sepuluh minit di ja'ranah bahu, dada dan lehermu dilitupi duri-duri, melumatkan daging tubuhku saat pertama kali kudakapmu. kubiarkan juga, hancur segala. merah dan basah pepasir. kau masih tersenyum sedang aku tinggal putih tulang semata, hingga kaktus dan unta hitam sehitamnya, hinggakan debu asyik menari. aku rebah tak bersuara dan kau melangkah pergi, menanggalkan duri-duri yang pekat merah, merangkai ketewasanku. nafasku, hanya nafasku mengejarmu. arab saudi, disember 2019. *** Keraguan asas keimanan kata Dekah. Saya kerap meragui apa yang orang sekeliling saya katakan. Penerimaannya kadang sekadar mengeya, kadang sinis, kadang dengan kelelahan. Tapi kalau selalu, berulang, ia masuk ke telinga, hati perlahan-lahan beriman kepadanya. Saya menuliskan sajak ini ketika melihat anjing-anjing menyelongkar gumpalan sampah, di suatu RnR dekat Ja’ranah, tidak jauh dari mekah, dalam perjala...