Sabtu, 11 Juni 2011

SEJARAH


banyak dari kita adalah pelupa
kejaran untuk dunia mengganti inti

GAMBARAN


kekekalan adalah lingkaran
di titik yang sama akan selalu kembali
demikian juga seluruh tata surya bersama orbit

KEPUTUSAN

hari ceria di lapang
menanti sorak penonton pada suatu kemenangan
letih kaki menyepak adalah kesenangan

Rabu, 08 Juni 2011

MOHON


jembatan sungai kulangkahi
deras arusnya menampar keras bebatuan
suaranya mendesir sampai jauh

ANTARA II

sunyi dalam pikirku terbakar
kenyataan dan harapan memilih jalan masing-masing
taman telah menjadi semak belukar

TERUNTUK

kaki kecilku melangkah di lantai dengan hantaran lengan
kehangatan sinarmu mengantar ke depan
dari bahasa terbata-bata hingga baca tulis
rengkuhan yang senantiasa dekat kurasakan

SASTRA

galilah tanah
mungkin ada emas di situ

RIPUH

kaki adalah kekuatan berjejak
gambar jiwa memberikan bekas telapaknya

PENYESALAN

ada kuda di sana!
berlari kita bertanya kepada pemiliknya
seandainya saja kita bisa menunggangnya

GELAGAT

di dermaga kapal lalu-lalang
membuang sauh membongkar muatan
suara air adalah kawan sejati

KEPADA

kubuka tingkap pagi ini
angin dan matahari lembut menyapa
gerak mudaku bertujuan

KUKUH

berdiri di tepi pantai
bersama debur di karang
matahari baru saja mengusir malam
pasir terasa tajam di telapak kakiku

SEMANGAT

gelora muda mengaliri semua denyut nadi
indera dan akal adalah senjata
di pinggang ada sekantung jagung

PEMBERATAN

di sudut kududuk pada lantai
menerima serbu kata dengan dasar rapuh
yang kusayang bersatu dengan rekan

TERLAMBAT

panas meninggi peluh kerja membasahi
jalan riuh berbagai bunyi
kami punya perang sendiri-sendiri
pada penghabisan hari adalah lelah

FATAMORGANA

gelora pada jiwaku seperti ranting patah
jatuh pada tanah kering musim kemarau

YANG TERPENDAM

aku senang berkendara
jalur udara adalah tempatku bermain
negeri ini adalah lingkup kecil yang kuraih dari tempatku duduk

Sabtu, 28 Mei 2011

PATAH

hujan di luar, kataku
jalan dan lingkungan basah
semua berlarian menghindari
pandangan di jendela menjadi kabur

MAJU

kaki kecilmu melangkah dengan denting indah
tanganmu memainkan nuansa masa ini

ada yang ingin kutanyakan
mengapa berlagu dengan tertelungkup?

ANGGOTA

telunjuk adalah jari terkutuk
penebar fitnah dan penghakiman
Pemilik Surga pun diabaikan

PERTANYAAN

lingkup sahabat adalah tata surya kecil
semua bergerak pada orbit
lalu ada yang mengatakan
kimiawi kita bersatu
ikatan mulai terbalut

RASA

apakah ini pagi
tanyaku

apakah ini petang
tanyaku lagi

SESAL

di sudut rumahku terletak tempat
berbagai alat makan rapi tersusun
pada waktunya mereka berguna

PUISI MUSISI

nafas adalah musikku
lompatan nada ada pada nadiku
gerak hidup di setiap bait yang mengalun mengikuti rotasi bumi

AKU DAN SANG MUSAFIR

seorang musafir termenung di tepi alur air di tepi jalan raya
menikmati gerak fikirnya dalam diam dan mata terpejam
busana sederhana hitam dengan tongkat di tangan
warna kepedihan menahun

CONTOH

seekor kucing kecil menangis di tepi gapura
entah lengan siapa yang mengantarnya
semalaman gelisah menunggu sang bunda jauh
pasrah kupeluk lalu tertidur dekat kakiku

AJAKAN

aku rindu pada hijau yang bernyanyi bersama angin
bahasa kesejukan yang telah lama ada
tapi tak dihiraukan
ada isyarat yang disampaikan

HARU BIRU

aku sibuk pada kata-kata
beban mengalir menyisakan lara
pada kebenaran saja aku menempatkan asa

HASRAT

senyummu melekat di inderaku
pada bayang malam kau tak hilang di kegelapan

aku suka

UNTUK KALIAN

pagi dengan wangi tubuh dan ringan hati kuberjalan
ada banyak pemandangan ku lampaui
di gerbang nanti akan kutemukan wajah-wajah bersih
buku dan pena menemani

ANTARA

kita adalah petualang alam
ketinggian adalah suatu kenikmatan

SILHOUETTE

riak kecil danau ketika batu jatuh
berpendar memecah kesunyian
beberapa lewat dengan keceriaan pasangan

YANG MENDERA

sebuah lilin kehilangan redup sinar terakhirnya
pekat menjadi gambaran sekeliling
bersimpuh pada tilam aku kembali ke masa silam

SABDA ALAM

hari-hari terasa asing
curah air tak lagi sama menempuhi sudut kota
selalu saja muncul kelabu di pertengahan hari

TENTANG JEPANG

bergemuruh negri
berceloteh manusia seantero jagad
kemurungan meraja pada kejatuhan kaisar
alam telah menjadi hakim

BERKACA II

telah kutinggalkan hiruk pikuk kota
gemilangnya tak lagi membuat menengadah
kusematkan rumput di dada

BERKACA I

kepulan asap adalah sahabat karibku
sepoi angin menerpa wajahku
kamar pengap telah menjadi bagian tak terpisahkan
dalam duduk diam malam jiwaku mencari

ULASAN

detak jam dinding mengikuti gerak kecil jemariku
kilas waktu sejenak terngiang di pandangan malam
dalam lelap insan aku masih terjaga

SKETSA

berpendar waktu di tingkap jiwa
putaran silih berganti menuju pendewasaan diri
dera kehidupan menjadi suatu kenikmatan

DI SANA

berdiri pada kenangan jauh
membuatku menoleh

ada kemilau kecil pada titik-titik perjalanan panjang di pergeseran waktu
dalam duduk diam terdapat banyak kekuatan mengaliri lutut lunglai
sayap rajawali yang patah pun pasti tumbuh kembali

GALAU

(teruntuk adikku, RWA)

di nadiku darah merah dan putih tak lagi nyatu
merayap dari jantung ke tiap sudut raga
lututku lunglai di jalan setapak
lenganku terbanting keringnya sukma

SERAUT MAKNA

mega melintas pada garis lazuardi
ada beberapa warna semu tergurat
menyusut sesaat oleh tiupan sang bayu

HANYA UNTUKNYA

kerinduan adalah sebahagian mimpi yg terbenam pd harapan terpendam
bayangnya mengikuti ketika lewat masa lelap
menyertai hari dalam penat panjang

ALAM

adalah surya pagi meraih lelap saat malam beringsut
kata hanya beberapa
samar beban hari menyeruak menunggu langkah insani

SENDU

dalam hening malam sukmaku tunduk
dinding beku adalah warna pedih
terdiam isakku mengalun pada detak waktu
adakah kerinduan luluh di senja temaram?
batinku terbang pada gundah