bagus,' kata Chandra Gunawan dari nurseri Godongijo di Sawangan yang hampir setiap tahun datang ke Suan Luang. Menurut Chandra sang grand champion baru sekali ini turun lapang dan langsung jadi pemenang.
Ramai
Pameran yang berlangsung di Suan Luang Rama IX Park pada 30 November-10 Desember itu juga disemarakkan kontes caladium dan bonsai. Pada kontes caladium, Putri Maha Chakri Sirindhorn yang memberikan penghargaan pada grand champion. Tak heran karena caladium memang tanaman favorit keluarga kerajaan, terutama Ratu Sirikit. Decak kagum terdengar dari ruang caladium tempat jawara kontes dipamerkan. Sang grand champion berwarna merah dengan urat daun gelap tampil memikat, bersanding dengan kontestan dan para jawara kelas lainnya. Sementara di lomba bonsai, jenis beringin yang jadi pemenang.
Sebanyak 300 stan tanaman hias dan buah serta perlengkapannya ambil bagian memeriahkan pameran flora tahunan itu. Tak kurang dari 50 pemain tanaman hias Indonesia tampak di berbagai sudut stan. Tujuannya, memantau perkembangan terkini dunia tanaman hias Thailand sekaligus berbelanja. Namun, tren tanaman hias di tanahair rupanya berimbas kencang hingga ke negeri Siam. 'Sekarang harga tanaman mahal-mahal. Bedanya hanya 20-30% daripada harga di Indonesia,' kata Sugiono Budhiprawira, hobiis anthurium. Contohnya Anthurium jenmanii golden ukuran daun 20 cm yang dijual seharga 1-juta bath setara Rp330-juta. 'Memang cantik, tapi terlalu mahal,' komentar Nurdi Basuki, pemain tanaman hias dari Bogor.
Namun begitu, kemeriahan tetap mewarnai Suan Luang Rama IX Park. Para pemenang di berbagai ajang lomba jadi perhatian utama. (Andretha Helmina)
source: www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Senin, Desember 15, 2008 |
Label: aglaonema, media tanam, tanaman hias, thailand, widuri
Aglaonema Masa Depan
Jewel siam mendapat pujian dari Gregorius Garnadi Hambali. Aglaonema silangan Sutthi Klin-U-Thai yang dipamerkan di Suan Luang, Bangkok, Thailand, awal Desember 2007 itu disebutnya berpenampilan bagus.
Wajar bila Greg kagum pada jewel siam. 'Daun bulat, besar, dan bercaknya menarik serta menyebar,' kata penyilang aglaonema kawakan asal Bogor itu. Umumnya aglaonema asal Thailand bercorak splash, berwarna solid, dan polos mengikuti sifat induknya, Aglaonema cochinchinense. Menurut Greg, hibrida silangan Sutthi itu mirip varian ruby, tapi warna hijau lebih kuat dan bercak merah menyebar. Pola bintik-bintik seperti itu biasanya sifat yang diturunkan A. brevispathum.
Warna merah sudah tak asing lagi, pasti diturunkan oleh A. rotundum. Namun, Sutthi tak menggunakan aglaonema spesies asal Sumatera itu, tapi turunannya-chawang. Maklum, rotundum sulit dikembangkan di Thailand. Kelebihan lain, jewel siam berdaun raksasa. Panjang daun 33 cm dan lebar 18 cm. Lazimnya, panjang daun aglaonema rata-rata 20-25 cm dengan lebar 10-15 cm.
Menurut Greg A. commutatum 'tricolor' bisa menurunkan sifat daun bulat dan besar. Dengan melihat sifat-sifat yang diturunkan aglaonema-aglaonema spesies tersebut, wajar bila Handry Chuhairy, praktisi tanaman hias di Serpong, Tangerang, menduga jewel siam hasil silangan (A. commutatum x A. brevispathum) x chawang.
Layak tampil
Sebenarnya hibrida aglaonema tipe daun bulat dan besar sudah lama dihasilkan oleh Greg. Sebut saja esmeralda, moonlight, dan kresna. Namun, warna daun masih didominasi hijau dan bentuknya cekung. Sementara jewel siam, 'Sudah flat sehingga akan membentuk suatu tanaman pot plant yang kompak,' ujar Handry.
Sayang, 'Jewel siam tidak memenuhi syarat sebagai sosok untuk dikembangkan secara komersial. 'Sebagai varian ia menarik, tapi perlu diperbaiki lagi,' kata Greg. Itu karena hibrida asal Thailand itu berdaun tipis, lemas, tangkai relatif panjang, dan jarak antardaun lebar. Penampilannya lebih menarik dalam kelompok atau dengan anakan.
Menurut Greg tipe aglaonema masa depan bisa berdaun lebar, bulat, kecil, atau panjang. Yang paling utama sosoknya kokoh, kompak, banyak anakan, kombinasi warna menarik, dan memiliki corak baru. Dengan begitu layak tampil dan bisa dikembangkan secara komersial.
Serupa
Penelusuran Andretha Helmina, wartawan Trubus, di Thailand, aglaonema baru yang benar-benar berpenampilan beda sangat susah didapat. Itu karena, 'Dari 1.000 biji aglaonema yang ditanam paling hanya 20 saja yang penampilannya benar-benar beda,' kata Pramote Rojruangsang, penyilang di Pathumthani, Thailand. Buktinya, jenis seragam Trubus temui pada aglaonema silangan Tjiew-sapaannya. Corak daun dominan splash merah lantaran masih keturunan cochin. Namun, tangkai daun jadi lebih pendek dan warna daun terlihat lebih terang daripada generasi sebelumnya.
Penampilan sedikit berbeda terlihat pada aglaonema koleksi Nuu Wong Tse di Samuth Songkhram. Daun muda berwarna merah dan bercorak batik, semakin tua berubah menjadi hijau kekuningan. Mangkonyok, itulah nama hibrida aglaonema yang ditanam dalam media cocochip dan serasah daun bambu dengan perbandingan 2:1. Aglaonema yang namanya berarti giok naga dalam bahasa Thailand itu dijual seharga 100.000 bath/pot atau setara Rp33.000.000/pot.
Nun di Cilandak, Jakarta Selatan, Trubus menemui hibrida baru silangan Thailand koleksi Henry Biantoro. Hibrida itu diperoleh 1,5 tahun silam dari teman di Dumai, Riau. Ukuran daun aglaonema bercorak batik itu besar: panjang 31,5 cm dan lebar 16 cm. Tangkai daun panjang sehingga penampilannya terlihat lebih menarik ketika ada anakan.
Dua aglaonema baru juga terlihat di Sentul, Bogor. Penampilan salah satu anggota famili Araceae itu mirip butterfly. Namun, corak daun lebih cerah, warna tulang daun lebih merah, dan daun lebih tebal. Sosok butterfly varian baru koleksi nurseri Wijaya itu terlihat mempesona lantaran kompak dan rimbun. Lainnya, wijaya red. Ia tampil menarik lantaran bercorak batik warna merah. Sayang, daun berukuran sedang. Beda dengan jewel siam yang besar dan bulat. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Andretha Helmina)
source: www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Senin, Desember 15, 2008 |
Label: aglaonema, Greg Hambali, Hibrida, tanaman hias
Dua Miliar Parkir di Senayan
Dua pria kekar berambut cepak berdiri tegak di depan tenda tertutup berukuran 36 m x 16 m. Pengaman swasta berseragam hitam itu menatap waspada setiap pengunjung yang masuk. Di langit-langit ruangan terpasang 12 lensa kamera CCTV yang tersambung layar monitor yang diawasi 2 orang. Total jenderal 6 petugas mengamankan ruangan berisi tanaman senilai Rp2-miliar.
Angka itu nilai total 60 tanaman mewah dari berbagai penjuru Pulau Jawa. Sebut saja Sansevieria eilensis koleksi Iwan Rassat. Harganya Rp55-juta. Yang termahal aglaonema bidadari. Harga per lembar daun Rp15-juta. Dengan 20 daun harga sri rejeki koleksi Harry Setiawan itu Rp300-juta. Tanaman aneh Aglaomorpha sp yang mirip ular pun dipajang di sana.
Pantas pengamanannya superketat. Selain petugas keamanan, sekeliling tenda seluas 576 m2 itu dibentengi pagar besi setinggi 2,7 m. 'Itu untuk menjamin tidak ada penerobos yang masuk mencuri tanaman,' kata Utami Kartika Putri, penanggung jawab acara. Agar tanaman aman dari goresan dan luka, pengunjung dilarang menyentuh tanaman.
Parade tanaman mahal itu membuat pencinta tanaman hias dari Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung rela terbang ke Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat. Kartini Omar, asisten direktur Hotpark, National Park, Singapura, pun memuji. 'Indonesia luar biasa. Sejumlah tanaman langka bernilai tinggi berkumpul di sini,' katanya pada wartawan Trubus, Imam Wiguna. (Destika Cahyana)
www.trubus-online.co.id
Diposting oleh ' di Senin, Desember 15, 2008 |
Label: aglaonema, Pameran, Senaya, tanaman hias
Kamis, Desember 11, 2008
APA ITU HYDROGEL ??
Hydrogel, produk yang MENAWAN dan RAMAH LINGKUNGAN ini merupakan kristal polimer yang berfungsi menyerap dan menyimpan air dan nutrisi untuk tanaman dalam jumlah besar. Hydrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikroba sehingga produk ini aman digunakan.
Hydrogel tidak larut dalam air tetapi dia hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrisi secara proporsional pada saat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan demikian tanaman akan selalu mempunyai persediaan air dan nutrisi setiap saat karena hydrogel berfungsi menyerap dan melepaskan (absorption - release cycles). Hydrogel mampu menyerap air sebanyak 500 kali berat hydrogel itu sendiri.
Selain tampak indah, butiran hydrogel yang lebih mirip kristal sering mengecoh siapa saja yang baru melihatnya. Hydrogel juga menarik karena warnanya. Bisa dibayangkan betapa indahnya jika ruangan Anda ada vas bening berisi tanaman yang tumbuh di dalam media hydrogel dengan warna-warna yang menawan seperti Merah, Pink, Ungu, Biru, Hijau, Kuning, Orange dan Putih yang berkilauan.
Selain untuk mempercantik ruangan, hydrogel ini dapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot, lahan pertanian, perkebunan, hutan dll. Jadi Anda yang tinggal di daerah yang kekurangan persediaan air atau daerah yang harga airnya mahal atau Anda yang ingin mengurangi volume dan frekuensi penyiraman tanaman Anda dan Anda yang akan melakukan perjalanan jauh dan panjang, Anda tak perlu khawatir, HYDROGEL akan menyediakan air dan memenuhi kebutuhan air tanaman Anda. Keuntungan menggunakan hydrogel :
- Memastikan keteresediaan air sepanjang tahun.
- Mengurangi ferekuensi penyiraman / irigasi hingga 50%.
- Mengurangi hilangnya air dan nutrient disebabkan oleh leaching dan evaporasi.
- Memperbaiki physical properties dari compact soils dengan membentuk aerasi udara yang baik.
- Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrient selalu tersedia di sekitar tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar.
- Mengurangi angka mortalitas.
- Mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah.
Source: www.horties.com
Selanjutnya Klik......
Diposting oleh ' di Kamis, Desember 11, 2008 |
Label: aglaonema, Hydrogel, Ramah Lingkungan, tanaman hias
HYDROGEL Untuk Kreasi Tanamah Hias
Tanaman hias hidroponik untuk ruangan Anda. Tidak lagi menggunakan kerikil, pasir, zeolit dll, tapi kini bertanam hidroponik sudah menggunakan hydrogel sebagai media tanamnya. Selain terlihat lebih indah, menanam dengan menggunakan hydrogel memiliki perawatan yang lebih mudah. Kalau tanaman sudah mampu beradaptasi dengan baik, kita cukup menyemprotnya satu sampai dua bulan sekali saja.
Aluminium Plant (Daun Mutiara) dan Bambu Emerald
Aluminium plant dan bambu emerald dengan bentuk kepang yang melingkar membentuk silinder ini terlihat begitu mempesona dan tumbuh segar dalam media hydrogel.
Aglaonema dan Paku-pakuan
Indah, hijau dan segar dalam ruang yang tropis ini.
Scindapsus sp. (Sirih Belanda)
Daun sirih belanda ini indah menjuntai dan vas berkaki yang dipenuhi aneka warna hydrogel. Scindapsus sp.
Cara Penanaman Persiapan pemindahan tanaman sebaiknya dilakukan sebelum membuat media hidrogel yang telah siap:
- Siramlah dahulu pot tanaman sehingga tanaman mudah dicabut.
- Angkatlah tanaman dari pot secara hati-hati supaya tidak banyak akar yang rusak.
- Rendam tanaman dalam air selama lebih dari 1 jam supaya tanah mudah dibersihkan
- Cucilah semua bagian tanaman tersebut dengan air bersih samapai seluruh daun, batang dan perakaranya bersih, perakaran yang terlalu panjang dapat dipotong
- Setelah diadaptasikan, periksa akar yang rusak patah atau membusuk, akar yang demikian di buang lalu di cuci lagi.
- Tanaman harus benar benar bersih dari tanah karena tanah dapat merusak hidrogel juga tanah dapat membuat hidroigel ditumbuhi lumut.
- Tanaman siap dimasukkan kedalam media baru berisikan hydrogel, pertama tama masukan hydrogel sebagian (1/4 volume vas)kemudian masukan tanaman lalu masukan hydrogel sisanya sampai semua akar tertutup, vas yang telah jadi siap untuk dijadikan hiasan dan ditempatkan sesuai dengan keinginan anda.
- Tahan genangan (tahan kadar air berlebih)
- Tahan kelembaban yang tinggi
- Umumnya tidak berkayu
- Tanaman indoor (tanaman dalam ruangan ) sehingga bisa hidup dengan cahaya pantulan atau cahaya tidak langsung.
- Umumnya tanaman tidak berbunga, karena pembungaan membutuhkan suplai cahaya yang besar sedangkan cahaya yang besar menyebabkan hydrogel berlumut
- Tanaman harus benar benar bersih dari tanah karena tanah dapat merusak hidrogel juga tanah dapat membuat hidroigel ditumbuhi lumut.
Perawatan Tanaman
Tips perawatan tanaman yang ditanam dalam media hydrogel :
- Gunakan tanaman yang dapat survive di media hydrogel adalah tanaman yang dapat survive di media basah antara lain Aglaonema sp, Scindapsus sp, Cripthantus sp, Dracaena sp (bambu emerald), Pilea cadieri (daun mutiara), Anthurium sp, Diffenbachia sp, Philodendron sp, Cyperus sp (rumput payung), Cordyline sp (berbagai jenis hanjuang) dll.
- Cukup mendapat sinar matahari.
- Penyiraman dan pemupukan dapat dilakukan sebulan sekali. Gunakan pupuk yang tidak merusak warna hydrogel (misal : gandapan, hyponex) dan gunakan sesuai dosis.
- Hindarkan dari cahaya matahari langsung, hal ini menyebabkan warna hydrogel pudar dan tumbuhnya lumut pada hydrogel.
Selanjutnya Klik......
Diposting oleh ' di Kamis, Desember 11, 2008 |
Label: aglaonema, Hydrogel, Ramah Lingkungan, tanaman hias
Selasa, November 25, 2008
Cara Berbinis Tanaman Hias
Ternyata jadi buser atau hunter bisa jadi pilihan. Modal hanya handphone yang bisa MMS. Berikut ini beberapa model bisnis yang bisa Anda pilih sesuai dengan kondisi keuangan, kesehatan, dan cita-cita pribadi sejak kecil.
Sewa dan Buka Gerai Tanaman Hias.Ini cara paling konvensional.
Ini cara paling konvensional.Menjual tanaman hias dengan cara menyewa lapak di tempat terbuka.
Kalau Anda punya nyali dan mau sedikit nekad, bisa menggunakan lahan kosong milik pengembang yang tidak difungsikan atau lahan kosong milik siapa saja. Cuma konsekuensinya, Anda harus siap-siap dikejar petugas Trantib dan berurusan dengan para preman. Jelas, cara ini tidak dianjurkan. Yang paling baik, sewa saja secara resmi lapak-lapak di sentra-sentra tanaman hias yang juga resmi.
Di Jabodetabek misalnya ada di Ragunan; Flona Alam Sutera di Serpong Tangerang, dan Pusat Tanaman Hias BSD City di Kompleks Taman Tekno Tangerang.Sistem sewa biasanya dihitung per bulan atau per tahun di luar biaya kebersihan dan keamanan. Hitungan untuk tahun 2007, rata-rata per tahun 5—10 juta rupiah untuk setiap kapling. Kalau lahan sudah habis di tempat resmi tadi, Anda bisa ‘membeli hak pakai’ pada penyewa lama secara ‘bisik-bisik’. Dengan catatan, penyewa lama sudah bosan. Harga beli ‘hak pakai’ juga bervariasi, antara Rp20—100 juta per kapling.
Menyewa lapak di sentra penjualan tanaman hias resmi, selain tidak dikejar-kejar petugas Trantib, Anda juga tidak perlu repot-repot promosi. Karena sentra tanaman itu sendiri sudah mampu mengumpulkan pengunjung. Paling tidak, kalau Anda belum punya pelanggan, kalau nasib baik, ada pelanggan tetangga ‘kesasar’ masuk ke gerai Anda. Yang perlu Anda lakukan tinggal memajang tanaman-tanaman yang bagus, mempekerjakan karyawan yang ramah, dan membuat gerai Anda menyenangkan. Sewa Stan dan Buka Pameran
Pameran tanaman hias merupakan ajang promosi dan ajang penjualan yang bagus. Pihak penyelenggara melakukan banyak promosi untuk mengudang konsumen datang. Kalau Anda sewa stan dan buka pameran di situ, bukan mustahil gerai Anda dikunjungi orang, dan tanaman Anda dibeli orang.
Sekadar informasi, di Jabodetabek, sewa stan pameran saat ini berkisar Rp750.000 sampai Rp3.000.000, untuk gerai ukuran 3 x 5 meter, selama pameran berlangsung antara 7 sampai 10 hari. Di Jakarta ada beberapa event pameran tanaman yang berskala nasional, seperti Pameran Flora Fauna di Lapangan Banteng setiap bulan Agustus, atau pameran-pameran tanaman hias yang diselenggarakan Majalah Trubus. Namun, banyak juga pameran-pameran serupa yang diselenggarakan oleh Pemda, Supermal, atau event-event organizer di banyak tempat. Yang perlu Anda lakukan adalah selain menyiapkan tanaman hias andalan juga mencetak kartu nama untuk disebar. Jangan lupa cetak nomor telepon Anda jelas-jelas agar setelah pameran usai, tanaman Anda tetap dibeli orang.
Open House
Open house atau buka nurseri di rumah sendiri paling enak. Anda bisa setiap hari menongkrongi, memantau, dan menerima pembeli. Kalau bisnis Anda laku, Anda boleh bilang pada keluarga di rumah yang ikut menyaksikan, bahwa jadi pedagang tanaman hias tidak ‘hina’. Cara ini gampang dilakukan bila Anda punya pekarangan atau lahan yang memenuhi persyaratan. Namun bagi yang tidak punya lahan, jangan berkecil hati, bisa bikin dak di atas rumah. Enaknya, para tetangga yang lewat dan melihat, atau sanak keluarga yang kebetulan mampir bisa menjadi pengiklan bisnis Anda. Syukur-syukur mereka juga ikut tergerak untuk membelinya, bukan malah memintanya secara gratis.
Kalau yang terakhir ini terjadi, jangan sekali-kali Anda mengabulkannya. Lebih baik Anda menjual kepada mereka dengan harga miring atau rugi, daripada memberinya cuma-cuma. Jangan sampai yang kemudian menjadi berita dari mulut ke mulut adalah bahwa tempat Anda adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan tanaman secara gratis. Dengan menjual murah atau rugi, sedikitnya, yang akan menjadi berita adalah tempat Anda menjual tanaman dengan harga murah.Keuntungan lain dengan memilih cara ini, Anda tentu saja tidak perlu buang biaya untuk menyewa lapak. Selain itu, jika sedang tidak ada pembeli, Anda bisa menikmati keindahannya setiap hari. Kerugiannya, istri, mertua, anak atau cucu Anda bisa terganggu ruang geraknya. Anda juga harus mulai bersiap-siap memiliki rumah seperti hutan belantara. Cara ini juga bisa dilakukan secara luwes. Misalnya, kalau Anda masih kerja, atau punya usaha lain, Anda bisa melakukan open house khusus pada hari Sabtu dan Minggu.
Menitipkan Tanaman
Tanaman bisa Anda titipkan ke teman yang menjual tanaman atau ke penjual tanaman yang Anda kenal. Ini cara paling aman, terutama jika Anda tergolong hobiis pembosan. Jadi kalau ada tanaman yang Anda anggap sudah menjemukan, Anda bisa meminta mereka untuk memasarkannya. Cara titip teman juga pas jika Anda tergolong pemalu, atau masih malu-malu menjadi pedagang tanaman hias. Keuntungannya, rumah Anda nyaman, dan Anda tak perlu mengeluarkan biaya sewa lapak. Jeleknya, ada kemungkinan tanaman Anda tersia-sia di tempat ‘penitipan’. Bahkan bukan tidak mungkin, orang-orang yang Anda titipi malah ‘mencuri’ tanaman Anda dengan memotong bonggol atau akarnya tanpa Anda ketahui.
Menyewa Tukang Gerobak Keliling
Ini cara paling jitu kalau rumah Anda sempit, dan Anda tidak punya kebun sendiri. Bikin gerobak dorong, dan panggil para pengangguran yang tinggal di sekitar Anda untuk diajak menjadi pedagang keliling tanaman hias. Minta kepada mereka untuk masuk ke perumahan-perumahan menjajakan tanaman Anda. Dewasa ini banyak orang senang tanaman hias tapi terlalu sibuk untuk mendatangi nurseri. Mereka adalah pasar potensial Anda.Enaknya, setiap hari Anda menerima setoran dari para penarik gerobak dorong. Kalau setiap gerobak menyetor Anda uang Rp1 juta saja sehari, kita sudah bisa bayangkan, betapa indahnya bisnis tanaman hias. Dari sana sekaligus Anda juga bisa mendapat info tanaman yang disukai dan tanaman yang tidak disukai. Dengan demikian, Anda bisa langsung belanja tanaman yang disukai konsumen di tempat penjualan grosir tanaman hias. Risikonya, kalau penarik gerobak kabur beserta gerobaknya Anda bisa gigit jari. Namun, Anda bisa cegah terlebih dulu dengan menyimpan fotokopi KTP-nya. Kalau ada apa-apa, tinggal lapor polisi.
Menjadi Hunter atau Buser
Kalau Anda ingin dapat untung dari berjualan tanaman hias tapi modal cekak atau tidak punya modal sama sekali, cara ini bisa dilakukan, yaitu dengan menjadi seorang hunter (pemburu) atau buser (buru sergap) tanaman hias.Pada dasarnya hunter dan buser adalah makelar atau istilah kerennya brooker. Modalnya, informasi dan sebuah handphone yang bisa kirim foto melalui Multimedia Messaging Service (MMS). Dengan model bisnis ini, Anda bahkan tidak harus punya tanaman sendiri.
Membuka Kebun Khusus Sendiri di Daerah Pinggiran
Cara ini mungkin termasuk cara paling mahal. Karena kita harus menyewa atau memiliki lahan luas di daerah pinggiran yang harga atau sewa tanahnya masih murah. Namun, percayalah, meski di dearah pinggiran sekali pun, kalau koleksi tanaman hias Anda bagus, orang akan tetap memburunya. Bak syair lagu “Ke gunung kan kudaki, ke laut kan kuseberangi….”Keuntungannya, Anda bisa memilih konsumen yang datang ke kebun. Kalau Anda sedang capek Anda bisa mengatakan nurseri Anda tutup, Anda sedang di luar kota atau alasan-alasan lainnya. Bahkan Anda bisa menyeleksi pembeli Anda. Keuntungan lainnya, kalau orang sudah jauh-jauh datang ke tempat Anda, sudah pasti mereka juga akan berbelanja cukup banyak.
Membuka Kebun, Sekaligus Membuka Kedai Kopi atau Galeri
Kalau kondisi keuangan memungkinkan, dan lokasi mendukung, selain membuka kebun dan menjual tanaman, Anda bisa menambah fasilitas lain seperti kafe, kedai kopi, atau galeri lukisan. Jadi, selain berburu tanaman, pengunjung bisa menikmati kopi atau membeli lukisan.Di Bandung ada All About Strawberry. Bapak dan ibu membeli buah atau tanaman stroberi, sementara anak-anak bisa minum jus stroberi. Di Baturaden, Purwokerto ada Puspa Tiara Nurseri yang menyediakan bakso dan kopi. Istri membeli tanaman, anak-anak makan bakso dan suami bisa minum kopi. Semua happy!
Menjajakan dengan Sepeda Motor atau Mobil
Cara bisnis seperti ini boleh dicoba kalau Anda tidak punya lapak. Anda tinggal ambil dagangan di tempat kulakan, lalu menjajakan secara keliling dengan sepeda motor atau mobil. Sasarannya, pedagang-pedagang tanaman hias kaki lima atau masuk ke pedagang-pedagang yang sedang buka stan pameran yang karena terlalu sibuk tidak punya waktu untuk kulakan.. Kita bisa menjual per lima atau per sepuluh pot. Tak usah untung banyak, asal penjualan lancar dan pembayaran bagus, sudah aduhai. Modalnya, cuma tahu tempat kulakan, tahu lokasi sasaran kita berada, dan punya sepeda motor atau mobil yang bisa dipakai. Kalau Anda bisa ngutang dulu di tempat kulakan, lebih asoy. Jadi Anda tak perlu mengeluarkan modal. Tentu saja, Anda harus langsung membayarnya begitu Anda menerima uang.
Membuat Website
Kalau mau memasarkan tanaman Anda ke pasar lebih luas, Anda bisa membuat website. Di situ Anda bisa memasang foto-foto tanaman, dilengkapi deksripsi dan harganya.Membuat website tidak mahal. Anda cuma harus membayar seorang desainer web, untuk membuat website. Lalu menghubungi dan membayar pihak web hosting, agar website Anda bisa disiarkan ke seluruh dunia. Keuntungan lain jika mempunyai website, Anda malah bisa jadi brooker. Tanaman milik teman yang hendak dijual bisa Anda foto, lalu gambarnya dipasang di website. Jika laku, Anda akan mendapatkan komisi.
Pasang Iklan Baris di Internet
Punya tanaman, tapi tidak punya gerai, atau malu mejeng di pameran, tidak bisa bikin gerobak boro-boro punya website? Gampang saja. Pasang iklan baris di Internet. Dewasa ini banyak portal-portal tanaman hias yang bersedia memasangkan iklan baris Anda secara gratis. Contohnya, duniaflora.com . Syaratnya cuma satu: Anda tidak gaptek Internet. Kalau cuma tidak punya Internet, gampang, datang saja ke Warnet atau bawa laptop dan bayar vouncher sewa hot spot yang banyak dimiliki supermal atau kafe.
Buka Supermarket
Buka supermarket butuh lahan dan bangunan yang memadai. Di situ orang bisa berbelanja tanaman hias secara swalayan. Cuma mungkin, Anda tidak cukup bayar tenaga untuk bagian kasir, tapi perlu juga sewa para detektif untuk mengatasi para pengutil tanaman. Maklum, tukang kutil biasanya juga mencari peluang di supermarket Anda.
Jadi importir.
Anda berangkat ke Thailand, dan membawa pulang tanaman yang sedang digemari di tanah air. Kelihatannya keren. Syaratnya, paling sedikit Anda punya paspor, surat izin impor dan uang memadai... Menurut orang yang suka ulang-alik ke sana, sedikitnya kita harus membawa Rp. 500 juta, supaya kita untung. Kalau bawa uang dibawah itu, bisa saja, tapi Anda tekor. Anda juga harus siap berurusan dengan masalah bea cukai setelah barang Anda tiba di bandara. Repotnya, tidak ada tarip resmi, semua masih dihitung suka-suka.Saat buku ini ditulis, beaya seperti ini, untuk sekali masuk barang bisa mencapai antara Rp. 10 juta sampai Rp. 25 juta. Tentu saja beaya sebesar itu harus Anda masukkan sebagai komponen harga jual. Salah-salah berbicara dengan pihak berwenang, bukannya Anda dapat untung, barang malah disita, untuk dimusnahkan. Anda pun gigit jari. Kalau Anda tergolong tidak gentar atau suka naik pesawat terbang dan sedikit punya nyali, model bisnis ini bisa dicoba.
(Dikutip dari buku, “JURUS SUKSES BISNIS TANAMAN HIAS”, karangan Kurniawan Junaedhie, PT Agro Media Pustaka, Jakarta 2007)
Source: www.duniaflora.com
Diposting oleh ' di Selasa, November 25, 2008 |
Label: aglaonema, Bisnis, Pameran, Promosi, tanaman hias
Kamis, November 20, 2008
Walah! Aglaonema Bidadari Dijual Rp 300 Juta
JAKARTA, RABU — Sebuah tanaman dibanderol Rp 300 juta. Wow! Mengapa bisa semahal itu? Pasalnya, tanaman koleksi eksklusif Harry Setiawan berjenis aglaoneme bidadari itu merupakan tanaman langka dan hanya satu-satunya di Indonesia. Penasaran?
Tanaman itu dipajang dalam Agro Expo yang digelar di Parkir Timur Senayan hingga 22 November. Salah satu panitia, Suci Puji Suryani, mengatakan, alasan mahalnya tanaman itu semata-mata karena kelangkaannya. "Penetapan harga itu ada beberapa faktor. Melihat harga pasar, juga terserah si pemilik saja," kata Suci kepada Kompas.com, Rabu (19/11).
Saat ditanya bagaimana menjamin bahwa tanaman itu hanya satu-satunya di Indonesia, Suci mengatakan, hal itu sudah dipastikan oleh kalangan pecinta tanaman. Tanaman itu, menurut dia, merupakan hasil persilangan yang belum pernah ada sebelumnya. Daunnya agak lebar, berwarna merah muda bercampur putih.
Selain aglaonema bidadari, ada pula aglaonema harlequin yang dijual dengan harga Rp 150 juta. Saat awal kemunculannya pada 2007, tanaman ini bahkan ditawarkan dengan harga Rp 650 juta! Di atasnya, masih ada lagi adenium socotranum (batang merah) seharga Rp 250 juta. Tanaman ini berasal dari Pulau Socotra di Semenanjung Yaman yang tergolong jenis langka di habitatnya. Diperkirakan, bisa mencapai umur 60 tahun.
Tanaman-tanaman ratusan juta ini ditempatkan pada satu area yang terdiri atas sekitar 60 jenis tanaman. Jika ditotal, harga jual seluruhnya mencapai Rp 2 miliar! Siapa para pembeli tanaman mahal ini? "Ada saja yang cari. Namun, sudah laku atau belum kami tidak tahu karena untuk transaksi langsung ke pemilik dan biasanya sehabis pameran," kata Suci.
Suci mengingatkan, bagi para pecinta tanaman yang tertarik dengan bunga-bunga mahal agar mengumpulkan berbagai informasi dan memastikan jenis tanaman yang dibelinya kepada komunitas pecinta tanaman. Salah satu milis disebutkan Suci, yaitu aglaonemaindonesia@yahoogroups.com
Laporan Wartawan Kompas.com Inggried Dwi Wedhaswary
source : www.kompas.com/
Diposting oleh ' di Kamis, November 20, 2008 |
Label: aglaonema, bidadari, Koleksi, Langka, tanaman hias
Selasa, November 18, 2008
Musim Hujan dan Dampak Bagi Tanaman
Menurut hemat saya, musim hujan dapat dibagi menjadi tiga fase.
1. Awal musim hujan (akhir musim kemarau)
Ciri, sinar matahari cukup banyak, suhu udara panas, kelembaban udara absolute (Ah) tinggi, kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, hujan masih jarang terjadi, dan sumber air tanah maupun air permukaan sedikit.
Dampak bagi tanaman :
Proses transpirasi (proses pendinginan) terganggu karena tingginya nilai Rh. Keadaan ini diperparah dengan sulitnya proses pendinginan secara konduksi lewat daun, karena bahang panas pada fase musim ini juga tinggi. Akibatnya tanaman akan kepanasan, daun dan batang tanaman nampak layu meski masih nampak hijau. Kalau kondisi parah ranting dan daun akan menguning dan rontok.
Kesalahan yang sering dilakukan pada fase ini, melihat tanaman nampak layu timbul anggapan tanaman kurang air. Padahal kelayuan muncul bukan karena kekurangan air (seperti pada musim panas), namun akibat terganggunya proses penyerapan air karena transpirasi terhambat. Dampak selanjutnya gampang diduga, zona akar akan kelebihan air dan mengundang penyakit.
2. Pertengahan musim hujan
Ciri, sinar matahari terhalangi mendung, suhu udara turun, kelembaban udara absolute (Ah) turun / rendah, kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, frekwensi hujan tinggi, dan sumber air tanah maupun air permukaan melimpah.
Dampak bagi tanaman :
Kelembaban (Rh) tinggi pada suhu yang rendah merupakan kondisi ideal pertumbuhan spora jamur. Tanaman yang tidak sehat atau bagian tanaman yang tua menjadi rentan serangan jamur. Genangan-genangan air pada bagian batang, bonggol, dan daun (bagian-bagian yang kaya karbohidrat) cepat atau lambat akan diserbu jamur.
3. Akhir musim hujan (awal musim kemarau)
Ciri, sinar matahari mulai banyak terlihat, suhu udara naik, kelembaban udara absolute (Ah) naik / tinggi, kelembaban udara relatip (Rh) turun/rendah, hujan semakin jarang terjadi, dan sumber air tanah melimpah sedang air permukaan menurun.
Dampak bagi tanaman :
Transpirasi dapat berjalan dengan baik dan dengan demikian proses penyerapan nutrisi dapat berlangsung dengan baik pula. Proses pertumbuhan tanaman dimulai kembali.
Thari Wie (www.omahijo.com)
Source : www.kebonkembang.com
Diposting oleh ' di Selasa, November 18, 2008 |
Label: aglaonema, media tanam, Musim Hujan, tanaman hias
Zat Pengatur Tumbuh untuk Perangsang Bunga
Munculnya bunga pada suatu tanaman menunjukkan tingkat kematangan tanaman memasuki fase atau masa dari vegetatif ke generatif. Perubahan ini dapat dikarenakan pengaruh internal hormon tanaman atau zat pengatur tumbuh tanaman secara eksternal.
Secara alamiah di dalam tanaman terdapat banyak hormon yang mengatur dan memicu terjadi proses fisiologis. Proses-proses fisiologis itu antara lain pertumbuhan akar, tunas, pembungaan dan sebagainya. Pembahasan topik dibatasi pada hormon ataupun zat pengatur tumbuh yang berperan dalam mendorong pembungaan.
Catatan: zat pengatur tumbuh adalah hormon yang disintesis (buatan)
Ada beberapa hormon di dalam tanaman yang berpengaruh dalam pembungaan, yaitu Gibberelin. Sedangkan zat pengatur tumbuh tanaman yang berperanan adalah kelompok Auksin NAA, gas etilen (karbid) dam penghambat tanaman (retardan) Paklobutrasol, Alar dan Cycocel.
Contoh penggunaan zat pengatur tumbuh untuk perangsang pembungaan:
Tanaman kelompok Bromelia (Nanas) dirangsang dengan gas Etilen (Karbid) dan Ethepon (Ethrel).
Tanaman Mangga dan Durian dirangsang dengan Paklobutrasol (Patrol, Goldstar)
Tanaman Aglaonema dan Spathiphyllum dirangsang dengan Gibberelin/GA3 (Grow Quick Flower, Sunerellin).
(Yudha Hartanto MSi., diolah dari berbagai sumber).
source: www.tokopupuk.com
Diposting oleh ' di Selasa, November 18, 2008 |
Label: aglaonema, media tanam, Perangsang, tanaman hias, Zat Pengatur
Pengenalan Hama: Cara Makan dan Pengendaliannya
Hama tanaman mempunyai ciri tersendiri dalam melakukan aktifitas makannya. Aktifitas ini dapat dijadikan acuan penentuan jenis hama yang menyerang dan sekaligus pengendaliannya.
Berikut disajikan macam cara makan dan gejala serta jenis hama yang menyerang:
Menggigit - mengunyah
daun/bunga sobek
daun/bunga berlubang
daun/bunga terpotong
daun tinggal tulang daun
kuncup bunga berlubang
daun menggulung
gerekan pada batang
Menusuk - menghisap
bentuk daun/bunga menjadi keriting
daun menjadi salah bentuk
permukaan atas daun menjadi kusam
permukaan atas daun terdapat bintik yang kontras dengan warna daun
permukaan bawah daun terdapat bekas luka tusukan
terdapat substansi yang lengket seperti �honeydew�
permukaan atas daun terdapat lapisan hitam (jelaga)
terdapat sarang seperti sarang laba-laba
Meraut - menghisap
bunga tidak membuka normal
permukaan atas daun menjadi keperakan
gugur bunga prematur
Memarut/mengorok
terdapat bekas korokan di permukaan atas daun
menimbulkan puru (gall)
Penjelasan hama yang menyerang dan pengendalian dengan insektisida
Menggigit- mengunyah
Jenis hama yang menyerang: Ulat, Kumbang dan Belalang
Insektisida: Decis, Metindo, Sevin, Supracide, Larvin, Buldok, Baycarb, Furadan 3G- Dursban, Slamfast/Mitecut, Matador, Rizotin.
Menusuk - menghisap
Jenis hama yang menyerang: Aphid, Kutu Perisai, Whitefly, Mealybug, Root Mealybug, Spider Mites (Red Spider dan Two Spotted), Fruitfly (Lalat Buah), Fungus Gnats
Insektisida: Pegasus, Confidor, Diazinon, Supracide, Matador, Metindo, Agrimec/Bamex/Schumec, Kelthane, Talstar, Demiter, Easy Clean, Curacron, Pro Leaf, Slamfast/Mitecut, Trigard, Jian Jing.
Meraut - menghisap
Jenis hama yang menyerang: Thrips
Insektisida: Pegasus, Confidor, Curacron, Regent, Akodani, Easy Clean, Pro Leaf, Jian Jing.
Memarut/mengorok
Jenis hama yang menyerang: Leafminer
Insektisida: Calypso, Confidor, Agrimec/Bamex/Schumec, Trigard, Provado
(Yudha Hartanto MSi., diolah dari berbagai sumber).
Source: www.tokopupuk.com
Diposting oleh ' di Selasa, November 18, 2008 |
Label: aglaonema, Hama, media tanam, Penyakit, tanaman hias
Manajemen Pengendalian Cendawan dan Bakteri Patogen pada Tanaman
Penyakit tanaman dapat berkembang dan menyebar bila kondisi seperti suhu dan kelembaban memenuhi syarat untuk berkembang, selain itu kondisi tanaman dan teknis budidaya juga berperan.
Penyebab penyakit yang sering menyerang tanaman yaitu bakteri dan cendawan. Bakteri dan cendawan cenderung berkembang pada lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi (>80%), dimana bakteri berkembang pada suhu tinggi (>28oC), sedangkan cendawan pada suhu rendah (<22 -25oC).
Tanaman yang mengalami stres rentan terhadap serangan penyakit, stres yang dimaksud dapat dikarenakan (1) penggantian media baru dan (2) penggenangan air di daerah perakaran dalam jangka waktu lama. Faktor lainnya adalah salah pemberian pupuk (konsentrasi pupuk yang kurang/lebih dan macam pupuk yang salah).
Pengaturan jarak tanam ataupun jarak antar pot tanaman di dalam membudidayakan tanaman juga mempengaruhi perkembangan dan penyebaran penyakit. Semakin rapat jarak antar tanaman memberikan resiko tinggi dalam penyebaran penyakit tersebut. Demikian pula dengan media tanam yang salah menentukan komposisi dan perbandingannya. Bila media tanam terlalu lembab dan kuat memegang air maka akan membuat akar tanaman membusuk yang dapat menjadi awal masuknya penyakit.
Solusi selain mencegah dengan menggunakan fungisida dan bakterisida adalah dengan cara kontrol lingkungan dengan membuat lingkungan sekitar tanaman mudah teraliri udara, mengatur penyiraman air, pemberian pupuk yang tepat (konsentrasi,macam pupuk), mengatur jarak antar tanaman dan membuat media tanam tepat komposisi dan perbandingan.
(Yudha Hartanto, MSi., diolah dari berbagai sumber)
source : www.tokopupuk.com
Diposting oleh ' di Selasa, November 18, 2008 |
Label: aglaonema, Hama, media tanam, Pengendalian, tanaman hias
Senin, November 17, 2008
KULTUR JARINGAN AGLAONEMA
KULTUR JARINGAN AGLAONEMA: Teknik Sterilisasi Memegang Kendali
Sejak lama aglaonema telah dicoba diperbanyak lewat kultur jaringan. Namun baru kali ini menunjukkan hasil. ADALAH MONFORY NUSANTARA YANG BERHASIL. MELALUI METODE ORGANOGENIS, menggunakan batang bermata tunas. Total ada sekitar 15 hibrida aglaonema yang menunjukkan performa bagus di laboratorium dan nursery milik Monfory di Bogor, Jawa Barat. "Sejak lebih kurang dua tahun lalu kami
melakukan percobaan pada 30 hibrida dan belakangan kami tambah 12 hibrida," ungkap Suzy Ratnawati Madjid, Plant Manajer Monfory Nusantara. Hasil kuljar sudah masuk ke divisi nursery untuk diadaptasi dan dibesarkan sampai siap dipasarkan. Antara lain, Lady valentine, Cochin tembaga, Red fire, Lipstik flamingo, dan Madonna. Silangan Gregory Hambali macam Madame Suroyo, Adelia, dan Siti Nurbaya juga sudah mulai diproduksi. "Sekarang kami sudah bisa menghasilkan total 2.000 anakan silangan aglaonema perbulan. Tetapi angka tersebut akan terns meningkat," lanjut Suzy.
I
SIKLUS LEBIH PANJANG
Teknik tissue culture pada tanaman berjuluk ratu daun ini serupa dengan prosedur kuljar (kultur jaringan) tanaman hias lain. Namun aglaonema punya siklus kuljar yang lebih lama. "Kalau caladium dan alokasia hanya butuh waktu 4 minggu sampai eksplan tumbuh dan siap dipotong kembali. Tetapi aglaonema butuh waktu sampai 5-6 minggu," terang Suzy. Tahap ini biasa disebut subkultur melalui stek mikro.
Namun persoalan utama dalam proses kuljar aglaonema adalah sterilisasi eksplan. Kalau eksplan terkontaminasi, tak bakal bisa tumbuh. Setup tanaman menyimpan bakteri endogen yang bisa jadi berbeda. "Kami melakukan banyak trial £t error sampai menemukan teknik sterilisasi khusus dan berhasil. Bahan untuk sterilisasi persis seperti yang kami pakai untuk tanaman hias lain," lanjut Susy.
Setelah proses sterilisasi berhasil, tinggal mencoba-coba ramuan media dan hormon paling pas supaya pertumbuhannya maksimal. Monfory menggunakan media kuljar padat berbahan dasar media MS.
"Tapi dengan beberapa modifikasi dan penambahan ramuan hormon tertentu. Teknik pemotongan eksplan juga berbeda," lanjutnya.
KULJAR HEMAT
Kultur jaringan skala rumahan untuk tanaman bernama lokal Sri rejeki ini sudah dicoba. Seperti
yang dilakukan oleh Novi Syatria di Klender, Jakarta Timur. Namun belum seratus persen berhasil, permasalahan sterilisasi masih jadi kendala. "Eksplan sudah kelihatan tumbuh tetapi masih terkontaminasi bakteri. Saya sedang mencoba dengan tambahan formula anti bakteri yang hasilnya bagus pada tanaman lain," ungkap down Universitas Bengkulu.
Novi melakukan sterilisasi eksplan sebelum ditanam. Potongan batang bermata tunas dicuci dengan air mengalir dan deterjen. Kemudian di-shaker dalam larutan fungisida dan dibilas dengan air stern. Dilanjutkan direndam larutan fungisida, dibilas air stern sampai bersih.
Ketiga langkah itu dilakukan masingmasing 30 menu Terakhir direndam dalam larutan alkohol 70% sambil digoyang dan dibilas 5 kali dengan air. Proses kultur jaringan, menurut Novi, bisa dilakukan dalam skala rumah tangga. Bisa menggunakan
peralatan yang terjangkau. Semisal Laminar air flow, semacam kotak stern, bisa diganti dengan incase yang bisa dipesan pada tukang kaca. Autoclaf bisa diganti dengan panci presto, asalkan suhunya bisa melebihi 100 °C. Penggunaan mediaa padat tak perlu mesin shaker. Kalau menggunakan media beli jadi, tak perlu timbangan dan alat ukur. Perlengkapan botol juga bisa diganti. Namun perlu ruang sejuk untuk menyimpan kultur yang sudah diisolasi. Bagi pemula bisa memanfaatkan kamar ber-AC.
"Proses kerja dasar bisa dipelajari hanya dalam satu hari, selebihnya lewat praktik langsung," lanjut Novi yang acap memberikan pelatihan kuljar.
Nah, Anda pun bisa mencobanya. ~
TAHAPAN KULJAR
1. Media masak masuk botol, dimasukkan ke autoclaf selama 1 jam. Pastikan steril sampai 3 hari.
2. Alat yang hendak digunakan disterilisasi dulu dalam autoclaf.
3. Sterilisasi alat, kalau menggunakan laminar, letakkan dalam laminar tertutup dan lampu UV
menyala sejam.
4. Laminar dibuka, blower dan lampu nyala, semprot alkohol 70%.'
5. Bahan dan alat disemprot alkohol.
6. Memotong bahan eksplan dari induk yang sehat.
7. Sterilisasi dan pemotongan eksplan diluar dan di dalam alat kerja (laminar atau in case).
8. Eksplan ditanam, gunakan pinset yang telah dibakar api bunsan dan dicelup air steril. Mulut
botol juga dibakar api bunsan.
9. Botol diletakkan di ruangan steril bersuhu sejuk sampai siap dimultifikasi lewat jalan stek
mikro.
Silangan Lokal Menggembirakan
Kebanyakan aglaonema yang sukses dikembangbiakkan lewat semacam teknologi clone di Monfory adalah hibrida hash persilangan Thailand. Sementara aglaonema silangan Gregory Hambali di Bogor, belum optimal. "Barangkali dipengaruhi bahan silangan, silangan Thailand keturunan cochin punya rugs lebih panjang pertanda pertumbuhannya cepat. Berbeda dengan keturunan rotundum yang beruas pendek," ungkap Lewi Pohar Cuaca, manajer marketing Monfory Nusantara. "Kuljar menggunakan ramuan media dan formula yang sama, pertumbuhan aglaonema lokal masih belum secepat silangan Thailand," tambah Suzy. Diperlukan ramuan hormon khusus. Sampai saat ini,
Monfory telah membuat 28 ramuan media untuk menginisiasi 12 spesies tanaman.
TEKS: RUDI
FOTO: ROHEDI/RUDI
Discan dan diedit oleh Sabina dari majalah Flona Edisi 65/V Juli 2008
source : www.kebonkembang.com
Diposting oleh ' di Senin, November 17, 2008 |
Label: aglaonema, Hibrida, Kultur Jaringan, Metode, tanaman hias
Selasa, November 11, 2008
Aglaonema Abnormal yang Menarik
Pantas bila Tum-sapaan Satid Srimarksook-memiliki pride of sumatera berpenampilan nyeleneh dalam jumlah banyak. Pria kelahiran 35 tahun silam itu punya 100.000 indukan sehingga peluang mutasi terbuka lebar. 'Dari 1.000 tanaman paling hanya 1 yang mengalami mutasi,' ujar Sukasdi, pemulia aglaonema di Bogor. Nah, dengan asumsi itu, Tum bisa memperoleh sekitar 100 tanaman mutasi. Angka spektakuler untuk sebuah kelainan pemicu harga tinggi.
Harga sri rejeki abnormal yang langka itu memang luar biasa. Sebut saja balanthong mutasi berdaun 4 helai milik Anti Nursery yang terjual seharga Rp2,5-juta/pot. Pride of sumatera mutasi dihargai Rp250-ribu-Rp300-ribu per pot untuk tanaman berdaun 6-7 helai. Harga pride normal paling hanya Rp125-ribu.
Kultur jaringan
Sekitar 100 km dari kebun Satid Srimarksook, Trubus pun menemukan 'gudang' balanthong mutasi. Daun yang awalnya berwarna hijau dengan tulang dan jari-jari daun merah berubah jadi merah muda. Saat beralih rupa sang ratu bertambah cantik. Di antara 1.000 indukan yang ada di sana hanya segelintir yang abnormal.
Di nurseri lain ditemukan dynamic ruby dengan motif seperti lipstik. Warna hijau hanya terlihat menghiasi daun bagian pinggir. Lazimnya, corak menyerupai lady valentine, bercak hijau muncul di tengah daun berwarna merah muda itu. Perubahan rupa aglaonema milik Pichai Manichote itu muncul lantaran diperbanyak dengan kultur jaringan.
Menurut Sukasdi, teknik perbanyakan itu memang kerap memacu munculnya kelainan. 'Jadi, tergantung sel yang diambil,' katanya. Bila yang diambil sel hijau, maka yang muncul dominan hijau. Selain itu, mutasi juga dapat disebabkan oleh perbanyakan dengan cara vegetatif, yakni setek batang atau pemisahan anakan. Sel-sel yang sebelumnya dorman, terpicu bangun dan membentuk tunas yang mengalami penyimpangan. Jadi, 'Setiap titik tumbuh diaktifkan,' ujar Greg Hambali, penyilang di Bogor. Perubahan sosok bisa berupa warna, gurat daun, atau bentuk daun.
Pisah Anakan
Sebut saja snow white mutasi koleksi Prapanpong Tangpit. Daun aglaonema asal Florida yang awalnya berwarna putih dengan bercak hijau itu berubah jadi dominan putih. Itu karena At-begitu ia disapa-sering memperbanyak kerabat alokasia itu dengan cara memisahkan anakan. Bak mendapat durian runtuh, pria yang berdomisili di Khet Thawi Watana, Bangkok, itu memperoleh satu yang berpenampilan abnormal dari 3.000 indukan. Wajar bila ia masih enggan melepas anggota famili Araceae itu.
Nun di Serpong, Tangerang, Trubus juga menjumpai nina dan hot lady berpenampilan beda koleksi Handry Chuhairy. Nina yang semula berdaun hijau dengan tulang daun merah berubah warna jadi lebih cerah. Hijau kekuningan dengan merah muda yang sangat menonjol di tulang daun.
Sebaliknya dengan hot lady. Warna daun aglaonema silangan Greg Hambali itu berubah menjadi dominan hijau tua. Bercak merah nyaris tak ada sehingga penampilannya gelap. Pantas bila sri rejeki itu menyemat nama black hot lady.
'Semakin sering aglaonema diperbanyak dengan vegetatif, peluang mutasi yang muncul semakin besar,' ujar Prempree Na Songkhla, pimpinan redaksi majalah pertanian Kehakaset di Bangkok. Terbukti banyaknya kasus dengan sosok menyimpang yang ditemukan pada donna carmen dan pride of sumatera asli Indonesia. Karena berpenampilan nyeleneh, si mutan pun langsung menyedot perhatian peminat (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Evy Syariefa)
Source: www.trubus-online.co.id
Pic : Adelia Mutant - Koleksi Bung Moes
Diposting oleh ' di Selasa, November 11, 2008 |
Label: aglaonema, Mutasi, Sri Rejeki, sumatera, tanaman hias
Creating Indoor Gardens
Indoor gardening can be tricky and there is definitely an art to doing it right. There are five important factors to consider when starting your own indoor garden; light, temperature, water, nutrition, and soil.
Light
Light is the main source of energy to manufacture food and different plants need differing amounts, which are designated as low, medium, high or very high light.
Temperature
Most varieties of indoor plants do well under normal household temperatures in the range of 70 to 80 degrees during the day and 60 to 65 degrees at night. Most tropical indoor plants will tolerate temperatures below that and can be damaged by ‘chilling injury’ if they are.
Water
One of the most common problems is improper watering. Some plants thrive in drier conditions while other must be kept moist at all times. Too little water can cause wilting and too much water can cause root rot problems.
Don’t let the surface of the soil be your guide. Be sure to feel the soil by pushing your finger in an inch or so below the soil’s surface to determine whether or not more water is needed. Another option is investing in a ‘watering meter,’ which can give you an easy and accurate indication of when your plants need watering.
Tap water is completely satisfactory for most indoor plants and once a month, plants should be put in the sink and watered thoroughly to leach salts from the soil.
Soil
Most nurseries sell a variety of soil mixes for indoor gardening and as long as they have good drainage abilities, are aerated and have good water and nutrient holding capacity, they will be very satisfactory. It is not necessary to use specialty mixes for most types of houseplants.
Fertilization
Most houseplants have reduced fertilizer requirements because of their indoor environment and nutritional problems usually result from overfertilization rather than lack of nourishment. In some cases, specialty fertilizers are needed, but they are the exception.
There are literally hundreds of plant species to choose from that are suitable for your indoor garden. Here is a list of some of the most common varieties.
African Violet - among the most popular of flowering indoor plants and are available in multiple colours.
Aglaonema - compact, low-growing and hardy. A tough plant well suited for the indoors.
Begonia - an excellent indoor plant if there is adequate light.
Cast-iron Plant - often overlooked but a very hardy plant that will persist under difficult conditions.
Coleus - commonly grown outdoors in summer for its colourful foliage. It is a good indoor plant if adequate light is provided.
Dracaena - common varieties include solid green or striped foliage. All are dependable plants, especially where height is needed.
Fern - some types suffer from low humidity indoors so they make a good kitchen or bathroom plant.
Ficus - tolerant of a wide range of environmental conditions but sometimes reacts to rapid changes in environment by almost total defoliation.
Geranium - popular outdoor plants as well as good indoor plants that will flower continuously if they are given adequate light.
Jade Plant - very susceptible to overwatering and resultant leaf drop.
Palm - not the easiest of indoor plants to grow, but popular because of their height and graceful character.
Peperomia - most are small compact plants, but leaf size, shape, texture, and coloration vary widely. Peperomias are easily overwatered.
Philodendron - there are numerous species and varieties cultivated, and they differ widely in growth habit, leaf size, and height.
Pothos - one of the easiest of indoor plants to grow, well adapted to hanging baskets.
Snake Plant - one of the easiest indoor plants to grow.
Spathiphyllum - one of the most satisfactory plants for low light situations.
Spider Plant - very easy to grow and is very adaptable for hanging baskets. All are susceptible to fluoride tip-burn from tap water so be careful.
Wandering Jew - fast growing, trailing plants. Many have variegated leaves. The underside of some are also brightly purple colored.
Wax Plant - some varieties are vigorous vines which climb by means of twining. Many have highly variegated foliage, which is sometimes deeply curled or crinkled.
Yucca - grow upright and stiff and may become somewhat grotesque in appearance with age. The plant is often confused with Dracaena, but require much higher light intensities.
Written By: Ann Zaza
Source :www.wnetwork.com
Picture :
Diposting oleh ' di Selasa, November 11, 2008 |
Label: aglaonema, Garden, indoor plant, tanaman hias
Sekilas Tentang PVT
Apa itu PVT? bagi masyarakat awam istilah ini sangat asing ditelinga, bahkan masyarakat petani yg secara kasat mata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan varietas unggul suatu tanaman, bisa jadi baru mendengar istilah ini, Bagi komunitas kita yg notabene sebagai insan pecinta tanaman unik, eksklusif dan cenderung mengarah ke prestise, perlu juga memahami paling tidak seberapa perlunya PVT bagi masyarakat kita: Saya kutip ucapan Hindarwati kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT), PVT perlu “Agar bangsa Indonesia mampu membendung serbuan benih dari negara lain,” (bagi komunitas kita barangkali aglo-aglo dari Thailand).
Indonesia merupakan calon anggota Internasional Union for Protection New Varieties of Plants (UPOV), UPOV merupakan organisasi internasional untuk melindungi varietas tanaman baru. yg anggotanya sebanyak 66 negara, bayangkan Indonesia baru calon anggota, yg kita tahu kita adalah salah satu negara agraris terbesar di dunia, belum menjadi anggota UPOV (karena baru sedang menjalani proses menuju anggota). Gila bener ini.
Pantesan aglo-aglonya Greg lebih berkibar di negara lain ketimbang dinegeri sendiri, sedih rasanya tiap menjelang tahun baru Thailand mengirim ribuan pohon Pride of Sumatera ke Eropa untuk dijadikant buket, ironis dan ajaib sekaligus menyedihkan. Sementara pemiliknya tak berdaya alias tidak bisa berbuat apa-apa. Sengaja tulisan ini saya angkat ke komunitas milis kita, agar kita tahu sebenarnya kita bisa dengan ketat melindungi aglo-aglo local yang dihasilkan para pemulia tanaman hias, bukan cuma aglo tapi semua jenis tanaman.
Hari Jumat (7/11) telah diadakan seminar “Internasional Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik terkait Perlindungan Varietas Tanaman” di Jakarta.
Mulyono/085
(Penulis Member MASRI)
Photo: Koleksi Aglaonemaku
Diposting oleh ' di Selasa, November 11, 2008 |
Label: aglaonema, PVT, tanaman hias, Varietas