Kaum intelektual muda memegang peranan penting dalam perjalanan suatu bangsa. Untuk itu, kaum muda diminta berperan aktif dalam pembangunan suatu bangsa.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, Djoko Suyanto, mengingatkan para sarjana baru mendukung pemerintah melalui perannya masing-masing dalam mengatasi berbagai persoalan yang tengah dialami bangsa Indonesia pada saat ini.
"Dukungan dapat dilakukan melalui inovasi di berbagai bidang." Kata beliau saat memberikan kuliah umum di sebuah Universitas.
Beliau pernah menjabat
Panglima Tentara Nasional Indonesia dari
13 Februari 2006 sampai
28 Desember 2007. Ia digantikan oleh
Jenderal TNI Djoko Santoso. Ia mulai menjabat sejak dilantik oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono tanggal
13 Februari 2006 dan serah terima jabatan dari Jenderal TNI
Endriartono Sutarto pada
20 Februari 2006.
Dari
23 Februari 2005 hingga 13 Februari 2006, ia adalah Kepala Staf
TNI Angkatan Udara (TNI-AU). Ia juga merupakan Panglima TNI pertama yang berasal dari kesatuan TNI-AU sepanjang sejarah
Indonesia.
Suyanto adalah lulusan
Akabri (di Akademi Angkatan Udara) tahun
1973, sama dengan Laksamana
Slamet Soebijanto (Kepala Staf Angkatan Laut), Kapolri Jenderal (Pol)
Sutanto, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Endang Suwarya, dan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Ia adalah penerbang pesawat tempur F-5 Tiger II yang berpangkalan di Pangkalan Udara TNI-AU Iswahyudi, Madiun.
Suyanto pernah mengikuti kursus di
USAF Fighter Weapon Instructor School di Pangkalan Udara Nellis,
Las Vegas,
Nevada.
Ia kemudian berturut-turut menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 14,
Komandan Lanud Iswahyudi, Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara
Nasional, Komandan Komando Pendidikan TNI-AU, Asisten Operasi Kepala
Staf Angkatan Udara, dan kemudian Kepala Staf TNI-AU sebelum akhirnya
menjadi Panglima TNI.
Kementrian dan Institusi di bawah Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia.
"Sebagai kaum intelektual, sudah sepatutnya kalian semua dapat membantu kami di pemerintahan dalam mengatasi beberapa permasalahan yang terjadi. Kami berharap dengan munculnya pemuda-pemuda yang inovatif dapat berperan serta dalam membangun negeri ini di masa depan. Buatlah Indonesia menjadi disegani di dunia Internasional," ungkap Pak Djoko Suyanto.
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat Kita lakukan untuk mengembangkan budaya inovasi di Sebuah Organisasi Kita.
1. Penuh Gairah
Senjata yang paling ampuh di dunia ini adalah jiwa manusia yang penuh dengan semangat. Gairah atau sering disebut passion, merupakan hal pertama dan esensial untuk membangun budaya kreatif. Setiap penemuan yang luar biasa dimulai dari passion. Passion untuk suatu perubahan, passion untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Passion untuk berkontribusi dan untuk membuat perubahan, serta passion untuk menemukan sesuatu yang baru.
Dengan tim yang penuh passion, Kita dapat mencapai segalanya. Tanpanya, pegawai atau anggota team Kita akan terhambat dan tidak memiliki tujuan.
Satu hal yang harus disadari adalah passion yang hanya dimiliki seorang diri tidaklah cukup. Kita harus bisa mengembangkan passion itu ke arah pencarian tujuan. Dan dengan penentuan tujuan tersebut, Kita dapat menyebarkan passion itu ke seluruh tingkat dalam organisasi.
2. Merayakan sebuah Ide
Norma sosial dalam setiap kebudayaan dibentuk dari apa yang dirayakan dan apa yang dihukum. Dalam setiap perusahaan, organisasi ataupun sekolah tentu saja ada kata-kata yang menjunjung sebuah inovasi. Tapi bersamaan dengan hal itu, mereka juga meletakan kata pengambilan resiko dan kreatifitas sebagai salah satu hal yang menghambat terjadinya inovasi.
Sebuah inovasi harus dirayakan dan sebuah ide kreatif harus ditumbuhkan, bukan dimatikan. Menghargai dan merayakan kreatifitas tidak hanya dengan memberikan penghargaan, apresiasi atau gaji tambahan untuk setiap ide hebat yang masuk, tapi juga menghargai ide teresebut dengan pujian, kesempatan pengembangan karir, dan sebagainya. Singkatnya jika Kita ingin tim Kita menjadi kreatif, Kita harus menciptakan lingkungan yang menghargai mereka untuk bersikap kreatif.
3. Mengembangkan Otonomi
Berdasarkan hasil penelitian di tahun 2008 oleh Harvard University, ada sebuah hubungan langsung antara orang yang memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas mereka dengan baik, dan nilai dari kreatifitas.
Seorang anggota team atau pegawai yang harus menjalankan segala hal sekecil apapun itu berdasarkan persetujuan atasannya akan cepat menjadi hampa, tidak berkembang dan tidak kreatif.
Memberikan otonomi juga mengandung arti memberikan kepercayaan. Dalam pengertian ini, tim Kita mungkin saja membuat keputusan yang berbeda dari keputusan Kita. Untuk mengatasi hal ini, Kita perlu memberikan arahan yang jelas untuk hasil yang Anda harapkan dan permasalahan apa yang Anda inginkan mereka untuk selesaikan.
Dengan begitu Kita harus memberikan kepercayaan kepada tim Anda dan biarkan mereka mengerjakannya sebaik mungkin. Dengan menunjukan rasa kepercayaan tersebut mereka akan menikmati pekerjaan tersebut, semakin termotivasi dan mendorong kepercayaan diri mereka untuk mengeluarkan ide-ide kreatif.
4. Mendorong Keberanian
Sebuah perusahaan, organisasi bahkan sekolah yang baik dapat mendorong anggota atau pegawainya untuk memiliki kebabasan untuk mengambil suatu resiko kreatif tanpa perasaan takut. Organiasi atau Perusahaan tersebut akan mengarahkan para anggota atau pegawainya untuk berani mengemukakan pendapat walaupun pendapat itu kontroversial. Organisasi atau Perusahaan tersebut akan berani mengambil resiko yang pintar dan mengembangkan perusahaan.
Mungkin saja Kita takut untuk mengambil resiko, apalagi jika resiko tersebut dibuat oleh teman Kita. Tapi resiko yang cerdas akan melahirkan pemikiran kritis dan kreatif yang baru.
Mari Kita Ciptakan Daya Saing yang sehat melalui Budaya Inovasi dan Berbagi Pengetahuan dalam setiap bidang kehidupan masyarakat kita.
Semoga Bermanfaat.
Sumber:
Arip Nurahman Notes
Wikipedia
Startup Bisnis
KEMNKOPOLKAM
http://www.polkam.go.id/