Tanggal 4 Januari 2015 lalu, Aliansi Untuk Desa Sejahtera bekerjasama dengan Tobucil & Klab menyelenggarakan pameran, workshop dan diskusi dengan tema Pangan Lokal. Acara ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap persoalan pangan lokal.
Padi Sumber kebudayaan kita sebagai makanan pokok dan mendapatkan penghormatan khusus dalam banyak
kebudayaan di Indonesia. Sayangnya nilai ini perlahan menghilang saat pertanian padi moderen di terapkan.
Kisah tentang padi dan nasi yang secara khusus dipaparkan dalam satu
wawacan tersendiri menggambarkan bagaimana padi sangat terhormat bagi masyarakat Sunda.
Asal-usul padi yang berkaitan degnan Nyai Sri Pohaci atau Nyai Asri, Dewi yang dipercaya menciptakan padi di dunia.
Ada Sulanjana, yang mengasihi orang Sunda dengan cara melindungi padi dari hama. Sementara Semar rela turun ke bumi untuk mengajarkan manusia bagaimana menanak nasi, setelah Nawang Wulan dalam
kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari pergi tanpa memberi tahu manusia bagaimana cara menanak nasi.
Ritual-ritual ini kian hilang kecuali masih dijalankan oleh penganut kepercayaan Sunda Lama (Sunda Wiwitan). Upacara penghormatan
Dewi Sri yang paling tekenal pada Masyarakat Sunda adalah S
eren Taun di Kasepuhan.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Dewi Sri selalu dikaitkan dengan Dewi Lakshmi dalam Agama Hindu. Sejumlah desa di Yogjakarta masih menggelar upacara Wiwitan, upacara sebelum menanam bibit di sawah.
Sementara bersih desa atau Majemukan dilakukan setelah panen raya, sebagai ungkapan terima kasih kepada Dewi Sri yang sudah menjaga keamanan petani, sekaligus ungkapan syukur kepada Tuhan yang sudah memberikan berkah melimpah.
Di Bali sedikitnya ada 27 nama upacara terkait penanaman padi. Setiap upacara berhubungan degnan dewa tertentu, seusuai tahap demi tahap. Pada fase Biyukukung, doa dipanjatkan kepada Bharata Surya untuk restu dan perlindungan. Pada fase pengeringan atau Nedunang Pari restu diminta dari Bhatari Sri. Saat ada hama, diusir dengan mantra dan sesajennya.
Selain dalam bentuk upacara penghormatan pada padi ditunjukan dalam berbagai pamali. Di antaranya tabu untuk membuang-buang beras atau nasi. Beberapa orang tua masih mengajarkan anaknya agar tidak membuang nasi karena nasi akan menangis sedih, sebagai personifikasi dari Dewi Sri. Ada larangan untuk bersiul di dekat lumbung karena akan membuat takut sang dewi.
Masyarakat
Dayak Loksado menerapkan
bahuma. menanam padi gunung secara bersama dalam siklus waktu 3-12 tahun. Bahuma merupakan cara berkomunikasi dengan pencipta.
Di Bima, NTB ada tradisi
sagele, gotong royong menanam padi, sehingga pekerjaan menjadi ringan dan hemat biaya.
Konsumsi sehari-hari Orang Indonesia menghabiskan rata-rata 113 kg beras per tahun (teringgi di dunia) Malaysia 90kg/orang/tahun. Thailand 70 kg/orang/tahun. Jepang 50 kg/orang/tahun. Rata-rata dunia 60kg/orang/tahun.
Menghasilkan padi tidak mudah lagi. Tinggal 14,1 juta rumah tangga petani padi. Jumlah ini berkurang sebanyak 60.000 kepala keluarga selama 10 tahun terakhir. Di desa umur petani di atas 35 tahun. Angkatan muda memilih meninggalkan sawah karena dianggap tidak dapat memberikan penghasilan yang layak.
Penurunan produksi di Pulau jawa karena terjadi penurunan luas wilayah produksi, serangan hama (wereng, tikus), cuaca yang semakin tidak pasti.
Produksi Gabah kering giling 71,29 juta ton. Impor beras tahun 2013 472 ribu ton senilai 246 juta dolar = Rp. 2,7 Triliun.
Beberapa jenis padi lokal Jawa
Pandan wangi (unggulan Cianjur)
Banyumas: Hitam, Gandamana, Kidangsari, Konyal, Cere Unggul, Cere Kuning, Sari Wangi, Pandan Wangi, Mentik Wangi, Mendali, Sri Wulan, Wangi Lokal.
Bantul: gajah rante, mampu menghasilkan panen 9,6 ton/ha (April 2014) tertinggi di kawasannya)
Banyuwangi: Genjah Arum (Genjah Arum dan Sri Kuning), Ho’ing Jaher, Untup (untup Ruyung, Untup Jelun); Pelang (Pelang Cemeng, Pelang Abang dan Pelang Gini).
Beberapa Jenis Padi Lokal Kalimantan
Kalimantan terkenal dengan sistem ladang berpindah yang disertai dengan pengetahuan trasidional. Kini selain menghadapi tantangan lahan yang semakin berkurang akibat perkebunan kelapa sawit dan tambang, dampak perubahan iklim kian menyulitkan mereka bertanam padi.
Kalimantan Barat
memiliki 100 varietas padi lokal dibudidayakan secara turun temurun oleh petani di Kalbar, Sirendah/seredah, Beras Hitam, Pulut (ketan), Beras Merah, Beliah Seluang.
Kalimantan Timur:
Mayas, Adan.
Kalimantan Selatan:
Beras Unus dikenal masyarakat Banjar seabagai satu-satunya beras berkualitas tinggi.
Kalimantan Tengah
Piasmi dengan keunggulan berumur genjah atau pendek sekitar 100 hari sudah bisa dipanen.
Beberapa Jenis Padi Lokal Sulawesi
Pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan merupakan lumbung beras Indonesia.
Beras Lokal: Kamba mete, ketan hitam, lamala Banggai, Kamba yang wangi dan pulen (Lore Lindu, Sulteng). Pare Kaloko, Pare Bulan Pare Mandi, pare tingke, Pare Baea Bonga, Pare Lontong dan Pare Battan (Sulawesi Barat)
Padi gogo Sulawesi Tenggara yang tahan kering: Paebiukolopua, Paebiu Sitoro, Paebiu Tamalaki, Paebiu Angata, Bul0-bulo, Apolo, Wagamba, Sala Bali, Eangko’ito, Wakawondu, Wamengkale, Wangkariri, Ereke-1, X-Guali, Celerang, Y-Bungi, Z-Lapodidi.
Beberapa jenis padi lokal NTT
Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai propinsi jagung dan beragam umbi-umbian. Tetapi beberapa wilayah seperti Lembor, Manggarai di Pulau Flores, Sumba Timur, Sumba Barat Daya dan Rote Ndao merupakan wilayah penghasil padi. Kawasan lainnya di NTT cocok untuk menanam padi gogo yang tahan kering.
Padi Kodi, padi Gogo dari Sumba Barat, sudah dipas menjadi varietas unggulan nasional.
Beras Hitam: Aen Metan. Aen Metan lebih enak dan lebih harum. Hare Kwa yang berumur pendek, Wajolaka.
Beras kita bukan hanya putih saja. Kini masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi beras yang puth bening/transparan. Hal ini merupakan hasil dari penjajahan yang menyatakan putih itu lebih unggul, serta perdagangan beras yang mengikis habis bagian kulit ari agar beras lebih tahan lama. Tidak heran, saat ini kerap dilakukan penambahan bahan pemutih kimia yang berbahaya pada beras agar tampilan beras lebih berkilau.
Beras putih pun bervariasi. Ada yang putih bening, ada yang putih susu. Saat kulit arinya tidak disosoh, beras putih dikenal sebagai beras pecah kulit, atau sebagian orang mengenalnya sebagai Brown Rice. Kulit ari beras (bekatul) merupakan sumber vitamin B15 terbaik.
Beras Merah, manfaat yang berlimpah. Varian dari coklat kemerahan, coklat muda, beras merah memiliki gen yang memproduksi antosianin pada lapisan uar beras (aleuron) yang merukan sumber warna merah. Antosiamim merupakan antioksidan yang dapat mencegah berbagai penyakit seperti kanker, memperiki kerusakan sel hati (hepatitis dan sirosis), memperlambat penuaan. Kandungan serat lebih tinggi dari beras putih. Sementara kadar gulanya lebih rendah.
Beras Hitam:
Beras para raja, beras terlarang warna hitam atau keunguan pada beras terjadi karena antosianin yang tinggi (paling tinggi diantara beras lainnya) lebih sedikit gula dan lebih banyak serat serta zat antioksidan lain (vitamin E). Tinggi mineral untuk menanggulangi gizi buruk.
Bekatul merupakan lapisan sel terluar yang kaya gizi dan bagian terdalam dari sekam. Pada beras yang ditumbuk seara tradisional bekatul menyatu dengan beras menyebabkan warna beras kecoklatan. Pada beras merah dan hitam, bekatul tetap ada. Proses pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai penyosohan (poslishing) dilakukan untuk memperpanjang masa penyimpanan beras sekaligus membuatnya berwarna putih.
Kandungan gizi bekatul: Vitamin B1 (tiamin) yang dapat mencegah penyakit beri-beri. Bekatul kaya serat pangan, pati, protein serta mineral. Vitamin B15 berguna untuk mengoptimalkan fungsi organ-organ tubuh. Dulu masyarakat di pedesaan membuat bekatul menjadi dodol dan menjadi cemilan sehari-hari. Kini bekatul banyak dipasarkan sebagai makanan tambahan bagi kesehatan.
Oryza Sativa L (nama latin padi) yang ditanam di Indonesia memiliki dua subspesies (golongan) yaitu Indica (padi bulu) dan sinica (padi cere)
Padi cere: produktivitasnya tinggi, tahan musim kering dan dapat ditanah yang kurang subur, mudah rebah.
Padi Bulu/berambut ada ekor pada gabahnya, kualitas tinggi
Jenis padi berdasarkan tempat tumbuhnya:
Padi Kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi/kering.
Padi Sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan dan Padi rawa yang membutuhkan sistem pengairan pasang surut.
Keunggulan Padi Lokal + Sistem penanaman yang ramah lingkungan:
Kedaulatan pangan diwujudkan petani dengan benih lokal dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan salah satunya SRI (Sytem of Rice Intensification).
SRI merupakan sistem penanaman padi yang memadukan tiga faktor pertumbuhan agar padi sehat dan mencapai produktivitas maksimal:
-maksimalisasi jumlah anakan,
-pertumbuhaan akar
-dan suplai unsur hara, air, oksigen.
Para petani hebat:
Joharipin (38) Indramayu berhasil membuat 60 varietas baru. Salah satunya Bongong. Menghasilkan padi
11.3 ton per ha lebih tinggi dari benih hibrida yang rata-rata 10 ton perhectare.
Susatyo, Ketua APPOLI bersama kelompoknya menerapkan sistem Internal Control System (ICS) sistem yang harus dipatuhi dalam menghasilkan beras organik. Tahun lalu beras yang dihasilkan oleh Susatyo berhasil menembus pasar Eropa.
Mbah Suko (almarhum) dan Mbah Gatot: petani-petani lokal yang mengumpulkan benih padi lokal di Jawa Tengah dan Jogjakarta.
Prof. Surono Danu penemu bibit padi unggul 'Sertani'