14 Januari 2017

Menjadi Manusia Homo(gen)

Januari 14, 2017 2 Comments

Belakangan ini saya banyak berpikir kenapa orang-orang sepertinya cenderung selalu ingin mengikuti segala sesuatu yang sedang ngetren secara 'berjama'ah'.

Bukan masalah saya memang, lagipula itu adalah hak masing-masing. Tapi kadang saya jadi risih sendiri, kalau tren itu mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Udah lah ya no offense. Pokoknya apapun yang kalian pikirkan mungkin itu yang menjadi maksud saya disini.

Kadang-kadang juga makin kesini kiblat tren anak-anak muda bahkan sekarang gencar juga diikuti orang-orang yang sebenarnya sudah tua dan berumur, mulai aneh-aneh deh.

Anehnya lagi, yang gak ngikutin tren seakan-akan malah terkesan seperti orang yang kolot dan membosankan. Gak gaul, gak up to date lah pokoknya.

Iya mungkin memang begitu.

Tapi pernah gak kamu berpikir tentang prinsip hidup kamu sendiri?

Apakah kamu memang merasa nyaman dengan mengikuti apa yang sedang booming dan populer hanya demi sebuah pengakuan orang lain. Bahwa kamu gak ketinggalan jaman? bahwa kamu keren?. Padahal sebenarnya kalau kamu gak ikutin pun kamu tetap akan baik-baik saja.

Ada yang demi beli hape mahal yang katanya bergengsi, rela jual diri bahkan jual organ tunggal tubuh. Hmmm ... pikir aja sih pakai akal sehat. Yang sehat akalnya saya yakin pasti gak akan mau melakukan hal yang demikian ekstrim dan nonsense.

"Biar kekinian," begitulah celoteh mereka.

Sekarang juga banyak banget orang-orang yang sudah jadi manusia hedon demi bisa ngikutin setiap tren busana terbaru ala seleb-seleb Amrik yang dianggap keren dan adorable. Padahal tren-tren tersebut hampir gak ada yang bener sama sekali. Dari pakai baju ketat, kekecilan, keliatan udel sampai baju transparan yang udah kayak jala ikan sungai. Semuanya rela dijabanin demi jadi bagian dari tren masa kini.

Hilanglah sudah rasa malu saat menampakkan aurat. Semuanya diumbar tanpa ada perasaan takut. Takut kalau Allah murka pada mereka. Ketika hidup di zaman dimana sok suci dianggap lebih buruk daripada sok nakal.

Selalu saja kalimat "Ini hidup gue, gue yang jalanin. Kok lo yang sewot? Urusan gue dengan Tuhan itu urusan gue, dosa-dosa gue kenapa lo yang sibuk?! Bukan urusan lo!" akhirnya menjadi kalimat pembenaran andalan yang sering saya temukan di dunia maya anak-anak remaja masa kini. Yang hidupnya mulai belok dari jalan agama yang lurus.

Mereka selalu saja marah apabila ada yang mencoba menasehati mereka baik-baik.

Padahal nyatanya apa yang mereka lakukan barangkali telah banyak meng-influence anak-anak ABG labil lainnya untuk meniru juga gaya busana dan kelakuan mereka yang terilham dari budaya barat. Yang jelas banget bikin hati orang tua manapun yang takut anaknya dijilat api neraka kelak, sakit bangettt.

Kalau sudah begitu, apa masih bisa dikatakan itu cuma urusannya sendiri? Sedangkan apa yang dia lakukan telah mempengaruhi kehidupan banyak orang?

Biar bisa foto ala-ala selebgram, upload di instagram kasih caption bahasa Inggris ditambah hashtag #ootd, siapa tau di repost sama bla bla bla adalah tujuan mereka melakukan semua itu. Demi dapat kepopuleran yang sebenarnya bagi saya bukanlah kebahagiaan hakiki yang sejatinya manusia cari.

Intinya terkadang yang buat geleng-geleng kepala itu. Banyak banget orang-orang yang rela melakukan apapun bahkan menghalalkan segala cara hanya buat bisa jadi bagian dari tren. Biar kelihatan keren lah, biar gak ketinggalan jaman. Padahal tren yang diikuti sama sekali gak kekinian dan modern, malah cenderung kemunduran. Karena banyak meniru gaya manusia pada zaman batu yang digambarkan dalam buku-buku pelajaran Sejarah.


Source : bonikids.blogspot.co.id


Udah ah gelap ... gak tau mau ngomong apa lagi. Cuma mau bilang aja buat yang baca, yuk jadi diri sendiri aja. Apa adanya. Kalau memang mampu dan ngerasa nyaman dengan ngikutin tren yang ada serta dilakukan tanpa melanggar prinsip agama dan sisi normatif yang ada, ya monggo. Tapi kalau belum mampu dan bahkan sama sekali ngerasa gak nyaman, apalagi tren itu sudah melanggar perintah agama dan norma-norma yang ada. Please gak usah dipaksain dan dilakukan lah ...

Jadilah manusia yang punya prinsip! Karena dengan prinsipmu itulah yang bakal membedakan kamu dengan yang lainnya di dunia yang fana ini. #eaaa

Masih mau jadi manusia homo(gen)???

Oke deh, see you in my next post! ✌


10 Desember 2016

Dia Bilang Saya Psikopat?

Desember 10, 2016 2 Comments

"Tahu gak kamu dibilang psikopat loh sama si *****"

Jdeeerr. Mendadak petir di siang bolong.

Entah itu maksudnya hanya bercanda atau memang yang bersangkutan berniat bilang seperti itu. Yang pasti saya cukup merasa heran dengan penilaiannya.

Maksud saya apakah orang ini benar-benar mengatai saya begitu atau sebenarnya dia bahkan tidak tahu arti sesungguhnya dari seorang psikopat.

Oke pada konteks ini saya asumsikan apa yang dikatakan teman saya memang benar seperti itu. Karena saya sendiri tidak mendengarnya secara langsung. Tapi ini cerita dari mulut teman saya. #lebihnyeseklagi


Source : https://www.encrypted-tbn3.gstatic.com

Bayangkan itu seorang gadis normal disebut sebagai psikopat di belakangnya. Kalau mau sedikit menggali ilmu dari om Google atau sumber lainnya, mestinya tahu yang dimaksud psikopat adalah seorang pembunuh berdarah dingin.

Salah satu contoh psikopat that you must know itu misalnya seperti tokoh komik Joker yang digambarkan sebagai musuh Batman. Dimana Joker ini diceritakan merupakan tokoh dalang kejahatan dan seorang pembunuh. Ditambah lagi Joker ini merupakan psikopat dengan rasa humor yang sadistik. Lihat saja itu, mulutnya yang merah terlihat tersenyum lebar tapi really looks creepy.

Tokoh fiktif psikopat lainnya sebagai gambaran lain yang lebih mengerikan itu misalnya seperti tokoh Jigsaw dalam film Saw yang super sadis. Jigsaw digambarkan memakai topeng kepala babi dan jubah hitam-merah dengan tubuh yang mulai membusuk karena penyakit kankernya, dan sering menggunakan boneka bernama Billy dengan sepeda roda tiga mininya untuk mewakilkan dirinya di hadapan para korban dan polisi. Jigsaw bahkan digambarkan menjadi sosok pembunuh berantai yang menjadikan nyawa manusia sebagai permainan yang mengerikan, dan rasa-rasanya sangat mustahil bisa dilakukan di dunia nyata.

Coba bayangkan itu? Bagaimana mungkin kata psikopat yang disematkan kepada dua tokoh sadis pembunuh mengerikan diatas, juga disematkan kepada saya? Hufffttt

Oke, back to the point ...

Jadi hanya karena saya hampir tidak pernah berbicara dengannya dan terlihat pendiam lantas bisa dengan seenaknya saja mengatakan orang lain adalah seorang psikopat. Are you serious?

Apakah pendiam itu bisa direpresentasikan sebagai seorang psikopat? Apa korelasinya coba?

Baca : Catatan Manusia Introvert

Jujur saya sih gak begitu peduli pas dengar bahwa saya dikatakan seperti itu. Karena hal itu sama sekali gak benar. Tapi gak bisa dipungkiri juga saya sempat memikirkannya juga. Heran aja sih ... kok bisa ya saya sampai dikira seorang psikopat?

Hmmm ... itulah manusia. Kadang menilai seenak jidatnya aja. Inilah yang menjadi salah satu alasan terbesar saya lebih suka untuk diam saja. Karena lidah itu sangat tajam. Kalau tidak dijaga bukan hal aneh lagi kalau bisa melukai hati orang lain. Bukankah Rasulullah juga menganjurkan kalau kita tidak bisa berkata yang baik maka sebaiknya diam saja.

Jadi kalau kata-kata yang kita luncurkan sekiranya bukan hal yang baik atau tidak penting mestinya mulut mendingan dikunci aja, kan? Apalagi kalau yang diucapkan hanyalah ghibah atau lebih parah lagi adalah fitnah semata (asumsi secara subjektif).

Tapi kalau dengan diam malah dikira psikopat memang agak nyelekit sih. Tapi yaudah lah ya wong setunggal aja kok yang bilang gitu. Wkwkwk ... sisanya pada bilang saya kalem kok.

Sudah cukup sekian dan terima kasih. Sorry curcol. Ini cerita lama yang tiba-tiba teringat lagi. InsyaAllah gak ada dendam sama sekali kok. Cuma sebagai pembelajaran saja untuk kita semua.

Seperti kata-kata klasik ini, "Don't judge cover by its cover"Bukan bermaksud membela diri sendiri. Tapi ini adalah nasehat untuk saya dan kalian juga yang baca. Bahwa menilai orang lain itu tidak bisa dilihat dari apa yang terlihat saja. Tapi nilailah dari apa yang terdapat dalam dirinya yang sesungguhnya. Karena pencitraan hanya untuk terlihat baik dimata semua orang tidak selamanya berarti orang itu memang benar-benar orang yang baik.

Oke, see you in my next post! ✌

15 November 2016

Dilema Mahasiswa Pertanian

November 15, 2016 7 Comments

A : "Mbak jurusannya apa?" bertanya dengan antusias.

B : "Agribisnis" jawabnya singkat.

A : Pasang muka bengong.

B : "Pertanian!" tegasnya

A : "Oh ..." mulutnya membulat. Terlihat kecewa.

B : Mulai bete.

A : "Ngapain mbak kuliah di pertanian? Emang entar kerjanya jadi apa? Mau jadi petani aja kok pake kuliah segala?"

B : "Siapa bilang? Orang jadi dokter kok?" dengan wajah yakin.

A : Lagi-lagi bengong.

B : "Dokter spesialis analisis bidang pertanian!"

A : " Edeh ... sok idealis deh mbak. Bilang aja entar paling maunya kerja di tempat yang ber-AC. Ngapain sih kuliah di pertanian? Madesu itu!" komentarnya dengan nada meremehkan.

B : "Ya, terserah Anda lah,"

Percakapan berakhir.



Ada yang pernah mengalami percakapan serupa dengan yang diatas?

Hmm ... Anda mahasiswa pertanian ya?

Ya, walaupun percapakan diatas memang sedikit didramatisir tapi nyatanya hampir setiap mahasiswa yang kuliah di fakultas pertanian mungkin pernah mendapatkan komentar semacam itu.

Termasuk saya. Iya saya! Karena saya kuliah di pertanian.

Seringkali yang bertanya suka menunjukkan sikap 'meremehkan' saat mengetahui jurusan kuliah mahasiswa pertanian. Apalagi ditambah berasal dari kampus bukan favorit. Makin underestimate lah pandangan orang-orang.

Kesannya pekerjaan sebagai petani dan orang-orang yang berkecimpung di bidang pertanian adalah orang-orang yang ada di kasta paling terendah dalam lingkungan sosial.

Sedih ... ? Iya, pasti! Karena harga diri cukup terluka karena merasa dipandang sebelah mata. Kemudian mulai berpikir apa saya sudah salah jurusan ya?

Apakah menjadi mahasiswa pertanian seburuk itu?

Apakah menjadi mahasiswa pertanian adalah sebuah dosa?

Aduh kenapa jadi mulai sentimentil ini ... sabar sabar. Gak semua orang kok bersikap begitu ... mungkin hanya orang-orang yang pemikirannya terlalu pragmatis dan sempit saja yang bisa tega berkata seperti itu.

Anggap saja mungkin selama ini dia gak makan nasi dari beras. Tapi mungkin dia makan nasi dari beras plastik.

Mungkin saja dia lupa kalau makanan yang dimakannya adalah berasal dari hasil kerja keras para petani dengan penuh kurasan keringat.

Mungkin dia berpikir nasi yang dia makan adalah hasil cetakan printer. Serta lauk-pauk dan sayur mayur yang dimakannya hanya perlu didownload lewat internet.

Sehingga dengan enteng dan tanpa rasa dosa bisa meremehkan serta mematahkan semangat para mahasiswa pertanian. Dan tentunya menganggap rendah profesi seorang petani.

"Wiiihhh luar biasa!" mungkin komentar ini adalah sekedar angan-angan saja saat orang mengetahui mahasiswa yang ditanyanya adalah mahasiswa dari fakultas pertanian. Yah ... sebenarnya paling banter sih orang-orang yang nanya cuma bakalan merespon dengan seruan "oh...". Yang membedakan mah cuma panjang pendeknya aja. Ada yang "oh" aja, ada juga yang "oooooohhhhh" gitu.

Padahal bisa jadi diantara para mahasiswa pertanian itu, ada mereka yang memang benar-benar memiliki niat yang tulus untuk memajukan pembangunan pertanian di Indonesia. Apakah ini tidak terdengar semulia profesi seorang dokter?

Oke, faktanya memang banyak mahasiswa pertanian yang mengaku salah jurusan atau itu adalah pilihan terakhir daripada enggak kuliah sama sekali. Tapi tidak sedikit juga kok yang benar-benar punya cita-cita mulia untuk memajukan pembangunan pertanian di Indonesia, atau setidaknya untuk melanjutkan perjuangan orang tua yang berprofesi sebagai petani agar bisa mengelola usaha taninya menjadi lebih produktif. Entah itu dengan menjadi penyuluh pertanian, peneliti, dosen, PNS di sektor pertanian, wiraswasta, praktisi dan profesi lain yang berada dalam lingkaran serupa.

Ya, mungkin memang benar fakta bahwa banyak lulusan dari fakultas pertanian ketika lulus akhirnya malah bekerja di tempat-tempat yang tidak sesuai dengan bidang keilmuannya. Tapi pada kenyataannya banyak lulusan selain pertanian pun yang melakukan hal yang sama, kan?

Source : dokumen pribadi

Saya sendiri jujur sama sekali gak pernah kepikiran akan kuliah di pertanian. Saya sendiri sebelum akhirnya memutuskan untuk kuliah di pertanian selalu berpikir kalau pertanian itu hanya identik dengan kemiskinan, desa, lumpur, kerbau, cangkul, traktor, topi caping, gubuk, orang-orangan sawah, kaos kampanye partai, gadis kembang desa dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan sawah dan perkebunan. Dimana tidak mempunyai daya tarik sama sekali di mata saya pribadi. 'Kapan kayanya?' *astaghfirullah #istighfar

Sebelumnya saya sama sekali tak punya ketertarikan yang begitu besar untuk kuliah di pertanian. Menurut saya kalau pun saya harus kuliah, pertanian mungkin akan menjadi pilihan saya yang paling terakhir. Jadi saya tidak memiliki prioritas dan minat sama sekali di bidang pertanian (awalnya).

Kalau tanya kenapa saya kok akhirnya malah jadi kuliah di pertanian, jawabannya ... jujur saya gak bisa jawab dengan naif soal motivasi awal saya kuliah di pertanian (contohnya: mensejahterakan para petani-petani wong cilik--which is sangat mulia sekali tentunya).

Jadi cerita mulanya, sekitar tahun 2012-2013, saat kepala saya sudah mumet dan njelimet banget mengerjakan soal-soal latihan try out dan sebangsanya karena berada pada kelas akhir SMA, capek dengan rutinitas pulang sekolah harus pergi lagi les di sekolah+di GO, pulangnya masih harus belajar dan ngerjain PR, ditambah lagi kegiatan organisasi di Rohis sekolah meskipun sudah menjelang demisioner. Nah disaat-saat itulah saya menemukan sosok luar biasa menurut saya yang pada akhirnya memotivasi saya untuk menentukan jurusan kuliah saya di pertanian.

Orang itu adalah bapak tua yang suka memakai celana pendek.

Ya, benar itu adalah Pak Bob Sadino (Alm). Pemilik Kem Chicks, Kem Foods dan juga Kem Farms.

Jadi waktu itu saya pernah secara gak sengaja menonton acara semacam interview dengan pak Bob di TV. Dan mendadak saya pengen jadi seperti beliau. Dimana pak Bob ini dikenal sebagai pengusaha yang sangat sukses di bidang agribisnis dan bahkan juga menjadi seorang motivator. Pak Bob juga dikenal benar-benar berjuang dari nol, dimana dulu beliau mulai mengawali bisnisnya ternyata lewat kegiatan beternak ayam yang sebenarnya dilakukan karena beliau bosan jadi orang kaya (pak Bob ini kerjaannya bagus di Australia sebelumnya dan gajinya sangat besar, keluarganya pun juga orang mampu semua). Kemuadian ilham untuk berwirausaha pun jadi muncul, sehingga pak Bob kemudian mulai menjual secara langsung telur-telur yang dihasilkan dari ternaknya sendiri. Dan itu buat saya benar-benar terkesan dan pengen banget jadi seperti beliau. Kaya raya! Gagal jadi orang miskin deh *LOL

Banyak pengusaha lain yang juga berjuang dari nol kemudian sukses. Entah di bidang apapun itu. Tapi kenapa saya malah ingin ikuti jejak pak Bob Sadino, ya?

Jujur ketika lihat profil dan bisnis agro pak Bob, mata saya mulai terbuka lebar dan melihat betapa tingginya prospek peluang di bidang agribisnis. Yang mana merupakan bisnis yang gak mungkin redup ditelan tren dan mode. Bahkan kalaupun krisis global sedang terjadi. Dan kalian pasti tahu sendiri jawabannya kenapa, kan?

Ditambah saya mulai sadar bahwa bisnis pertanian itu really looks so pretty cool! Why? Sebab bisnis ini jelas jauh lebih ramah terhadap ekosistem ketimbang bisnis lainnya. Bahkan cenderung memberikan dampak positif terhadap konservasi vegetatif dan keanekaragaman hayati. Pokoknya keren banget lah kalau bisa punya lahan yang dimanfaatkan untuk bisnis pertanian, apapun itu! Apalagi kalau bisnisnya tanaman hias!

Lalu saya mulai berpikir bahwa jawaban untuk dapat membantu saya mencapai semua itu salah satunya ya adalah dengan kuliah di agribisnis!
Meskipun pak Bob sendiri sebenarnya tidak menempuh pendidikan tinggi di bidang pertanian. But why not? Siapa tahu bisa jadi expert of agribusiness, right?

Akhirnya di waktu-waktu terakhir menjelang input data SNMPTN 2013, setelah saya pikir dengan penuh pertimbangan. Saya pun akhirnya memutuskan mengambil jurusan Agribisnis sebagai pilihan pertama dan Agroekoteknologi sebagai pilihan kedua di kampus yang terletak di kota saya tinggal. Sementara di kampus pilihan kedua, pilihan pertama saya tetap pilih jurusan Agrobisnis dan kedua perikanan.

Beneran deh saat itu saya sendiri heran dengan pilihan-pilihan saya. Padahal real-nya saya gak ada basic sama sekali di empat pilihan saya itu. Memang selain pak Bob, ada faktor-faktor lain dalam membuat keputusan pilihan kuliah saya. Faktor lainnya adalah saya rasa nilai saya tidak cukup bagus untuk kemungkinan bisa menembus passing grade jurusan-jurusan lain yang lebih prestise. Dan saya tipe orang yang idealis tapi realistis, sehingga saya yakin kalau saya pilih jurusan ini pasti saya lolos. Dan Alhamdulillah memang beneran lolos langsung di pilihan pertama!

Antara bersyukur, senang dan sedih juga sih sebenarnya awalnya. Apalagi orang tua saya mungkin mengharapkan saya masuk jurusan seperti bisnis atau mungkin dokter (aduh mak, pak tak sanggup saya kalau itu). Walaupun toh yang saya pilih juga ada bisnis-bisnisnya kan.

Tapi karena orang tua saya cukup demokratis (meskipun tetap ada memberikan sugesti untuk saya dalam menentukan jurusan kuliah), jadi saya diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menentukan pilihan sendiri. Jadilah saya memilih jalan tak terduga ini. Kuliah di jurusan agribisnis.

Saya punya ketertarikan memang dari kecil tentang dunia bisnis, karena mungkin orang tua saya yang sejak saya masih bayi sudah mulai berbisnis kecil-kecilan hingga sekarang pun masih berbisnis untuk membiayai kuliah saya. Makanya pas ditanya cita-cita saya apa pas masih kecil, saya dengan polosnya malah jawab jualan baju di pasar. Dan pas agak gedean lagi jawabnya punya restoran. Sementara kan mestinya saya jawab jadi insinyur, pilot atau dokter gitu ... 😅

Setelah menjalani perkuliahan di agribisnis rasanya tidak begitu buruk juga. Ilmu yang saya dapatkan pada akhirnya banyak yang berkaitan dengan bisnis khususnya di bidang komoditi pertanian. Dan menurut saya jalan ini lebih praktis ketimbang kuliah di jurusan bisnis. Dimana pembelajaran bisnis langsung memusatkan tujuan pada komoditi pertanian sebagai objek bisnisnya. Benar-benar sesuai ekspektasi dan tujuan saya lah pokoknya.

Yah, jadi begitulah cerita saya yang tidak penting. Tentang perjalanan saya hingga akhirnya kuliah di pertanian. Dan kemudian harus menemukan komentar-komentar seperti yang saya tulis diawal.


***


Sebenarnya saya ingin menulis tentang ini salah satunya didorong oleh rasa gemas saya terhadap thread di kaskus yang membahas kurang lebih tentang jurusan-jurusan yang tamatannya gak jelas gitu. Dan pertanian masuk dalam list bersama jurusan sastra, filsafat dan sebagainya. WHAT!

Siapa pun mahasiswa atau bahkan alumni yang masuk dalam list jelas sewot dong ya! Termasuk saya. Ergh ... memangnya sukses harus melulu karena kuliah di fakultas-fakultas yang suka jadi rebutan calon mahasiswa atau dianggap prospek bagus aja? Itu namanya bias, bro.

Intinya semua orang yang akhirnya masuk di jurusan-jurusan pertanian atau jurusan lain yang dianggap madesu itu tidak semestinya dipandang sebelah mata. Bagaimana pun mereka juga telah melalui struggle untuk masuk atau tetap bertahan didalamnya. Masa depan yang suram atau tidak pada akhirnya yang menentukan adalah seberapa besar usahanya untuk dapat memanfaatkan ilmunya untuk mencapai apa yang diinginkannya.

Semuanya benar-benar tergantung pada individu masing-masing. Lagipula kesuksesan itu mempunyai indikator yang sangat relatif. Dimana pandangan setiap orang terhadap bentuk kesuksesan tidaklah sama satu sama lain. Sehingga ketika ada yang menjudge bahwa ini atau itu adalah jurusan yang tidak punya prospek, madesu dan sebagainya adalah salah besar.

Karena itu artinya dia menggunakan pengukurannya secara subjektif dan menggunakan penilaiannya sendiri. Jika sukses itu diartikan sebagai 'dapat kerjaan di kantor pemerintah' tentulah tidak akan relatif jika disandingkan dengan pandangan bahwa sukses itu bisa 'berwirausaha secara mandiri'.

Jadi ayo yang suka judge ini itu. Mulailah hentikan kebiasaan itu sekarang juga. Karena apa yang Anda pikirkan, selain bisa menyakiti perasaan orang lain juga bisa jadi belum tentu benar. Lagipula siapa sih manusia yang bisa mengetahui yang akan terjadi di masa depan?



Epilog


"Wah pake epilog segala ... kayak novel aja lagi sudah ..ga jelas deh"

Jadi dulu Presiden Ir. Soekarno pernah berpidato, tepatnya saat meletakan batu pertama di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (UI) yang kini telah menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB). Yang intinya mengatakan bahwa, soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa!

Tidakkah ini sudah cukup untuk menjadi pelecut semangat kita sebagai mahasiswa pertanian?

Bayangkan itu teman-teman! Soal hidup dan mati! Oke ini kita bicara konteksnya secara horizontal loh ya antara pangan dan manusia, bukan vertikal. Kalau secara vertikal mah sudah jelas semuanya ada di tangan Allah SWT, hidup dan mati kita.

Kalau mau flashback kembali sejarah di masa-masa itu. Di tahun-tahun awal kemerdekaan, tiga tahun setelah kolonial Belanda menyerahkan kedaulatan pada Indonesia. Perlu diketahui bahwa Indonesia mengalami krisis yang namanya PANGAN!

Produksi beras di Indonesia yang tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan, sehingga harus mengimpor dari luar mengakibatkan devisa negara jadi banyak tergerus. Hingga harga beras menjadi naik berkali-kali lipat.

Sementara itu terjadi, kelaparan telah melanda masyarakat Indonesia!

Presiden sadar bahwa terus menggantung perut rakyat Indonesia pada kebijakan impor beras tidaklah sesuai dengan prinsip berdikari yang dicita-citakan Indonesia setelah meraih kemerdekaan. Harapan presiden adalah Indonesia bisa mengalihkan devisa negara terhadap pembelian beras impor untuk melakukan pembangunan pertanian.

Pada jaman itu, Bung Karno banyak berharap akan ada banyak insinyur-insinyur di bidang pertanian yang memiliki spesialisasi khusus. Dengan begitu Indonesia dapat melakukan pembangunan pertaniannya dan bisa terwujudlah yang namanya swasembada pangan.

Nah, presiden pertama kita saja mempunyai harapan besar akan adanya insyinyur-insinyur pertanian. Masa kita malu jadi sarjana-sarjana pertanian kan?

Yuk, mulai sekarang yang sedang menjalani studi sebagai mahasiswa pertanian. Baik yang masih berapi-api (baca : maba) atau yang udah ngerasa terlalu tua berada di kampus. Atau malah yang baru mau berencana kuliah di pertanian habis lulus SMA.

Mulailah merasa bangga jadi bagian dari orang-orang yang sedang atau akan mempelajari pertanian. Karena dengan kontribusi sekecil apapun kita pada sektor pertanian, artinya kita sudah ikut melakukan dan mendukung pembangunan pertanian di negeri kita tercinta.

Oh ya, kalau bisa. Kalau sudah memilih jalan ini dengan sungguh-sungguh, jangan sampai daftarin namanya ke pendaftaran seleksi alam di dunia kampus, ya. You know what i mean? 😁 haha


Oke, see you in my next post! ✌


21 Oktober 2016

Kamukah Si 'Penderita' Sindrom Inferiority Complex?

Oktober 21, 2016 0 Comments

Saat melihat orang lain yang lebih ganteng, cantik, kaya, pintar atau hebat, pernah gak sih kalian jadi merasa minder? Merasa begitu kecil, rendah dan gak ada apa-apanya? Merasa malu dan bahkan sampai mengutuk diri sendiri.

Pernah? Wah, hati-hati! Bisa jadi sindrom Inferiority Complex sedang mengancammu!

Memangnya sindrom Inferiority Complex itu apaan sih?



Source : http://www.incidentalcomics.com/2014/12/the-inferiority-complex.html


Jadi, kalau kamu search di Google : Inferiority Complex adalah masalah emosional dan psikologis yang sering tidak disadari. Padahal sebenarnya inferiority complex adalah masalah yang serius terkait dengan kesehatan mental. Ini adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dari orang lain dalam beragam bentuk.

Apakah hanya orang-orang yang berpendidikan rendah dan kalangan menengah kebawah yang sering merasakan sindrom ini?

Jawabannya tidak!

Bahkan orang dengan tingkat pendidikan tinggi sekali pun bisa terkena sindrom ini.

Coba perhatikan deh. Ada banyak lulusan tingkat S1 di Indonesia dari daerah Timur sampai Barat. Tapi diantaranya, saat hendak memasuki dunia kerja. Mereka-mereka yang merupakan lulusan Universitas peringkat nomor sepatu kebanyakan akan minder dan bahkan sampai memilih mundur saat harus bersaing dengan lulusan Universitas nomor satu atau 10 besar terbaik. Hal ini juga berlaku dalam dunia perjodohan, dimana banyak orang minder untuk melamar atau bersanding dengan orang yang dia rasa memiliki latar belakang yang terlihat lebih baik dari dirinya.

Tidak hanya grade kampus yang buat orang-orang berpendidikan tinggi sekali pun jadi minder. Jurusan kuliah pun bisa bikin orang jadi minder. Apalagi kalau ketemu yang lulusannya jurusan kedokteran, kampusnya dari UGM. Masih ditambah lagi ganteng atau cantik, kaya tujuh turunan, sholeh(ah), berprestasi, baik hati lagi.

Waahh ... bisa mati kutu sudah kalau sampai bisa ketemu orang se 'perfect' itu.

Padahal yang menentukan kualitas diri kita, tidak bisa diukur dari hal-hal semacam itu saja. Ada banyak hal-hal lain yang sering kita abaikan, ternyata merupakan bagian dari kelebihan kita masing-masing. Yang tertutupi oleh pemikiran akan hal-hal yang kita anggap sebagai sebuah kekurangan diri kita.

Pada dasarnya, rasa minder kemudian adalah hal yang masih wajar dan manusiawi apabila tidak diikuti dengan perasaan minder yang berlarut-larut. Karena membiarkan perasaan minder terus menerus berkelanjutan, sama dengan membiarkan sikap pesimis akan menjangkiti kita. Dan saat itu terjadi, perasaan minder itu mungkin sudah tak bisa lagi kita kendalikan.

Siap-siap saja terkena sindrom inferiority complex!

Belum apa-apa sudah game over! Karena ketika disodorkan dengan hal-hal tertentu yang dirasa baru atau tidak bisa untuk dilakukan. Si penderita sudah menyerah duluan alias tidak mau mencoba. Istilahnya kalah sebelum berperang. Padahal ada potensi besar yang mungkin tidak diketahui kalau saja mau mencobanya. Tapi potensi itu keburu terkubur bersama dengan rasa percaya diri yang telah hilang.

Mau pelihara sindrom ini? Enggak dong ya!

Terus apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus jadi orang yang pede abis atau manusia yang optimis tingkat dewa.

Eitt ... tunggu dulu! Hati-hati lagi! Bisa jadi itu malah lawan mainnya si Inferiority Compelex!

Si SUPERIORITY COMPLEX!

Apa lagi itu?!

Yah dibalik aja dah definisinya.

Kalau yang punya sindrom ini biasanya merasa dirinya adalah orang yang paling penting dan dirinya lebih baik dari siapa pun. Tingkat percaya dirinya sangat tinggi hingga overload alias kelebihan muatan. Alias lagi, overdose!

Sebenarnya sama seperti rasa minder yang masih wajar. Memiliki rasa percaya diri tinggi juga adalah hal yang wajar saja, malah sangat baik untuk dimiliki. Karena itu adalah salah satu kunci sukses.

Tapi kalau rasa percaya diri itu diikuti dengan sikap arogan hingga menjadikannya memandang rendah pada orang lain. Itulah yang disebut dengan sindrom superiority complex.

Wah ... terus kalau gitu kita harus jadi yang mana kakaaakk??? *mukabingung

Saya tegaskan dua-duanya jangan ada yang dipelihara! Mending pelihara kucing yuk! *kokgaknyambung

Iya dua-duanya tidak perlu kita adopsi. Cukup jadi rahasia antara aku dan kamu aja. *loh

Oke ... oke serius lagi ...

Kenapa gak dua-duanya? Ya, karena dengan pakai logika dan hati nurani saja kita pasti paham kenapa gak perlu punya salah satu dari dua sindrom diatas.

Karena dua-duanya sama-sama gak berguna dimiliki! Hanya menjerumuskan kedalam dua lubang yang berbeda. Yang satu lubang untuk menjadi pecundang. Yang satunya lagi lubang untuk menjadi manusia yang angkuh bin sombong.

Mau jadi pecundang atau orang yang angkuh? Enggak kan!

Memang segala sesuatu yang berlebihan itu gak ada yang baik. Maka sudah sepantasnya segala sesuatu itu kita tempatkan pada porsinya masing-masing.

Minder yang melecut diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan rasa percaya diri yang mengantarkan kita pada kesuksesan sesuai potensi, minat dan bakat kita.

Nah, kalau gitu kan bagus jadinya 😆

Tulisan ini juga akan menjadi pengingat bagi saya pribadi untuk gak jadi 'penderita' sindrom inferiority complex itu.

Saya sendiri bukan orang yang suka tampil di publik alias lebih suka berada di balik layar. Bukan berarti saya minder. Tapi karena saya memang suka dan nyamannya berada di posisi seperti itu.

Makanya saya juga nulis ini ... karena waktu untuk tampil di publik saya alihkan untuk menulis banyak hal yang ada di pikiran saya, meskipun banyak yang masih belum mau saya publikasikan. Atau mencari sumber inspirasi saya dalam menulis. Simpel! Karena saya ingin jadi seorang penulis. Apakah kemudian saya perlu minder kepada para pelakon? *curhat

Jadi, satu lagi. Kelolalah rasa minder dan percaya diri kita pada porsi yang sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing.

Apakah semut perlu minder dengan kucing karena ukuran tubuhnya yang kecil. Gak! Tentunya dia perlu percaya diri dan bangga karena kucing gak bisa masuk ke dalam lubang kecil apalagi sekecil pori-pori tanah, sementara dia bisa!

Oke, see you in my next post! ✌



Tambahan :

Pada konteks yang berbeda, diluar pandangan mengenai inferiority complex pada diri kita sendiri terhadap orang lain. Saya sadar bahwa banyak masyarakat Indonesia termasuk mungkin saya, yang sering merasa minder saat membicarakan negara kita dihadapan masyarakat asing. Seakan-akan negara kita sangat buruk dan tak layak diakui. Dan negara lain jauh diatas segala-galanya dibandingkan tanah air kita.

Perlu kita pahami bahwa hal itu adalah bagian dari sindrom inferiority complex. Bahkan tak jarang gara-gara sindrom ini, orang-orang Indonesia sendiri jadi sibuk membela dan memuji-muji negara lain karena hal-hal yang tidak mereka temui di Indonesia. Sementara itu 'merendah-dirikan' negaranya sendiri atau bahkan merasa malu menjadi warga negara Indonesia. Dan menunjukkan sikap pesimis pada tanah airnya sendiri.

Ayolah! Bagaimana bisa kita mengabaikan begitu banyak kelebihan yang dimiliki Indonesia karena kekurangan-kekurangannya. Kita memang tidak bisa mengabaikan kekurangan yang ada, karena kita mesti senantiasa berbenah untuk kemajuan negara kita. Tapi bukan berarti kita jadi melupakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Indonesia dibandingkan negara lain, atau bahkan mungkin tidak dapat ditemui di negara lain mana pun. Contohnya keindahan alam Indonesia. Terlalu klasik? Tapi nyatanya mau juga kan kalau dikasih uang gratis buat keliling Indonesia? Hayooo ...

Ya, kan?

Ayo! Buat saya dan kalian yang baca. Mulai sekarang yuk belajar lebih bangga menjadi bagian dari Indonesia. Sambil berusaha membuat kontribusi terhadap tanah air kita. Sekecil apapun itu. Paling enggak, setidaknya jangan bikin malu nama Indonesia. Misalnya dengan merusak nilai moral diri sendiri.


20 Oktober 2016

Tausiyah Cinta - Tentang Penantian Sosok yang DirahasiakanNya

Oktober 20, 2016 0 Comments

Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah siapa dan di mana saat ini.

Untukmu yang jauh di sana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena kau ada di hatiku namun tidak tampak di mataku.

Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin menunggumu, meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan.

Hati ini meyakini bahwa kau ada, meski entah di belahan bumi mana.

Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu, di sini, di sisiku.

Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan berusaha mencintaimu dengan cara yang dicintai-Nya.

Sekalipun kita belum pernah bertemu, mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama, tersenyum menatap rembulan yang sama.

Di sanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu.


(Dikutip dari buku Tausiyah Cinta @tausiyahku hal. 94)

@tausiyahku


Wisshh mendadak baper deh yang baca ... 😆

Udah, udah yang jomblo gak usah baper dulu ... mendingan kita main congklak aja *loh

Gak tau kenapa saya mendadak pengen posting puisi ini. Mungkin karena efek jomblo kelamaan haha  ...

Padahal saya selalu pusing dan mendadak mules kalau bahas beginian ... beneran deh.

Ngomong-ngomong soal puisi ini saya punya sebuah cerita nyata yang cukup relevan dengan isi puisi diatas ... kalian mau baca? Enggak? Oh ya udah kalau gitu ...


***


Oke oke tenang jangan kecewa ... itu saya cuma lagi ngomong sama diri sendiri. Kalau gitu saya ceritain ya buat kalian ...

Jadi, once upon a time ...

hiduplah seorang anak gadis yang suka sekali bermain game. Dia tidak pernah pacaran seperti anak-anak kebanyakan seusianya karena terlalu sibuk dengan game-nya. Kalaupun tidak sedang bermain game, dia pasti sedang asik membaca buku-buku komiknya yang hanya seputar dunia ajaib Doraemon, kasus-kasus yang ditemui detektif Conan atau kehidupan di Konohagakure yang bikin kepalanya pusing. Yang pasti dia tidak pernah menjalin hubungan romance sama sekali dengan anak laki-laki manapun. Baginya, cerita-cerita romansa hanya hidup dalam komik dan bukan kehidupannya.

Hingga suatu hari dia bertemu seorang anak laki-laki di kelasnya. Dan saat bertemu anak itu ... dia, dia merasakan .......

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Biasa aja.

THE END


Hahaha 😁
Gimana ceritanya? Seru kan?

Gak nyambung, ya? Yakin? Sudah baca semuanya belon?

Kalau Anda jeli, mungkin Anda dapat menemukan setitik hubungan antara puisi diatas dengan cerita yang saya ceritakan tadi.

Gak ketemu? Oke saya bantu deh.

Jadi kalau menurut hemat saya, terkadang orang yang awalnya kita anggap biasa saja, bisa aja suatu saat nanti ternyata malah yang menjadi jodoh kita. Orang yang tidak pernah kita sangka-sangka. Terlepas dari apakah kita akhirnya mendadak jatuh cinta pada dia duluan, sebelum akhirnya Allah takdirkan kita berjodoh dengannya. Atau pun tahu-tahu saja berjodoh tanpa kita pahami alasannya.

Bisa jadi saat ini, jam ini, menit ini dan detik ini jodoh kita sedang melihat langit yang sama di belahan bumi yang berbeda. Sosok asing yang tidak pernah kita bayangkan atau malah orang yang sudah lama kita kenal tapi merasa biasa saja. Suatu saat nanti ternyata menjadi jodoh pendamping hidup kita. Wiiihhhhh ... mantap bener kata-kata ane. Hahaha *tumben

Gak percaya? Tapi udah banyak kok buktinya. Ya, kan? Perlu saya ceritain another story lagi?

Semua teriak "NOOOO!!! Udah baca serius-serius ternyata ceritanya cuma ZONK!"

Iya iya tenang gak lagi kok.

Back to topic.

Jadi buat yang saat ini terlalu sibuk mikirin si dia yang kita sukai, sementara belum tentu dia suka juga sama kita. Alias bertepuk sebelah tangan.

Atau sibuk stalking akun medsos doi setiap hari sampai jempol pegel dan capek hati.

Daripada gitu, mending tenaga buat mikirin dia atau stalking dialihkan buat belajar dan mengenal Rabb kita lebih dekat. Allah yang menciptakan kita, yang memberikan nikmat kepada kita semua, hingga saya bisa nulis semua ini dan kalian bisa baca tulisan saya yang cuma seperti remah-remah gorengan ini. Yakin deh, seiring berjalannya waktu, Allah pasti akan berikan jodoh terbaik untuk kita.

Intinya sih saya cuma mau bilang, yang lagi galau karena jomblo menahun, sementara teman-teman kita sudah pada naik ke pelaminan.

Yuk, alihkan perhatian kita kepada hal lain yang lebih bermanfaat. Karena dia yang kita harapkan itu, belum tentu jodoh kita. Apalagi sampai habisin waktu bersama orang yang belum tentu jodoh kita dalam ikatan tak resmi.

Masa mau sih jagain jodoh orang? Memangnya kita penitipan jodoh apa? Masih mending penitipan anak, yang jagain dapat duit.

Kalau jagain jodoh orang malah kita yang buang-buang duit. Bahkan gak cuma duit, kehormatan pun bisa sampai tergadai. Naudzubillah ...

Apalagi kalau sampai enggak jodoh kan, cuma bisa bikin sakit hati aja dan penyesalan seumur hidup.

Aduh yang nulis jomblo juga, kok bisa-bisanya ngomongin ginian? Haha iya juga ya.

Ini catatan buat saya juga kok. Karena saya cuma manusia yang suka khilaf. Kalau saya tulis ginian dan terlanjur di posting kan, saya ada malu juga kalau lakuin yang sebaliknya saya tulis. Gitu mba sis dan mas bro ... 😁

Oke, see you in my next post ✌



29 September 2016

Cara Menghadapi Si Tukang Pinjam yang Tidak Tahu Malu (Inspirasi dari Oh My God! Tip)

September 29, 2016 0 Comments

Kalian pernah gak sih punya temen atau kenalan yang suka pinjam barang-barang kalian, tapi pas diminta balikin eh malah banyak banget alesannya?

Punya? Hmm tenang Anda tidak sendiri. Saya juga pernah menjadi korban hal yang sama ... sekaligus menjadi pelakunya ... sometimesss. Ya Allah ... ampuni Baim ya Allah ... *jadiingetbaim

Menurut kalian nyebelin gak, sih?

Nyebelin kan? Tapi itu pasti kalau kita lagi ada di posisi yang dipinjem barangnya. Bukan sebaliknya.

Kalau kita yang lagi minjem, hehehe pasti yang ada kita bakal buat banyak alasan atau malah berusaha menghindar saat melihat si pemilik. Kebanyakan sih karena lupa bawa atau yang paling parah adalah barang yang dipinjam itu ternyata rusak atau malah hilang!

Itu sungguh TER-LA-LU! *alabanghaji

Padahal bisa jadi saat minta dibalikin, si pemilik sedang butuh banget barang yang dipinjam. Bahkan kalaupun akhirnya dibalikin, pemiliknya mungkin sudah keburu 'berjamur' saking lamanya menunggu untuk dikembalikan.

Itulah mengapa dikatakan ada dua tipe manusia di dunia ini. Yang satu adalah saat meminjam barang dari seseorang dan yang satunya lagi adalah saat mengembalikan barang itu.

Ibaratnya saat meminjam dia tampak seperti kucing yang memohon-mohon pada tuannya agar diberi makan. Tapi saat diminta mengembalikan barang, dia malah menjelma menjadi seekor harimau yang siap menerkam balik. Hahaha 😂 itu cuma perumpamaan kok.

Itu baru barang. Kalau uang yang dipinjam lain lagi dah ceritanya. Biasanya lebih rumit dan sulit lagi nagihnya. Apalagi kalau dalam jumlah yang sangaaaat BESAR. Malah saat ditagih, yang pinjem duit biasanya bisa lebih galak dari yang punya duit. Tapi ini benar-benar bukan hal yang sepele. Karenanya, banyak sekali orang saling membunuh bahkan meskipun itu adalah keluarganya sendiri. Gara-gara DUIT! Bayangkan itu! Gara-gara KERTAS!

Naudzubillah ...


***


Oke, tapi jangan khawatir disini Oh My GodTip punya tips bagus. Bagaimana caranya mencegah atau menghadapi teman atau kenalan yang kita kenal suka tidak tahu malu saat meminjam barang atau uang kita.

Silahkan dibaca. Hehe ... kalau enggak begitu bermanfaat. Setidaknya semoga terhibur aja ya buat yang baca ini selagi kepikiran sama barang atau uangnya yang gak dibalik-balikin. ✌



Source : https://encrypted-tbn1.gstatic.com/
 
Langkah pertama untuk melakukan antisipasi terhadap orang yang terkenal punya riwayat suka tidak pernah mengembalikan barang yang mereka pinjam adalah :


DOKUMENTASI!

Ini adalah cara terevolusi dan paling mutakhir yang bisa kamu lakukan untuk mencegah hadirnya wujud manusia tipe yang menyebalkan.

Saat temanmu meminjam barangmu, segera dokumentasikan lewat kamera barang yang ia pinjam + wajah temanmu. Kalau merasa tidak enak melakukannya secara terang-terangan atau dia menolak, lakukanlah secara terselubung. Misalnya dengan mendadak mengajaknya selfie bareng bersama barang yang ia pinjam. Atau yang agak alay adalah merayunya untuk mencoba foto ala-ala endorse artis.

Mereka tidak mengetahui maksudmu, tetapi ini adalah bukti visual bahwa mereka meminjam barangmu

Di era digital sekarang ini, segala hal selalu menuntut berupa bukti fisik. Karena omongan sudah mulai sulit untuk dipegang alias dipercaya. Dia mungkin saja akan berdalih tidak pernah meminjamnya atau pura-pura lupa. Tapi dengan bukti nyata, dia tidak akan bisa mengelaknya.

Nah, dengan ini kamu jadi punya senjata ampuh untuk memintanya mengembalikan barang yang dipinjam. Yaitu bukti tak terbantahkan. FOTO!

Dari bukti itu bahkan kamu bisa mengingat kapan dan dimana kejadian tersebut terjadi. Beserta jam-nya dan pakaian yang ia pakai hari itu sekali pun.

Ketika waktunya mengembalikan sudah tiba, dan mereka mencoba membuat alasan. Serta masih saja ia tidak mau mengembalikan barang yang dipinjam. Cara kedua yang bisa kamu lakukan, yaitu:



UPLOAD

Kamu sudah punya bukti foto. Tapi dia masih mengelak. Simpel! Upload foto itu di medsos-mu atau gantilah foto profil kamu dengan foto itu! Kalau perlu tambahkan caption atau status yang dapat mengundang teman-temanmu dan orang-orang yang terhubung dengan kalian berdua untuk berkomentar. Dan tulis tanggal pinjam dan pemulangan pada status profil kamu yang terlihat di publik. Jangan lupa menge-tag nama orang yang tidak mau mengembalikan barangmu itu.

Kalau beruntung, orang-orang di medsos-mu tersebutlah yang akan membantu menuntut hakmu lewat komentar-komentar mereka. Jika kamu melakukan ini, kamu tidak perlu susah-susah menghampirinya, karena orang disekitarnya yang akan mengomelinya untukmu.

Atau jika tidak ada yang bereaksi, paling tidak dia akan merasa tidak enak dan tidak nyaman sendiri, karena hal itu telah terpublikasi di ruang publik medsos. Sehingga kemungkinan besar dia akan berusaha untuk segera mengembalikannya untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanannya.

Dan cara terakhir.

Ini untuk orang yang mengambil uang atau barang yang dipinjam tersebut. Alias bawa lari alias kabur alias mangkir alias gak sesuai perjanjian pengembalian.

Nah, kalau cara yang terakhir ini dilakukan kalau kita sudah terlanjur pinjamkan barang/uang kita, tapi belum dibalikin juga. Dan pastinya kalian semua juga sudah tahu kalau yang satu ini, yaitu:


LAPORKAN KE POLISI!

Hal ini berlaku untuk barang atau uang pinjaman yang jumlahnya besar. Sekitar kisaran >Rp.10.000.000. Untuk hal ini sebaiknya ada bukti berupa surat perjanjian hutang-piutang yang sah di mata hukum. Maka antisipasi yang dapat dilakukan adalah membuat surat perjanjian sebelum memberikan pinjaman. Sehingga jika suatu saat dia lari, kamu bisa mengajukan tuntutan penipuan ke kantor polisi.


***


Oke, jadi itulah beberapa tips yang saya tulis terinspirasi dari video Oh My God! Tip, guys!

Tips-tips diatas dilakukan apabila cara baik-baik dalam menagih tidak bisa ditempuh. Karena yang bersangkutan tidak tahu malu setelah meminjamnya. Dan resikonya cukup tinggi untuk merusak hubungan antara peminjam dan pemilik atau kreditur dan debitur. Karena manusia pada dasarnya suka tersinggung, jadi kalau Anda berani mencoba menyindir mereka seperti salah satu cara diatas. Itu artinya Anda sudah siap menerima segala akibatnya. Benar-benar tidak disarankan ...

Hahaha ... menurut saya tips diatas khususnya yang kedua benar-benar kocak dan belum pernah saya temui sama sekali. Kalau ada yang berani mencoba, resiko ditanggung masing-masing ya ...

Oke, see you in my next post! ✌



BONUS

3 Tipe orang yang gak tahu malu saat ditagih :

Tipe 1 : Pelawak (Tipe yang ini akan berusaha membuat lelucon saat ditagih). Entah itu ia mendadak berlagak seperti Sarimin untuk mengalihkan perhatianmu, atau malah joget konyol didepanmu bukannya segera balikin. Adakah yang begini?

Tipe 2 : Terkena penyakit alzheimer (Pura-pura lupa saat ditagih). Yang ini bener-bener yang paling menyebalkan. Dia bahkan berlagak lupa kalau dia pernah pinjam barang kita, terlepas dari fakta bahwa ia benar-benar lupa atau cuma pura-pura lupa.

Tipe 3 : Penyelam (yang menghindari kamu). Dia adalah sosok ninja yang bisa menghilang setiap kali hampir bertemu kamu. Hide and seek alias main sembunyi-sembunyian adalah keahliannya.

Sebaiknya jangan ada yang jadi manusia dengan tipe-tipe seperti diatas ya! 😉 Kembalikanlah barang atau uang yang kita pinjam tepat waktu dengan kondisi prima dan utuh. Karena kepercayaan itu adalah hal yang sangat berharga dan bukan sesuatu yang dapat kita beli.