seorang musafir termenung di tepi alur air di tepi jalan raya menikmati gerak fikirnya dalam diam dan mata terpejam busana sederhana hitam dengan tongkat di tangan warna kepedihan menahun
seekor kucing kecil menangis di tepi gapura entah lengan siapa yang mengantarnya semalaman gelisah menunggu sang bunda jauh pasrah kupeluk lalu tertidur dekat kakiku
pagi dengan wangi tubuh dan ringan hati kuberjalan ada banyak pemandangan ku lampaui di gerbang nanti akan kutemukan wajah-wajah bersih buku dan pena menemani
kepulan asap adalah sahabat karibku sepoi angin menerpa wajahku kamar pengap telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam duduk diam malam jiwaku mencari
ada kemilau kecil pada titik-titik perjalanan panjang di pergeseran waktu dalam duduk diam terdapat banyak kekuatan mengaliri lutut lunglai sayap rajawali yang patah pun pasti tumbuh kembali
di nadiku darah merah dan putih tak lagi nyatu merayap dari jantung ke tiap sudut raga lututku lunglai di jalan setapak lenganku terbanting keringnya sukma
dalam hening malam sukmaku tunduk dinding beku adalah warna pedih terdiam isakku mengalun pada detak waktu adakah kerinduan luluh di senja temaram? batinku terbang pada gundah