Bismillah…
Malam itu, malam kemuncak program OASIS (orientasi junior). Saya hanya duduk di luar dewan menunggu seorang teman.
Sambil menunggu, dari kejauhan ku lihat sosok tubuh orang tua yang biasa kulihat menghampiri.Ya itu pak cik yang biasa kulihat kelibatnya sebelah pagi menjual koran (surat kabar) di fakulti farmasi dan sebelah petangnya menjual tali kasut. Pak cik tu sudah biasa menjadi topik keluhan kasihan kami rakan-rakan.
Terpacak dia di depanku, memulakan bicara:
“Lagi ngapain ini neng? ada acara?”
“Ya pak.. acara buat anak2 Malaysia. Gaya ospek. Meraikan junior yang baru masuk”
Dia hanya mengangguk.
Soalan timbul bertubi-tubi dalam benak. Maka ku lontarkan soalan, soalan yang membuat kami berbual panjang.
“Bapak lagi ngapain disini? Bapak tinggal di mana?”
“Di belakang neng. Di belakang itu ada surau kecil. Bapak disitu.”
“Surau? jadi bapak seorang disitu?”
“Iya neng. tapi ga apa2 soalnya jam 12 malam pun masih ada mahasiswa yang datang solat. Disini (lapangan GOR) jam 12 malam kebiasaannya masih ada acara. Bapak menumpang aja di surau itu, sambil bapak juga bisa bersihin suraunya. Syukur aja bapak bisa menumpang”
Dipendekkan cerita, persoalan yang aku kesali dek rasa ingin tahu telah membuat pak cik itu menceritakan segala kisah kehidupannya.
“Bapak seorang? bapak ga(tidak) punya anak atau isteri?”
“Bapak ada anak (berbelas, lupa berapa orang) sama isteri yang lagi tinggal di Garut. Setiap minggu bapak bawa pulang beras sama makanan. Isteri bapak tani(bercucuk tanam). Anak bapak yang di kalimantan sudah meninggal, dan tinggalkan anak 3 orang yang sekarang ini bapak yang menjaganya. Bapak ga bisa kerja di tempat lain karena tidak diterima, sudah tua katanya”
“Tapi alhamdulillah neng. Allah masih kasi bapak sehat walau umur itu udah 73. Alhamdulillah neng… Masih bisa keliling UNPAD menjual koran paginya sama tali sepatu sorenya. Alhamdulillah anak2 bapak juga masih bisa bapak kasi makanannya. Ga kelaparan” dipanjatnya kata-kata syukur dalam kesulitan.
“ Cuma saat ini, saat paling susah buat bapak neng. Anak-anak itu udah masuk SMA(sekolah menengah), juga dua orang lagi masih di SD (sekolah rendah) Sulit untuk biayanya”
Dalam kegelapan malam, cuma disinari cahaya yang malap, ku lihat tetes demi tetes air matanya mula mengalir, disapunya pantas cuba melindungi.
Tertahan-tahan suaranya bercerita.
Makin deras air mata bila kata2 pasrah bertawakal pada Allah terbit dari hatinya. Makin sedih bila ketakutan Allah mencabut nyawanya, apa nasib anak dan cucunya di Garut”
Jauhnya bapak ini mencari rezeki dari tempat asalnya…
Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap hambanya…
Sekurang-kurangnya, pak cik ini memilih untuk terus berusaha bukan dengan meminta-minta.
“Bekerjalah hai keluarga Dawud, untuk bersyukur. Dan sedikit sekali di antara hambaKu yang pandai bersyukur” (Saba’ 34;13).
Bukan untuk terus bersedih semata-mata pula yang patut kita kutip dari kisah ini..
Tetapi….Bersyukurlah…Bersederhanalah… Dan sedarlah kita hanya hamba Allah yang hidup sementara dimuka bumi ini, dan Allah tidak menciptakan kita tanpa sebab. Ada tanggungjawab dan sebab kita berjalan di muka bumi ini.
Ya! kisah hidup kita tak sama! kita masing-masing ada kisah untuk dilakarkan! ada kisah untuk dikongsikan… Namun, pengajaran itu harus dikutip menjadi pedoman hidup.
Sebak makin tak tertahan bila melihat mulut pak cik ni tergagap-gagap menangis sambil mendoakan…
~Syukur pada Allah yang masih sudi ajar dan terus mengajar diri ini. Setiap jodoh dan kejadian itu Allah telah tetapkan dan ada hikmah disebaliknya. Maka celikkanlah mata…
“Allah tidak membebani seorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami…” (al-baqarah 2; 284-286)
~Hidup diteruskan dengan mencari redhaNya. Tundukkan pandangan dan teruskan perjuanganmu!~
p/s: Banyak pengajaran yang dapat dikutip dari peristiwa malam itu.
wallahua’lam..