Well, susah sekali mewujudkan resolusi tahun 2014 untuk posting sebulan sekali. yah yasudah lah. yang penting tetap lanjut posting di tahun ini *melemah.hahaha
Awal bulan Juni kemarin saya mengiyakan tawaran survey dari Pak Bos. Ke Masohi katanya. Butuh waktu 2 minggu untuk bisa ingat saya mau dikirim kemana, atau lebih tepatnya saya baru ingat nama daerahnya setelah saya sampai disana. Itupun karena ada tulisan MASOHI diukir besar-besar di atas gunung, macem tulisan Hollywood yang sering nongol di seleksi American Idol. Sebelum lihat tulisan itu, saya hampir kena amuk partner survey saya yang pusing dengar saya bilang: Kak, kita ke manokwari pesawat jam berapa? atau kak, kita udah pesen penginapan belum di morowali? *dasar si pikun:)))
Yup, Masohi, sebuah kota pelabuhan di Pulau Seram bagian selatan, bisa ditempuh 2 jam perjalanan dengan kapal cepat dari Ambon. Dari Jakarta, tentu saja pesawat ke Ambon. Jangan khawatir, pesawat ke Ambon sudah cukup banyak. Yang perlu diwaspadai hanya kapal untuk menyebrang ke Pulau Seramnya, adanya hanya pagi atau sore. Sekali ketinggalan yasudah. bersabarlah untuk bermalam di pelabuhan :p
Kota ini sebetulnya sudah sering masuk internet karena masuk jalur transportasi ke Ora Beach, kata orang ini maldives-nya Indonesia. Sayang saya tidak bisa kesana karena waktunya mepet dan ternyata masih perlu 4 jam perjalanan dari Masohi *padahal udah pamer-pamer mau kesana sebelum survey,doh memang manusia nggak boleh sombong.
***
Skala nilai tempat wisata untuk Masohi menurut saya 7 dari 10. Pantainya (sejauh yang saya datangi ya) masih kalah dibanding Halmahera Utara dan Ambon. Ikan tidak terlalu segar karena katanya didatangkan dari Pulau Seram bagian Utara.
Makanan khas dari daerah ini adalah suami, terbuat dari singkong, kenyal, untuk makanan pokok pengganti nasi, namun bisa juga dijumpai di Ambon. Fasilitas Kota cukup lengkap dan nyaman untuk wisatawan. Selain itu yang plus adalah tata kotanya baguuus. Dilihat dari atas gunung kesannya rapi dan menurut saya berseni. Ada kapel, ada masjid, ada rumah, ada lapangan, dan ada taman -sayang saya nggak dapat foto landscape kotanya,duh.
Kata Bapak Pemda yang menemani tim saya kesana kemari, penduduk disana malas-malas. Dulu, ada kebun jambu mete yang luas sekali. Lalu ada kebun coklat dan cengkeh. Tetapi karena penduduknya kurang ulet, habis lah sudah. Ah sayang sekali.
Oh ya, boleh dibilang malas, tapi penduduk Masohi juara untuk masalah nonton bola. World Cup memberi dampak yang cukup besar bagi daerah ini. Setiap malam ada pawai motor dan setiap selesai pertandingan selalu ada arak-arakan keliling kota, sesuai kesebelasan yang menjadi pemenang. Saya sempat kewalahan terjebak pawai supporter Belanda waktu mau pergi ke Pelabuhan. Entah karena saking lamanya dijajah Belanda atau apa, supporter Belanda disini banyaaaak. Dan pawainya, alamak. Dari ujung kota ke ujun lain, macet total.
Lepas dari world cup, ada satu cerita menarik yang membuat saya terkagum-kagum sambil mikir gimana bisa gitu.
Masohi, adalah salah satu daerah yang ikut rusuh waktu ada kerusuhan Ambon dulu. Kerusuhannya bagaimana bukan tugas saya untuk menceritakan ya,hehe. Yang saya mau ceritakan disini adalah bagaimana mereka mendapat senjata.
Yah, karena terbatasnya logistik, para pemuda di Masohi menyelam laut dalam untuk mengambil sisa-sisa perang jaman Belanda. Jangan tanya saya bagaimana detailnya apalagi tanya mereka menyelam di sebelah mana. Menurut Bapak yang menceritakan, ada orang-orang tua yang masih hidup dan dulu ikut perang jaman Belanda. Selain melihat sendiri perang ada di laut mana, beliau-beliau ini punya semacam kekuatan magis yang bisa membimbing mas-mas yang mau menyelam ambil bom.
Yang jelas, mereka berhasil mengambil bom-bom sisa-sisa perang Belanda dan mengambil bubuk mesiu-nya untuk dirakit jadi bom baru. Dan Bumm. Sepertinya keren sekali perang lokal bukan lagi dengan bambu runcing tapi dengan bom. Semacam ada tentara-tentara jepang ikut perang -_-'
Well, percaya atau tidak, memang begitu faktanya. Mungkin kalau penduduk Masohi mau lebih rajin lagi kita bisa buka wisata perang bawah laut. Sepertinya seru ;)
Awal bulan Juni kemarin saya mengiyakan tawaran survey dari Pak Bos. Ke Masohi katanya. Butuh waktu 2 minggu untuk bisa ingat saya mau dikirim kemana, atau lebih tepatnya saya baru ingat nama daerahnya setelah saya sampai disana. Itupun karena ada tulisan MASOHI diukir besar-besar di atas gunung, macem tulisan Hollywood yang sering nongol di seleksi American Idol. Sebelum lihat tulisan itu, saya hampir kena amuk partner survey saya yang pusing dengar saya bilang: Kak, kita ke manokwari pesawat jam berapa? atau kak, kita udah pesen penginapan belum di morowali? *dasar si pikun:)))
Yup, Masohi, sebuah kota pelabuhan di Pulau Seram bagian selatan, bisa ditempuh 2 jam perjalanan dengan kapal cepat dari Ambon. Dari Jakarta, tentu saja pesawat ke Ambon. Jangan khawatir, pesawat ke Ambon sudah cukup banyak. Yang perlu diwaspadai hanya kapal untuk menyebrang ke Pulau Seramnya, adanya hanya pagi atau sore. Sekali ketinggalan yasudah. bersabarlah untuk bermalam di pelabuhan :p
Kota ini sebetulnya sudah sering masuk internet karena masuk jalur transportasi ke Ora Beach, kata orang ini maldives-nya Indonesia. Sayang saya tidak bisa kesana karena waktunya mepet dan ternyata masih perlu 4 jam perjalanan dari Masohi *padahal udah pamer-pamer mau kesana sebelum survey,doh memang manusia nggak boleh sombong.
***
Skala nilai tempat wisata untuk Masohi menurut saya 7 dari 10. Pantainya (sejauh yang saya datangi ya) masih kalah dibanding Halmahera Utara dan Ambon. Ikan tidak terlalu segar karena katanya didatangkan dari Pulau Seram bagian Utara.
Makanan khas dari daerah ini adalah suami, terbuat dari singkong, kenyal, untuk makanan pokok pengganti nasi, namun bisa juga dijumpai di Ambon. Fasilitas Kota cukup lengkap dan nyaman untuk wisatawan. Selain itu yang plus adalah tata kotanya baguuus. Dilihat dari atas gunung kesannya rapi dan menurut saya berseni. Ada kapel, ada masjid, ada rumah, ada lapangan, dan ada taman -sayang saya nggak dapat foto landscape kotanya,duh.
Kata Bapak Pemda yang menemani tim saya kesana kemari, penduduk disana malas-malas. Dulu, ada kebun jambu mete yang luas sekali. Lalu ada kebun coklat dan cengkeh. Tetapi karena penduduknya kurang ulet, habis lah sudah. Ah sayang sekali.
Oh ya, boleh dibilang malas, tapi penduduk Masohi juara untuk masalah nonton bola. World Cup memberi dampak yang cukup besar bagi daerah ini. Setiap malam ada pawai motor dan setiap selesai pertandingan selalu ada arak-arakan keliling kota, sesuai kesebelasan yang menjadi pemenang. Saya sempat kewalahan terjebak pawai supporter Belanda waktu mau pergi ke Pelabuhan. Entah karena saking lamanya dijajah Belanda atau apa, supporter Belanda disini banyaaaak. Dan pawainya, alamak. Dari ujung kota ke ujun lain, macet total.
Lepas dari world cup, ada satu cerita menarik yang membuat saya terkagum-kagum sambil mikir gimana bisa gitu.
Masohi, adalah salah satu daerah yang ikut rusuh waktu ada kerusuhan Ambon dulu. Kerusuhannya bagaimana bukan tugas saya untuk menceritakan ya,hehe. Yang saya mau ceritakan disini adalah bagaimana mereka mendapat senjata.
Yah, karena terbatasnya logistik, para pemuda di Masohi menyelam laut dalam untuk mengambil sisa-sisa perang jaman Belanda. Jangan tanya saya bagaimana detailnya apalagi tanya mereka menyelam di sebelah mana. Menurut Bapak yang menceritakan, ada orang-orang tua yang masih hidup dan dulu ikut perang jaman Belanda. Selain melihat sendiri perang ada di laut mana, beliau-beliau ini punya semacam kekuatan magis yang bisa membimbing mas-mas yang mau menyelam ambil bom.
Yang jelas, mereka berhasil mengambil bom-bom sisa-sisa perang Belanda dan mengambil bubuk mesiu-nya untuk dirakit jadi bom baru. Dan Bumm. Sepertinya keren sekali perang lokal bukan lagi dengan bambu runcing tapi dengan bom. Semacam ada tentara-tentara jepang ikut perang -_-'
Well, percaya atau tidak, memang begitu faktanya. Mungkin kalau penduduk Masohi mau lebih rajin lagi kita bisa buka wisata perang bawah laut. Sepertinya seru ;)