Barusan telpon mamah di Kuningan, Alhamdulillah ada seonggok rindu yang perlahan mencair dari sudut hati. Suaranya yang merdu bak tetes embun meresapi sanubari.
Selalunya, nasihat - nasihat untuk senantiasa menjalani hidup dengan penuh kesabaran dan semangat kerap terucap dari bibirnya.
Ketika ada yang bertanya siapakah orang yang senantiasa ada di belakangku dan memberiku beribu semangat, memompa seluruh kemampuanku dalam menjalani kehidupan, tak lain dan tak bukan adalah mamah.....
Beliau sosok ibu penyabar, seorang istri yang begitu berhati besar dan lapang.
Jenjang pendidikannya mungkin tak tinggi, namun beliau berhasil menjadi madrosah (sekolah) yang terbaik. Nasihat, suri tauladan yang beliau ajarkan adalah ilmu sebagai kunci terpenting untuk mengarungi kehidupan.
Mamah...nyanyian merdu dalam syair kehidupanku.
Yaa Robb.....Engkaulah Maha memiliki obat dari berbagai macam penyakit, berikanlah mamah dan bapak kesembuhan dan kesehatan. Hilangkan rasa sakit yang mereka rasa, lukislah tawa di wajah mereka....Aamiin......
“bub..bub…bubbles….bu…bu..bubbles…bub..bub…bubbles…”suaranya melengking menirukan nyanyian Hi-5 yang selalu dilihatnya di kids central setiap sore. Kakinya yang mungil bergerak-gerak mengikuti irama, tangannya direntangkan sembari berputar-putar.
Mulut kecilnya terlihat sibuk bernyanyi sembari sesekali meniup balon-balon sabun yang kami belikan sore tadi dari pasar Bangkit. Aku hanya tersenyum dari kejauhan menyaksikan tingkah lucunya itu.
Ah… Anakku, tetaplah tersenyum dan menari seperti hari ini, biarkan derai tawa dan bahagia mewarnai setiap inci kehidupanmu. Lambungkan cita dan dambamu seperti bubble-bubble yang kau tiup tinggi ke atas sana, diiringi nyanyian merdumu. Biarkan kau raih semuanya dengan senyum yang selalu terulas di bibirmu.
Nak….lihatlah, tak semua bubble yang kau tiup terbang ke atas sana. Ada yang hanya terbang rendah lalu sirna tertiup angin, ada pula yang langsung jatuh menyentuh tanah. Itulah gambaran hidupmu anakku…, tak selalu bahagia dan suka cita akan kau dapat. akan ada tangis, kecewa dan derita mewarnainya. Namun… tetaplah tegar menghadapinya seperti bubble-bubble yang kau tiup dengan susah payah, kau tak pernah lelah meniupnya dan berusaha agar bubble itu terbang jauh ke atas sana sehingga tawamu tergerai dan sorakmu membahana melihat bubble mu jauh mencapai langit.
Anakku… suatu saat engkau harus meniupnya dengan sedikit tenaga jika anginnya tak ada. Dan dilain waktu kau harus hati-hati, perlahan meniupnya agar bubblemu tak cepat pecah karena hembusan nafasmu sendiri. Berhati-hatilah dalam segala hal nak…
Dan Ingatlah anakku…. Apapun jua yang kau terima semua adalah kehendak-Nya, bukti kasih sayang-Nya untukmu, jadi….tetaplah lukiskan senyum di bibirmu atas nikmat dan ujianNya. Hadirkan selalu Nama-Nya di hatimu. Seperti bubble mu yang bercahaya dan penuh warna.
"Kenakalan" anak sering kali membuat posisi kita sebagai orang tua menjadi 'sulit", dalam artian bingung harus mensikapi prilaku si kecil yang kerap kali keliru ( dalam pandangan kita ).
Pada dasarnya tingkah - tingkah si kecil yang menurut sudut pandang kita salah adalah hanya suatu wujud dari ketidak pahaman atau ke-belum mampuan ( hahaha....bahasanya riweuh nich...) si kecil akan sesuatu.
misal saja : Si kecil yang kerap kali menjerit - jerit saat menginginkan sesuatu adalah ketidak mampuannya untuk memngungkapkan keinginan atau hasrat hatinya kepada kita lewat kata-kata. Begitupun saat ia menyerang teman atau berteriak pada temannya adalah bentuk dari perlawanan diri saat ia merasa terancam dengan keberadaan teman yang menurutnya akan membahayakannya.
Si kecil masih dalam proses belajar dan mencoba untuk jadi bisa dan mampu melalkukan sesuatu.
Jadi...., jangan sekali - kali menganggap kalau si kecil adalah seorang dewasa yang berbadan mungil yach. Sehingga kita merasa sah - sah saja saat memarahi atau menuntutnya untuk dengan mudah melakukan hal-hal yang belum mampu ia lakukan.
Terus apa dong yang harus kita lakukan agar kita bisa saling mengerti dengan bidadari dan malaikat kecil kita di rumah? Bernegosiasi mungkin cara yang bisa kita ambil sebagai ortu. Bilang padanya dengan lemah lembut bahwa berteriak, memukul, mengis dll adalah cara yang salah yang ia lakukan untuk mengemukakan perasaan dan maksud yang ia ingin utarakan. Sulit memang untuk melakukan itu yach...., tapi percaya dech Insya Allah lama kelamaan si kecil akan mengerti. Ia akan mencoba mengungkapkan keinginannya dengan mengatakannya kepada kita.
" Ma....ade mah takuteun sama dede bayi gundul..." ( ma..ade takut sama ade bayi yang gundul ) bisik Rara ( anak bungsuku yang berusia 3th 1bln) sore itu, saat ada kunjungan seorang kerabat yang mempunyai bayi yang memang belum punya rambut hehe...
Ini merupakan hal kesekian yang ia utarakan akhir-akhir ini saat Rara menginginkan sesuatu, takut, cemas, dan marah. Biasanya ia lebih suka uring-uringan, menangis, dan teriak ga tentu. Namun karena setiap kali menjelang tidur, saya selalu mengingatkannya untuk mengatakan apa yang ia rasakan, Alhamdulillah....pada akhirnya sedikit demi sedikit ia bisa "curhat" juga.
so....mari belajar bersama - sama dengan si kecil untuk menjadi manusia yang "baik" karena kadangkala kita sebagai ortu juga masih suka "nakal" dan butuh untuk belajar lebih banyak lagi tentang kehidupan, dan bukan suatu kemustahilan sumber pembelajaran kita adalah si kecil yang kita anggap masih nakal.
Ga ada niat untuk menggurui lho...., hanya ingin berbagi pengalaman hidup, semoga bermanfaat.