Keadilan makin mengukuhkan diri sebagai sebuah mimpi indah yang terlalu mewah untuk diraih mereka yang hidup dalam gusuran lumpur panas lapindo yang terus meluber. Pengadilan Negeri Jakarta pusat yang mengukuhkannya. Para hakim menolak gugatan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) terhadap pemerintah dan Lapindo Brantas Incorporated (Inc) terkait penanganan semburan lumpur di Porong Sidoarjo.
Para hakim yang terhormat itu bilang, Lapindo sudah maksimal menangani korban, karena mereka udah mengeluarkan kebijakan diantaranya membentuk tim penanggulangan lumpur. Mereka pengungsikan penduduk ke Pasar Porong, menyediakan angkutan, membayar kontrak rumah, menanggung sekolah anak2 korban, membayar jatah biaya hidup, dan sebagainya. Hakim juga bilang pemerintah tidak terbukti melakukan perbuatan yang melawan hukum akibat tidak terpenuhinya hak ekonomi dan sosial para korban semburan lumpur.
Apa iya kenyataannya seperti itu? Benar korban mengungsi ke Pasar Porong, sebab tak mungkin membiarkan diri mereka mati tertimbun lumpur panas. Benar mereka disediakan angkutan ke pengungsian, tapi setelah itu, mereka digusur dari pengungsian. Benar mereka diberi jatah biaya hidup, nasi bungkus yang sudah basi. Benar mereka dibayarin kontrakan rumah, tapi sisanya 80 persen, akan dibayar kapan2, tak sepadan dengan kerugian yang mereka alami. Sekolah anak- anak dibayarkan? Di sekolah bawah tanah, eh, lumpur?
Kenapa hakim tak melihat kenyataan awal, bahwa Lapindo lalai hingga terjadi semburan lumpur panas? Mengapa hakim tak melihat kenyataan kini, bahwa pemerintah memang tak peduli dan tak memilih menyelamatkan ribuan nyawa tapi memilih menyelamatkan satu orang, sang pemilik modal? Mengapa persoalan kesengsaraan para korban direduksi menjadi "Lapindo udah ngeluarin banyak duit", padahal itu karena kelalaiannya sendiri?
Ouh, si pemilik modal sibuk kampanye cuci tangan. Dan si bapak sibuk kampanye cuci piring. Padahal mereka juga pelaku!!! Benar2 gajah di pelupuk mata ga keliatan tapi semut di seberang benua tanpa pake teropong dan radar pengintai bisa keliatan.
Ah, benar kata para korban, hanya pengadilan Allah yang bisa adil! Tapi ini bukan kalimat untuk menyerah. Esok masih panjang, berpegangan tanganlah, berjuang bersama!
Rabu, 28 November 2007
Kampanye cuci tangan dan cuci piring
Senin, 19 November 2007
Sssttt...Besan Katanya Terlibat!
Lagi2 pers disalahin. Ical gerah disebut sebagai pejahat lingkungan oleh Jaksa Agung Hendarman Supandji, maka yang disalahin wartawan. Kata Ical (dengan gaya pongahnya), Hendarman ga ngomong gitu, tapi wartawan memelintir ucapannya. Padahal, sehari sebelumnya, Hendarman memang ngomong gitu dan mengambil contoh peristiwa Lumpur Lapindo sebagai bentuk kejahatan lingkungan yang berdampak luas. Tidak hanya itu, Hendarman menyebut tindak pidana oleh pelaku ekonomi atau perseroan ternyata mempunyai dampak yang lebih luas daripada kejahatan perorangan.
Nah, si bos lumpur itu bilang dia ga keganggu dengan pernyataan orang lain yang menyebutnya sebagai penjahat lingkungan, tapi buru2 minta klarifikasi ke Hendarman. Ical juga menantang orang untuk membuktikan tentang adanya kerusakan lingkungan dalam pengelolaan lumpur Lapindo, tapi dia udah lebih duluan masang iklan di koran bahwa Lapindo bukan kejahatan lingkungan.
(saya akan bikin pengakuan memuakkan. di koran, saya mendampingkan berita ini dengan iklan Ical. ada 'pagar api' tapi tak bisa dilihat semua orang sebagai pagar api. ah, menyedihkan, saya memang telat masuk kelas pelajaran tentang amnesia)
Lalu saat ditanya soal biota sungai yang menggelapar dan kemudian mati di sepanjang sungai Porong yang dialiri lumpur Lapindo, otak kadalnya mengeluarkan jawaban: "Ah Porong itu kan asalnya dari laut, makanya airnya asin. Yang keluar dari lubang pancaran itu asin bukan tawar". Ya Tuhan, apa ga pengen nabokin manusia satu ini?
Ketika Ical ngomong begitu, di luar pagar istana, para korban lumpur Lapindo yang cuma diwakili 20-an orang itu sedang bentrok dengan polisi yang jumlahnya dua kali lipat. Bukan lawan yang seimbang. Tapi bukankah orang-orang yang datang menuntut haknya memang harus dimatikan agar pemerintah tetap terlihat baik dan tak kekurangan wibawa?
Korban lumpur itu, tak berhak mengkritisi Kepres yang mengatakan ganti tekor tanah rakyat akan diangsur 20 persen dan sisanya dibayar kapan-kapan. Jadi, ketika mereka menuntut pembayaran ke tukang janji di istana itu, protokoler istana tinggal menagih surat permohonan-bertemu-tuan- presiden-nya. Dan korban pun berseru: Apa presiden juga berpikir, Lapindo itu minta ijin kami dulu apa tidak ketika menenggelamkan rumah-rumah kami di Sidoarjo?
Sssttt..., jangan brisik pak! Tuan Presiden dan anak emasnya sedang berunding, memilih pohon yang akan ditebang karena katanya sang besan juga tengah terlibat!
Rabu, 14 November 2007
Ikut Wamil Lalu Lawan!
Ada obrolan tentang harga minyak dunia yang terus melambung. Di pinggiran sana, ada antrian panjang orang2 yang ingin membeli minyak tanah dengan uang pas-pasan, karena tabung gas yang dijanjikan sedang dikirim dari luar negeri. Ada pengeboran yang menghasilkan berjuta kubik lumpur di sana, menimbun sumber kehidupan orang-orang, menyingkirkan pemiliknya, jauh dari tanah tumpah darahnya.
Ada kabar dari AP, di India, tiga petani meninggal karena berunjukrasa menentang seorang pengusaha asal Indonesia yang akan mendirikan pusat industri kimia perminyakan di lahan pertanian mereka. Di desa-desa kita, perampasan tanah juga masih terjadi. Sementara di kota, setiap hari ada penggusuran, agar yang kumuh dan miskin, tersingkir jauh dan tak terlihat mata pejabat.
Ada kata2 baru dalam rapat penting para pejabat, remunerasi. Katanya, gaji 2.000 orang dari mereka harus dinaikkan. Sementara di luar sana, 37.000.000 jiwa berkutat dalam kemiskinannya. Tak tahu arti remunerasi. Mereka hanya bisa mencari sesuap nasi di belantara beton, karena di belantara hutan, tak ada lagi yang bisa dipunguti. Hutan sumber hidup mereka, telah habis dimakan cukong (dan dibagi sedikit untuk pesta pemilihan presiden) sebelum kabur entah kemana.
Ada tangis pilu dekat padang ilalang sana. Seorang anak tersambar peluru dalam latihan menembak berseragam loreng. Di kampung sebelah, ada tangis juga setelah banyak kematian karena gigitan nyamuk dan kotoran unggas? Seorang lagi mati terkena ranjau ketika berjuang mendapatkan pecahan ranjau untuk dijual ke pasar loak, karena harganya konon mahal, bisa untuk makan anak istri 3 hari ke depan.
Berhentilah mengeluh, berhentilah menangis. Sebentar lagi ada latihan militer besar-besaran. Walaupun 97 persen dananya masuk ke kantong safari mereka, kalian bisa makan nasi gratis di atas ompreng. Walaupun latihannya berat, mungkin akan membuat kalian kuat untuk melawan ketika teraniaya! Ya, Lawan!
Sabtu, 10 November 2007
Menunjuk Gajah di Pelupuk Mata
Bahasan blog soal kopas-mengkopas dan contek-menyontek lagi ngetren. Saya akhirnya pengen ikut gerbong yang rame itu sebagai penumpang. Saya pernah mengalami kejadian serupa. Postingan saya dikopas utuh di sebuah blog. Saya baru tau postingan saya dikopas, setelah diberitau Bu Polwan yang suka kebangetan ituh, hehehe. Rasanya? Aneh...seperti bertemu hasil kloningan setelah dewasa. Rasanya juga agak sebel karena aaya yang sibuk mikir untuk mencari isu lalu merangkai kata, eh, orang lain tinggal masang di blognya seolah2 sebagai hasil karyanya.
Tapi itu udah berlalu dengan penuh pemakluman (apalagi saya nyadar, postingan itu terinspirasi dari hasil liputan kawan saya di lapangan. walaupun bukan kopas, saya tinggal ngembangin bahan yang ada). Mungkin yang punya blog lagi ada tugas sekolah, belum bisa bikin tulisan sendiri, tapi konsen bikin blog, isinya tinggal kopas dari blog lain. Atau bisa jadi, kopas itu juga salah satu latihan, hehehe.
Lalu akhir2 ini, blog para seleb sibuk membahas kasus serupa, soal kopas mengkopas. Di blog seleb satu ini bahkan dibikin seperti serial. Mulai dari proses mengagumi sebuah blog, lalu membahasnya karena blog yang telah dicitrakan itu diduga blog yang hanya berisi kopasan. Seleb lainnya baru saja ngajak saya ngobrol soal itu. Maaf, kopas cetingan kami udah kehapus, tapi kira2 intinya seperti ini:
Saya: Soal kopas itu, sampe dibahas kek serial ya, Mas, di blognya Ndoro.
Mbilung: Kenapa sampe dibahas rame gitu?
Saya: Mmm...karena dia perempuan, cantik, jadi banyak yang kritik dan sirik
Mbilung: Kira2 kalo saya yang kopas, akan seramai itu juga ga?
Saya: Anda siapa?
Mbilung: Saya seleb
Saya: Mmm...kalo ketahuan
Mbilung: Jadi kalo ga ketahuan, boleh kopas?
Saya: nggak boleeeeeh
Mbilung: Kenapa maling ayam dan pejabat korup nasibnya beda? Padahal sama-sama maling?
Saya: Karena satunya terkenal, satunya orang biasa
Mbilung: Jadi kalo kasusnya kopas blog, kalo seleb yang kopas dan ga ketahuan, gpp?
Saya: Ga boleeeeeehhhh! Jujur kek sama diri sendiri. Tapi kalo kasus kopas, saya juga pernah ngalamin. Saya baru tau setelah dikasih tau sama Tika
Mbilung: Kasus itu juga mungkin sama, tau karena ada yang ngasih tau.
Saya: Ya kalo saya juga tau, punya bukti, saya juga akan ngomong, posting. Jadi penumpang dan ikut ngetop, hehehe
Mbilung: Kalo kamu ngeliat seleb ngopas posting seleb, kamu akan diem aja?
*Mbilung nunjukin gajah di pelupuk mata
Saya: Hah??? Ndoro tau?
Mbilung: Penting ga dia tau?
Saya: *nyengir. Mmm...mungkin semut di seberang lautan keliatan, gajahnya diumpetin. Karena sekarang saya baru ditunjukin gajahnya, ya saya ngasih tau sekarang.
Lalu, saya komentar di blog Ndoro dan Mbilung. Di blog Mbilung saya bilang: Gajah yang di seberang lautan baru keliatan, jadi baru bisa nunjuk sekarang :p nih, gajahnya dan ini. gajah kembar kan? Di blog Ndoro, saya bilang: ndoro, yang terhormat…, saya mau tanya. gimana pendapat ndoro tentang postingan ini dan postingan ini ??? kenapa yang itu ga dibahas, dan postingan sarah di bahas sampai beberapa serial? apa karena sarah cantik, ngetop dan perempuan? atau kalo seleb, boleh kopas? segitu aja pertanyaannya. ma kasih. Oh iya, ternyata, comment di tempat Ndoro sekarang pake moderasi.
Sir, sekian laporan gajah dari seberang lautan :p
UPDATE:
- Comment di blognya Ndoro ga pake moderasi lagi
- Mas Mbilung, Anda benar, tak ada yang peduli. Kawan memang tak boleh dilibas :p
Jumat, 09 November 2007
Warga istimewa itu kabur lagi?
Belum habis rasa kaget saya karena Adelin Lis divonis bebas oleh majelis hakim, padahal jaksa menuntutnya 10 tahun penjara, kini katanya Adelin Lis malah udah menghilang lagi sebelum polisi sempat meringkusnya untuk kasus lain. Ada apa ini, ada apa?
Siapa sih Adelin Lis? Kenapa ia begitu istimewa sehingga konon semua pejabat ingin melindunginya? Katanya lagi, bahkan ada kirim2an surat cinta antara menhut, hakim, polisi, jaksa dan pengacara. Belakangan, konon lagi, mungkin presiden akan disurati juga.
Kenapa untuk kasus ini, kehutanan dan kepolisian bisa berseberangan gitu? Trus, kok begitu njomplang antara tuntutan dan vonis yang diajukan jaksa dan diputuskan hakim? Belajar ilmu hukum dimana ya, mereka?
Lalu, terlihat sangat transparan, sangat jelas, bahkan oleh orang buta, bahwa Menhut membela Adelin Lis ketika Menhut menyerang Polri. Lihat, kata Menhut, "Polri harusnya introspeksi diri dong, lha wong Adelin Lis itu memiliki izin HPH yang dikeluarkan Dephut". Ehm...kok ditelinga saya yang kadang2 budek ini kedengaran seperti: "Heh, polri, berani2nya lu ya! Lu ga tau, gw ini bekingnya Adelin Lis"
Trus Polri menjawab: "Menhut dong yang introspeksi, kan tugas polisi cuma membantu penegakan hukum khususnya UU Kehutanan, pasal 50, bahwa pemegang izin HPH tidak boleh melakukan perusakan hutan". Rasa2nya seperti berbunyi: "Lu boleh jadi beking tapi kan gw bagian keamanan. Bagi2 dong, duit pengamanannya".
Ketika dua gajah berkelahi, semut mati keinjek dan hutannya tetep gundul. Tapi pengacara tetep kek belut, licin abis. Jaksa dimainin, hakim dibodohin, dan bebaslah sang klien. Kita yang ga tau masalah, cuma bisa bengong. Apalagi saya yang buta soal hukum, cuma bisa ternganga2 dan senyum kecut...ada apa sih ini?
Ketika tahun lalu gw nulis di blog ini juga soal Adelin Lis setelah dia ditangkap di Beijing, ada yang nyolot di comment. Katanya, harusnya gw ga cuma katanya katanya, tapi harus membuktikan kalo orang2 yang gw tulisan di blog itu bener2 korupsi. Lho...saya ini cuma seorang pemarah yang nulis di blog ga berguna! Gimana membuktikannya ya? Sekali lagi, apa gw hapus aja blog ga berguna ini? Huh, capek!