Tampilkan postingan dengan label Filsafat Kerja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filsafat Kerja. Tampilkan semua postingan

K untuk Kerja | Glosari

Diposting oleh FilsafatKonseling on 8.25.20108.09.2010


Pada masa sekarang, kerja menjadi tolok ukur kemanusiaan Anda. Seorang insinyur akan menjadi hina jika bekerja sebagai pemulung. Dalam masyarakat urban modern kerja bukan dilihat sebagai aktualisasi diri, melainkan representasi kualifikasi kemanusiaan. Jika Anda seorang pengangguran, meski Anda itu kaya sekalipun, Anda akan dianggap tidak berguna dan benalu. Kerja modern juga merupakan jenjang kemanusiaan. Pada jenjang itulah berjajar kualifikasi manusia terendah hingga terluhur berdasarkan pekerjaan.
Baca selengkapnyaK untuk Kerja | Glosari

Sampai Kapan Kita akan Bekerja?

Diposting oleh FilsafatKonseling on 8.25.20108.09.2010

Pernahkah Sahabat merenungkan sampai kapan kita akan berhenti bekerja? Atau apakah Sahabat pernah membaca teks filsafat, sosiologi, antropologi, politik, atau keagamaan berkaitan dengan dunia kerja?

Apa sih kerja itu? Kenapa kita harus bekerja? Bisakah kelak kita berhenti bekerja? Apa iya, demi makan atau memenuhi kebutuhan dasar, kita mau tidak mau harus bekerja? Tidak adakah cara lain selain bekerja jika sekadar bertahan hidup atau memenuhi kebutuhan dasar? Jika pun harus bekerja, mengapa waktu bekerja kita lebih banyak daripada waktu bermain, belajar, bercinta, bercengkrama dengan keluarga atau teman, dll? Apakah sahabat merasa miris ketika melihat seorang kakek atau nenek renta tetap jalan kaki berkeliling dengan guntai menjajakan dagangannya, seperti telur ayam, abu gosok, rujak, dll? Jika kita tidak berkerja apakah salah? Siapakah sebenarnya yang diuntungkan dari pekerjaan kita, kita sebagai tenaga kerja atau pemilik kapital yang menggunakan tenaga kerja kita? Apakah tubuh kita akan bertahan jika kita gunakan kerja setiap hari, mengingat banyak laporan kesehatan mengenai ekses dunia kerja? Jika bekerja itu memang mulia, lantas jika kita mengingat jumlah antara lapangan kerja dan tenaga kerja yang memang tidak memungkinkan semua orang bisa mendapatkan pekerjaan, lalu bagaimanakah dengan orang yang menganggur bukan karena malas atau tidak memiliki ijazah layak, tetapi memang tidak mendapatkan kue kerja? Mengapa seorang pekerja yang menghabiskan waktu kerja dan energi serta dedikasi tetap saja penghasilannya jauh dari layak dibanding dengan orang yang tidak terlalu besar waktu kerjanya tapi memiliki kapital? Apa hubungan kerja dengan ijazah? Apa hubungan kerja dengan wajah/tampang? Apakah Sahabat menyadari bahwa mobile phone dan lap top juga ikut memperpanjang jam kerja Sahabat? Dan, sekali lagi, SAMPAI KAPAN KITA AKAN BERHENTI BEKERJA?

Akan ada banyak pertanyaan yang bisa kita bahas mengenai kerja itu, yang disebut di atas hanya secuil. Kami mengundang Sahabat semua untuk berdiskusi dengan kami: Sahabat bisa memberikan komentar langsung di bawah tulisan ini, nanti akan kami tanggapi, atau mengirimkan artikel atau esai, dan tentu saja tidak sekadar kami muat di sini, kami juga akan mengomentarinya.

Dan, kita bisa memulai diskusinya barangkali dari pertanyaan judul tulisan ini: SAMPAI KAPAN KITA AKAN BEKERJA?
Baca selengkapnyaSampai Kapan Kita akan Bekerja?
 

YANG MENGIKUT

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.

Hasil Bertukar Banner