berdiri di tepi pantai
bersama debur di karang
matahari baru saja mengusir malam
pasir terasa tajam di telapak kakiku
mereka sebut aku pelari tangguh
melewati curam jurang dan batu-batu licin
melawan arus di jeram adalah sesuatu yang biasa
hari-hariku adalah untuk belahan jiwaku
pendampingku dan para buah hatiku
mencapai puncak aku berlari
tapi
aku sendiri
di pematang sawah terkadang aku tergelincir
hal-hal kecil memicu tekanan ke dalam sukma
duhai sayangku,
menghindarlah dari kata yang menikam
menghindarlah dari tatapan selidik tentang kesetiaan
seharian aku telah memutar roda-roda dengan ke-ikhlas-an
aku memiliki dua lelah
tempurung lututku adalah tumpuan
menikmati semua aliran puji yang indah
pada waktunya aku tak lupa mengetuk pintu belas kasihan
kepadaNya aku bergantung
: jadikanlah kiranya aku karang tegar di badai dahsyat!
--------
(puisi ini saya buat atas permintaan seorang teman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar