adalah surya pagi meraih lelap saat malam beringsut
kata hanya beberapa
samar beban hari menyeruak menunggu langkah insani
aku masih terbanting sepi saat kicau burung menghantar kepulan debu kota
hijauku, manis nian engkau...
warnamu begitu nyaman terserak di sisi jalan tanpa perlu kami rawat
pada alam kita terbentang memenuhi daratan
nikmati gembira dan tangisnya
maafkan kami,
pengais rezeki yang tak habis menjarahmu...
hutanmu kami tikam dalam keserakahan
daratanmu kami penuhi dengan teknologi penghancuran
airmu kami cemari dengan kesenangan hidup...
maafkan kami,
karena untuk sepiring nasi kami rela mendustai hakekat kami terhadapmu...
sayangku,
janganlah kiranya kemarahanmu berlarut
walau itu adalah kesalahan kami sendiri...
kami telah menebusnya dengan erangan dan jerit tangis pilu
karna tanah yang runtuh
karna gerak samudra yang mengharu biru
dan
karna gunung yang meronta...
habis kami pada amarahmu yang tak tertandingi...
duhai Sang Maha Pencipta
mohon ampunan dan welas asihMu atas kelaknatan kami
nurani kami gelap untuk kegemilangan hal yang fana
hati kami buta melihat kodrati kami
tolonglah kami untuk bijak menimbang
antara cinta diri dan alam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar