Bahagia di Libur Raya
Cukup 2 minggu saya telah mengalami ‘kegemukan’. Wah apa ya? Pasti pada mikir-mikir, gemuk apanya? Cukup, 2 minggu memang saya mengalaminya, baik dari segi fisik maupun otak. Wah otak bisa gemuk juga ya?
Cukup 2 minggu saya tinggalkan aktivitas rutin saya selama di Sengata. Mudik ke tempat orang tua saya tinggal. Bermanja-manja dengan mereka. Banyak bercanda dan menghibur ibu yang tetap saja menangis ketika melihat saya harus pergi kembali ke Sengata. Tapi, ternyata walau hanya 2 minggu, banyak hal yang bisa saya dapatkan. Banyak hal yang mampu membuat senyum saya mengembang, tertawa, bahkan menangis. Walau hanya 2 minggu.
Libur Raya kemaren, saya sempat berkumpul dengan salah satu saudara sepupu saya yang baru sweet seventeen. Seperti layaknya gadis muda –jaman sekarang- lainnya, pakaiannya seru banget buat saya. Hampir semua pakaian yang ia kenakan keliatannya -bagi saya- serba mengecil. Entah dia beli pada stand baju anak-anak, atau mengecil akibat seringnya masuk mesin cuci. Pokoknya ngepas aja di tubuhnya. Sebenarnya saya hampir sakit mata juga, dengan ada pemandangan gadis si pemakai baju kekecilan itu yang selalu wara-wiri didalam rumah. Lalu bisa ditebak, dari awal, saya sindir-sindir mesra dan halus. Sangat halus, sutra mungkin lewat deh saking halusnya.
Pertama dia hanya cengar-cengir, mesem-mesem kuda. Kedua dia mulai bereaksi dengan bertanya-tanya (mungkin telinganya mulai meradang juga nih?!). Ketiga dia minta waktu pada saya untuk berbicara.
“Selama ini, aku memang takjub melihat kakak begitu rapi dan tertutupnya. Sampe-sampe gak ada celah yang bisa terlihat dari balik kerudung kakak. Sebenernya aku iri, banget! Kenapa kakak bisa, tapi aku tidak bisa?”
Deg,…dia tidak boleh saya abaikan. Seseorang kadangkala memerlukan penyemangat dan dorongan yang kuat untuk berbuat maksimal dalam hidupnya. Right?
Akhirnya saya dan dia diskusi kecil, di dalam dapur bersih milik ibu. Pagi hari sambil ngopi (ngopi? saya banget!). Banyak hal yang ingin dia tahu dan korek dari saya. Saya pun memberi kelonggaran-kelonggaran baginya untuk bisa mengeksplore segala keinginannya. Apalagi dia tinggal di daerah hulu pinggiran sungai Mahakam, yang jaman dulu harus ditempuh satu hari satu malam dengan sebuah kapal. Tapi jangan tanya soal budaya. Para ABG’nya dengan cepat akan menyerap segala trend dan asyik-masyuknya metro yang bisa-bisa tanpa mereka saring. Pergaulan bebas dan barang-barang menggiurkan serta memabukkan bisa dengan mudah didapat, karena akses para turis asing yang sering keluar masuk. Dia pun sebenarnya berusaha kuat menghindari, dengan ingin segera memakai hijab pada dirinya juga hatinya. Inti dari segala permasalahan, keinginannya untuk segera mengenakan kerudung terhalang karena ketakutannya akan lingkungan tempat ia tinggal, takut pada orang tuanya, takut akan dijauhi oleh teman-temannya, etcetera, buntut dari ketidak PD-annya.
Pelajaran bagi saya, bahwa terkadang, manusia sering banget banyak mikir jika ingin berbuat kebaikan. Banyak excuse yang lama-lama akan menjebak diri sendiri dalam memubazirkan waktu. Lebih condong kepada hal yang popular dan lebih digemari, takut dijauhi dan dianggap aneh. Manusia sering banget menyepelekan apa yang sudah dijanjikan oleh-Nya, demi sesuatu dengan mengkambing hitamkan kalimat, ‘belum dapat hidayah’, atau, ‘entar aja kalu dah tua!’. Terus, gimana kalau belum dapat hidayah sampai ajal, atau belum keburu tua udah keburu meninggal? Who knows? Bahkan ada ucapan yang menusuk,’hari gini masih mau koar-koar memperbaiki masalah orang lain? Please deh!’. Nusuk kan? Banget!
Bagi saya, dengan mau mengerti masalah orang lain, mau menerima segala jenis curhat, dengan senang hati menerima sms malam-malam, lebih kepada perbaikan diri sendiri. Menjadikannya cermin bagi saya, bahwa masih banyak diluar sana yang ingin berbagi cerita. Menjadikannya pantulan, bahwa kita masih beruntung dengan tetap bisa tegar menjalani hidup dengan layak. Masih sangat beruntung banget!
@@@
Lalu, beberapa hari lewat, setelah diskusi kecil kami, saudara sepupu saya ini harus kembali ke kampung halamannya. Pagi-pagi buta, saya lihat dia sudah berbenah. Mengenakan baju lengan panjang, celana jeans, dan…memasang kerudung.
Senyumnya sumringah...
Bahagianya…