Showing posts with label Defense. Show all posts
Showing posts with label Defense. Show all posts

Saturday, 3 August 2013

Kuliah Umum: Pendidikan Ekonomi Pertahanan: PEP

Pendidikan Ekonomi Pertahanan

Ekonomi pertahanan (Defence Economic), merupakan studi tentang biaya-biaya pertahanan yang mengkaji masalah pertahanan dan perdamaian dengan menggunakan analisis dan metode ekonomi yang meliputi kajian mikroekonomi dan makroekonomi seperti optimiasi statis dan dinamis, teori-teori pertumbuhan, distribusi, perbandingan data statistik dan ekonometrik (penggunaan statistika model ekonomi).

John Perkins speaks at University of San Francsico


John Perkins adalah penulis asal Amerika Serikat (AS) yang mengungkapkan kejahatan korporatokrasi, jaringan yang bertujuan memetik laba melalui cara-cara korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dari negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia. 

Dalam bukunya yang pertama, Confessions of An Economic Hit Man (2004) Perkins menyebut dirinya bandit ekonomi (Economic Hit Man (EHM) yang bekerja di perusahaan konsultan MAIN di Boston, AS.

Ekonomi Pertahanan

Sedangkan pelaku-pelaku dalam studi ekonomi pertahanan ini antara lain, Menteri Pertahanan, birokrat, kontraktor pertahanan, anggota parlemen, bangsa-bangsa yang bersekutu, para gerilyawan, teroris dan pemberontak (Sandler, 2000: 208). 

Bidang ini berkembang pesat setelah Perang Dunia II, yang topik-topiknya mencakup; perlombaan senjata, studi aliansi dan pembagian beban, kesejahteraan, penjualan senjata, kebijakan pembelian senjata, pertahanan dan pembangunan, industri senjata, persetujuan pembatasan senjata, dampak ekonomis dari suatu perjanjian, evaluasi usulan perlucutan senjata, pengalihan industri pertahanan, dan sebagainya. 

Ketika terjadi Perang Dingin Blok Barat dan Blok Timur, perhatian ekonomi pertahanan umumnya tertuju pada masalah-masalah beban pertahanan dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan pada pasca Perang Dingin, para ekonom pertahanan memusatkan perhatian pada konversi perindustrian militer, aspek sumber daya persenjataan, biaya pemeliharaan pasukan penjaga perdamaian, dan pengukuran keuntungan perdamaian (Sandler, 2000: 209).

Sumber:

1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2. Kementrian Pertahanan
3. Pentagon

Friday, 2 August 2013

Economics War: Confessions of an Economic Hitman

"There are two to conquer and enslave a nation. One is by sword. The other is by debt"
 *John Adams (1735-1826)* 

John Perkins: Confessions of an Economic Hitman

 

Korporatokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dikendalikan, dikuasai atau dijalankan oleh beberapa korporat. Para korporat ini biasanya para pengusaha kaya raya atau konglomerat yang memiliki dana lebih dari cukup untuk mengendalikan kebijakan-kebijakan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain dalam suatu negara. 
Secara praktis biasanya para konglomerat ini merupakan donator atau penyumbang utama yang menghidupi para politikus, pejabat-pejabat militer dan kepala-kepala instansi suatu negara. 
Potensi negatif yang bisa muncul dari korporatokrasi adalah kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang diundang-undangkan oleh pemerintah hanya menguntungkan bagi bisnis para konglomerat saja, sehingga makin menindas golongan ekonomi lemah.

Dalam buku John Perkins yang berjudul Confenssion of an Economic Hit Man ia menjelaskan bahwa Economic Hit Man (EHM) merupakan istilah yang mengambarkan bagaimana profesioanal-profesional ekonom dicetak dan dibayar mahal oleh Amerika Serikat (AS) untuk menipu negara-negara miskin dan berkembang. Dengan cara memberikan utang yang sangat besar diluar kemampuan mereka untuk membayar sehingga pada akhirnya mereka berada dalam cengkraman AS yang bisa memenuhi kepentingan ekonomi, politik, dan militernya. 

Dibuku ini John Perkins menulis pengalaman pribadinya ketika menjadi seorang Economic Hit Man (Perusak Ekonomi). Pemerintah AS ingin mempertahankan dominasi ekonomi nomor satu di dunia dan tidak ingin negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam jatuh ke tangan negara lain, terutama komunis.

Setiap negara yang berhasil dibujuk untuk bekerja sama dengan mereka mengalami kerusakan lingkungan yang amat parah, rakyat semakin miskin, dan negara terjerat hutang milyaran dollar yang tidak akan pernah bisa dibayar kembali, akibatnya negara tersebut menjadi negara boneka yang siap diperah dan dikendalikan sesukannya.

Mulai dari pencabutan subsidi, privatisasi-privatisasi perusahaan yang mengelola hajat hidup orang banyak, akses penuh untuk menyedot kekayaan alam dalam bentuk kontrak-kontrak yang sangat tidak menguntungkan negara tertindas.

Presiden negara pengutang akan ditekan untuk mendukung kepentingan-kepentingan AS (misalnya menyediakan lokasi untuk pangkalan militer/mendukung voting pro AS di dewan keamanan PBB/menjual kekayaan alamnya).

Pada dasarnya seorang EHM dilatih untuk membangun imperium AS dengan tujuan semua sumber daya dunia dikuasai demi mempertahankan kebijakan luar negeri AS (yang oleh Perkins disebut Corporatocracy dengan pilar-pilarnya adalah Badan Intelligent, Korporasi Besar, Bank Internasional, dan Pemerintah Amerika).


Dalam hal ini pemerintah AS tidak terjun secara langsung dia berlindung dibalik badan intelligent (Seperti CIA dan NSA)  perusahaan-perusahaan multinasional (Seperti Chevron, Exxon Mobile dll) serta lembaga-lembaga keuangan Internasional (Seperti Bank Dunia dan IMF).

Untuk merekrut orang-orang potensial menjadi EHM yang kemudian mengirim mereka untuk bekerja pada perusahan-perusahaan konsultan swasta yang nantinya dikirim ke berbagai negara miskin atau berkembang untuk memprediksikan perkembangan negara melalui manipulasi ekonomi yang diserti pencurangan dan penipuan agar mereka mau menerima hutang.

Namun apabila EHM tertangkap  pemerintah AS tidak mengalami resiko apapun.

Economic Hit Man (EHM) bekerja laksana seorang konsultan, kerja mereka mirip dengan mafia karena menggunakan segala cara termasuk cara kotor untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi AS, kemudian tugas mereka harus membangkrutkan negeri penerima utang.

Setelah tersandera utang setinggi gunung, barulah si negara penerima dijadikan kuda yang dikendalikan sang kusir. Dalam hal ini, EHM berperan sebagai pihak ketiga, antara negara yang butuh bantuan (atau dipaksa membutuhkan bantuan pinjaman uang) dengan AS dan lembaga-lembaga donornya.

Pembentukan imperium terbesar di dunia ini sudah dikerjakan dari tahun 1950-an an sejak Perang Dunia ke II. EHM yang pertama adalah Roosevelt (Salah satu keluarga Teddy Roosevelt) yang berhasil menumbangkan pemerintahan Iran, hal ini menjadi awal era baru imperalisme yang menyalakan lautan api kekuasaan global bagi AS.

Iran dengan pemerintahan Mossadegh diberi label komunis oleh CIA sehingga Roosevelt menumbangkan kekuasaan Mossadegah dan mengembalikan kekuasaan Shan sebagai raja di segala raja Iran. Kekuasaan Sah menjadikan Iran ke era modern dan menjadi boneka CIA.

Namun hal ini ternyata menjadi bomerang tersendiri bagi Shah, karena akibat persahabatanya dengan AS dia dibenci oleh rakyatnya dan negara-negara Muslim lainnya (terkecuali israel yang juga bersahabat dengan AS). Pada akhirnya pemerintahan Shah tumbang akibat ulah pemberontak dari pemerintahannya.

Perkins menjelaskan bagaimana cara EHM merusak ekonomi di negara-negara berkembang dan miskin demi mempertahankan Corporatocracy untuk kekuasaan global AS.

Adapun Cara-Caranya adalah:

1. EHM menyalurkan hutang yang didanai oleh lembaga-lembaga keuangan Internasional (Bank Dunia dan IMF) dengan jumlah yang sangat besar melebihi kemampuan mereka untuk mengembalikan.

2. Apabila Negara-negara sasaran menolak menerima hutang tersebut, EHM mengeluarkan “The Jackals” (serigala-serigala) yaitu para agen CIA (Dinas Rahasia Amerika) dengan mengirimkan orang-orangnya masuk kesuatu negara tersebut, kemudian mencoba menggerakkan sebuah kudeta atau revolusi.

3. Apabila langkah ketiga tersebut tidak berhasil, maka yang akan dilakukan oleh The Jackals ialah operasi pembunuhan terhadap pemimpin negara seperti yang terjadi pada Ekuador (Jaime Roldos) dan presiden Panama (Omar Torrijos).

Jaime Roldos yang menyerang perusahaan minyak yang dikuasai oleh AS di Equador, dia menetapkan suatu Undang-Undang hidrokarbon yang akan mereformasi hubungan negara dengan perusahaan minyak, dia juga mengusir Summer Institute of Linguistics yang dianggap berkolusi dengan perusahaan minyak.

4. Apabila langkah-langkah diatas juga tidak berhasil, maka yang akan dilakukan ialah mengirimkan pasukan (tentara) untuk membunuh dan terbunuh atau menyatakan perang.

Seperti kasus Irak dimana Saddam Husein menolak untuk bekerjasama dengan AS dalam masalah perminyakan, "serigala-serigala" (agen CIA) mengirimkan pasukannya masuk Irak untuk melakukan kudeta dan revolusi.

Sadam Husein yang memiliki bodyguards tangguh dan berlapis-lapis membuat kegagalan kudeta sehingga CIA melakukan cara terakhir yaitu perang.

Semoga Bangsa-Bangsa Muslim Semakin Tangguh dalam segala bidang kehidupan, terutama Pendidikan, Ekonomi dan Pertahanan serta memperbaiki persatuan-kesatuan internal umatnya.

Amin.

Wallohualambissawab.

Sumber:

1. http://en.wikipedia.org/wiki/John_Perkins_(author)
2. Siti Istiqomah
3. Prime Idea
4. Zeitgeist: Addendum

Monday, 29 July 2013

Menggagas Indonesian Cyber Defense Force

M: "Quoting Tennyson's poem Ulysses: Though much is taken, much abides, and though we are not now that strength which in old days, moved earth and heaven; that which we are, we are; One equal temper of heroic hearts, made weak by time and fate, but strong in will to strive, to seek, to find, and not to yield."
*Skyfall*


Rektor Universitas Pertahanan Indonesia (UPI), Letnan Jenderal Subekti, mengatakan, saat ini potensi ancaman perang dari luar negeri sudah banyak bergeser. 

Dia meyakini ancaman perang sudah sangat kecil kemungkinannya."Ancaman perang beralih secara non-fisik atau disebut perang cyber, ini tren baru," kata Subekti di kampus Unhan, Jalan Kenari, Jakarta Pusat. 

Negara-negara kuat, dia melanjutkan, sudah tidak perlu repot-repot mengerahkan kekuatan militer penuh untuk menghancurkan negara musuh. Cukup menggunakan smart power untuk menyerang sendi-sendi vital negara musuh, seperti ideologi hingga sosial budaya. "Cara menyerang bisa melalui media sosial, Internet, atau teknologi informasi lain," kata dia. 

Subekti mengklaim, saat ini Indonesia sudah siap menghadapi ancaman perang cyber. Salah satu bukti, Kementerian Pertahanan sudah punya badan anti-perang cyber untuk melindungi data-data strategis. 

Pemerintah juga sudah punya skema perlindungan ideologi dan sosial budaya dari ancaman laten perang cyber negara lain. "Kami juga segera punya badan nasional perang cyber untuk semakin memperkuat diri." Mantan Pangdam VI/Mulawarman ini menambahkan, Indonesia sudah beberapa kali mendapat ancaman perang cyber. 

Sebagai contoh, ada upaya pembelokan ideologi negara, provokasi konflik sosial budaya masyarakat Indonesia, hingga masuknya berita, foto, dan konten porno yang mengancam moral bangsa. Namun, saat disinggung asal-muasal negara pengirim serangan non-fisik ini, Subekti bungkam.



Metode Serangan Cyber:
Bacaan Lebih Lanjut:
INDONESIA CYBER ARMY: ICA
  "4 P’s of  Prevent, Pursue, Protect and Prepare.”
*Prof. Juwono Sudarsono, M.A., Ph.D. Former Ministry of Defense and Founder Universitas Pertahanan Indonesia*

Friday, 26 July 2013

Soft Power: Issues, Momentum, and Crisis

Soft power is a concept developed by Prof. Joseph Nye of Harvard University to describe the ability to attract and co-opt rather than coerce, use force or give money as a means of persuasion. Nye coined the term in a 1990 book, Bound to Lead: The Changing Nature of American Power. He further developed the concept in his 2004 book, Soft Power: The Means to Success in World Politics. 


Prof. Joseph Samuel Nye, Jr. (born January 19, 1937) is an American political scientist and former Dean of the John F. Kennedy School of Government at Harvard University. He currently holds the position of University Distinguished Service Professor at Harvard University where he has been a member of the faculty since 1964.

Education

Nye attended Morristown Prep (now the Morristown-Beard School) in Morristown, New Jersey and graduated in 1954. He went on to Princeton University, where he graduated summa cum laude, Phi Beta Kappa, and won the Myron T. Herrick Thesis Prize.

During his time at Princeton, Nye was vice president of the Colonial Club, a columnist for The Daily Princetonian, and a member of the American Whig–Cliosophic Society's Debate Panel. After studying Philosophy, Politics and Economics (PPE) as a Rhodes Scholar at Oxford University's Exeter College, he obtained his Ph.D. in political science from Harvard University in 1964.


Soft Power: Issues, Momentum, and Crisis

Even though Indonesia's position in counter terror agenda is actually merely as derivative of the US's, paractically there are three main things that make the former's counter terror agenda more thrives in public acceptence.

First and the most important factor is the dominant side of "low enforcement" issue, as compared to the issue of "military war againts terrorism" within the atmosphere of democracy.

Invasions toward Iraq and Afghanistan are often made as example of the incorrectness of hard power approach in counter terror agenda.

Meanwhile, the second and third factor are the more incidential supporter to the first factor, namely the momentum and crisis.


Soft Power Superpowers: Cultural and National Assets of Japan and the United States

By: Prof. Yasushi Watanabe and Prof. David L. McConnell

Prof. Yasushi Watanabe is a professor at the Graduate School of Media and Governance at Keio University. Highly interested in the relationship between culture and politics.

Mr. Watanabe received a B.A. in American Studies from Sophia University (Tokyo), an M.A. and Ph.D. in cultural anthropology from Harvard University, followed by a postdoctoral fellowship held at the Universities of Oxford and Cambridge.

Prof. David L. McConnell is Professor of Anthropology Chair, Sociology and Anthropology Department The College of Wooster Wooster OH  44691 Tel: 330-263-2476, Email: dmcconnell@wooster.edu

Education: Ph.D., Education, Stanford University, Stanford, CA (1991), Area:  Social Sciences in Education
M.A., Anthropology, Stanford University, Stanford, CA (1991), B.A., Cross-Cultural Studies, Earlham College, Richmond, IN (1982).

Diplomasi Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam kenyataannya sebuah negara tidak hidup secara mandiri di dunia. Banyak negara dunia memiliki keterikatan antara yang satu dengan yang lainnya. Baik dalam hal perekonomian, kebudayaan, pendidikan maupun militer. Dengan adanya keterikatan ini tentu saja seringkali terjadi tarik-menarik antar kepentingan negara-negara terkait.

Salah satu yang menjadi penopang uatama dalam hubungan antar negara ini adalah CORP DIPLOMATIC. Namun tentu saja corp diplomatic tidak akan banyak memiliki bargaining jika negara yang diwakilinya tidak memiliki sisi potensial yang menjadikan seorang diplomat memiliki posisi yang kuat di hadapan diplomat dari negara-negara lain. Dalam hal ini tentu saja peranan pemerintah dalam menata negaranya menjadi faktor terpenting dalam menaikkan bargaining dipomasi negara bersangkutan.

Sementara itu diplomasi merupakan salah satu cara bagi negara-negara yang saling memiliki keterikatan dapat mengembangkan usaha-usaha memakmurkan rakyatnya. Di sinilah peran dan strategi diplomasi menjadi salah satu hal terpenting dalam pengembangan sebuah negara bangsa.

Misalnya saja dalam dunia pendidikan, jika banyak penawaran dari berbagai negara meminta kepada kita untuk mengirimkan sarjana-sarjana untuk meneruskan studi di luar negeri itu berarti. Para intelektual kita sudah mulai mendapatkan perhatian dari negara-negara lain.

Nah kalau kita kemudian menyianyiakannya dengan mengirimkan orang-orang yang memiliki kompetensi rendah, tentu saja akan mengecewakan mereka. Pada kenyataannya, selama ini kita selalu berusaha memenuhi permintaan tersebut dengan penuh tanggungjawab. Hal ini memberikan kepercayan kepada mereka untuk melanjutkan program-program mereka secara berkesinambungan.

Bayangkan saja seandainya yang terjadi adalah sebaliknya.

Apakah itu namanya bukan mempersempit ruang gerak sendiri?

Nah selanjutnya adalah mempersiapkan sebuah ruang follow up yang sepadan dengan kegigihan mereka, sesuai dengan kompetensi mereka setelah mereka kembali ke tanah air. Karena tentu saja mereka akan enggan pulang jika di dalam negeri tidak dapat menemukan ruang yang cukup representative dengan keahlian-keahlian yang mereka dapatkan.

Dan jika mereka benar-benar tidak mau pulang misalnya, maka yang rugi adalah negara ini sendiri, yang mulai ditinggalkan oleh orang-orang pilihannya. 

Allhamdulilah penulis sudah berteman dengan Kak Arya Sandhiyudha di jejaring sosial Twitter dan menyimak KulTwit-KulTwit-nya yang inspiratif.

Terima Kasih Kak.

Diplomasi Angklung Ala Indonesia

Indonesia berhasil menorehkan sejarah dengan memecahkan rekor ansembel permainan angklung di sebuah gedung olahraga di Beijing, China. Sebanyak 5.393 peserta turut berpartisipasi main angklung dalam upaya pemecahan rekor yang digelar pada Minggu kemarin, 30 Juni 2013.

Menurut laman harian People's Daily, 1 Juli 2013, pertunjukkan itu berlangsung selama lebih dari 10 menit dengan dipandu pemain angklung asal Indonesia. Mereka membawakan dua lagu, salah satunya ciptaan Michael Jackson, "We are the World," dan sebuah lagu China "Bulan adalah Saksiku".

Para pemain masing-masing memegang angklung yang hanya dapat menghasilkan satu suara saja. Sehingga untuk dapat menampilkan satu lagu dengan penuh harmoni, maka tiap kali para pemain menggoyangkan angklungnya maka mereka harus memperhatikan instruksi yang diberikan oleh si konduktor.

Indonesia Bisa!

Sources:

1. Dr. Arya Sandhiyudha (Germany 2011-2012)
Expert Staff for the Chairman of Commission 1 on Foreign Affairs, Defense, and Intelligence di DPR-RI, Indonesia Parliament.
Pendidikan: Universitas Indonesia (UI), Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Fatih University, Turkey.

2. http://www.hks.harvard.edu/  [John F. Kennedy School of Government]

3. Prof. Dr. H. Qomaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sarif Hidayatullah Jakarta.

4. Arip Nurahman Notes

5. http://www.foreignpolicy.com/ [Foreign Policy]

6. Viva News

7. Kementrian Luar Negeri Indonesia  


Saturday, 13 July 2013

Bagaimana Cara Membuat Kapal Induk Bertenaga Nuklir?

BIG BIGGER BIGGEST: aircraft carrier



Kapal Induk ini menggunakan mesin bertenaga nuklir yang diperoleh dari reaktor nuklir yang berada pada kapal tersebut yang dihubungkan dengan turbin uap. 

Tenaga uap yang dihasilkan kapal Induk tersebut selain sebagai penggerak kapal juga digunakan sebagai sumber tenaga listrik serta tenaga uapnya digunakan sebagai pengatur tekanan pada catapult kapal induk untuk meluncurkan pesawat. 

Untuk Armada Amerika serikat kapal ini diberi kode CVN contoh kapal induk nuklir adalah USS Ronald Reagan, USS Kitty Hawk, USS Enterprise.

Masa Depan Kapal Induk Bertenaga Nuklir

Nimitz-class carriers were designed to have a 50-year service life. At the end of the service life, ships will be decommissioned. This process will first take place on Nimitz and is estimated to cost from $750 to $900 million.

This compares with an estimate of $53 million for a conventionally powered carrier. Most of the difference in cost is attributed to the deactivation of the nuclear power plants and safe removal of radioactive material and other contaminated equipment.

A new class of carriers, the Gerald R. Ford class, is being constructed to replace previous vessels after decommissioning. Ten of these are expected, and the first will enter service in 2016 to replace USS Enterprise.

The rest of these new carriers are to replace the oldest Nimitz ships as they reach the end of their service life. The new carriers will have a similar design to Bush (using an almost identical hull shape) but will also have further technological and structural improvements.

The USS Ronald Reagan, under construction in the Northrop Grumman Newport News dry dock


Book: Nimitz class aircraft carriers


The carrier's two nuclear reactors, housed in a heavily-armored, heavily restricted area in the middle of the ship, generate loads of high-pressure steam to rotate fan blades inside the turbine. The fans turn the turbine shaft, which rotates the screw propellers to push the ship forward, while massive rudders steer the ship. The propulsion system boasts something in excess of 280,000 horsepower (the Navy doesn't release exact numbers).

Lowering superlifts into position on the USS Harry S. Truman

Strategi Pembangunan Kapal Induk Bertenaga Nuklir di Indonesia

1. Mempelajari dan meneliti kapal induk bertenaga nuklir di negara-negara maju dengan cara mengirimkan para pelajar, peneliti dan perwira militer untuk menimba ilmu pengetahuan-teknologi dalam bidang ini.

2. Pembuatan Institusi Pendidikan, Riset dan Pengembangan dalam bidang Perkapalan Modern 

3. Pembuatan dan Pengembangan Industri Perkapalan dalam negeri yang melibatkan sektor swasta 

4. Sinergi antara pihak militer dan pihak industri pertahanan 

Bisakah Indonesia Membuat dan Membangun Kapal Induk Bertenaga Nuklir? 


Semangat Indonesia Bisa

Monday, 8 July 2013

Mengenal IPTEK Pembuatan Kapal Selam Nuklir Canggih

Memahami Pembuatan Kapal Selam Canggih

 

A nuclear submarine is a submarine powered by a nuclear reactor. The performance advantages of nuclear submarines over "conventional" (typically diesel-electric) submarines are considerable: nuclear propulsion, being completely independent of air, frees the submarine from the need to surface frequently, as is necessary for conventional submarines; the large amount of power generated by a nuclear reactor allows nuclear submarines to operate at high speed for long durations; and the long interval between refuellings grants a range limited only by consumables such as food.

Current generations of nuclear submarines never need to be refueled throughout their 25-year lifespans. 

Conversely, the limited power stored in electric batteries means that even the most advanced conventional submarine can only remain submerged for a few days at slow speed, and only a few hours at top speed; recent advances in air-independent propulsion have eroded this disadvantage somewhat. 

The high cost of nuclear technology means that relatively few states have fielded nuclear submarines. Some of the most serious nuclear and radiation accidents ever to occur have involved Soviet nuclear submarine mishaps.


The VMF Typhoon class submarine, is nuclear-powered and the world's largest-displacement submarine.

The Science and Technology of Nuclear Submarine

The main difference between conventional submarines and nuclear submarines is the power generation system. Nuclear submarines employ nuclear reactors for this task. They either generate electricity that powers electric motors connected to the propeller shaft or rely on the reactor heat to produce steam that drives steam turbines (cf. nuclear marine propulsion). 

Reactors used in submarines typically use highly enriched fuel (often greater than 20%) to enable them to deliver a large amount of power from a smaller reactor and operate longer between refuelings – which are difficult due to the reactor's position within the submarine's pressure hull.

The nuclear reactor also supplies power to the submarine's other subsystems, such as for maintenance of air quality, fresh water production by distilling salt water from the ocean, temperature regulation, etc. All naval nuclear reactors currently in use are operated with diesel generators as a backup power system. 

These engines are able to provide emergency electrical power for reactor decay heat removal, as well as enough electric power to supply an emergency propulsion mechanism. Submarines may carry nuclear fuel for up to 30 years of operation. The only resource that limits the time underwater is the food supply for the crew and maintenance of the vessel.


The stealth weakness of nuclear submarines is the need to cool the reactor even when the submarine is not moving; about 70% of the reactor output heat is dissipated into the sea water. This leaves a "thermal wake", a plume of warm water of lower density which ascends to the sea surface and creates a "thermal scar" that is observable by thermal imaging systems, e.g., FLIR.

Another problem is that the reactor is always running, creating steam noise, which can be heard on SONAR, and the reactor pump (used to circulate reactor coolant), also creates noise, as opposed to a conventional submarine, which can move about on incredibly silent electric motors.

Lihat Juga:


Sumber:

Wikipedia

Monday, 1 July 2013

Ide Mendirikan Defense School di Indonesia

"Saya meminta KEKUATAN dan Allah memberi saya KESULITAN untuk membuat saya KUAT."
 Saya bertanya tentang KEBIJAKSANAAN dan Allah memberikan saya MASALAH untuk DISELESAIKAN. 
"Saya meminta untuk KEMAKMURAN dan Allah berikan FASILITAS dan TENAGA untuk BERKERJA."
"Saya meminta KEBERANIAN dan DIA memberi saya BAHAYA untuk DIATASI. 
"Saya meminta CINTA dan DIA memberi saya orang-orang yang BERMASALAH untuk DIBANTU."
*Alm. Jendral Besar Salahuddin Al-Ayyubi, Seorang Sultan dan Juga Ulama*

Allhamdulilah mendapat kesempatan membaca buku Legendaris: 

POKOK-POKOK GERILYA: Fundamentals of Guerrilla Warfare
Dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa Lalu dan yang akan Datang

Magnum Opus, sebuah karya: Alm. Jendral Besar Bintang Lima Dr. H. Abdul Haris Nasution, beliau adalah ayahanda dari alm. Ade Irma Suryani Nasution yang menjadi korban Gerakan 30 September PKI.

Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentals of Guerrilla Warfare. Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point, Amerika Serikat.

Biasanya kita menonton berbagai macam film propaganda dari Negeri Paman Sam yang menceritakan akan kehebatan tentara dan perwira mereka dalam berperang, ternyata pasukan RAMBO yang gagah  dan hebat itu dapat di kalahkan oleh rakyat Vietnam dengan strategi Perang Gerilya yang konon mereka mempelajarinya dari para Pahlawan Indonesia, semacam Jendral Besar Soedirman, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Pangeran Diponogoro dll.

Sampai saat ini Indonesia baru memiliki 3 Jendral Besar Bintang Lima, mereka adalah: Alm. Jendral Besar Soedirman, Jendral Besar Abdul Haris Nasution dan Jendral Besar Soeharto.

Daftar Sekolah Militer Terbaik Dunia:


United States Military Academy, West Point, New York. USA

 

United States Naval Academy, Annapolis, Maryland. USA

 




United States Air Force Academy, El Paso County, Colorado, USA

 

Royal Air Force College Cranwell, Sleaford, United Kingdom

 




Royal Military Academy Sandhurst, Camberley, United Kingdom

 


The Special Military School of Saint-Cyr, Coetquidan, France

 


PLA National Defense University, Beijing, China

 

 

General Staff Academy, Moscow, Russia

 

 

National Defense Academy of Japan, Yokosuka, Japan

 

 

 

South African Military Academy, Thaba Tswana, South Africa

 

 

Hellenic Military Academy, Vari, Greece



Saya pun membeli sebuah Buku dari Toko Buku di Pesantren Daarut Tauhid, Bandung berjudul:

BUILDING LEADERS THE WEST POINT WAY: Melahirkan Pemimpin Cara West Point
Ten Principles  from The Nation's Most Powerful Leadership Lab

Karya: Major General Joseph P. Franklin, M.Eng.

Beliau adalah lulusan dari West Point tahun 1955 dan pada tahun 1961 meraih gelar double Master dalam bidang Teknik Sipil dan Teknik Nuklir dan menjadi salah satu Pengajar Senior (Komandan Instruktur) di West Point Military Academy, New York USA.

Ke-10 Prinsip yang membentuk kehebatan para lulusan West Point Military Academy itu adalah:

1. Tugas
2. Kehormatan
3. Iman
4. Keberanian
5. Ketekunan
6. Rasa Percaya Diri
7. Kemampuan untuk Dapat didekati
8. Kemampuan untuk Beradaptasi
9. Kewelasasihan
10. Visi

Terbersit sebuah ide untuk membangun sebuah sekolah khusus dalam bidang pertahanan yang khusus mendidik para calon Jendral Besar Masa Depan Bangsa.

Insha Allah kami akan meneliti kurikulum pendidikannya.

Penulis Berkesempatan Membaca Buku Pokok-Pokok Gerilya Karya Jendral Besar 
Dr. H. Abdul Haris Nasution

Sekolah Pertahanan ini akan mendidik putra-putri terbaik bangsa dari sejak usia anak kecil (5 Tahun) hingga umur dewasa (25 Tahun), sekolah ini akan mencari setiap anak bangsa yang memiliki potensi Genius dalam berpikir, olah strategi, Memiliki potensi fisik super tangguh, nantinya para anak bangsa ini juga akan di tempa dengan disiplin yang sangat tinggi selama 20 Tahun dan dipersiapkan untuk bersekolah di akademi dan Universitas terbaik di dunia dalam bidang Militer, Pertahanan, Ekonomi, Politik, Bisnis, Iptek Pertahanan, Energi, Hubungan Internasional dll.


Pesan Panglima Besar Jendral Soedirman:
 
Pertjaya kepada diri sendiri

Teruskan perdjoangan kita

Pertahankan Rumah dan Pekarangan kita sekalian.

Tentara kita djangan sekali-kali mengenal sifat menyerah kepada siapapun djuga
yang akan mendjadjah dan menindas kita kembali.

Ingat, bahwa pradjurit Indonesia bukanlah pradjurit sewaan dan bukan pradjurit yang menjual tenaganya karena hendak merebut sesuap nasi.

Semoga Bemanfaat dan Maju Terus Sektor Pertahanan Indonesia

Tuesday, 25 June 2013

Bagaimana Membangun Infrastruktur Pembuatan Kapal Selam dan Jet Tempur?

Menteri Pertahanan, Prof. Purnomo Yusgiantoro, Ph.D. menyatakan Indonesia segera membangun infrastruktur pembuatan kapal selam di Surabaya melalui PT PAL.




"Rencananya infrastruktur pembuatan kapal selam akan dibuat di Surabaya melalui PT PAL. Karena itu, dibutuhkan infrastruktur untuk pembangunan kapal selam," kata Menhan sekaligus Ketua KKIP usai Sidang ke sembilan KKIP "Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan", di Kantor Kemhan, Jakarta. 

Paling lambat, dalam dua hingga tahun ke depan, diharapkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal selam, katanya. Dijelaskannya, dalam sidang ke sembilan KKIP juga dibahas mengenai dijadikannya pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur sebagai proyek nasional.

Oleh karena itu, agar tidak menemui hambatan, payung hukum sangat diperlukan agar rencana pembangunan infrastruktur kapal selam dan pesawat jet tempur tetap berjalan pada lintas parlemen. "Butuh dukungan parlemen karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. 

"Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional," ucap Purnomo. Dijelaskannya, sebagai negara kepulauan keberadaan kapal selam dan pesawat jet tempur sangat diperlukan untuk menjaga kepulauan indonesia hingga batas luar.

Jika infrastruktur ada, pembuatan kapal selam bisa dilakukan di Indonesia. Untuk membangun infrastruktur pembuatan kapal selam, Indonesia akan bekerjasama secara khusus dengan Korea Selatan. Kerjasama kedua negara akan dilakukan mulai dari kesepakatan lisensi, enginering manufacturing development, hingga prototipe.


General characteristics
  • Crew: 1
  • Length: 13 m 
  • Wingspan: 14 m (estimate) 
  • Height: 4.5 m
Planta motriz: 2 tubofan
Performance
Avionics
  • Datalink capabilities
  • AESA radar
  • IRST

Dalam pembuatan KFX/IFX bersama Korsel, kata dia, tahap yang sudah selesai dilaksanakan mencakup tahap teknologi desain. Dua tahun ke depan, ditargetkan akan mencapai tahap `enginering manufacturing development` dan prototipe. "Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52 ahli untuk belajar teknologi design," ucap Prof. Purnomo.

 

Pembangunan pabrik modern untuk pembuatan kapal selam TNI Angkatan Laut di Indonesia ditargetkan dapat direalisasikan pada tahun 2016 atau 2017 mendatang karena kapal selam pertama yang dibuat oleh Korea Selatan baru selesai pada tahun 2014.

"Pembangunan pabrik semua tergantung komitmen pemerintah. Pemerintah mutlak menyokong pendanaanya. Tanpa itu saya kira sangat sulit pembangunan kapal selam bisa direalisasikan di Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati.

Ia berharap sudah ada perencanaan dari sekarang agar pada waktunya nanti pengerjaan kapal selam ketiga itu lancar tanpa kendala.

"Keberadaan pabrik modern untuk membuat kapal selam menjadi kendala serius kita saat ini," kata Untung.

Pembangunan pabrik modern ini, katanya, bukan persoalan sederhana karena selain membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal, pemerintah pun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, ia berharap sumber daya manusia yang sudah dikirim ke Korea benar-benar menyerap ilmu secara komprehensif. "Ketika secara keilmuan sudah memenuhi syarat, baru kemudian pemerintah mempersiapkan pabriknya," katanya.

Indonesia sudah sepakat melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea Selatan, dimana akan dibuat tiga unit kapal selam. Untuk kapal selam pertama, pihak Indonesia hanya memantau pengerjaannya di Korea Selatan.

Selanjutnya, kata dia, pada pembuatan kapal kedua, teknisi di Indonesia dilibatkan dalam membuat kapal selam. Namun, pembuatannya tetap dilakukan di Korea Selatan.

How to Build A Nuclear Submarine 




Sementara untuk kapal selam ketiga, Indonesia akan membuat sendiri kapal itu di galangan kapal PT PAL. "Pada tahap inilah Indonesia harus mempersiapkan peralatannya. Termasuk membuat pabrik baru untuk mendukung pembangunannya," jelas Untung.

Ia juga memastikan Pangkalan Kapal Selam yang disiapkan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, bisa diresmikan pada akhir tahun ini. Pangkalan seluas 13 hektar inilah yang nantinya digunakan untuk menyimpan semua kapal selam yang dimiliki Indonesia, termasuk untuk menyimpan kapal selam baru yang saat ini dibuat di Korea Selatan.

Ketangguhan Korea Selatan dalam Industri Galangan Kapal

Today, South Korea is the world's largest shipbuilding country with a global market share of 51.2% in 2011. South Korea leads in the production of large vessels such as cruise linerssuper tankersLNG carriersdrill ships, and large container ships. In the 3rd quarter of 2011, South Korea won all 18 orders for LNG carriers, 3 out of 5 drill ships and 5 out of 7 large container ships.

South Korea's shipyards are highly efficient, with the world's largest shipyard in Ulsan operated by Hyundai Heavy Industries slipping a newly-built, $80 million vessel into the water every four working days. South Korea's "big three" shipbuilders, Hyundai Heavy IndustriesSamsung Heavy Industries, and Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, dominate global shipbuilding, with STX ShipbuildingHyundai Samho Heavy Industries,Hanjin Heavy Industries, and Sungdong Shipbuilding & Marine Engineering also ranking among the top ten shipbuilders in the world.

Perusahaan Galangan Kapal Top Dunia di Korea Selatan:

Peluang Indonesia Menjadi Raksasa dalam Bidang Industri Perkapalan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyiapkan peta jalan (road map) pembangunan industri perkapalan di Indonesia tahun 2012-2025. Industri ini pun diharapkan bisa memproduksi dan mereparasi semua jenis kapal dari yang berukuran kecil hingga besar.

Salah satu sasarannya, pada 2020, klaster industri perkapalan nasional sudah mampu memproduksi kapal berkapasitas 200 ribu ton bobot mati (dead weight tonnage/DWT). "Semua jenis kapal, mulai dari kapal barang, kapal penumpang, dan kapal tanker bisa diproduksi. Segmen reparasi juga harus sudah bisa mempunyai kemampuan untuk 200 ribu DWT," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat.

Sementara itu, lanjut dia, pemerintah akan meningkatkan kemampuan desain dan rekayasa kapal guna mendukungnya, melalui pengembangan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN). Industri bahan baku dan komponen lokal, serta pengembangan pusat peningkatan keterampilan SDM perkapalan juga terus ditingkatkan.

Pemerintah pun akan mengamankan dan mengoptimalkan pemanfaatan pasar dalam negeri sebagai base load untuk pengembangan industri perkapalan. Selain itu, kerja sama dengan industri perkapalan di negara lain yang sudah maju juga akan terus didorong.

Kawasan khusus industri galangan kapal juga akan dikembangkan untuk menarik investor asing dan lokal. "Dukungan lainnya, terkait kebijakan perbaikan iklim usaha, seperti soal pajak, suku bunga, dan tata niaga," kata Hidayat.

Dalam peta klaster industri perkapalan nasional, Kemenperin menetapkan, pada 2015-2020, produksi pelat dengan ketebalan hingga 30 milimeter (mm) sudah harus tumbuh dan berkembang di dalam negeri. Selain itu, PDRKN ditargetkan mampu menyuplai kebutuhan desain galangan kapal nasional.

Pada 2015, Indonesia diharapkan sudah memiliki kemampuan mereparasi kapal berkapasitas 150 ribu DWT. "Tahun 2015, kita sudah harus mampu membangun kapal berbagai jenis tipe dengan kapasitas hingga 85 ribu DWT," imbuh dia.

Daftar Perusahaan Galangan Kapal di Indonesia

    PT. Batam Teknologi Gas ( Industrial Gases Supplier )
    PT. Dock & Perkapalan Kodja Bahari
    PT. PAL Indonesia
    PT. Daya Radar Utama
    PT. Industri Kapal Indonesia
    PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard
    PT. Jasa Marina Indah/Janata Marina Indah
    PT. Caputra Mitra Sejati
    PT. Batamec Shipyard
    PT. Dok Pertamina Sorong
    PT. Dry Dock Indonesia
    PT. Indonesia Marine Shipyard
    PT. Bens Santosa
    PT. Dok Pantai Lamongan, Subsidiary of SPIL (Salam Pacific Inti Line)
    PT. Dayu Radar Utama
    PT. LMI (Lamongan Marine Shipyard)

Ketua Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri Indonesian National Shipowner's Association (INSA) Djoni Sutji menyampaikan, investasi pengadaan armada kapal di Indonesia sepanjang tahun 2005-2014 mencapai US$ 14 miliar (Rp 135,28 triliun). Angka tersebut masih akan terus bertambah karena kebijakan pelayaran di dalam negeri harus dilayani kapal berbendera nasional (cabotage).

Menurut dia, hingga sebelum diberlakukannya asas cabotage pada Mei 2011, jumlah kapal yang beroperasi di dalam negeri baru berjumlah sekitar 6 ribu unit dengan kapasitas 6 juta gross tonage (GT). Sekarang, jumlahnya telah meningkat menjadi 11.600 unit dengan kapasitas 18,4 juta GT.

"Investasi perkapalan akan terus bertambah, terutama karena semakin banyaknya permintaan di sektor offshore (lepas pantai). Apalagi, 70% kegiatan migas kita itu ada di laut," kata Djoni.

Bayangkan apabila perusahaan-perusahaan galangan kapal kita ini dapat dikembangkan hingga menjadi perusahaan perkapalan terbesar di dunia, kita bisa menjadi Benua maritim terkuat di dunia.

Memperbanyak Ilmuwan, Teknisi dan Pengusaha hebat dalam bidang Industri Dirgantara-Perkapalan Nusantara menjadi sangat penting untuk saat ini.

Amin

Semoga.

Sumber:

1. Kementrian Pertahanan
2. Kementrian BUMN
3. Kementrian Perindustrian
4. PT. Dirgantara Indonesia
5. PT. PAL
6. BAE Systems
7. Northrop Grumman Newport
8. BBC
9. Royal Navy

Monday, 10 June 2013

The Job of a Defense Analyst

Identitas, Nasionalisme, Integritas 

Analysts are skilled subject-matter experts who study and evaluate information from many sources. Information flows in from around the world, including satellite surveillance, foreign newspapers and broadcasts, and human contacts. 

This information varies widely in terms of reliability, and often it is conflicting or incomplete. The analyst's role is to develop meaningful and usable intelligence assessments from all of those sources. 

Often this is like putting together the pieces of a puzzle, received at different times from different places, to form a picture that is complete enough to comprehend even when some pieces are still missing. 

Analysts are grouped into the following categories of expertise: 

*Analytic Methodologists develop and apply new or established approaches to analysis: such as statistical, polling, econometric, mathematical, or geospatial modeling methodologies to add rigor and precision to the DI’s overall intelligence analysis and collection.

*Counterintelligence Threat Analysts collect, study, and interpret a range of reports to identify and prevent foreign intelligence operations that threaten the Indonesian Government or Intelligence Community. 

*Counterterrorism Analysts help warn of terrorist threats by assessing the leadership, motivations, plans, and intentions of foreign terrorist groups and their state and nonstate sponsors. 

*Crime and Counternarcotics Analysts follow international narcotics trafficking and organized crime groups to detect emerging trends and patterns that will affect Indonesian national security. 

*Economic Analysts use their specialized skills to analyze and interpret economic trends and developments, assess and track foreign financial activities, and develop new econometric and modeling methodologies. 

*Intelligence Collection Analysts apply their expertise on intelligence collection systems capabilities, processes, and policies to drive the flow of intelligence information and provide colleagues the data needed to understand and analyze issues. 

*Leadership Analysts collect and analyze information on foreign leaders and organizations to offer Indonesian policymakers insights on their foreign counterparts. 

*Medical and Health Analysts are physicians who analyze and assess global health issues, such as disease outbreaks, and who follow the health of foreign leaders. 

*Military Analysts help Indonesian policymakers stay on top of threats by following foreign military and technical developments that affect another country’s ability to wage war or to threaten regional or international stability. 

*Political Analysts look at political, social, cultural, and historical information to interpret intelligence about foreign political systems and developments.

*Psychological and Psychiatric Analysts tap their expertise in psychology, psychiatry, or sociology to study the health of foreign officials and to assess the psychological and social factors that influence world events. 

*Science & Technology Analysts use their unique technical and scientific knowledge to identify and analyze weapons proliferation and proliferators; conventional weapons systems; chemical, biological, and nuclear weapons; information warfare; computer systems; and energy security. 

*Targeting Analysts use network analysis techniques and specialized analytical tools to identify and detail key figures and organizations who may pose a threat to Indonesian interests.

Prof. Juwono Sudarsono, M.A., Ph.D., 
Former Minister of Defense, Education and Environment
Founder Indonesia Defense University 


Universitas Pertahanan Indonesia disingkat UNHAN adalah sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan vokasi serta pendidikan profesi dibidang pertahanan dan bela negara, dengan tujuan untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan yang berorientasi pada Tri Dharma perguruan tinggi, untuk mencapai standar pendidikan nasional dan universitas berstandar kelas dunia (world class).

1. Prodi Damai dan Resolusi Konflik.

Prodi ini merupakan suatu yang mengatasi konflik yang bersifat horizontal maupun vertikal.

Visi:


Prodi terdepannya ditingkat nasional dan internasional dalam mendukung perkembangan strategi pertahanan negara.

Misi:

Mendidik calon pimpinan sipil dan militer pengetahuan dalam bidang perdamaian (peace) yang memegang teguh nilai-nilai kebanyakan.

Profil kelulusan:

Magister sains bidang pertahanan yang memahami konsep dan teori sehingga mampu menjadi praktisi dan ilmuan yang merevitalisasikan, mengembangkan konsep damai dan resolusi damai secara komprehensif, berwawasan nasional dan global dengan prinsip identitas, nasionalisme dan integritas.

2. Prodi Ketahanan Energi.

Misi:

Menjadi pusat acuan perencanaan dan pembuatan konsep kebijakan dan strategi keamanan nasional ditinjau dari aspek energi.

Profil lulusan:

Menghasilkan Magister Sains bidang pertahanan yang mampu memimpin, merumuskan dan menerapkan kebijakan tata kelola ketahanan energi nasional yang relevan dengan perkembangan lingkungan strategis. Dengan demikian lulusannya mampu untuk berperan sebagai analis, perumus kebijakan, akademisi dan praktisi dalam ketahanan energi untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.

3. Prodi Manajemen Pertahanan.

Visi:

Menjadikan prodi ini yang memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang kajian manajemen pertahanan dan mendapatkan pengakuan pada tataran nasional maupun internasional.

Misi:

Menyelenggarakan pendidikan akademik dibidang manajemen pertahanan yang adaptif terhadap perkembangan dengan berbasis teknologi pembelajaran.

Profil Lulusan:

Menghasilkan Magister Sains bidang Pertahanan yang mampu merumuskan dan menerapkan kebijakan tata kelola pertahanan dan keamanan negara dalam kaitannya dengan perkembangan lingkungan strategis, serta mampu berperan sebagai analis, akademisi dan praktisi pertahanan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.

4. Prodi Strategi Perang Semesta.

Profil lulusan:

Magister Sains bidang Pertahanan yang mampu menjadi pemimpin, serta mampu merumuskan dan mengaplikasikan konsep strategi perang semesta yang berwawasan nasional dan internasional berdasarkan pengetahuan spesifik Indonesia dengan prinsip identitas, nasionalisme, dan integritas.

5. Prodi Peperangan Asimetris.

Profil lulusan:

Magister Sains bidang Pertahanan yang memahami konsep dan teori sehingga mampu menjadi ilmuwan dan praktisi dibidang peperangan asimetris guna memberikan rekomendasi, konsep dan strategi kebijakan penangkalan dan penindakan secara komprehensif, berwawasan nasional dan global dengan prinsip identitas, nasionalisme, dan integritas.

6. Prodi Ekonomi Pertahanan.


Profil lulusan:

Menghasilkan lulusan Magister Sains bidang Pertahanan yang mampu merumuskan kebijakan dan tata kelola pertahanan dalam perspektif ekonomi dihadapkan dengan keterbatasan sumberdaya dan perubahan lingkungan global, serta mampu menjadi analis, akademisi, dan praktisi pertahanan untuk kesejahteraan rakyat.

7. Prodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional.


Profil lulusan:

Menghasilkan Magister Sains bidang pertahanan yang mampu merumuskan dan menerapkan kebijakan tata kelola kebencanaan dan kaitannya dengan perkembangan lingkungan strategis, serta mampu berperan sebagai analis, manajer, akademisi dan praktisi kebencanaan untuk keamanan nasional.

Sekadar informasi, tahun ini Unhan akan membuka dua prodi baru, yaitu prodi Kampanye Militer khusus untuk Militer dan prodi Keamanan Maritim khusus untuk umum.

Semoga Bermanfaat

Sources:

CIA: Central Intelligence Agency
CSIS: Center for Strategic and International Studies
NSA: National Security Agency
UPI: Universitas Pertahanan Indonesia