BISMILLAHIRAHAMANIRAHIM
KITAB FUTUHUL
GHAIB - BAHAGIAN 1
Diposkan warkah simpanan atok Zamany yang telah beliau simpan
tetapi masih tidak dibentangkan kepada umum sekian lamanya. Cuma beliau
berpesan sebelum membaca karya Syeikh ini hendaklah kalian menghadiahkan Fatihah
Hadiah kepada Syeikh Mughyideen supaya kalian diberi petunjuk dan hidayah agar
intisari bacaan kalian memberi kesan, meresap dihati dan mendapat ilmu
pengajaran dalam pencarian Jalan Menuju kepada Allah. Selamat membaca...
Terjemahan KITAB FUTUHUL GHAIB Karya Syekh Mughyideen Abdul
Qadir Al Jailani (Futuhul Ghaib bermaksud - PEMBUKAAN
KEPADA YANG GHAIB)
RISALAH PERTAMA, DIA
BERKATA:
Tiga hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, iaitu:
(1) Harus menjaga perintah-perintah Allah,
(2) Harus menghindar dari segala yang haram,
(3) Harus ridha dengan takdir Yang Maha Kuasa.
Jadi seorang Mukmin, paling tidak, memiliki tiga hal ini.
Berarti, ia harus memutuskan untuk ini, dan berbicara dengan diri sendiri
tentang hal ini serta mengikat organ-organ tubuhnya dengan ini.
RISALAH KE DUA, IA
BERKATA:
Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat
bid’ah, patuhilah selalu kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan melanggar; junjung
tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia; sucikanlah Dia senantiasa dan
jangan menisbatkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya. Pertahankan Kebenaran-Nya
dan jangan ragu sedikit pun. Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan
ketidaksabaran. Beristiqomahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi
bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah-belah. Saling
mencintailah dan jangan saling mendendam. Jauhilah kejahatan dan jangan ternoda
olehnya. Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu; jangan menjauh
dari pintupintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya. Segeralah bertaubat dan
kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu,
baik siang maupun malam;
(jika kamu berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan
kepadamu, maka kamu bahagia, terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di
surga, bertemu Allah, menikmati rahmatNya, bersama-sama bidadari di surga dan
tinggal di dalamnya untuk selamanya; mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria
dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, dan melodimelodi hamba-hamba
sahaya wanita, dengan karunia-karunia lainnya; termuliakan bersama para nabi,
para shiddiq, para syahid, dan para shaleh di surga yang tinggi.
RISALAH KE TIGA, IA
BERKATA:
Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka
pertama-tama ia mencoba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal ia
mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa,
hartawan; atau bila dia sakit, kepada doktar. Bila hal ini pun gagal, maka ia
berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan berdo’a
kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu mengatasinya
sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian pula bila ia
berhasil karena sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.
Kemudian bila tak juga memperoleh pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya
dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdo’a merendah diri,
memuji, memohon dengan harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha
Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo’a dan tak mengabulkannya, hingga ia
sedemikian terkecewakan terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya
mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi,
segala aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada ruhaninya. Pada peringkat
ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha
Kuasa, dan sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (*
tingkat keyakinan tertinggi yang diperoleh setelah menyaksikan dengan mata
kepala dan mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala
sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak
ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada
memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan
kematian, tiada kemuliaandan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan,
kecuali karena ALLAH. Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat,
bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan
bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian,
ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak
dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya,
kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia
mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui
lewat ilmu-Nya. Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan beruntung lewat
kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha,
bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya. Ia merasa
enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa mengingat-Nya;
makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia
bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan
termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka
segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
RISALAH KE EMPAT, IA
BERKATA:
Bila kamu abaikan ciptaan, maka: “Semoga Allah merahmatimu,”
Allah melepaskanmu dari kedirian, “Semoga Allah merahmatimu,” Ia mematikan
kehendakmu; “Semoga Allah merahmatimu,” maka Allah mendapatkanmu dalam
kehidupan (baru). Kini kau terkaruniai kehidupan abadi; diperkaya dengan
kekayaan abadi; dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi,
dirahmati,dilimpahi ilmu yang tak kenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan;
dimuliakan, hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah,
senantiasa termuliakan; senantiasa tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh
segala harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau
sedemikian termuliakan, unik, dan tiada tara; tersembunyi dan terahasiakan.
Maka, kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah
puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. Segala
kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni melalui do’amu; dan
sirnalah melalui do’amu, segala petaka yang menimpa orang-orang di desa
terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para pemimpin dan para
pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen polisi (kalau
boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan masyarakat. Orang-orang bergegas-gegas
mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah, dan mengabdi kepadamu, dalam segala
kehidupan, dengan izin sang Pencipta segalanya. Lidah mereka senantiasa sibuk
dengan doa dan syukur bagimu, di manapun mereka berada. Tiada dua orang Mukmin
berselisih tentangmu. Duhai, yang terbaik di antara penghuni bumi, inilah
rahmat Allah, dan Allahlah Pemilik segala rahmat.
RISALAH KELIMA, IA
BERKATA:
Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan
segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak
lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya,
mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu daya dan
janji-janji palsunya – bila kau lihat semua ini – berlakulah bagai orang yang
melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan karenanya,
mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan
memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu pula
kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari
segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau
aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bagianmu menghampirimu segera, dan
kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya: “Dan janganlah
kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa
golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka
dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS.20 -Thaaha:131).
RISALAH KEENAM, IA BERKATA:
Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah,
dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera ilmu-Nya.
Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya dari
mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda lenyapnya diri
dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana duniawi
dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat, menghindarkan kemudharatan;
dan tak bergerak demi kepentingan pribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri
dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu, tak melindungi atau membantu diri,
tetapi memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, karena Ia pemilik segalanya
sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana kuasaNya, ketika kau masih disusui. Hilangnya
kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan katak-pernahan menentukan diri,
ketakbertujuan, ketakbutuhan, karena tak satu tujuan pun termiliki, kecuali
satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala
kehendakNya beraksi, maka pasiflah organ-organ tubuh, hati pun tenang, pikiran
pun cerah, berserilah wajah dan ruhanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan
bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan
senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta
alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan busana ruhani, dan
mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu. Sesudah
ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri, hingga tiada lagi pada dirimu kedirian,
bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan
kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga ruhanimu menolak segala
sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan adialami akan
ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal
sebenarnya dari Allah. Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah
tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak
Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan sehari-hari. Mengenai maqam
ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: “Tiga hal yang kusenangi dari dunia –
wewangian, wanita dan shalat – yang pada mereka tersejukkan mataku.” Sungguh,
hal-hal dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana
telah kami isyaratkan. Allah berfirman: “Aku bersama orang-orang yang patah
hati demi Aku.”
Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu
sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali
Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan
itu, kau berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil
pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan
cara begini Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila
kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu
(liqa) dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah: ” Aku bersama orang-orang yang
putus asa demi Aku, ” Dan makna kata: “Kedirian masih maujud” ialah kemasihkukuhan
dan kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu. Dalam sebuah hadits
qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw: “Hamba-Ku yang beriman senantiasa
mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang
diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka
Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya
ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya,
dengannya ia berjalan.” Tak dir agukan lagi, beginilah keadaan fana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan
menenggelamkanmu ke dalam samudra kebaikanNya; sehingga kau menjadi pusat
kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian, dan
kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaigus dasar
perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai maqam, senantiasa
beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada kehendak
Allah. Karena itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari
badala, yang berarti: berubah). Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan
kehendak pribadi dengan kehendak Allah, adalah suatu dosa. Bila mereka lalai,
terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong
mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sadar
dan berlindung kepada Tuhan, karena tak satu pun mutlak bersih dari dosa
kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak,
para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang
dibebani pertanggung jawaban moral, tak terlindungi. Tentu, para wali
terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak. Kendati
mereka tak bisa dianggap terbebas dari dua keburukan ini, karena mungkin bagi
mereka berkecenderung kepada dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahi rahmatNya
dan menyadarkan mereka.
RISALAH KETUJUH, IA
BERKATA:
Keluarlah dari kedirian, jauhilah dia, dan pasarahkanlah
segala sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa
perintah-perintah-Nya, hormatilah laranganlarangan-Nya, dengan menjauhkan
segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu,
setelah keterbuanganmu. Mengusir kedirian dari hati, haruslah disertai
pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan kepadanya dalam segala keadaan.
Mengizinkan ia masuk ke dalam hati, berarti rela mengabdi kepadanya, dan
berintim dengannya. Maka, jangan menghendaki segala yang bukan kehendak Allah.
Segala kehendak yang bukan kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba
kejahilan, dan hal itu membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya.
Karena itu, jagalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu
kepada-Nya dalam segala yang telah ditetapkanNya, dan jangan sekutukan Dia
dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong orang-orang
musyrik. Allah berfirman: “Barang siapa mengharap penjumpaan (liqa) dengan
Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan tidak menyekutukanNya.” (QS
18.Al Kahfi: 110) Kesyirikan tak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu
jasmani, dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga
syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelamkan dalam
sesuatu selain Allah berarti kau menyekutukanNya. Oleh sebab itu, waspadalah,
jangan terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperoleh keamanan. Jangan
menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu, berkat kau sendiri.
Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu, jangan membicarakan
hal itu kepada orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari
ke hari, keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai hamba-hambaNya dan
hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna darimu, dan yang kau
anggap abadi, berubah, hingga kau termalukan di hadapan yang kau ajak bicara.
Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan jangan perbincangkakn dengan
orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan
dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pandangan.
Allah berfirman: “Segala yang Kami nasakhkan, atau Kami
jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya, atau yang
sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS 2.Al Baqarah: 106) Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal,
jangan menganggap ketetan-Nya tak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan
janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat
dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktekkan, dikumandangkan
di masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai hikmah dan
keadaan ruhani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya sering
tertutup awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari.
Diriwayatkan pula, bahwa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain
sebanyak seratus kali, sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan
dengan Allah. Ia diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena
sebaik-baik seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. Karena,
dengan begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam
mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan, dan yang
dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., ‘bapak’ manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam a.s.: “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami
akan termasuk orangorang yang merugi.” (QS. 7.Al-A’raaf: 23). Maka turunlah
kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan tentang
hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah
berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa
bertaubat. Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan beradalah ia pada
peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai maqam di dunia dan
akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan keturunannya, sedang
akhirat sebagai tempat kembali dan tempat peristirahatan abadi mereka. Maka, ikutilah
Nabi Muhammad Saw., kekasih dan pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam,
pilihan-Nya – keduanya adalah kekasih Allah – dalam hal mengakui kesalahan dan
berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu’ dalam segala
keadaan kehidupan.
RISALAH KELAPAN, IA
BERKATA:
Bila kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkan hal
yang lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jadi bila kau
berada di pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana
itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah
terus-menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena mungkin saja
Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar dipaksa memasukinya
oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan menghukummu, karena Dia
sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum, tentu disebabkan oleh keburukan
kehendak, kerakusan, ketaksabaran, kekurangajaran, dan keinginanmu untuk
berpuas dengan keadaan kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya karena
terpaksa, masuklah dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan,
bersikaplah yang layak dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa
tanpa mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada
Rasul pilihan-Nya : “Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai hiasan hidup,
untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi.”
(QS 20. Thaahaa: 131) Dengan firman-Nya: “Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan
abadi”. Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada,
dan mensyukuri karunia-karunia-Nya.
Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai berikut:
“Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu – kebaikan, kenabian, ilmu,
keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalanKu – lebih baik dan
lebih berharga ketimbang semua yang Kuberikan kepada yang lain.” Jadi, segala
kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan
menghindarkan selainnya, karena hal semacam itu merupakan cobaan dari-Nya. Jadi
bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang
kepadamu, suka atau tidak suka. Karenanya, sungguh tak patut, bila
kekuranglayakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal
dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau
bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak
diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai cobaan, mana mungkin seorang arif
menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahwa seluruh kebaikan
dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau
dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana telah
kami nyatakan, mesti sadar diri, tenang, dan baik-laku. Kau mesti berbuat lebih
dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada
marabahaya. Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah,
kau tak punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong
ketakbersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini menjadikan
terhina, baik di dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana yang telah
kami nasihatkan kepadamu, sampai kau dikarunia oleh Allah maqam yang teguh, dan
takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Karena itu, tambatkanlah
padanya dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan perubahan ruhani)
adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat ruhani) adalah milik para
badal.
RISALAH KESEMBILAN, IA
BERKATA:
KehendakNya terwujud, secara kasyf (penglihatan ruhani) dan
musyahida (pengalamanpengalama ruhani), pada para wali dan badal, yang tak
terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal
(keagungan), dan jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman
yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya
tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah shalat, dari hatinya
terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel, karena intensitas ketakutan
yang timbul dari penglihatan beliau akan Kekuasaan dan KebesaranNya.
Diriwayatkan bahwa pilihan Allah, Nabi Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra,
juga mengalami keadaan yang serupa. Mengalami perwujudan keindahan Ilahi
merupakan refleksiNya pada hati manusia yang mewujudkan nur, keagungan,
kata-kata manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan
keruniaNya, maqam yang tinggi, dan keakraban denganNya — yang kepadaNya segala
urusan mereka kembali — dan atas takdir yang telah ditetapkanNya jauh di masa
lampau. Inilah karunia dan rahmatNya, dan pengukuhan atas mereka di dunia ini,
sampai waktu tertentu. Ini dilakukan agar mereka tak melampaui kadar cinta yang
layak dalam keinginan mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan
berputus asa, kendati (sekali pun) mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan
terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia melakukan
ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih
agar hati mereka lembut, karena Dia bijaksana, mengetahui, lembut terhadap
mereka. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. Sering berkata kepada Hadhrat Bilal sang
muadzin: “Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami,” Maksud beliau, hendaklah ia
serukan azan agar beliau bisa shalat, guna merasakan perwujudan-perwujudan
rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw
bersabda: “Dan mataku sejuk, bila aku shalat.”
RISALAH KESEPULUH, IA
BERKATA:
Sungguh tiada sesuatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah
tandanya. Kedirian manusia bertentangan dengan Allah. Segala suatu patuh kepada
Allah dan milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai makhluk
sekaligus milikNya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh dambaan-dambaan
palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan menundukkan dirimu
sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi musuh dirimu sendiri. Allah
telah bersabda kepada Nabi Daud as: “Wahai Daud, Akulah tujuan hidupmu, yang
tak mungkin kau elakkan. Karenanya berpegangteguhlah kepada tujuan yang satu
ini; beribadahlah sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan keakuanmu,
semata-mata karena Aku.” Maka keakrabanmu dengan Allah dan pengabdianmu
kepadaNya menjadi kenyataan. Lalu kau peroleh bagianmu nan suci sungguh
menyenangkan. Dengan demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu
mengabdi dan takut kepadamu, karena semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan
selaras denganNya, karena Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi
kepadaNya. Firman Allah: “Dan tak ada sesuatu pun melainkan bartasbih
memujiNya, tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka.” (QS 17:44). Maka segala
sesuatu di alam raya ini menyadari keridhaanNya, dan menaati
perintah-perintahNya. Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung berfirman: “Lalu Ia
berkata kepadanya dan kepada bumi, ‘Hendaklah kamu berdua datang dengan suka
ataupun terpaksa’, Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati.'” (QS
41:11). Jadi, segala pengabdian kepadaNya terletak pada penentangan terhadap
kedirian. Allah berfirman: “Dan janganlah engkau turuti hawa nafsumu, karena ia
akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS 38:26). Allah juga berfirman:
“Hindarilah hawa nafsumu, karena sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang
menentangKu di seluruh kerajaanKu, kecuali nafsu jasmani manusia.” Suatu ketika
Abu Yazid Bustami bermimpi bertemu Allah, dan bertanya kepadaNya: “Bagaimana
cara menjumpaiMu?” JawabNya: “Buanglah keakuanmu dan berpalinglah kepadaKu”.
“Lalu”, lanjut sang Sufi, “aku keluar dari diriku bagai seekor ular keluar dari
selongsong tubuhnya.” Jadi, segala kebajikan terletak pada memerangi kedirian
dalam segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika berada pada kesalehan,
tundukkanlah kedirian, hingga kau terbebas dari hal-hal terlarang dan syubhat
*) dari pertolongan mereka, dari ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut
terhadap mereka atau dari rasa iri terhadap milikan duniawi mereka. (* Syubhat:
sesuatu yang meragukan ihwal halal atau haramnya). Lalu jangan mengharapkan
sesuatu dari mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya bila
kau bergaul dengan seorang kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi mewarisi
hartanya,. Maka, bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan anggaplah mereka
itu pintu gerbang yang membuka dan menutup., atau pohon yang kadang berbuah dan
kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu terjadi oleh satu pelaksana,
dirancang oleh satu perancang, dan Dialah Allah, sehingga kau beriman pada
Keesaan Allah.
Jangan pula melupakan
upaya manusiawi, agar tak menjadi korban keyakinan kaum fatalis (Jabariyyah),
dan yakinlah bahwa tak suatu pun terwujud, kecuali atas izin Allah Ta’ala.
Karena itu, jangan Anda puja upaya manusiawi, karena yang demikian ini
melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahwa tindakan-tindakan manusia berasal
dari sesuatu. Bila demikian, berarti kau tak beriman, dan termasuk dalam
golongan Qadariyah. Hendaknya kau katakan, bahwa segala aksi makhluk adalah
milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita lewat
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan hukuman. Dan laksanakan
perintah-perintah Allah yang berkenaan dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah
bagianmu sendiri dari mereka dengan perintahNya pula, dan jangan melampaui
batas ini, karena hukum Allah itu pasti menentukanmu dan mereka; jangan menjadi
penentu diri sendiri. Kemaujudanmu bersama mereka merupakan takdirNya.
TakdirNya merupakan ‘kegelapan’, maka masukilah ‘kegelapan’ ini dengan pelita
sekaligus penentu; yaitu Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasul. Jangan
tinggalkan kedua-duanya. Tapi bila di dalam pikiranmu melintas suatu gagasan,
atau kau menerima ilham, maka tundukkanlah mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah
Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al Qur’an dan Sunnah Rasul
tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham, maka kau
mesti menjauhi gagasan dan ilham semacam itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham
itu berasal dari setan yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul
membolehkan gagasan dan ilham itu – semisal pemenuhan keinginan-keinginan yang
dibolehkan hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain –
maka jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal
itu merupakan dorongan hewanimu, karenanya, tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di dalam Kitab Allah dan
Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak mengrti -semisal kau diminta
pergi ke tempat tertentu, atau menemuhi seseorang yang saleh, padahal melalui
karunia ilmu dan pencerahan dari Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke tempat
itu, atau menemui si orang saleh itu maka bersabarlah, jangan dulu melakukan
sesuatu, dan bertanyalah kepada dirimu sendiri: “Benarkah ini ilham dari Allah
dan mesti aku laksanakan?” Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham semacam
itu, dan memerintahkanmu untuk segera berupaya atau menyibakkan isyarat semacam
itu bagi para ahli hikmah – suatu isyarat yang hanya bisa dimengerti oleh para
wali yang arif dan para badal yang teguh. Karena itu, kau mesti tak segera
berbuat, sebab kau tak tahu akibat dan tujuan akhir urusan, cobaan, bahaya dan
sesuatu rancangan gaib dariNya. Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri
melakukannya bagimu. Bila tindakan itu atas kehendakNya, dan kau diantarkn ke
maqam itu, maka bila cobaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat,
karena Allah takkan menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya sendiri,
namun Ia akan menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan suatu
hal. Menaati perintah itu meliputi dua hal.
Pertama, mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebatas
keperluanmu, dan mesti menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani,
rampungkanlah semua tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala
dosa, yang nyata dan yang tersembunyi.
Kedua, berhubungan dengan perintah-perintah-perintah
tersembunyi, yakni Allah tak menyruh hambaNya untuk mengerjakan sesuatu, dan
tak pula melarangnya.
Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya
tak ada hukum yang jelas; yakni hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tak
terwajibkan, dengan kata lain ‘tak jelas’, yang di dalamnya manusia diberi
kebebasan penuh untuk bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tak
boleh mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang bertalian dengannya.
Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak dan diamnya
menjadi demi Allah. Jika ada kejelasan hukumnya, ia bertindak selaras
dengannya. Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia bertindak atas dasar
perintah-perintah tersembunyi. Melalui ini, ia menjadi seteguh orang memperoleh
hakikat. Bila kau telah sampai pada kebenarannya kebenaran, yang disebut
pencelupan (mahwu) atau peleburan (fana), berarti kau berada pada maqam badal
yang patah hati demi Dia, suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, oarang yang
tercerahkan ruhaninya, orang arif, yang adalah amir para amir, pengawas dan
pelindung umat, khalifah dati Yang MahaPengasih, kepercayaanNya
(alaihimussalam). Untuk menaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan
bebas dari ketergantunagn kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak
harus terhindar dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan
demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi
perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau
mayat yang dimandikan, atau pasien tak sadarkan diri di hadapan sang dokter,
dalam segala hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.
RISALAH KESEBELAS, IA
BERKATA:
Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk kawin,
padahal kau fakir dan miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah
dan berharaplah senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan
seperti itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya
Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau
dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, dengan mengaruniaimu
kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan akhirat. Lalu Allah akan
menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas
ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah
berjanji untuk senantiasa menambah karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur,
sebagaimana firman-Nya : “Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7) Maka bersabarlah,
tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada perintah-perintahNya.
Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya.
Sungguh Allah sendiri telah berfirman: “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang
akan menerima ganjaran mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)
RISALAH KEDUA BELAS, IA
BERKATA:
Apabila Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan
kekayaan itu memalingkanmu dari kepatuhan kepadaNya, niscaya Ia memisahkanmu
dari Nya di dunia dan di akhirat. Mungkin juga Ia mencabut karuniaNya darimu,
menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas kepalinganmu dari Sang
Pemberi, dan keterpesonaanmu akan karuniaNya.
Tetapi, bila kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak
terpengaruh oleh kekayaan itu, Allah akan menambahkan karuniaNya kepadamu, dan
sedikit pun takkan menguranginya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang
Raja. Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan hidup
di akhirat terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syuhada, dan
para shalehin.
RISALAH KE TIGA BELAS,
IA BERKATA:
Jangan berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula
berupaya menangkis datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu jika
ia sudah ditakdirkan untukkmu, baik kau suka atau pun tak suka. Bencana akan
menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah suka atau tak suka, dan kau coba
menangkisnya dengan do’a, atau menghadapinya dengan kesabaran dan keteguhan
hati demi mendapatkan keridhaanNya. Berpasrahlah dalam segala hal, agar Ia
bertindak malalui dirimu. Jika itu suatu rahmat, bersyukurlah. Dan jika itu
suatu bencana, bersabarlah, atau coba tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan
dengan Allah dan keridhaanNya. Atau coba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana
ini, atau menyatulah sedapat mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua
sarana spiritual yang kau miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu
maqam ke maqam yang lain dalam perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya
menaati dan berakrab dengan perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang
Maha Besar. Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh
para Shiddiq, para syahid dan para shaleh.
Maknanya, kau mencapai keakraban sedemikian rupa dengan Allah
hingga memungkinkanmu melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu
menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang Agung, dan orang-orang yang dekat
denganNya dan telah menerima segala kenyamanan, kesenangan, keamanan,
kehormatan dan rahmat dariNya. Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan
rintangi jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah atas
kedatangan dan penghampirannya, karena panas apinya tak lebih mengerikan
daripada kobaran api neraka. Mengenai manusia terbaik, dan yang terbaik di atas
bumi, dan di kolong langit ini, Rasulullah Muhammad saw, diriwayatkan,
bersabda: “Sungguh, api neraka akan berseru kepada orangorang beriman ‘Wahai
mu’min, cepatlah berlalu karena cahayamu mematikan nyala apiku’ ” Nah, bukanlah
nur seorang mu’min yang mematikan nyala api neraka itu, adalah cahaya yang kita
temui padanya di dunia ini, dan yang membedakan yang patuh kepada Allah dan
yang kafir? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana. Sedang kesejukan
kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allahlah yang memadamkan panas yang bakal
menimpamu. Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah untuk menghancurkanmu, tapi
mencobaimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar keyakinanmu, dan
memberimu secara rohani, kabar baik dariNya tentang kehendakNya atasmu. Allah
berfirman: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihat dan bersabar di antaramu; dan agar kami
nyatakan hal ihwal kalian. ” (QS: 47:31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti dan sedemikian
sesuai dengan ketentuanNya – dan hal ini berkat pertolonganNya – maka kau meski
tetap bersabar, serasi denganNya dan penuh taat kepadaNya. Jangan biarkan
segala pelanggaran terhadap perintah dan laranganNya, baik oleh dirimu sendiri
maupun orang lain. Bila datang perintahNya, dengarkanlah dengan seksama dan
segeralah melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan
takdir Yang Maha Kuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayahlah memenuhi
perintah itu. Jika kau tak mampu melaksanakan perintah itu, jangan
membuang-buang waktu, segeralah kembali kepada Allah. Berlindunglah kepadaNya,
rendahkanlah dirimu di hadapanNYa, mohonlah ampunanNya. Coba carilah sebab
ketakmampuanmu melaksanakan perintahNya, dan untuk terjauhkan dari berbangga
atas kepatuhanmu kepadaNya. Mungkin ketakmampuanmu ini disebabkan oleh
prasangka-prasangka buruk, atau oleh sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu
kepadaNya atau oleh kebanggaanmu, atau oleh kebertumpuanmu pada daya upayamu
sendiri, atau oleh perbuatanmu sendiri menyekutukanNya dengan dirimu sendiri
atau dengan makhlukNya.
Akibatnya, Ia menjauhkanmu dari pintuNya dan menolak
kepatuhanmu kepadaNYa. Lalu Ia tutup pinti pertolongan bagimu, Ia palingkan
kemurahan wajahNya dari dirimu. Ia menjadi marah kepadaMu, dan menjauhkan diri
darimu. DibiarkanNya, kau sibuk dengan cobaan-cobaanmu di dunia ini, dengan
kedirianmu. Tak tahukah kau, bahwa hal ini membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan
menutupimu dari penglihatanNya, Ia yang telah menciptakanmu, memeliharamu, dan
mengaruniaimu sedemikian banyak ni’mat. Waspadalah agar segala sesuatu selain
Allah ini tak memisahkanmu dariNya. Maka, jangan mengutamakan sesuatu selain
Allah, sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Maka
janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga tersibukkan oleh
segala yang bukan perintahNya. Yang demikian itu, memjerumuskanmu ke dalam api
neraka yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan kau pasti menyesal, tapi
penyesalanmu tiada guna dan kau berdalih, tapi tiada dalih yang diterima. Kau
menangis minta pertolongan, tapi takkan ada pertolongan. Kau mencoba
menyenangkan Allah, tapi sia-sia. Kau minta dikembalikan di dunia, untuk
mempersiapkan bekal dan menebus kesalahan, tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu,
dan gunakanlah segala sarana untuk mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu,
keimananmu, kecerahan ruhanimu, dan ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan
berupayalah menerangi lingkunganmu dengan cahaya ini semua di tengah-tengah kehampaan
tujuan. Pegang teguhlah semua perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di
bawah petunjuk keduanya, jalan menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan
menumbuhkanmu. Jangan kufur ni’mat kepadaNya, Ia yang telah menciptakanmu dari
debu, dan dari setetes mani dijadikanNya kau seorang manusia sempurna.
Janganlah menghendaki yang bukan perintahNya, dan jangan menganggap sesuatu itu
buruk, bila tak tegas-tegas diharamkanNya. Bila kau serasi dengan perintahNya,
seluruh makhluk hormat kepadamu. Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh
Allah, maka segala yang tak nampak lari menjauhimu, di manapun kau berada.
Allah telah berfirman: ” Wahai bani Adam, Akulah Allah, tak ada
illah(sesembahan) selain Aku. Bila Aku katakan ‘Jadilah’, maka ia akan maujud.
Patuhilah Aku, maka akan Kusempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata
‘Jadilah’, ia akan maujud. ” “Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang memujiku,
dan susahkanlah orang-orang yang memujamu.”
Maka, bila datang sesuatu yang diharamkanNya, berlakulah bagai
seorang yang lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan
jasmaninya, yang remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari
pesona-pesona duniawi dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nantak
terurus, bak gedung tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang didalamnya
tak ada jejak-jejak kemaujudan hewani. Berlakulah bagai seorang tuli sejak
lahir, bagai seorang buta sejak lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri,
seakan lidahmu bisu dan kasar, seakan gigimu bernanah penuh nyeri dan tanggal,
seakan kedua tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu
gemetar dan penuh luka, seakan kemaluanmu lumpuh seolah perutmu kekenyangan,
seakan akalmu gila, dan tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke kubur. Maka, kau
mesti segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya, sebagaimana kau
mesti enggan tak bergairah terhadap semua yang diharamkanNya, dan berlaku bagai
mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya. Nah, reguklah sirup ini, ambillah obat
ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas dari kedirian, sembuhkanlah dirimu
dari segala penyakit dosa, dan lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan
dengan demikian terperbaruilah dirimu menjadi pribadi yang ruhaninya sehat dan
sempurna.
RISALAH KE EMPAT BELAS
IA BERKATA:
Wahai budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu sendiri maqam
para rabbani. Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah.
Dambaanmu adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya
melihat dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan langit. Kau
pencinta ciptaan, sedang mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada yang di
bumi, sedang hati mereka trpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban segala yang
kau lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau lihat. Mereka hanya
melihat sang Pencipta segalanya, yan gtak mungkin terlihat (oleh mata-mata
ini). Orangorang ini meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan mereka
terjamin, sedang kau tetap menjadi korban nafsu duniawi. Orang-orang ini lepas
dari ciptaan, nafsu duniawi dan kedirian. Dengan demikian, mereka melicinkan
jalan bagi penghampiran mereka kepada Tuhan Yang Mahabesar, yang menganugerahi
mereka kekuatan untuk meraih kemaujudan yang baik; kepatuhan kepada Tuhan.
Inilah ridha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada yang dikehendaki-Nya. Mereka
jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban mereka, dan kukuh dalam keduanya
dengan bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan. Maka kepatuhan, dapat dikatakan,
menjadi jia dan keseharian mereka. Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan
bagi mereka, bagai surga laiknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu, mereka
melihat dibalik sesuatu itu penciptaan-Nya. Maka orangorang ini memberi daya
kepada bumi dan lelangit dan menyenangkan bagi yang mati dan yang hidup. Karena
Tuhan mereka telah menjadikan mereka pasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung
yang berdiri kukuh. Orang-orang ini adalah yang terbaik di anatara yang telah
diciptakan dan ditebarkan-Nya di dunia ini. Semoga kedamaian dari Allah
melimpahi mereka, juga salam dan rahmat-Nya, selama bumi dan lelangit maujud.
RISALAH KE LIMA BELAS, IA BERKATA:
Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat
seperti masjid, yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari
manusia-manusia lain. Aku berkata kepada diriku: “Jika si anu hadir di sini,
tentu ia bisa mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang
benar, dan seterusnya”, lalu terbayang olehku seorang yng saleh tengah
dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya: “Kenapa Anda diam ?”
Jawabku: “Jika kalian berkenan, aku akan bicara”. Lanjutku, “Jika kalian
menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan
lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan
meminta sesuatu pun kepada mereka, hatta di dalam benak, sebab meminta di dalam
benak sama saja dengan meminta dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah
selalu kuasa mungubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia
naikkan derajat beberapa orang. Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke
derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat
terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka di
tempat terpuji itu. Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke derajat
terendah, diancamNya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya mereka harapan
dinaikkan ke derajat tertinggi.” Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
RISALAH KEENAMBELAS, IA
BERKATA:
Tak ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali
ketergantunganmu kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan
perolehan. Manusia termasuk pengalang bagimu dalam mencari rizki yang sesuai
dengan sunnah Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama bergantung pada
manusia, selama itu pula kau mengharapkan kesudian dan uluran tangan mereka,
bahkan kau meminta dengan beribahati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan
seperti ini termasuk syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya.
Setimbal dengan (dosa besarmu) itu, kau dihukum dengan pencabutan sumber
rizkimu, semisal kehilangan pekerjaan yang halal. Bila kau campakkan
ketergantungan dan pengemisanmu kepada mereka dan berlindung kepada mata
pencaharianmu, hidup dengannya, dan lupalah kamu akan ridha Allah, maka hal ini
juga termasuk syirik, malah lebih berbahaya dari yang pertama, karena
kemusyrikan semacam ini halus sekali sehingga sulit dilihat. Tentu, Allah akan
menghukummu atas kedurhakaanmu ini, dengan makin menjauhkanmu dari ridha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala
kemusyrikan dari kahidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan kepada mata
pencaharian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi Rizki, Pencipta
segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari nafkah, Pemberi segala
kebaikan, dan bahwa rizki sepenuhnya berada di tangan-Nya, maka rizki itu
kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau mendapat musibah
dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rizki itu datang kepadamu melalui
upahmu dari bekerja, kadang rizki itu datang kepadamu melalui ridha-Nya, hingga
kau tak melihat sebab dan perantaranya. Nah, berpalinglah kepada-Nya,
campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir pengalang
antara kau dan ridha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rizki dengan ridha-Nya,
seperti seorang dokter merawat pasiennya – sebagai perlindungan-Nya atasmu,
agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah
di sana kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin memberikan bagianmu kepadamu,
yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memeng bukan hak orang lain, maka
ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih bagianmu, dan
diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu, diberi-Nya kau
kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu disadarkan-Nya kepadamu
sebagai bagianmu. Untuk itu, kau mesti menyadarinya dan bersyukur kepada-Nya.
Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia, dan mengosongkan hatimu dari
segala selain Allah.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu
tercerahkan, maqam derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya
kemampuan “melihat ke depan”, sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan
atas harkatmu. Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan
petunjuk-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah telah berfirman: ” Dan
kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di
antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami,
ketika mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami.” (QS.32:23-24). “Dan
orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami.” (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya Ia
mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin
yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang
terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih
menarik dari segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tak sedikit pun
mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis
yang terkutuk. Allah berfirman: “Wahai Bani Adam, Akulah Allah, tak sesuatu pun
layak dipuja kecuali Daku. Aku berfirman ‘Jadilah’, ia pun akan maujud.
Taatilah Aku, niscaya kau akan Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru
‘jadilah’, ia pun akan maujud.” Dan Ia telah membuat ihwal serupa ini kepada
beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang sangat diridhai-Nya
di antara hamba-hamba-Nya. Halaman Yang Berhubungan.
RISALAH KETUJUH BELAS, IA BERKATA:
Bila ‘bersatu’ dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya
lewat pertolongan-Nya, maka makna hakiki ‘bersatu’ dengan Allah ialah berlepas
diri dari makhluk dan kedirian, dan sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa gerakmu,
yang ada hanya kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana (peluruhan), dan
dengannya itulah ‘manunggal’ dengan Tuhan. ‘Bersatu’ dengan Allah tentu tak
sama dengan bersatu dengan ciptaan-Nya. Bukanlah Ia telah menyatakan: “Tak ada sesuatu
pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat.”
(QS. 42:11) Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. ‘Bersatu’ dengan-Nya
lazim dikenal oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka
berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri. Pada diri setiap Rasul, Nabi dan
wali Allah, terdapat suatu rahasia yang tak dapat diketahui oleh orang lain.
Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu rahasia yang tak diceritakannya
kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang syaikh kadang merahasiakan sesuatu yang
tak diketahui si murid, kendati mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang
pintu maqam ruhani sang syaikh, ia terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang
menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang
pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya
hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh diperlukan,
selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi,
begitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda dan
kerusakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syaikh. Jadi, bila sudah ‘bersatu’
dengan Allah sebagaimana yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala
selain Allah. Tak kau lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka maupun
duka, ketakutan maupun berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang patut
kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya
, dambakanlah perintah-Nya, dan patuhlah selalu kepadanya-Nya, baik di dunia
maupun di akhirat.
Jangan biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan
besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada
sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras, bergelombang
dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas singgasana yang tinggi,
bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai senjata bidik. Lalu mulailah sang
raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata bidiknya kepada si tawanan.
Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua, dan memalingkan
penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada raja itu, tak
berharap kepadanya, tak iba kepada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan
untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat, orang semacam ini
tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi? Nah, berlindunglah
kepada Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah ( mata hati), dari
keterpisahan sesudah ‘bersatu’, dari keterasingan sesudah keakraban, dari
ketersesatan sesudah memperoleh petunjuk, dan dari kekufuran sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap hari airnya bertambah, dan
itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan segala kesenangan duniawi. Sedang
anak panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan ujian hidup manusia.
Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia yaitu berbagai cobaan
hidup, musibah, penderitaan, dan semua upaya mengatasinya. Bahkan semua karunia
dan nikmat yang diterimanya, dibayangbayangi oleh berbagai musibah. Oleh karena
itu, bila seorang cerdik-cendekia sudi menyigi masalah ini terus-menerus, maka
ia akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat, bahwa tak ada kehidupan sejati
kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah saw. Bersabda: “Tak ada kehidupan selain
kehidupan di akhirat.” Ihwal semacam ini benar-benar terbukti bagi seornag
Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi saw.: “Dunia ini adalah penjara bagi seorang
Mukmin dan surga bagi seorang kafir.” Beliau juga bersabda: “Orang saleh
terkekang.” Bagaimana bisa hidup enak di dunia ini, bila diingat hal ini?
Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan sempurna dengan Allah SWT,
penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau lakukan hal ini, niscaya kau
terbebas dari dunia ini, dan kepadamu dilimpahkan rahmat, kebahagiaan,
kebajikan, kesejahteraan, dan keridhaan-Nya.
RISALAH KE LAPAN BELAS,
IA BERKATA:
Janganlah kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu
kepada siapa pun, baik kepada kawan maupun lawan. Jangan pula menyalahkan
Tuhanmu atas semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya
atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu. Beritakanlah
semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukur atas semua
itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya
belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang cerita-ceritamu perihal kepedihan
hidup. Adakah ciptaan yang sunyi dari rahmat-Nya? Allah SWT berfirman: “Dan
jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya.” (QS.
14:34) Betapa banyak nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari! Jangan
meresa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal
ihwalmu kepada siapa pun. Cintamu harus kautujukan hanya kepada-Nya, merasa
senanglah dengan-Nya dan mengeluhlah hanya kepada-Nya. Jangan kau lihat orang
lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat. Segala suatu adalah
ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam mereka. Kemaujudan mereka
sampai detik ini pun semara-mata karena kehendak-Nya. Dialah penentu derajat
mereka. Barangsiapa dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu menjadikannya
hina. Dan barangsiapa dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu menjadikannya mulia.
Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak seorang pun sanggup
mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat melimpahkan kebaikan, tak seorang
pun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah, bila kau mengeluh terhadap-Nya,
padahal kau menikmati rahmatNya, kau tamak, dan menutup mata atas yang kau
miliki, maka Allah murka kepadamu, mencabut kembali nikmat-Nya darimu,
mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan kesusahanmu, dan memperhebat
hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu. Kau menjadi terhinakan di
mata-Nya. Oleh karena itu, janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu
digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah dirimu!
Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak Adam, dikarenakan oleh
keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal Ia
Mahapengasih, Mahaadil, Mahasabar, Mahapengasih, Mahapenyayang, dan yang
lemahlembut terhadap hamba-hamba-Nya, melebihi seorang dokter yang sabar,
pengasih, penyayang, ramah, yang juga kerabat si pasien. Dapatkah kau temui
sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia. Nabi Suci
saw., telah bersabda: “Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya ketimbang
seorang ibu terhadap anaknya.” Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah
perilaku terbaik. Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau
tak berdaya karenanya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam
menyerahkan diri kepada-Nya.
Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya.
Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau
terhilang, dimanakah kau’kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kaudengar firman
Allah: “Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya beperang itu sesuatu yang
kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan
mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah
Maha-mengetahui, sedang kamu tak mengetahui.” (QS>2:216). Pengetahuan ihwal
hakikat segala suatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari
penglihatanmuolehtabir.Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam membenci
ataupun mencintai sesuatu.Ikutilah segala ketentuan syariat dalam segala
keadaan, jika kau benarbenar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka ikutilah
semua perintah tentang wilayat, dan teguhlah selalu. Ridhalah atas
ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke dalam
keadaan badal, ghauts dan shiddig. Bertolaklah senantiasa dari jalan nasib,
jangan berdiri di tengah-tengahnya, gantilah dirimu dan hasratmu (denngan
kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu dari segala keluhan. Bila hal ini telah kau
jalani, maka Tuhanmu mengaruniamu kebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan
bahagia, dan melindungimu, karena ketaatanmu kepada-Nya. Bila di dalam diri
manusia, bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka tak layak baginya
bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tak seorang pun dapat mencium
ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub, sebagaimana tak seorang pun
layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan bau busuk. Nah, semua
musibah tak lain adalah sarana penebus dan pembersih diri. Nabi saw. Telah
bersabda: “Demam sehari dapat menebus dosa sepanjang tahun.”
RISALAH KE SEMBILAN
BELAS, IA BERKATA:
Bila kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji
itu dipenuhi, sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian
ini jadi kuat dan mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya kamu pada hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
terpercaya di sisi Kami.” (QS.12:54), dan menjadilah kau salah seorang yang
terpilih, bahkan yang terpilih dari yang terpilih. Maka sirnalah tujuan maupun
kehendak pribadimu. Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun
bisa berada di atasnya, sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi
bersih dari segala selain Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Kau menjadi
ridha kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat
menikmati dan terahmati atas semua tindakan-Nya. Maka kepadamu dijanjikan
sesuatu, bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda kepuasan ada padamu, maka
kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi. Dijadikan-Nya kau lebih
terhormat, dan dianugerahkan-Nya kepadamu rasa cukup-diri terhadap janji.
Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah, disingkapkan-Nya bagimu misteri Ilahiah,
kebenaran hakiki, makna perubahan janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami
peningkatan kemampuan memelihara keadaan ruhaniahmu. Lalu, kepadamu
dianugerahkan derajat ruhani, yang didalamnya dipercayakan kepadamu
rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati, kefasihan lidah,
derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi kesayangan semua makhluk,
baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk lainnya, di dunia dan di akhirat.
Bila kau menjadi ‘pilihan’ Allah, maka orang tunduk kepada-Nya, cinta mereka
berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka berada di dalam kebencian-Nya.
Dengan ini, kau telah diantarkan-Nya ke tempat yang amat
tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda. Lalu,
dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini dimusnahkan dan
dilenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan serupa itu lagi.
Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan dilimpahkan
kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan keakrabanmu dengan-Nya, dan
menyejukkan kedua matamu di surga yang tinggi, di dalam taman yang abadi. Tapi,
bila selama ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu pun, tak berharap kepada
siapa pun, tak condong kepada apa pun – karena kau sadar bahwa kehidupan di
dunia ini hanya sementara, dan tipuannya menyesatkan yang mencintainya – tapi,
tujuanmu adalah sang Khalik, yang telah menciptakan, mewujudkan, menahan dan
melimpahkan segala suatu, yang telah membentangkan bumi dan menegakkan langit,
maka kepadamu dilimpahkan segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja,
ini semua diberikan kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan dari
semua hasrat duniawi, dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat
sebagaimana yang telah kita bicarakan.
RISALAH KEDUA PULUH, IA
BERKATA:
Nabi Suci Muhammad saw. Bersabda: “Campakkanlah segala yang
menimbulkan keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah
segala yang tak menimbulkan keraguan pada dirimu.” Bila sesuatu yang meragukan,
maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit pun keraguan dan campakkanlah
yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda: “Dosa menciptakan kekacauan dalam
hati.” Tunggulah, bila dalam keadaan begini, perintah batin. Bila kau
diperintahkan untuk mengambilnya, maka lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang,
maka jauhilah dan anggaplah itu sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke
pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari Tuhanmu. Andaikata kau merasa
kehabisan kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak
butuh diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu. Ia yang Mahakuasa lagi
Mahaagung memberikan rizki kepada para kafir, munafik dan mereka yang tak
mematuhiNya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai yang beriman, yang mengimani
keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya dan yang teguh dalam menunaikan
perintah-perintah-Nya siang dan malam. Sabda Nabi Suci yang lain: “Campakkanlah
segala yang menimbulkan keraguan di benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan
keraguan,” memerintahkanmu untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk
tak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka,
dan untuk menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. Karena
itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu tujuan,
yaitu Tuhanmu, Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, yang di tangan-Nya kening para
raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh, berada – yaitu bahwa hati
mengendalikan tubuh – tubuh dan uang manusia adalah milik-Nya, sedang manusia
adalah agen dan kepercayaan-Nya.
Bila mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas
izin, perintah dan gerakNya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu. Allah
SWT berfirman: “Mintalah kepada Allah karunia-Nya.” “Sesungguhnya yang kau abdi
selain Allah, tak memberimu sesuatu pun karenaitu, mintalah karunia kepada
Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” “Bila hamba-hambaku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima
doa dari yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku.” “Serulah Aku, maka Aku akan
menyahutmu.” “Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan.”
“Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa
batas.”
RISALAH KEDUA PULUH
SATU, IA BERKATA:
Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam
sebuah kerumunan besar dan aku berniat membunuhnya. Lalu si setan itu berkata
kepadaku, “Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan
keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah
menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa
yang ada ditanganku?” Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya,
dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum
kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12
Zulhijjah 401 H.
RISALAH KEDUA PULUH
DUA, IA BERKATA:
Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika
iman seseoranng kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar
daripada cobaan seorang Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi daripada iman
Nabi. Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang
badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut
kadar iman dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. Bersabda: “Sesungguhnya
kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak diuji. Oleh karena itu, Allah
terus menguji pemimpin-peminpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di
sisi-Nya dan tak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka
adalah orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta
takkan pernah ingin menjauh dari yang dicintainya. Maka, cobaab-cobaan
memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan terhadap
sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan cenderung kepada
sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka,
maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran
menjadi terang-benderang. Maka, kehendak mereka terhadap segala kesenangan
hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka
berlabuh pada janji Allah, keridhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran
mereka dalam cobaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya
dan keinginan hati mereka. Maka, hati menjadi kukuh da mengendalikan anasir
tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dn kesabaran,
dan melemahkan hewani dan hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang
sang beriman bersabar, ridha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur
kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya
pertolongan, karunia dan kakuatan. Allah SWT berfirman: “Jika kau bersyukur
tentu akan Kutambahkan.” Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan
keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, kesyirikan dan dosa. Maka,
Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan
dan penyakit. Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati
tak mempedulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham,
bagi wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan
hati kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya,
keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera
menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabarizin
dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia ini dn di akhirat.
RISALAH KEDUA PULUH TIGA,
IA BERKATA:
Pegang teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki,
hingga ketentuan nasib mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih
tinggi. Kau akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan duniawi
ini, akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang
mengenakan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan
pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih walau kau
berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan keadaanmu.
Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan. Jangan
bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau berlaku begini, kau akan diuji
dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti
itu kau berarti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang
berbuat aniaya. Allah berfirman: “Dan demikianlah Kami dijadikan sebagian orang
yang zalim sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka
upayakan.” (QS.6:129) Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya
berdaulat, yang Mahakuat, yang tentaraNya amat besar, yang kehendak-Nya
berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaanNya abadi, yang
kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakanNya
dalam, yang Mahaadil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi baik di bumi
maupun di langit dan tak kezaliman para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Allah takkan mengampuni siapa pun yang
menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang dikehendaki-Nya.”
(QS.4:48) Berupayalah sekuat daya untuk senantiasa tak menyekutukan Allah.
Jangan mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang
dan malam baik sendirian maupun bersama. Waspadalah terhadap segala bentuk dosa
dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak ataupun
tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan mencengkaumu. Jangan
bersitegang (menderhaka) dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan
melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tak dihinakan-Nya; jangan
melupakan-Nya agar kau tak dilupakan-Nya dan tak mengalami kesulitan; jangan
merekareka di dalam rumah-Nya agar kau tak dibinasakan-Nya; jangan
memperkatakan tentang agama-Nya dengan hawa nafsu agar kau tak binasa, agar
hatimu tak gelap, agar iman dan pengetahuanmu tak tercabut darimu, agar kau tak
dikuasai oleh kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu,
sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan
makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di dunia ini
akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus-menerus.
RISALAH KEDUA PULUH
EMPAT, IA BERKATA:
Jauhilah sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang
Mahamulia lagi Mahaagung. Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran.
Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan tobat dan doa, dengan menunjukan
kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendahhatian, dengan khusuk dan menunduk,
dengan tak memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan
duniawi atau ukhrawi, tak mengharapkan maqam yang lebih tinggi. Camkanlah bahwa
kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya adalah milik
tuannya, sehingga ia tak dapat mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku
baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala suatu ditentukan oleh-Nya. Segala
yang Ia majukan, tak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang
dimundurkan-Nya, tak satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan
Sendiri segala keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tingggal nan abadi di
akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan kepadamu
karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah mendengar
dan tiada hati manusia pernah meresakan. Allah berfirman: “Tiada jiwa pun yang tahu
apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai
balasan atas yang telah mereka perbuat.” (QS 32:17) Yaitu balasan atas
kepatuhan dan kepasrahan merea kepada Allah dalam segala hal. Mengenainya, yang
Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan
melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang
ini bagai padang tandus, yang didalamnya tak memungkinkan air, pohon,
tetumbuhan dan bebuahan mewujud. Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala
yang serupa itu, yang menumbuhkan tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia
dan segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya,
yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya,
maka tanah, tetumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan
keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Mahakuasa lagi Mahaagung
menghendakinya dihuni dan ceria. Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya dan
hampa akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan
lainnya dan kesinambungan kemaujudannya tergantung pada dunia dan aneka
nikmatnya yang kau lihat pada pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai
selain yang telah kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk
menggapai yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi,
yang kau dapati padanya, – andaikata semua ini tercerabut darinya, sedang
pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang kaya ini akan
menjadi kafir, munafik dan murtad, – jika Allah tak mengirimkan bagi orang kaya
ini tentara kesabaran, keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan ruhani,
yang memperkukuh imannya, maka ia takkan merasa kehilangan dengan merasa
kehilangan dengan lenyapnya kekayaan dan karunia.
RISALAH KEDUA PULUH
LIMA, IA BERKATA:
Jangan berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia
dan orang-orangnya telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan
yang dahaga, yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap
sudut dunia, di setiap masjid dan tempattempat sunyi, yang terjauhkan dari
setiap pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan segala
keinginan dan kerinduan hati – jangan berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin,
menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah
membuatmu kacau, tak mengukuhkan jiwamu, telah menghinakanmu, dan tak
mencukupimu di dunia ini, telah mengelapimu, tak memuliakan namamu
ditengah-tengah manusia, sedangkan kepada selianmu Ia anugerahkan banyak
rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan mereka atasmu dan keluargamu, padahal
kamu sama-sama muslim dan mukmin dan nenek moyangmu sama-sama Hawa dan Adam,
sang manusia terbaik. Ya, Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu
suci dan kesejukan kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk
kesabaran, kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tuhid
menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh
dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah ke manamana sehingga menimbulkan
keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhannya
dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau
suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi
milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan
bagi selainmu. Yang bukan milikmu tentu:
1) Ia akan menjadi milikmu, atau
2) Ia akan menjadi milik orang lain.
Jika ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa
kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang
bukan milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu,
sehingga kau dan ia takkan bertemu. Allah berfirman: “Dan jangan kamu tujukan
kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cobai mereka dengan-nya.
Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS 20:131) Nah, Allah telah
melarangmu memperhatikan yang bukan hakmu. Ia telah memperingatkanmu bahwa yang
selain ini adalah cobaan, yang dengan-nya Ia menguji mereka dan bahwa
keridhaanmu dengan bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai;
maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh segala
kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah berfirman: “Tiada jiwa pun
yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakan mata,
sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.” (QS 32:17) Nah, tiada kebajikan
selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih
besar, lebih mulia dn lebih disukai oleh Allah selain yang Kami sebutkan
kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang
disukai-Nya.
RISALAH KEDUA PULUH
ENAM, IA BERKATA:
Tabir penutup dirimu takkan tersibak, selama kau belum lepas
dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup,
selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau
belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud dalam dirimu
hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur Tuhanmu, dan tiada tempat
di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu
kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka, segala
yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan
kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan
kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia
yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah
dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya, bukannya peluruh penuh dalam
takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba
manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai
hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit keluhuran dan daya keagungan
akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran, tauhid, dan
pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak
dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan
yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari
keinginan-keinginan. Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu
terusmenerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan
cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan
melihat keajaibankeajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok
kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah,
untuk patuh kepada-Nya, dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka.
Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua itu, dari
kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji-diri, kesombongan
orang-orang yang datang kepadamu dan perhatian mereka kepadamu. Juga,
seandainya kau akan beristri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan atas
perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari
memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan
berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia akan
melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan
karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh
dan suci, yang akan menyenangkanpandanganmu. Allah berfirman: “Dan Kami jadikan
istrinya patut baginya.” (QS 21:90) “Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada
istri-istri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam
bagi mereka yang mencegah dari keburukan.” (QS 25:74) “Dan jadikanlah ia, ya
Tuhanku, orang yang Kau ridhai.” (QS 19:6) Maka doa-doa ini akan mewujud dan
diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu
dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini,
dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah. Begitu pula,
andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang
datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh
tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu. Ia akan
mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan
kepadaNya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan salat
dan puasa. Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk
memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh
uang zakat sesuai dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu,
sehingga kau tak mampu membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan
antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih
bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan. Maka dari itu, bersabarlah,
senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah!
Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah!
Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah! Tundukkanlah pandanganmu!
Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku
baiklah! hingga datang takdir dan kau kami bawa ke depan .
Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian
kau dimasukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan
dibusanai dengan busana nur dan rahasiarahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan,
diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan, dikukuhkan,
dimuliakan dan dilimpahi kata-kata: “Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah
orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (QS 12:54) Lalu tebaklah
keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan kata-kata ini dari lidah
Raja Mesir, Raja dari Fir’aun. Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya,
yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf
dianugerahkan kerajaan bendawi, yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu
kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi
di hadapan-Nya. Allah berfirman: “Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf
kekuasaan atas negeri (ia berkuasa penuh) ke mana pun ia suka.” (QS 12:56)
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan ruhani, Allah berfirman:
“Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan kami.” (QS 12:24) Mengenai
kerajaan pengetahuan, Allah berfirman: “Yang demikian ini adalah sebagian dari
yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama
orang-orang yang tak beriman kepada Allah.” (QS 12:37) Bila kau disapa, wahai
orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak pengetahuan nan agung, kekuatan,
kebaikan, kewalian biasa, dan perintah yang mempengaruhi ruhani dan yang bukan
ruhani, dan teranugerahi daya cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia
ini, mesti akhirat belum tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan
di surga yang tinggi.
RISALAH KEDUA PULUH
TUJUH, IA BERKATA:
Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua
cabang sebuah pohon. Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang
cabang yang satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah
kota-kota, negeri-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua
buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan
buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah
agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa
pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat
dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila
kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buahbuah ini
dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara
yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil
buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu,
otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan.
Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat
menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia. Tapi, jika kau
makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu,
maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan
buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan
mengalami yang telah disebutkan bagimu.
Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya.
Keselamatan terletak pada kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan
berasal dari Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. “Allah telah menciptakanmu dan
yang kau lakukan.” (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: “Allah telah menciptakan
penyembelih dan binatang yang disembelih.” Segala tindakan hamba Allah adalah
ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung
berfirman: “Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan.” (QS
16:32) Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa
masuknya mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang
kemaujudan amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan kasih-sayanng-Nya.
Nabi saw. Bersabda: “Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran
amal-amalnya sendiri.” Ia ditanya: “Termasuk Anda, Ya Rasulullah?” Ia berkata:
“Ya, termasuk aku, jika Allah tak mengasihiku.” Dalam berkata begini ia
meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah r.a. Nah,
jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia
akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan
melindungimu dari segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai
keduniawian, Allah berfirman: “Demikianlah agar Kami palingkan darinya
kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami,”
(QS 12:24) Dan mengenai agama, Ia berfirman: “Mengapa Allah akan menyiksamu,
jika kamu bersyukur lagi beriman.” (QS 4:147) Adakah bencana yang akan menimpa
orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia lebih dekat kepada keselamatan
daripada bencana, sebab ia berada dalam kelimpahan, lantaran kebersyukurannya.
Allah berfirman: “Jika kamu bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan
(nikmat-nikmat Kami) bagimu.” (QS 14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api
siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di
kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan
melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak
jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia
diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh
ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan
dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia
kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang
tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman: “Allah tak menciptakan bagi
manusia dua hati.” (QS 33:5) “Sesungguhnya para raja, bila mereka memasuki
sebuah kota, menghancurleburkannya, dan menghinakan penduduknya.” (QS 27:34)
Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka.
Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejian hawa nafsu. Anasir tubuh selalu
digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan. Kedaulatan
ini kini pupus, anasir tubuh merdeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada,
menjadi bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran
telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari
musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda: “Kami, para nabi, adalah yang
paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan
kedudukannya.” “Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa
kepada-Nya daripada kamu.” Siapa pun yang dekat dengan raja harus semakin
berhati-hati, sebab ia berada di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi
Mahamengetahui akan gerak-geriknya. Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk
yang terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang
tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti
dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya
juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu.
Sehingga sedikit pun menyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya
dan kepatuhannya kepada-Nya. Allah berfirman: “Hai istri-istri Nabi,
barangsiapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan
siksaan kepada mereka.” (QS 33:30) Allah berfirman demikian tentang istri-istri
ini, karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan
menghubungkanmereka kepada Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang yang
dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya. “Tiada
menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS 42:11)
RISALAH KEDUA PULUH LAPAN.
IA BERKATA:
Engkau menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian
terlimpahkan kepadamu, padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu,
harapan akan balasan di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih bersemayam
dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru! Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan;
wahai yang berharap! Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung.
Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan beberapa
butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu. Itulah kontrak kebebasan seorang
hamba sahaya; selagi masih ada se-penny pun padanya, kau tertutup darinya.
Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud
dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan
sesuatu pun darinya, atau mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat –
selama hal-hal ini masih bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu
peluruhan diri. Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau
dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terbusanai, terhiasi dan menjadi
harum, lalu kau dibawa kepada Raja nan agung dan berkata: “Sesungguhnya kamu
pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (QS
12:54) Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi
miniman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia. Kemudian kau
terbebaskan dari kebutuhan, karena yang diberikan kepadamu berasal dari hal-hal
ini dan terbebaskan dari kebutuhan segala suatu. Tidakkah kau lihat kepingan
emas, yang beraneka ragam yang beredar pagi dan petang, di tangan para penjual
obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak, pembersih dan
lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? Kemudian kepingan-kepingan
in dikumpulkan dan memasukkan ke dalam tempat peleburan logam; lalu
kepingan-kepingan ini meleleh dalam kobaran api, dikeluarkan darinya, ditempa
dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperintah, dan kemudian ditempatkan
di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci, dalam kotak-kotak,
tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah jembatan, dan kadang jembatan
seorang raja besar. Dengan demikian, kepingan-kepingan emas itu berlalu dari
tangan para penyamak kehadapan para raja dan istana setelah dilebur dan
ditempa. Dengan begini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa bersabar dengan
karunia-Nya, dan berpasrah terhadap takdirNya, maka kau akan didekatkan kepada
Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan
serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat bersama dengan para
Nabi, shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah, dalam rumah-Nya, dan
dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih-sayang-Nya. Maka dari itu, bersabarlah,
jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh
terhadap-Nya. Jika kau lakukan yang demikian, maka kau akan merasakan kesejukan
ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.
RISALAH KEDUA PULUH
SEMBILAN, IA BERKATA:
Nabi Suci saw. bersabda: “Kemiskinan mendekatkan kepada
kekafiran.” Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya
kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahwa apapun yang
akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya,
takkan datang kepadanya, dan bahwa: “Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan
baginya jalan keluar dan rizki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS
65:2-3) Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah
mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh
kerendahdirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw.: “Kemiskinan
mendekatkan kepada kekafiran,” berlaku. Maka Allah bermurah kepadanya. Ia
sirnakan darinya segala yang merundungnya, terus memberinya kesenangan,
kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta memuji Allah, hingga ia
menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan
memutuskan darinya pertolongan iman. Maka ia menunjukkan kekafiran dengan
menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati
dalam keadaan tak beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa
marah kepada Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah orang
yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan disiksa di
akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal semacam itu.” Kemiskinan yang
diperbincangkan ini ialah kemiskinan yang membuat manusia lupa kepada Allah,
dan karena inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh
Allah, yang telah dijadikann pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang
telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah
dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara
dan pembimbing ke arah Tuhan – kepada orang ini, Ia anugerahkan limpahan kesabaran,
kepatuhan dan keterleburan dalam kehendakNya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya
limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang
tampak, kadang tak tampak; dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga
akhir hayatnya.
RISALAH KE TIGA PULUH,
IA BERKATA:
Betapa sering kau berkata, apa yang mesti kulakukan, apa yang
mesti kugunakan (untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan
melampaui batasmu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah
memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu.
Allah berfirman: “Wahai orang-orang beriman, bersabarlah,
senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap Allah.” (QS 3:199) Ia
telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk berlumba-lumba
dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat dan untuk menjadikan
hal ini sebagai kewajiban. Ia kemudian memperingatkanmu terhadap ketaksabaran,
sebagaimana firman-Nya, “Jagalah senantiasa kewajibanmu terhadap Allah,” dan
ini berkenaan dengan pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus
senantiasa bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci
saw. bersabda: “Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh.” Bagi
segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi
kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya kesabaran
akan diberi pahala yang tak terhingga.” (QS 39:10) Nah, jika kau jaga
kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memperhatikan batas-batas yang telah
ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu sebagaimana yang dijanjikanNya
kepadamu dalam kitab-Nya: “Barangsiapa menjaga kewajibannya terhadap Allah,
maka Ia akam membuatkan baginya tempat, dan memberinya rizki yang tak
diduganya.” (QS 65:123) Bersabarlah dengan mereka yang beriman kepada Alah,
hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu
kecukupan dalam firman-firman-Nya: “Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia
mencukupi-Nya.” (QS 65:3) Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama
meeka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya: “Demikianlah
Kami balasi mereka yang berbuat kebajikan terhadap yang lain.” (QS 6:85) Allah
akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman: “Sesungguhnya
Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain.” (QS 3:133)
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini dan
di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah ikhlasan terhadap
kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan Allah, yang adalah
keadaan para badal atau ghaib. Maka jangan sampai gagal meraih keadaan seperti
ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar di akhirat, agar
kekayaan keduanya ini tak berlalu darimu.
RISALAH KE TIGA PULUH
SATU, IA BERKATA:
Jika kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang,
telahlah perilakunya dengan Kitabullah dan sunnah Nabi. Kalau perilakunya
dibenci oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah
dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau
memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu. Kau
membencinya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang Mahakuasa
lagi Mahaagung, menentang Nabi-Nya, dan menentang kedua pewenang ini. Maka
berpalinglah kepada Allah, bertobatdan mohonlah kepadanya kecintaan kepada orang
itu dan para pilihan Allah, para wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan
Allah dalam mencintainya. Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. Yaitu,
menelaah perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata
disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya
tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan
membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman: “Dan jangan ikuti hawa
nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalanAllah.” (QS 38:26)
RISALAH KE TIGA PULUH
DUA, IA BERKATA:
Betapa sering kau berkata, “Siapa pun yang kucintai, cintaku
kepadanya tak abadi. Perpisahan memisahkan kita, baik melalui ketakhadiran,
kematian, permusuhan, kebinasaan ataupun lenyapnya kekayaan.” Tidakkah kau
tahu, wahai yang beriman kepada Allah, yang kepadanya Allah menganugrahkan karunia-karunia-Nya,
yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu
bahwa sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri.
Kenapa kau ingin menjadi milik selain-Nya. Belumkah kau denganr firman-Nya: “Ia
mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya.” (QS 5:54) “Dan tak Kuciptakan jin
dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku.” (QS 51:56) Atau, belumkah kau
dengar sabda Nabi: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka ia mengujinya;
bila ia sabar, maka Ia memeliharanya.” Ia ditanya: “Ya Rasulullah (saw.),
bagaimana pemeliharaan-Nya?” Ia berkata: “Ia tak menyisihkan baginya kekayaan
atau anak.” Karena bila ia memiliki kekayaan atau anak yang dicintainya, maka
cintanya kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagikan antara
Allah dan selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala suatu. Lalu ia
dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya Sendiri. Maka
kebenaran firman Allah akan terbukti: “Ia akan mencintai mereka, dan mereka
akan mencintaiNya.” (QS 5:54) Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala
selain Allah dan berhala-berhala seperti istri, harta, anak, kesenangan dan
kerinduan akan kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan ruhani, taman-taman
surga, maqam ruhani dan kedekatan dengan Allah – tiada tujuan dan kehendak di
hatinya. Maka, hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang di
dalamnya tiada cairan pun bisa tinggal. Sebab, ia kini telah diremuk-redamkan
oleh tindakan Allah dan kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan
dan kehebatan menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya. Maka,
tiada kehendak akan sesuatu mampu mendekati hatinya. Tiada harta, anak, istri,
sahabat, keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya,
semua itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi tanda
kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya, rahmat dan
karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada-Nya. Dengan
demikian, orang-oang ini termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui kemuliaan
dari Allah ini, yang akan menjadi penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam
kehidupan ini dan di akhirat.
RISALAH KE TIGA PULUH
TIGA, IA BERKATA:
Ada empat jenis manusia.
Yang pertama, tak berlidah dan tak berhati. Mereka adalah
manusia biasa, bodoh dan hina. Mereka tak pernah ingat kepada Allah. Tiada
kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagai sekam tak berbobot, jika Allah tak
mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya Sendiri.
Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah manusia-manusia sengsara dan
dimurkai oleh Allah. Mereka adalah penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung
kepada Allah dari mereka. Hiasilah dirimu dengan ma’rifat. Jadilah guru
kebenaran, pembimbing ke jalan agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa
kau mesti mendatangi mereka, mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan
memperingatkan mereka akan dosa terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang
di jalan Allah dan akan dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi
Suci saw. berkata kepada Ali r.a.: “Jika Allah membimbing seseorang melalui
pembimbingmu atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari
terbit.”
Yang kedua, berlidah tapi tak berhati. Mereka berbicara
bijak, tapi tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka
sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka
sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan
mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila sendirian,
mereka bagai serigala berbusana. Inilah manusia yang tentangnya Nabi
memperingatkan. Ia bersabda: “Hal yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti,
oleh pengikut-pengikutku, yaitu orang berilmu yang jahat.” Kita berlindung
kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, menjauhlah selalu dari
orang seperti itu, agar kau tak terseret oleh manisnya lidahnya, yang kemudian
api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan ruhani serta hatinya akan
membinasakanmu.
Yang ketiga, berhati tapi tak berlidah, dan beriman. Allah
telah memberinya dari makhlukNya, menganugerahinya pengetahuan tentang
noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar akan
mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah
yakin bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: “Barangsiapa senantiasa diam, maka ia
memperoleh keselamatan.” “Sesungguhnya pengabdian kepada Allah terdiri atas
sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an.” Maka, orang ini adalah
wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi, memiliki keselamatan dan banyak
pengetahuan, terahmati dan segala yang baik ada padanya. Nah, ingatlah, bahwa
kau mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah
ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang
akan menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian ini, maka Allah akan
mencintaimu, memilihmu dan memasukkanmu ke dalam kelompok sahabat dan hamba
saleh-Nya disertai rahmat-Nya.
Yang keempat ialah manusia yang diundang ke dunia gaib, yang
dibusanai kemuliaan. “Barangsiapa mengetahui dan bertindak berdasarkan
pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia
gaib dan menjadi mulia.” Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah
dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya,
dan Ia menganugerahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari
yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya,
memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia- rahasia dan
pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja dijalan-Nya,
penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan
perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan
yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya diterima, seorang shiddiq
dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan utusan Allah, yang bagi mereka
limpahan rahmat Allah. Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam
di atas ini, kecuali maqam para nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati,
agar kau tak memusuhi orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan
ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan
dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya;
kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang membawa
kepada kebenaran dan kasih sayang.
Nah, telah kupaparkan bagimu bahwa manusia dibagi menjadi
empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri jika kau punya jiwa yang
terus-mata. Selamatkanlah dirimu dengan sinarnya, jika kau ingin sekali
menyelamatkannya dan mencintainya. Semoga Allah membimbing kita kepada yang
dicintainya di dunia ini dan di akhirat!
RISALAH KE TIGA PULUH
EMPAT, IA BERKATA:
Betapa aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan
menggap-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, tak adil, menahan rizki, tak
menjauhkan musibah. Tidakkah kau tahu bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan
setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tak bisa dimajukan atau ditunda. Masa-masa
musibah tak berubah, sehingga datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tak
berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa,
bersabar, berpasrah dan ridhalah kepada Tuhanmu. Bertobatlah kepada Allah. Di
hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa
dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antarhamba-Nya.
Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, sepenuhnya esa. Ia menciptakan hal-hal dan
menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia mengetahui awal, akhir dan akibat
mereka. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, bijak dalam bertindak dan tiada
ketakselarasan dalam tindakanNya. Ia tak melakukan sesuatu pun tanpa arti dan
main-main. Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada
tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran
kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya
musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang
setelah berlalunya malam. Nah, jika kau memohon tibanya cahaya siang selama
kian memekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian
memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau
kehendaki atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka
doamu takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tak layak. Kau
akan dibiarkan meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini,
senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala
miikmu takkan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau peroleh.
Demi imanku, begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya.
“Mohonlah kepadaKu, maka akan Kuterima permohonanmu.” (QS 40:60). “Mintalah
kepada Allah karuniakarunia-Nya.” (QS 4:32). Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan
menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal itu
bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu dan akhirat. Jangan salahkan Ia
bila Ia menangguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa. Sebab, sesungguhnya
jika kau tak memperoleh, kau juga tak rugi. Jika Ia tak segera menerima doamu
di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan menyisihkan bagimu pahala di kehidupan
kelak. Nabi bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati
dalam kitab amalannya amal-amal yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan
bahwa itu adalah balasan dari doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tak
dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam
memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon kepada selain-Nya. Maka, setiap saat,
baik siang maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka, kau berada dalam
keadaan:
1)
Tak
meminta, ridha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasat mati di hadapan
orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti
bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya.
Dan Allah berbuat sekehendakNya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan
puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Mahakuasa
lagi Mahaagung, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu
akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi” (QS 14:7) Tapi, jika hal itu adalah
musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncur darimu dengan pertolongan
kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, keteguhan hati, pertolongan rahmat dan
kasih-sayang dari-Nya, sebagaimana firman-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung:
“Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar.” (QS 2:153) “Jika kau menolong
Allah, maka Ia akan menolongmu dan meneguhkan pijakanmu.” (QS 47:7) Bila kau
telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tak
menyalahkanNya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya, menjadi
musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak dengan
kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan kesabaran dan
keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap kehendak dan janji-Nya,
– jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. Mengenai
rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: “Berilah kabar baik kepada orang-orang
yang sabar, mereka, yang bila ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai
rahmat dan kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan
kebenaran.” (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan
kerendahdirian, dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada
perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab
Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling
kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan
darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya,dan sarana pendekatan
kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya,
karena ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah perbedaan antara
dua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain
keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas.
Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia takkan memperhatikanmu, sebagaimana
dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah
bencanabencana-Nya, dan di akhirat, denagn siksa yang amat pedih. Mahabesar
Allah! Wahai yang tahu keadaanku! Kapada-Mulah aku beriman.
RISALAH KE TIGA PULUH LIMA, IA BERKATA:
Berpantang dari segala yang haram
adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran akan menjeratmu. Kau
takkan lepas darinya, kecuali dengan kasih-sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda
bahwa asas agama adalah keberpantangan dari segala yang haram, sedang
kebinasaannya adalah kerakusan. Umar ibn Khaththab as. Pernah berkata: “Kami
biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami
khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram.” Abu Bakar as.
Pernah berkata: “Kami biasa menghindari tujuh puluh pintu dari hal-hal yang
halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa.”
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian
hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda
Nabi saw.: “Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput
yang terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya.”
Maka, orang yang berbeda di sekitar padang itu, bisa memasukinya. Namun, orang
yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga
sampai di singgasana, adalah lebih baik ketimbang orang yang berada di pintu
pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, hal itu takkan merugikannya,
sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja,
dan tentaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertamam,
jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka,
bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh,
bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah
akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas
dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian
merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal bajiknya
akan menjadi saksi baginya. Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tak
menunaikan kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia
terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan
tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama dengan para
setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang dari jalan kebenaran.
Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia belum bertobat, maka ia akan
binasa, jika Allah tak mengasihinya. Jadi, bahaya terletak pada keterlengahan,
sedang keselamatan terletak pada pemenuhan kewajiban.
RISALAH KE TIGA PULUH ENAM, IA BERKATA:
Jadikanlah kehidupan setelah matimu
sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai keberuntungan. Jika masih ada
waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yakni dengan mencari nafkah.
Jangan kau buat kehidupan duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah
matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperoleh
kehidupan setelah mati dan memenuhi kewajiban salat lima waktu. Kau
diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi
kau bertindak tak layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya dan
kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau
bersekutu dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tak memiliki yang terbaik
dari kehidupan ini dan kelak, sehingga kau masuki Hari Pengadilan sebagai orang
paling miskin kebajikan, dan tak memperoleh, dengan mengikutinya, sebagian
besar bagianmu dalam kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur
akhirat dengannya, dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperoleh
kehidupan duniawi dan ukhrawi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan
segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda: “Sesungguhnya
Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan di akhirat
tak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini.”
Nah, begitulah dan niat untuk akhirat
ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian dan
kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia ini, dan
dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan
kehidupan akhirat akan kau peroleh, yaitu surga dan kedekatan dengan-Nya. Maka,
dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau peroleh,
sebab segala suatu patuh kepada Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi
kehidupan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu;
kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi
datangnya bagianmu, karena murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya.
Nabi bersabda: “Dunia dan akhirat adalah ibarat dua istri; jika kau
menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu.” Allah, Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung, berfirman: “Sesungguhnya sebagiandarimu menyukai
kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat.” (QS 2:151) Kesemua
ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah kau. Bila
kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di neraka. Maka
sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang, kata Allah,
sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang sebagian yang lain berada di meja
makan yang di atasnya makanan, bebuahan dan madu yang lebih putih, yang sangat
lazat, daripada ais, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis: “Mereka akan
melihat tempat mereka di surga, sampai Allah selesai meminta pertanggungjawaban
manusia, dan mereka akan memasuki surga sebagaimana mereka memasuki rumah
mereka di dunia ini.” Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan
berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam
berbagai kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal
duniawi, dan pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan
terjadi pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah
Nabi.
Maka pandanglah dirimu dengan
pandangan penuh kasih-sayang, pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara
kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin.
Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah NabiNya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua
pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh perkataan
kosong dan keberlebihan. Allah berfirman: “Segala yang dibawa oleh Nabi
kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah
kepada Allah.” (QS 48:7) “Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyyah
(kepaderian-penyunting), padahal Kami tak mewajibkannya kepada mereka.” (QS
57:27) “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (QS 53: 3-4) Maknanya: “Segala
yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka
ikutilah.” “Jika kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan
mencintaimu.” (QS 3:30) Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan
perilakunya. Nabi Suci saw bersabda: “Berupaya adalah jalanku dan beriman
kepada Allah adalah keadaanku.” Maka, kau berada di antara upaya dan
keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti berupaya, dan jika imanmu teguh, kau
mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: “Dan kepada Allahlah kau mesti berharap.”
“Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya.” (QS 65:3)
“Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya.” (QS 3:158) Nah,
Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga
diperintahkan. Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa berbuat sesuatu yang tak kami
perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak.” Hal ini meliputi kehidupan, kata
dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan
Quranlah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak
binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tak menyesatkanmu. “Jangan ikuti hawa
nafsu, karena ia akan memalingkanmu dari jalan Allah.” (QS 38:26) Adapun
keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan
terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah
mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
RISALAH KE TIGA PULUH TUJUH, IA BERKATA:
Wahai orang-orang yang beriman,
kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperoleh
rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tahu bahwa yang demikian ini
melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci
oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi bahwa Allah berfirman: “Seorang yang
iri hati adalah musuh rahmat Kami”? Belumkah kau dengar sabda Nabi:
“Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api melahap
habis bahan bakar”? Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang
malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia
Allah baginya, maka berarti kau tak selaras dengan firman-Nya: “Kami karuniakan
di antara mereka rizki mereka rizki mereka di kehidupan duniawi ini.” (QS 43:32)
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia
Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya
sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu
kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebihzalim, serakah dan bodoh selainmu?
Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya: “Firman Kami takkan
berubah, dan Kami tak menzalimi hamba-hamba Kami.” (QS 1:29) Sesungguhnya Allah
takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu dan takkan
memberikannya kepada selainmu.
Maka, lebih baik bagimu iri terhadap
bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak dan batu-batu
mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, seperti ‘Ad, Tsamud, para
raja serta kaisar Persia dan Romawi – daripada iri terhadap saudaramu. Hal ini
seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentara,
kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras
mereka demi keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tak iri
terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada salah
seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa
makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang ini mulai iri terhadap
anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan
kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina
sikap agamis dan ridha dengan nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang
lebih bodoh daripada orang ini? Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa
yang mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak
mematuhi Allah, padahal ia menikmati karunia-karuniaNya dan tak memanfaatkan
karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya? Belumkah kau dengar keterangan
ini: “Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari
Kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan gunting,
karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita kesulitan.” Maka
tetanggamu akan menginginkan, pada Hari kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini,
karena pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama
lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi
yang telah direguknya. Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan
Arsy Allah, sembari makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu dalam
menghadapi nasibmu dan keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah
menjadikanmu orang yang sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas
rahmat-Nya dan memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.
RISALAH KE TIGA PULUH
LAPAN, IA BERKATA:
Barangsiapa menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan
sungguh-sungguh, berarti ia mencampakkan segala selain-Nya siang dan malam.
Wahai manusia, jangan mengklaim (mengaku) segala yang tak kau miliki. Esakanlah
Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu sasaran
kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu. Dan siapa pun yang
memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti dari-Nya.
RISALAH KE TIGA PULUH
SEMBILAN, IA BERTUTUR:
Melakukan sesuatu karena nafsu, bukan karena perintah Allah,
berarti menyimpang dari kewajiban dan menentang kebenaran. Melakukan sesuatu,
bukan karena nafsu, berarti selaras dengan kebenaran, sedang mencampakkannya,
berarti kemunafikan.
*******************************************************************
Sampai disini dahulu bahagian 1 terjemahan dari kitab Futuhul Ghaib karya Syeikh Mughyideen Abdul Khadir al Jailani. Diharap kalian ulang beberapa kali menbacanya supaya dapat memahami isi kandungan kitab ini agar dapat diperatikkan dan menjadi panduan kepada kehidupan serta perjalanan menuju Allah yg kalian usahakan dan dapat membimbing ahli keluarga kalian semua. Nantikan pula bahagian keduanya dipost yang akan datang. Sekian
ZAMAN