Kemaren banyak yang geram (gemas, marah, apalah...liat ndiri di kamus artinya), makanya gw namain postingan ini geram berjamaah. Pertama, Kapolri Jenderal Pol Sutanto mengaku geram dengan keluar masuknya pemasok jaringan narkoba internasional ke Indonesia. Kapolri menuding dunia hukum Indonesia menjadi biang kerok atas merajelelanya aksi jaringan ini.
"Saya minta tolong, jangan dimainkan. Ada vonis yang tiga tahun, ada 20 tahun. Vonislah yang berat," katanya. Hohoho....sadarkah bapak satu ini kalo dirinya termasuk penegak hukum? Sadarkah bapak ini bahwa anak buahnya banyak yang ikut bermain? Sadarkah bapak satu ini bahwa, KONON, salah satu kasus bunuh diri (atau dibunuh?) di daerah Kalimantan akhirnya tidak tersentuh hukum karena terkait salah satu anggota keluarganya???
Geram kedua, datangnya dari Menko Kesra Aburizal Bakrie. Dia geram karena Word Bank cuma janji-janji mo ngasih dana penanganan flu burung sebesar 900 juta dolar US tapi sampe hari ini yang dicairkan cuma 500 miliar rupiah dan cuma diberikan untuk bantuan teknis dan menggaji orang-orang yang kata Bakrie cuma suka ngomong, bukan kerja.
Gini tanya jawabnya ma wartawan....
Wartawan : Mereka menilai budget penanganan flu burung terus meningkat, tapi pemerintah belum berhasil. Malah kasus belum juga berkurang?
Bakrie : Bilang begini, put your money where your mouth. Masukan kata-kata itu. Jadi taruh duitnya dimulut kamu.
Wartawan : Mereka juga bilang pemerintah belum optimal?
Bakrie : Bilang itu put your money where your mouth.
Hohoho...bapak ini baru tau rasanya dijanji2. Mereka yang korban gempa, korban lumpur panas, korban bencana, juga geram banget dijanji-janji Pak Menteri! Gw juga mau ngomong gini....Put Your Lumpur Panas Where Your Mouth Bapak Menteri! Pasti bapak menteri ga pernah membayangkan gimana para pengungsi ntar puasa dan lebaran tenda2 pengungsian kan???
Geram ketiga, ya gw-lah....ga liat apa, dari tadi gw geram banget nulisnya!
Apalagi pas denger soal peluncurkan buku "Beribu Alasan Mencintai Pak Harto". Yaelah! Mungkin pengen nyaingi buku "Soeharto Sehat" hasil penelitian George Junus Aditjondro dan tulisan2 orang2 anti orba kali ya...! Atau...buat kado bebasnya Tommy Soehato dari penjara 1 September besok??? Apapun alasannya, gw cuma mo bilang, najiiissssssssssss!!!!!
Gw heran, yang nulis buku itu salah satunya anak buahnya Amien Rais di partai. Padahal Amien Rais orang nomor satu yang ga suka aSoeharto. Yaaa....berbeda pendapat memang ga ada salahnya. Atau mungkin, partai yang disinetronkan itu emang udah berubah kiblat kali ya? Kek cerita di sinetron najis itu???
Duh...geram itu menguras tenaga ya? Capek sayah....!
Rabu, 30 Agustus 2006
Put ur LUMPUR PANAS where ur mouth
Selasa, 29 Agustus 2006
Karaoke dan Show Room Menkes
Tadi siang temen gw cerita. Katanya ada sesuatu yang berbeda usai rapat paripurna DPR RI. Jika selama ini anggota dewan yang terhormat itu langsung ninggalin ruangan abis sidang, tadi siang mereka karaokean di ruang sidang. Ada Agung Laksono, Bursa Zarnubi, Angelina Sondakh, Komar, dan Aji Massaid yang senyum malu2 tapi mau.
Sambil makan siang di ruangan yang sama, kata temen gw lagi, Boy M Soul ngomong gini: Jadilah selebriti di DPR juga jangan hanya di luar DPR. Maka karaokean barenglah mereka. Seolah lupa segala keribetan negeri ini. Maklumlah, getaran gempa di Jogja dan Maluku siang itu tak terasa di sana. Aroma busuk dan lumpur panas juga demikian jauh. Atau, mungkin mereka mati rasa. Atau, sesekali refleshing, mungkin memang ga ada salahnya. (maksudnya sesekali di siang hari soalnya malem2 mereka refleshing terus).
Dua hari lalu, cerita temen milis gw lebih seru. Sabtu (26/8) lalu, bu Menkes mantu. Pestanya megah. Ada jembatan es yang menghubungkan 1 ruangan ma ruangan lain senilai Rp 250 juta di Hotel Dharmawangsa. Bu Menkes menikahkan putranya, Jody Imam Prasodjo yang lulusan universitas swasta termahal di Indonesia itu, dengan gadis bernama Ayu Harsuci. Putra? Ya betul, putra, bukan putri!
Sebelumnya, keluarga Menkes sudah pesan tempat di Balai Kartini, tapi di sana ga bisa dibangun jembatan es, makanya pesanan dibatalkan. Asal tau aja, dalam sejarah perkabinetan sejak masa Orba, baru satu menteri yang tercatat make Ballroom Hotel Dharmawangsa yaitu mantan Mentamben Ginandjar Kartasasmita.
Tapi, kata temen gw lagi, biaya pesta ini ga semahal pesta ulang tahun Sultan Brunei Hasanal Bolkiah, cuma menghabiskan duit sekitar Rp 15 miliar saja. Sebulan sebelumnya, panitia udah nyebar 4.000 undangan mewah, termasuk ngundang pres n wapres, plus semua menteri. Tidak lupa, dinas2 di daerah, walikota, bupati, udah pasti berduyun2 datang nyetor muka plus upeti. Padahal dari perusahaan2 farmasi, udah pasti sumbangannya bisa miliar2...!
Yang pasti, pesta mewah itu bisa bikin lupa pada negeri yang utangnya buanyak ini. Apalagi kalo cuma kabar soal virus flu burung, lumpur panas Lapindo, jeritan korban gempa, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan balita kurang gizi, serta perut lapar kaum papa. Ah...jeritan mereka tak lebih nyata dari dengung lalat. I don't care-lah yaw!
Dalam wawancara imajiner temen milis gw itu, ada beberapa info penting tentang Bu Menkes. Konon katanya, keluarga Sutrisno Bachir dan kerabat Jusuf Kalla menguasai 'bisnis' Depkes. Konon lagi, abis jadi menteri, ibu satu ini bakal buka show room mobil. Soalnya, baru setahun menjabat, Bu Menkes udah bisa mengoleksi 9 mobil mewah. Kalau lima tahun menjabat kan artinya bisa ngumpulin 50-an mobil. Artinya itu sudah bisa jadi modal untuk buka show room mobil mewah.
Ah, semoga aja cuma cerita2an yak....
Minggu, 27 Agustus 2006
Dian, Siti, dan Bakrie
Ini postingan yang ga biasa..., gw mo ngomongin artis. Gw ga ikut pro kontra mengharamkan acara gosip2 di tipi walaupun gw juga eneg ma berita2 seleb kacangan pencari sensasi itu. Tapi ada yang membekas di otak gw setelah perbincangan dengan seseorang, tentang dua seleb yang punya fans bejibun.
Kenal Dian Sastro? Hmm, semua ngacungin tangan! Udah pasti! Pas denger dia putus ma Abi, gw langsung bilang, bagus! Setuju gw. Hehehe...hampir semua juga bilang setuju kan? Ets, dilarang protes! Simpen aja buat nanti diskusinya!
Sayang aja gitu kalo pacarannya ma Abi. menurut gw lho ya...! Bagusan juga kalo Dian jadian ma yang selevellah...! Hiks...jahat gw! Padahal gw ga kenal Abi. Padahal, bisa jadi Abi tuh cerdas juga. Tapi pengaruh nama bokapnya, gw kok jadi alergi yak? Jahat, udah berpikir negatif sejak dalam pikiran!
Ok, lupain Dian Sastro, karena berita meridnya Siti Nuhaliza keknya jauh lebih seru. Gw jamin banyak yang protes, atau malah patah hati. Temen ngobrol gw malah bilang gini, "Sayang ya... napa harus menikah dengan dia?"Trus gw bilang, udahlah, jangan melawan kehidupan. Hiks, maksud gw sebenernya, yaaa...mungkin itu cinta, preet, tai, atau apalah namanya.
Trus temen gw bilang gini lagi, "Ya bukan apa2.... duda kaya, yg baru saja menceraikan istrinya, kesannya gimanaaa gitu". Hmm, iya sih. Tapi lagi2 gw coba ga pengen berburuk sangka. Beda ma kasus Dian Sastro, gw malah setuju dia putus. Napa yak? Mungkin karena Dian masih tahap pacaran kali ya. Sementara Siti....?
Trus temen gw ngomong gini lagi...
Ada sesuatu yang "penting" dalam kasus siti...! Untuk orang sekaya dia pun, uang ternyata masih demikian bertenaga... Gw ingat ucapan dia di sebuah media: hal paling membahagiakan dia dari suaminya itu, "ketika dihadiahi mobil mercy slr mc laren".
Oh iya, temen ngobrol gw itu, cowok. Tapi dia ga ngefans ma Siti. Dia penyanyi bagus, tp gw ngga ngefans-lah... Cuma, dia kan dianggap simbol kebersahajaan, selama ini....ternyata....
Abis ngobrol itulah gw terpikir buat posting topik yg ga biasa ini. Padahal postingan soal ledakan baru di lumpur panas Lapindo udah ada di kepala. Juga batalnya penjualan tiga anak perusahaan Bumi Resources (KPC, Arutmin, Indocoal) ke Borneo Lumbung Energi yang gw yakin sangat politis dan pasti terkait bencana lumpur Lapindo. Ah, Bakrie emang m****t! Ga cuma pinter memiskinkan orang tapi juga pinter bikin pelaku di bursa saham ketar ketir.
Ah ya...balik ke soal dua artis tadi. UANG-kah pemicunya ketika Siti memutuskan menikah ma duda kaya itu? Apa iya kebahagiaannya cuma karena mercy itu? Ih, penting ga seh dibahas?
Jumat, 18 Agustus 2006
un molto bella sognando
ya...mimpi indah bertaburan
dalam tujublasan kemarin
katanya BBM takkan naik lagi
katanya tak ada tebang pilih lagi
katanya gaji naik 15 persen
katanya...
nyatanya...
Nurdin Halid bebas
Sebulan lagi Tommy aSoeharto juga bebas
Warga Porong masih berkubang lumpur panas
Warga miskin kini 35.000.000 orang
Denda 20 ribu per rumah karena nggak pasang bendera
(see??? Sutiyoso emang gila! Katanya demi meningkatkan nasionalisme, Satpol PP dikerahkan merazia rumah2 yang ga pasang bendera)
aaargggghhhhhhhhh.....monyet!
akankah mimpi pemulung Surabaya
dalam tujublasan sederhana mereka, didengarkan?
"Merdeka! Kami bangga sebagai pemulung, karena mampu membantu Surabaya untuk menjadi kota bersih. Untuk itu, kami meminta agar pemerintah juga memperhatikan dan tidak menggusur kita. Ayo! Kita berdoa bersama-sama agar Surabaya, khususnya Jawa Timur dan Indonesia tidak mengalami bencana lagi. Pemulung bukan pekerjaan hina. Pemulung bisa memasok devisa negara".
(sebagian dikutip dari detik.com dan tempointeraktif. Judulnya, dari abang juga)
Kamis, 17 Agustus 2006
Sognando del Patria
Impianku tak pernah muluk
Aku cuma ingin, setiap lekuk di khatulistiwa ini
tetap menawan seperti tubuh putri Indonesia
tanpa pelecehan, tanpa pemerkosaan
tanpa topan, tanpa bencana
Impianku tidaklah muluk
Aku cuma ingin nyanyian tetap mengalun indah
tak apa-apa anak berseragam di deketku salah melafalkan
mengubah "berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira" menjadi "berkibarlah benderaku, lambang suci gagah sekali"
tak masalah paduan suara fals karena lirik lagu berubah dari "garuda pancasila" menjadi "burung garuda pancasila"
karena tak hapal lagu nasional bukan berarti hilangnya nasionalisme,
tapi impianku, ingin mendengarkan anak-anak Indonesia menyanyi dalam keriangan,
tanpa paksaan, tanpa tekanan, apalagi penculikan
Impianku tidak muluk
Aku hanya ingin, orang-orang pintar dan alim negeri ini
tak lagi menjanjikan surga-neraka
tapi bekerja bagi semua
tak murka kala dicela
tak ingkar setelah berjanji
tak lagi dusta dalam berkata
tak ingin dipuji saat menjalankan kewajiban, melayani umat
impian, asa, harapan dan cara boleh beda
dalam caci maki atau puja puji
untukmu Indonesia
aku takkan kehabisan cinta!
* thanks judulnya ya bang...
Selasa, 15 Agustus 2006
Matiin Rokok, Sekarang!
Dering telpon subuh tadi bikin gw kaget. Seharusnya ga perlu kaget sih, karena dering subuh sudah pasti berarti telpon dari kk gw. Kagetnya cuma karena gw tengah berusaha mati2an biar bisa tidur sejenak karena rasanya seperti gila tak tidur sedetik pun sejak bangun (dari tidur yang super minim) menjelang siang kemarin, malam dan kini siang lagi.
Lalu, kami ngobrol hal-hal biasa seperti obrolan pagi hari saat gw di rumah sana. Lumayan lama, sekitar setengah jam. Di ujung obrolan kk gw bilang, Bapak lagi di Makassar. Kemaren abis dari dokter, Bapak mengidap penyakit jantung. Info dari kk gw ringan dan datar, seringan obrolan sejak awal tadi. Seperti ingin mengatakan 'penyakit ini ringan kok, jangan dipikirin, Bapak aja gpp tuh'.
Bapak memang sering ngaku sakit pada bagian dada. Mengingat itu, gw sempet...apa ya namanya, takjub ato, pokoknya kaget sendirilah...soalnya, sakit dada itu udah dirasain ma Bapak sejak taon 1960 katanya. Gila kan segitu lamanya! Dan Bapak ga pernah ngeluh dan ga pernah berminat ke dokter. Kali ini pun setelah berhari2 dibujuk ma kk gw. Bukan buat meriksain dadanya, tapi dibujuk buat general chek up aja.
Taon 2003, Bapak emang sempet kena stoke ringan. Sebelum dan sesudahnya, ya baik2 aja. Dulu, Bapak perokok berat, bener2 berat. Sampe jari2 tangannya menguning karena lintingan tembakau. Taon 1992 (kalo ga salah sekitar taon2 harga cengkeh merosot tajam karena kasus Tommy dan BPPC-nya) Bapak stop ngrokok, seketika, tanpa harus mengalihkan ke permen karet ato apapun. Niat brenti hari ini, bener2 brenti hari ini.
Niat kuat itu yang gw contoh saat brenti merokok 4 tahun lalu. Brentinya juga seketika, saat gw iri melihat orang lain bisa hidup lebih sehat dan ga ada kebanggaan apapun yang gw dapet dengan rokok. Buat gagah2an aja awalnya, walaupun di keluarga kami sejak zaman dulu, rokok bukan barang aneh dan haram, tak peduli perempuan atau laki-laki.
Dulu, saat gw kecil, ada waktu khusus untuk merokok. Yakni setiap ada undangan pernikahan. Kalo zaman sekarang acara pernikahan dikabarkan lewat selembar kartu undangan, zaman dulu tradisi di kampung gw diingatkan dengan batang2 rokok. Jika pestanya hari ke-7, maka jumlah batang rokok yang diantarkan ke keluarga kami juga ada tujuh batang dan diantarkan oleh 7 orang berpakaian adat.
Ribet kan? Dan siapapun yang menerima kedatangan pengantar rokok (baca: undangan) itu, harus mengisap sebatang rokok sebagai tanda undangan telah diterima. Ga peduli yang menerima anak kecil macem gw. Kalo bisa diabisin sebatang juga gpp, tapi biasanya cukup diisap sekali, soalnya kesian pengantar undangannya kelamaan nunggu rokok abis berbatang2.
Kalo saat itu gw dah pinter jualan, mungkin gw jual ketengan, daripada rokok2 itu numpuk mpe banyak, soalnya buat keluarga kami, biasanya ga boleh dianterin bener2 cuma 7 batang sesuai harinya, tapi per bungkus. Sampe skarang gw ga pernah berusaha mencari tau napa ada tradisi kek gitu. Tapi gw suka mengingatnya...rasanya seperti di pilm pilm tentang suku Indian.
Hufh...ngepulll....gagah sih keknya...tapi...uhuk..uhuk...! Nah kan??? Kalo lo sayang ma gw, matikan rokok lo sekarang!
Minggu, 13 Agustus 2006
...cintakah bila...
Sejak baca berita Warta Kota (juga dirilis Kompas Cyber) minggu lalu, otak gw dipenuhi pikiran itu2 mulu. Ceritanya, ada seorang anak SD kelas 5 di Bekasi gantung diri karena patah hati. Cowok yg ditaksirnya, ternyata ke lain hati, naksir bocah kelas 3 di sekolah yang sama.
Dhuarrr! Pala gw langsung pening (keknya sih karena jarang tidur, hahaha, bukan karena berita itu). Tapi gw bener2 terpana, ga abis pikir. Serius ga sih berita itu? Apa iya anak seusia itu udah mikir segitu jauhnya. Sampe2, Ika (kalo ga salah) nulis surat wasiat mo mutusin cintanya ma cowok kelas 6 itu, saking kecewanya.
Konon, sebelum gantung diri, udah tiga hari Ika ga masuk sekolah karena ga enak badan. Selama ga ke sekolah itu, dia tetep bantu2 ngeberesin rumah berukuran 6x6 meter-nya. Ayahnya buruh bangunan, ibunya buruh cuci (kalo ga salah). Adeknya, Ismail, yang pertama kali mendapati tubuh Ika di tali gantungan.
Tragis...atau apalah sebutannya, gw juga ga tau. Gw cuma mo nanya, apa iya itu cinta?
Sama ga ngertinya ma kondisi gw hari2 belakangan (hayahhh...basi, ujung2nya mo curhat). Gw kangen ma sesuatu yang gw ga tau apakah sesuatu itu berarti seseorang, atau suasana, atau suatu tempat, atau mungkin ketiganya sekaligus. Kangenkah? Cintakah (pada hantu)? Atau...pengaruh ga tidur kali ya? Seperti melayang, tak menjejak bumi. Insoooo...balikin jam tidur gw! Lo dah kelewatan. Ga cuma sampe jam 2 jam 3...lalu jam 4...skarang lo ambil semua jam tidur gw...mpe pagi!
Kamis, 10 Agustus 2006
Tersenyum dalam Lumpur
Sebenernya bukan judul gini yg gw pengen. Tapi berhubung blog gw terlalu sering memaki, gpp deh nipu dikit. Di judul emang senyum, isi postingan, tetep aja memaki...hahaha! Yup, gw dah lama absen nulis soal aSoeharto.
Bisa2nya semalem gw mimpiiin dia, mimpi buruk! Gw mimpi, gw sukses menyusup ke istananya di cendana sana. Dia sedang tidur pas gw masuk ke dalam. Gw ketahuan lagi di dalem tapi untungnya ga dimunirkan. Malah diajak ngobrol ma mbak2 yg suka pake kerudung berponi itu. Huaaa...semoga bukan pertanda perlawanan yang kian lemah ya!
Gw ngintip ke ruang tengah rumahnya, ah, bapak tua itu rupanya udah bangun. Dia pake baju koko, sarung kotak2, lagi keliling2 ruangan. Sedikit batuk tapi sehat, seger. Ups, dia nengok, gw berlindung di balik tiang. Abis mastiin dia sehat, gw keluar, ke ujung jalan. Kawan2 udah nunggu, siap aksi. Hiks...ada yang bawa molotov, katanya ga seru tanpa chaos.
Bajigur! Kok jadi sok heroik gini mimpinya. Mungkin karena itu, bangun2 gw sedih banget. Pengen nangis dan ngamuk2 seharian (eh, setengah hari ding, bangunnya kan siang). Harusnya gw tabokin dia, tapi bukan mimpi. Senyum khasnya makin lebar hari ini, SKP3-nya dinyatakan sah. Ah...penegakan hukum hancur berkeping! Taik dah semuanya!
Sedih...sesek dada gw! Padahal yang tenggelam dan bernafas dalam lumpur (bayangin, gimana caranya), lumpur panas pula...adalah sodara2 kita (Bakrie dan aSoeharto ga termasuk sodara) di Porong sana.
Pas dituduh ngebekingi Hamid Awaluddin, Kalla ngomong gini kemaren "Adakah orang yang bisa dilindungi dari hukum sekarang ini di negeri ini?" Buta kali nih orang. dilindungi mungkin enggak, tapi dibekingi iya! aSoeharto? Apa ga dilindungi (duit)? Bakrie? Apa dia bukan anak emasmu? Semakin jadi taik semuanya...! Kalo gw warga Porong, mungkin gw berani nyeburin mereka ke lumpur panas mpe mateng pas mereka berwisata ke sana. Mungkin....!
Selasa, 08 Agustus 2006
Kisah Negeri Pembantu
God, ga sampe enam bulan, udah dua kali Makassar memanas karena isu SARA. Dan begonya, dua-duanya dipicu oleh mahasiswa. Bukan main, mahasia (mengutip tulisan di Kompas) status mereka. Percuma sekolah tinggi-tinggi kalo ternyata cuma bisa menciptaan kerusuhan. Sia-sia.
Pemicunya sama, kasus (maaf) pembantu, dua2nya juga dari Sinjai. Tapi kenapa semua jadi isu SARA? This is a crime! Murni kriminal! Tidak cukupkah polisi yang bekerja? Polisinya yang ditekan, jangan keluarga pelaku. Kenapa konflik selalu diciptakan horisontal? Skalian aja vertikal, lawan semua penegak hukum yang ga jujur. Tapi jauh lebih baik tanpa konflik!
Apa yang diajarkan senior mereka ya? Bertindak reaksioner? Pake otot ga pake otak? Pengkaderan macam apa yang mereka ikuti? Buku macem apa yang mereka baca? Apa siswa yang ngaku maha itu ga belajar dari kerusuhan 97 dulu? Kok sampe mereka ga tau kalo kerusuhan itu menyengsarakan?
Konflik tuh ga ada enaknya, tolol! Kalo kalian sakaw pengen ada konflik, skalian aja ke Timur Tengah sana. Sedihnya lagi, ketika Sinjai kena musibah, gw ga denger apa aksi mereka buat membantu para korban. Maaf kalo gw salah duga. Pengecualian tentu saja buat temen2 di SAR yang ada di setiap kampus.
***
Gw pengen cerita dikit tentang kisah negeri pembantu.
Ada sebuah daerah di Sinjai, yang ditinggalkan sebagian besar putri-putri mereka ke kota. Rata-rata, mereka menjadi pembantu atau pelayan toko. Bukan tanpa alasan para majikan mempekerjakan buruh dari sana. Kualitasnya diakui. Mereka rajin, ulet, terampil, rapi dan bersih. Yang paling penting dan utama, mereka JUJUR.
Dulu, banyak dari mereka tinggal di rumah kami, juga di rumah sodara2nya Bapak. Biasanya orangtua mereka yang menitipkan ke keluarga kami meski anak-anak itu masih kecil. Tapi ada juga karena 'diminta'. Umumnya yang diminta ini karena sayang banget kalo mereka cuma di kampung, ga bisa baca tulis, ga kerja dan ga bisa makan karena ga punya tanah buat bercocok tanam.
Saat tinggal di rumah kami, mereka dipaksa sekolah, harus pinter ngaji dan sholat, dibiasain kerjaan rumah tangga. Buat anak laki, mereka harus bisa ngurus kebun sekitar halaman. Biasanya mereka disekolain sampe SMA. Tapi banyak juga yang sampe SMP aja udah dilamar orang, karena udah pinter. Ya udah, dinikahin.
Kebanyakan, mereka tinggal di rumah kami dari kecil sampe tamat sekolah, bahkan sampe kerja (kantoran, bukan PNS), dan 'beranak pinak' dan akhirnya mereka yang ngerjain semua tanah2 pertanian kami.
Tapi...belakangan, udah jarang yang mau ikut keluarga kami sejak beberapa dari mereka kenal dengan gemerlap kota. Di sana, duitnya lebih jelas. Ga perlu susah2 sekolah lagi. Saat pulang kampung, bisa bawa oleh2. Biasanya sih, tiap mudik, mereka yang pernah tinggal di rumah kami, tetep nyempetin buat mampir ke rumah.
Meski banyak orang di kampung yang ga suka mereka bekerja di tempat majikan yang beda agama (maaf harus menyinggung soal ini), umumnya mereka pulang membawa cerita bahagia. Karena jujur, mereka disukai majikan, kerjanya rajin jadi banyak dapet bonus, bahkan berjodoh dengan majikan.
Ah, ya...masa kecil gw kadang-kadang mirip cerita putri2 raja berkat mereka. Ma kasih ya...!
Minggu, 06 Agustus 2006
Bloger anti nyoblos!
Penghuni Senayan makin makmur aja. Abis dapet uang reses Rp 35 juta per orang, dana lain2 juga bakal naek. Tahun 2007 udah dipastiin bakal naek lagi 10 sampe 15 persen dari yang ada sekarang. Sekarang aja, anggaran buat mereka udah Rp 1,1 triliun (tau kan nolnya brapa biji?) Itu buat tunjangan doang, bukan gaji.
Buat duduk diruangan ber-AC, sekedar ngomongin aturan picik apa lagi yg bakal dibuat tahun ini biar bisa ngetop dan bisa nguras abis duit masyarakat, dananya Rp 1,7 triliun per RUU. Tadinya sih, taon 2006 ini "cuma" Rp 560 juta. Rp 1,7 triliun itu, katanya sih buat biayai staf ahli, pakar, biaya audiensi dengan masyarakat, dll (baca: biaya ga jelas). Keknya, kalo ketemu masyarakat ga ada tarifnya deh. Tapi kalo ketemu mereka, huh, ribet!
Eh iya, mungkin gedenya anggaran buat mereka itu biar cukup kalo ngajakin bininya jalan2 ke LN kek kemaren. Hari ini sampe 11 Agustus nanti, mereka ke LN lagi lho. Semuanya 28 orang, katanya manfaatin masa reses. 11 orang ke Brazil, 12 ke Argentina dan 5 ke Iran. Katanya mereka itu anggota Badan Legislasi (ga tau deh badan apa pula itu) yang mo studi banding biar kinerja Baleg meningkat.
Tapi ga usah bawa2 istri dong. Ga usah deh ngaku2 tajir, jalan2 ke LN tiap liburan (padahal sih reses) pake uang negara pula. Mending kalo pulang bawa ilmu, makin pinter, kinerjanya meningkat. Lha ini, pulang2, bawa keributan. Di ruang sidang bisanya saling pamer cincin baru, handpone baru. Ilmu baru??? Jauh deh, ga ada ceritanya!
Malu dong, maluuuu...! Ups, lupa...mereka ga punya malu lagi ya? Udah mati rasa, kecuali rasa bangga jadi koruptor! So, ga usah repot 2009 nanti, kaum bloger pasti ga nyoblos kan?
Rabu, 02 Agustus 2006
Awan Lurus = Tanda Gempa ???
Sumpah, bukan mo nakut2in tapi ga ada salahnya berhati2 jika melihat awan lurus seperti ini. Kemaren banyak warga Jakarta ngeliat awan lurus. Lalu gw kumpulin imel2 mereka dan postingan dari detik.com. Boleh percaya boleh ngga...
(mana gambarnya? anjret...kok ga bisa sih? hihihi...)
- Selasa (1/8) pukul 05.30-06.00 WIB terlihat awan lurus dari beberapa tempat di Jakarta (Kuningan, Tanjung Duren, Depok, dan sebagainya)
- Selasa (1/8), dari kantor LAPAN Bandung di Jl. Pasteur awan lurus terlihat antara pukul 09.00- 10.00 WIB
- 12 Juli 2006, masyarakat Bantul juga melihat awan lurus namun BMG mengatakan itu awan cirrus
- Sebelum gempa Pangandaran, staf di LAPAN Bandung juga melihat awan lurus
- Awan lurus juga sempat muncul di Yogya dan Bantul, saat gempa susulan masih terjadi
- 17 Januari 1995 silam, awan lurus juga terlihat sebelum gempa besar di Kobe, Jepang,
- Tahun 1993, awan gempa terlihat satu hari sebelum gempa Kagoshima, Jepang.
- Awan seperti ini juga terlihat hanya 4 jam sebelum terjadi gempa Nigata, Jepang 2004.
- Ilmuwan Cina dan Turki melakukan observasi awan lurus sekitar 20 tahun. Kesimpulannya, dari 39 gempa yang diamati, 29 gempa yang terjadi setelah sebelumnya terlihat awan lurus
- BMG anggap hanya awan menengah pada ketinggian 11 ribu feet
- Kata BMG juga, jenis awan ada 37 jenis, hanya 10 yang sering diperhatikan seperti cumullus dan nimbus.
- Satu lagi, buat yang suka baca kisah-kisah nabi, di zaman Nabi Hud, bencana setelah munculnya awan lurus juga pernah terjadi.
Kenali tanda-tanda gempa dengan cara:
- Jika ada awan berbentuk aneh seperti angin puting beliung atau seperti pohon atau seperti batang yang bentuknya vertikal. Bentuk awan jadi aneh karena adanya gelombang elektromagnetis berkekuatan sangat besar dari dalam perut bumi, sehingga menyerap daya listrik yang ada di awan. Makanya bentuk awannya seperti tersedot ke bawah.
- Uji magnetik di dalam rumah dengan mengecek siaran TV
- Uji mesin faks apakah lampunya tiba-tiba blinking padahal lagi tidak ada transmit data
- Coba matikan arus listrik lalu cek apakah lampu neon tetap menyala redup walaupun tidak dialiri arus listrik
- Amati apakah hewan-hewan seperti menghilang atau lari tanpa tentu arah, ataupun hewan bertingkah aneh. Insting hewan sangat tajam dan hewan bisa merasakan gelombang elektromagnetis