Hari ini kita
bersama-sama merayakan hari Pentakosta, yaitu hari turunnya Roh Kudus. Pada umumnya hari pentakosta tidak mendapat
tempat terlalu penting bagi kebanyakan gereja.
Kalau Natal dan Paskah biasanya dibuat perayaan besar-besaran, disusun
panitia jauh-jauh hari, dibuat acara yang menarik, dan mengeluarkan biaya yang
sangat banyak. Namun di hari pentakosta, semuanya tampak biasa. Tidak perlu
mempersiapkan panitia, dilakukan ibadah seperti biasa karena selalu jatuh di
hari minggu, tidak perlu mengeluarkan biaya speserpun, hanya cukup
mempersiapkan tema yang berhubungan dengan itu.
Kalau diumpamakan sebagai seorang anak, mungkin hari Pentakosta itu
seakan-akan seperti anak tiri yang tidak terlalu dianggap. Bahkan seandainya jika saya mewawancarai
beberapa jemaat disini tentang apa itu pentakosta, saya kira beberapa akan
menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak tau.
Beberapa orang malah mengira bahwa Pentakosta itu hari kenaikan Tuhan
Yesus. Ini menunjukkan betapa banyak orang
/gereja yang tidak menganggap penting hari pentakosta.
Namun demikian, bukan
berarti hari Pentakosta bukanlah peristiwa yang penting. Tidak!
Hari ini kita sedang memperingati hari yang sangat istimewa, hanya saja
sering terlupakan. Bagi orang-orang Yahudi jelas momen pentakosta
adalah momen yang sangat penting. Setelah
umat Israel terbebas dari perbudakan Mesir dengan keperkasaan Tuhan yang mereka
kenang sebagai hari Passover atau paskah, 50 hari setelah peristiwa itu Tuhan
memberikan 10 perintah Allah di gunung Sinai kepada Musa. Bukan cuma itu, bagi orang Yahudi di
perjanjian Lama, hari pentakosta itu merupakan hari panen besar-besaran, yang
menunjukkan pemeliharaan Tuhan. Semua
itu terjadi di hari ke-50 setelah pembebasan dari perbudakan Mesir, karena itu
mereka menyebutnya pentakosta, yang berarti: hari ke-50. Tuhan memerintahkan orang Yahudi untuk merayakannya setiap tahun secara
besar-besaran.
Itu bagi orang
Yahudi. Bagi Kekristenan saat ini pun
hari pentakosta juga merupakan peristiwa yang penting. Pentakosta melambangkan sebuah era baru
dimana Tuhan bekerja dalam kehidupan anak-anak-Nya melalui Roh Kudus. Kalau
zaman PL orang menyebutnya sebagai zaman Allah Bapa, dimana Allah bapa sering
bersuara dan menyampaikan Firman secara langsung; Memasuki awal zaman-zaman PB secara khusus
bagian kitab-kitab injil seperti Matius, Markus, Lukas, Yohanes, orang-orang menyebutnya sebagai zaman Allah anak, dimana
Allah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus. Memasuki zaman kisah rasul, sampai zaman kita
tinggal sekarang, kita hidup dalam zaman
Allah Roh Kudus; dimana Roh Kudus yang berperan menjaga iman orang-orang percaya, dan
memelihara kehidupan orang-orang percaya.
Ya, sampai saat ini Roh Kudus terus bekerja atas hidup orang percaya. Bahkan bisa dibilang terbentuknya gereja yang
paling pertama dalam sejarah kehidupan kita itu karena buah karya Roh
Kudus. Dan semuanya itu diawali melalui hari
pentakosta. Itulah sebabnya saya
mengatakan bahwa hari Pentakosta itu penting bagi kita, yaitu sebagai hari
dimana kita merayakan akan turunnya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang
percaya sampai saat ini. Sebab itu tidak bisa tidak, di hari Pentakosta
ini mari kita bersama-sama belajar kembali akan peran Roh Kudus dalam hidup
kita.
Sebenarnya
apa sih peran Roh Kudus?
Seorang kawan
saya pernah mendatangi saya, ia membuka kitab Kisah Rasul pasal 2 seperti yang
sudah kita baca barusan, ia menyuruh saya membaca dan kemudian ia berkata:
“Lihat Fong, Hari Pentakosta ditandai dengan para rasul dikuasai Roh Kudus, dan
lalu mereka berbicara dengan bahasa-bahasa lain. Itu bahasa Roh Fong. Seharusnya orang yang memiliki Roh Kudus juga
memiliki karunia ini. Bahkan gereja yang
memiliki Roh Kudus juga harus bisa berbahasa Roh.” Wah, mendengar hal itu pertama saya rasa ada
benarnya. ‘Benar juga pendapatnya’ itu
yang ada di benak saya waktu itu. Dan saya setuju
dengan ungkapannya. Namun ketika saya mempelajari Alkitab lebih dalam,
saya menemukan hal yang berbeda. Dalam
kisah selanjutnya, ketika Roh Kudus juga turun di Samaria (Kis 8:14-17), ternyata
Roh Kudus turun dengan adem ayem, tanpa ada gempa, tanpa lidah api, dan juga
tanpa orang-orang yang menerima Roh Kudus itu kemudian semua bisa berbahasa
roh. Tapi Alkitab mencatat dengan jelas bahwa
mereka menerima Roh Kudus. Jadi
kesimpulannya adalah: Bahasa Roh ternyata
bukanlah tanda bahwa seseorang sudah memiliki Roh Kudus atau belum. Itu sebabnya jika ada orang berkata bahwa
gereja a atau b tidak punya roh kudus karena gereja itu tidak bisa berbahasa
roh, itu salah besar. Karena bahasa roh
bukanlah tanda bahwa sebuah gereja memiliki roh kudus atau tidak.
Pernah juga
saya mendengar orang berkata tentang gereja kita pada awal saya melayani di
tempat ini. Saya ingat benar, pada tahun
2010 ketika saya masih praktek di tempat ini, dan ketika gereja kita sedang
fokus membangun SD – SMU Zion yang saat ini sudah berdiri kokoh; Ada seorang, yang saya sendiri tidak tau
siapa dia,berkata demikian “Gereja GKKA tidak mempunya Roh Kudus. Lihat aja, bangun sekolah saja tidak
jadi-jadi.” Tapi benarkah demikian?
Sungguhkah sebuah gereja dapat diklaim tidak memiliki Roh Kudus hanya jika ia
lambat membangun gedung sekolah atau gereja?
Saya kira perkataan seperti ini tidak dapat dipertanggung jawabkan
bukan? Jadi apa sih ciri sebuah gereja
atau seseorang yang memiliki Roh Kudus?
Ketika saya menyelidiki
lebih lanjut kitab Kisah Para Rasul, saya menemukan ada satu ciri pasti bagi
orang yang sudah menerima dan memiliki Roh Kudus. Apa itu?
Ciri utamanya ialah: Seorang yang menerima Roh Kudus hidupnya akan
menjadi saksi bagi sekitarnya. Semakin
seseorang dipenuhi Roh Kudus, maka semakin kesaksian hidupnya semakin
memberkati banyak orang. Roh Kudus berperan
menjadikan dan memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.
Tentu saya mengatakan
hal ini ada dasarnya. Kalau kita
mempelajari kitab Kisah Rasul, maka kita akan menemukan kebenaran ini. Pasal 1:8 merupakan ayat kunci dari
keseluruhan kitab ini yang berbunyi “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan Kamu akan
menjadi saksi-KU di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.” Coba perhatikan
kata-katanya “....kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, kamu akan menjadi
saksi-KU.....” Inilah yang menjadi
tema utama dari kitab Kisah Para Rasul, bagaiman Roh Kudus memimpin semua orang
percaya untuk menjadi saksi Kristus.
Kesaksian itu dimulai
dari peristiwa Pentakosta. Ketika mereka
berkumpul disuatu tempat, dan Roh Kudus turun atas mereka, tiba-tiba mereka
berbicara dengan bahasa lain yang bukan bahasa mereka. Saya tidak setuju ketika dikatakan bahwa
bahasa lain ini disamakan dengan bahasa Roh yang biasa kita dengar
sekarang. Mengapa saya tidak setuju? Karena bahasa roh yang diucapkan orang-orang
saat ini tidak dimengerti oleh orang lain yang mendengarnya. Namun bahasa yang diucapkan para rasul
pada waktu itu berbeda, semua bahasa itu bisa dimengerti oleh orang lain. Bahkan bahasa mereka bisa dipahami oleh
berbagai suku bangsa: yaitu orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia,
Yudea, (ada 12 suku), dll. Orang-orang
yang berkumpul waktu itu tercengang-cengang karena mendengar para rasul itu
mendadak bisa bicara dalam bahasa mereka.
Saya ga bisa bayangkan. Misalkan saya bicara bahasa samarinda disini “Unda handak
kasi tau ikamlah, kada kawa bujur-bujur kah nyawa” – Eh, tiba-tiba bapak ibu
mendengar dalam bahasa Makassar ‘Saya kasi tau mako na, baji-baji mako.” Eh
beberapa orang lagi mendengarnya dalam bahasa mandarin “Wo kau su ni
na,...” Pasti mencengangkan bukan? Itulah yang terjadi di hari
pentakosta. Dan itulah kesaksian yang
pertama semenjak Roh Kudus turun. Roh
Kudus menjadikan orang-orang percaya itu menjadi saksi bagi bangsa-bangsa lain,
sebagai penegasan bahwa semua bangsa kelak akan menerima Kristus.
Setelah peristiwa itu,
ketika orang-orang percaya sudah menerima Roh Kudus, perikop berikutnya
(2:14-40) menceritakan tentang bagaimana Petrus menyampaikan kesaksiannya
tentang Kristus kepada banyak orang, dan 3000 orang bertobat karena
kesaksianya. Semua orang terheran-heran,
karena Petrus hanyalah seorang nelayan biasa yang tidak berpendidikan. Tetapi hari itu ia bisa bersaksi dengan luar
biasa hingga mempertobatkan begitu banyak orang. Bagaimana
mungkin? Roh Kuduslah yang memberikan
kuasa bagi Petrus untuk melakukan itu semua.
Yesus sendiri pernah berkata dalam Yohanes 14:26 “tetapi penghibur,
yaitu Roh Kudus, yang akan kuutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu.” Jelas disini
Roh Kudus yang memampukan dan memberikan keberanian kepada Petrus untuk berkata-kata. Roh Kudus yang mengubah dan memperlengkapi
Petrus untuk menjadi saksinya.
Bukankah kita
sering dibuat tercengang dengan kehidupan seseorang yang dulunya begitu rusak,
namun tiba-tiba berubah 180 derajat. Saya
pernah mengenal seorang yang dulunya adalah pecandu Narkoba yang juga sekaligus
bandar narkoba kelas kakap. Namun
beberapa tahun saya tidak berjumpa dengannya, tiba-tiba saya mendengar ia saat
ini sedang belajar di sekolah Alkitab menyerahkan diri menjadi seorang hamba
Tuhan. Ada juga seorang Kristen yang dulunya saya kenal sebagai
seorang yang sangat minder. Ia sangat
tidak berani berdiri didepan orang-orang banyak. Namun kini ia melayani sebagai seorang
motivator yang memberkati banyak orang.
Ada juga seorang yang dulunya kalau bicara gagap, tidak jelas apa yang
dibicarakan. Namun beberapa waktu
lamanya saya tidak berjumpa dengan dia, sekarang ia sudah menjadi Liturgos
handalan di gerejanya, yang memberkati banyak orang.. Bagaimana mungkin mereka bisa berubah
demikian? Saya percaya Roh Kuduslah yang
mengubah mereka. Roh Kudus mengubah, memperlengkapi
dan memampukan mereka untuk dapat menjadi saksi-saksi Kristus. Roh Kudus itu jugalah yang mengubah Petrus
menjadi rasul yang sangat berkuasa.
Bukan hanya kesaksian
secara verbal, selanjutnya (2:41-47) dikisahkan tentang bagaimana jemaat
mula-mula itu menjadi saksi melalui perilaku mereka. Mereka menjadi saksi Kristus ketika mereka
berbagi kasih kepada sesama yang membutuhkan, walau harus mengorbankan
kenyamanan diri sendiri. Alhasil melalui kesaksian hidup mereka, jemaat yang
percaya semakin bertambah. Pasal 3 sampai 5 banyak berbicara tentang kesaksian
rasul-rasul dan jemaat mula-mula, kisah tentang Petrus menyembuhkan orang
lumpuh, kisah salah satu jemaat mula-mula yang bernama Barnabas yang dikatakan
sebagai penghibur, dsb.
Dipasal 6-7 muncullah
saksi yang lain yang bernama Stefanus yang dikatakan sebagai seseorang yang
penuh dengan Roh Kudus. Stefanus
bersaksi bagi banyak orang, dan hasilnya ia menjadi martir pertama bagi
kekristenan. Pertama orang mengira
kesaksian Stefanus itu sia-sia belaka.
Tapi orang-orang itu keliru.
Karena dari kesaksian Stefanuslah akhirnya injil pertama kalinya keluar
dari lingkungan Yudea. Dipasal 8
dikisahkan bagaimana Filipus bersaksi di Samaria dan Etiopia. Dan sisa pasal selanjutnya kita melihat
bagaimana Paulus, Barnabas, dan para rasul lainnya, dengan berani menjadi saksi
menyampaikan tentang Kristus kepada banyak orang. Sampai akhirnya tergenapilah apa yang Tuhan
katakan di awal “....Kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea,
Samaria, dan sampai ke ujung bumi”.
Inilah kunci dalam cerita di kitab kisah rasul. Roh Kudus turun memampukan mereka menjadi
saksi-saksi Kristus.
Jadi dapat dikatakan
bahwa seseorang yang mempunyai roh Kudus adalah seseorang yang menjadi saksi
bagi banyak orang. Karena jika Roh Kudus
ada dalam pribadi kita, tidak bisa tidak, ia akan mendorong kita untuk menjadi
saksi-saksi Kristus. Semakin seseorang
dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin kehidupannya menjadi saksi dan berkat bagi
banyak orang. Karena itu jika kita ingin
mengetahui apakah Roh Kudus ada dalam hidup kita atau ada dalam sebuah gereja,
cobalah untuk melihat kehidupan kita, apakah hidup kita sudah menjadi saksi
yang hidup. Sudahkah hidup kita
menyatakan kasih Kristus di tengah dunia.
Sudahkah hidup kita memberkati orang disekitar kita. Itulah tanda utama seseorang yang hidupnya
dipenuhi oleh Roh Kudus.
Bagaimana caranya agar hidup kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus? Pertama:
Mari kita rendahkan hati kita untuk dibentuk dan mau dikuasai Firman
Tuhan. Jauhkah segala keegoisan diri
kita. Ego diri merupakan penghalang
utama Roh Kudus berkuasa dalam diri kita.
Sebaliknya, kuasai hidup kita dengan Firman Tuhan. Semakin kita membiarkan diri kita dikuasai
Firman Tuhan maka semakin hidup kita akan dikuasai Roh Kudus. Orang yang dikuasai Firman Tuhan itu tidak
menjalankan hidupnya berdasarkan egonya.
Sebab itu mari kita terus merenungkan Firman Tuhan dan membiarkan Firman
itu menguasai hidup kita. Semakin kita
dikuasai oleh Firman Tuhan, semakin kita dipenuhi oleh Roh Kudus, dan semakin
hidup kita menjadi saksi yang hidup bagi banyak orang.
Selain itu milikilah kepekaan akan suara Roh Kudus. Kadang Roh Kudus bisa sewaktu-waktu berbicara
lewat hati kita untuk menggerakan kita untuk melakukan sesuatu. Pekalah dan taatlah akan hal itu. Ketika di
seminari, saya berjumpa dengan seorang adik kelas yang duduk sendiri. Saya menyapa dia dan diapun tersenyum menyapa
saya. Namun ketika saya hendak pergi
meninggalkan dia, tiba-tiba suara nurani berkata ‘Fong, dia lagi ada masalah,
coba kamu dampingi dia.’ Tapi logika
saya mengatakan ‘gak tuh, dia tadi senyum-senyum kayak ada masalah.’ Tapi saya berusaha mentaati apa yang menjadi
bisikan pertama yang saya yakin itu bisikan Roh Kudus. Saya menghampiri dia dan saya bertanya
“apakah kamu ada masalah?” Iapun
terkejut, dan berkata, “kok kamu tau kalau saya lagi ada masalah?” Lalu ia menangis, dan menceritakan semua
pergumulan hidupnya yang berat. Setelah
ia cerita iapun merasa lega. Kadang-kadang kita merasakan dorong itu
bukan? Biss, Jika Roh Kudus mendorong
kita untuk melakukan sesuatu pelayanan, jangan ditahan-tahan. Tapi pekalah dan taat lakukan apa yang
diminta. Semakin kita peka terhadap
pekerjaan Roh Kudus, semakin hidup kita dikuasai oleh Roh Kudus.
Ingatlah, menjadi saksi
itu bukan sekedar menyampaikan Firman Tuhan di atas mimbar seperti para hamba
Tuhan yang ada di gereja-gereja. Tapi
menjadi saksi itu juga dapat ditunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari, melalui
perbuatan kasih kita, melalui kebaikan hati kita, melalui telinga-telinga yang
mau mendengar keluh kesah orang lain, dan melalui tindakan, atau juga melalui
teladan hidup kita. Seberapapun hebatnya
seseorang, seberapa multitalentednya ia, seberapapun banyaknya kemampuan yang
ada pada seseorang, namun jika bukan Roh Kudus yang bekerja maka sia-sialah
semua upayanya. Sebaliknya, jika ada seorang
yang sederhana sekalipun, yang tidak pandai bicara, yang tidak punya banyak
kemampuan, namun bila hidupnya penuh dengan Roh Kudus ia akan menjadi berkat lewat
kesaksiannya hidupnya.
Ada seorang
bapak yang sangat sederhana. Ketika ia
percaya kepada Tuhan, Roh Kudus memenuhi hidupnya. Ada kerinduan yang besar dalam dirinya untuk
bersaksi. Tetapi bapak ini tidak punya
kemampuan apa-apa. Uang tidak punya,
keahlian tidak punya, bicara pun tidak pandai, sehingga ia harus berpikir keras
bagaimana caranya bersaksi tentang Kristus.
Akhirnya ia menemukan satu cara untuk bersaksi. Bagaimana caranya? Tiap hari ketika ia pergi bekerja naik kereta
api, sebelum turun ia menepuk pundak orang-orang dan berkata “Percaya Tuhan,
kalau tidak masuk neraka.” Habis
mengatakan itu ia pergi. Hanya itu yang
bisa dilakukan oleh bapak sederhana ini selama bertahun-tahun. Setahun, dua tahun, sampai beberapa tahun ia
melakukan hal yang sama dengan setia.
Namun sampai suatu titik ia berpikir bahwa apa yang ia lakukan sia-sia. Ia merasa tidak ada orang yang bakal bertobat
hanya jika ia berkata demikian. Iapun
mulai putus asa. Sampai suatu ketika,
saat bapak ini sedang duduk-duduk santai.
Seorang pemudi datang kepadanya dan berkata “pak, mungkin bapak tidak
mengenal saya, tapi saya mau mengucapkan terimakasih kepada bapak.” Bapak itu terheran-heran. Kemudian pemudi ini melanjutkan perkataannya
“Dulu hidup saya kacau, hidup seenaknya, namun ketika bapak menepuk saya dan
mengucapkan kalimat singkat itu, saya tersentak dan berpikir, bagaimana jika
saya mati saat ini, pasti saya masuk neraka.
Semenjak itu saya mulai mencari Tuhan.”
Mendengar hal itu bapak itu kembali bersemangat untuk bersaksi. Roh Kudus lah yang memampukan bapak itu
menjadi saksi melalui kesederhanaanya.
Bagaimana dengan kita?
Sudahkah hidup kita dipenuhi oleh Roh Kudus? Sudahkah kita menjadi saksi yang hidup bagi
orang lain? Seorang ayah yang dipenuhi
Roh Kudus akan menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagai kesaksian yang hidup,
dimana anak-anaknya respek dan mengagumi dia sebagai seorang kepala keluarga. Seorang ibu yang dipenuhi Roh Kudus, ia mampu
mempertobatkan suaminya yang belum percaya melalui sikapnya yang baik. Seorang pekerja yang dipenuhi Roh Kudus dapat
membuat rekan-rekannya yang belum percaya menjadi tertarik untuk mengikuti apa
yang kita percayai karena kesaksian hidup kita yang jujur dan
berintegritas. Seorang pelajar yang
dipenuhi Roh Kudus akan menjadi panutan bagi teman-temannya atas seluruh
pergaulannya yang berbuah. Intinya,
seorang yang dipenuhi Roh Kudus, kehidupannya akan menjadi saksi bagi banyak
orang. Sudahkah kita hidup dipenuhi Roh
Kudus?
Mungkin pertanyaan yang lebih penting: Maukah hidup kita dikuasai oleh Roh
Kudus? Maukah hidup kita menjadi berkat
bagi sesama kita? Maukah kita menjadi saksi yang hidup untuk orang lain? Kiranya di hari Pentakosta ini, setiap kita
dapat mengambil komitmen kembali untuk hidup dipenuhi oleh Roh Kudus dengan
menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.